Você está na página 1de 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang
Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian, yaitu sistem sekresi yang
berupakelenjarlakrimal dan sistem ekskresi yang terdiri dari punctum lakrimal,kanalikuli
lakrimal, sakuslakrimal, duktus nasolakrimal, dan meatus inferior.Sistem eksresi lakrimal
cenderung mudah terjadi infeksi dan inflamasi karena berbagaisebab. Membran mukosa
pada saluran ini terdiri dari dua permukaanyang salingbersinggungan, yaitu mukosa
konjungtiva dan mukosa nasal, di mana pada keadaan normalpun sudah terdapat koloni
bakteri. Tujuan fungsional darisistem ekskresi lakrimal adalah mengalirkan air mata dari
kelenjar air matamenuju ke cavum nasal. Tersumbatnya aliran airmata secara
patologismenyebabkan terjadinya peradangan pada sakus lakrimal yang biasadisebutdengan
dakriosistitis. Dakriosistitis dapat berlangsung secara akut maupun kronis.
Dakriosistitisakutditandai dengan nyeri yang muncul secara tiba-tiba dan kemerahan
padaregio kantus medial,sedangkan pada inflamasi maupun infeksi kronis dari sakuslakrimal
ditandai dengan adanyaepifora, yaitu rasa nyeri yang hebat di bagiansakus lakrimal dan
disertai dengan demam.Selain dakriosistitis akut dan kronis,ada juga dakriosistitis
kongenital yang merupakanbentuk khusus daridakriosistitis. Patofisiologinya
berhubungan erat dengan prosesembriogenesisdari sistem eksresi lakrimal. Dakriosistitis
umumnya terjadi pada dua kategori usia, yaitu anak-anak dan orangdewasa di atas 40 tahun
dengan puncak insidensi pada usia 60 hingga70 tahun. Dakriosistitispada bayi yang baru lahir
jarang terjadi, hanya sekitar 1%dari jumlah kelahiran yang ada.Kebanyakan penelitian
menyebutkan bahwasekitar 70-83% kasus dakriosistitis dialami olehwanita, sedangkan
padadakriosistitis kongenital jumlahnya hampir sama antara laki-laki danperempuan.

1.2 RumusanMasalah
1.2.1 Apapengertiandarigangguansistemlakrimal?
1.2.2 Bagaimanaetiologidarigangguansistemlakrimal?
1.2.3 Apa factor predisposisidarigangguansistemlakrimal?
1.2.4 Bagaimanaklasifikasidarigangguansistemlakrimal?
1.2.5 Apatandadangejaladarigangguansistemlakrimal?
1.2.6 Bagaimanamanifestasiklinisdarigangguan system lakirmal?

1
1.2.7 Bagaimanapatofisiologidariganggua system lakrimal?
1.2.8 Bagaimana pathway darigangguan system lakrimal?
1.2.9 Pemeriksaan diagnostic apasaja yang bisadilakukanpadagangguan system
lakrimal?
1.2.10 Bagaimanapenatalaksanaanpadagangguan system lakrimal?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahuipengertiandarigangguan system lakrimal.
1.3.2 Untuk mengetahui etiologidarigangguan system lakrimal.
1.3.3 Untuk mengetahui factor predisposisidarigangguan system lakirmal.
1.3.4 Untuk mengetahuiklasifikasidarigangguan system lakirmal.
1.3.5 Untuk mengetahui tandadangejalandarigangguan system lakrimal.
1.3.6 Untukmengetahuimanifestasiklinisdarigangguan system lakirmal.
1.3.7 Untukmengetahuipatofisiologidarigangguan system lakirmal.
1.3.8 Untukmengetahui pathway darigangguan system lakirmal.
1.3.9 Untukmengetahuipemeriksaan diagnostic yang dilakukanpadagangguan system
lakrimal.
1.3.10 Untukmengetahuipenatalaksanaanpadagangguan system lakirmal.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Sistem eksresi air mata mudah mengalami infeksi dan peradangan yang disebabkan
oleh berbagai factor. Tujuan fungsional dari system eksresi air mata adalah untuk mengalirkan
air mata dari mata ke dalam kavum nasal. Adanya hambatan air mata yang patologis pada
system drainase air mata dapat menyebabkan terjadinya dakriosistitis.Dakriosistitis adalah
suatu infeksi pada kantong air mata yang terletak di antara sudutbagian dalam kelopak
matadengan hidung. Dakriosistitis biasanya disebabkan oleh karenaadanya blockade pada
saluran yang mengalirkan air mata dari kantong air mata ke hidung.Duktus yang terhalang
menjadi terinfeksi. Dakriosistitis dapat berupa akut maupun kronik.Hal ini dapat dihubungkan
dengan suatu malformasi pada duktus lakrimalis, luka, infeksi Pada mata,maupun
trauma.Dakriosistitis akut ditandai dengan gejala mendadak berupa nyeri dan kemerahan
padadaerahkantus medialis. Adanya epifora merupakan karakteristik pada peradangan kronik
padaduktus lakrimalis

2.2 Klasifikasi
Berdasarkan keparahannya trauma mata diklasifikasi sebagai berikut:
1. Trauma Ringan
a. Trauma disembuhkan tanpa tindakan atau pengobatan yang berarti
b. Kekerungan ringan pada kornea
c. Pragnosis baik
2. Trauma Sedang
a. Kekeruhan kornea sehingga detail iris tidak dapat dilihat, tapi pupil masih tampak
b. Iskemik mekrosis pada konjungtiva dan sklera
c. Pragnosis sedang
3. Trauma Berat
a. Kekeruhan kornea sehingga pupil tidak dapat dinilai
b.Konjungtiva dan sklera sangat pucat karena istemik nekrosis berat
c. Pragnosis buruk

3
2.3 Etiologi
Trauma mata dapat terjadi secara mekani dan non mekanik
1. Mekanik, meliputi :
a. Trauma oleh benda tumpul, misalnya :
1). Terkena tonjokan tangan
2). Terkena lemparan batu
3). Terkena lemparan bola
4). Terkena jepretan ketapel, dan lain-lain
b. Trauma oleh benda tajam, misalnya:
1). Terkena pecahan kaca
2). Terkena pensil, lidi, pisau, besi, kayu
3). Terkena kail, lempengan alumunium, seng, alat mesin tenun.
c. Trauma oleh benda asing, misalnya:
Kelilipan pasir, tanah, abu gosok dan lain-lain
2. Non Mekanik, meliputi :
a. Trauma oleh bahan kimia:
1). Air accu, asam cuka, cairan HCL, air keras
2). Coustic soda, kaporit, jodium tincture, baygon
3). Bahan pengeras bakso, semprotan bisa ular, getah papaya, miyak putih
b. Trauma termik (hipermetik)
1). Terkena percikan api
2). Terkena air panas
c. Trauma Radiasi
1). Sinar ultra violet
2). Sinar infra merah
3). Sinar ionisasi dan sinar X

Gangguan-gangguna trauma pada mata


1. Trauma mata karena benda tajam
a. Plasits
b. Gangguan pergerakan bola mata
c. Ketajaman penglihatan buruk
d. Perdarahan didalam bola mata

4
e. Lensa yang pecah
f. Rusaknya susunan jaringan bola mata
g. Terlihat bintik mata yan dangkal karena perforasi kornea
h. Bentuk pupil yang lonjong / terjadi perubahan bentuk pupil akibat perlengkapan
iris dengan bbir luka kornea
i. Tekanan bola mata akan rendah akibat cairan mata keluar melalui luka
2. Trauma mata oleh benda asing
a. Mata terasa mengganjal dan ngeres
b. Mendadak merasa tidak enak jika mengedikan mata
c. Bila tertanam dalam kornea nyeri sangat hebat
d. Fototobia
e. Gangguan gerak bola mata dan lain-lain
3. Trauma karena bahan kimia
a. Trauma Akali
1) Dapat menyebabkan pecah atau rusaknya jaringan
2) Meningkatkan tekanan infra akuler
3) Karena keruh dalam beberapa menit
4) Pembentukan jaringan parut pada kelenjar asesari air mata, yang
mengakibatkan mata menjadi kering
5) Lensa keruh diakibatkan kerusakan kaps lensa
b. Trauma Asam
1) Terjadi koogulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan kekerutan pada
kornea
2) Akibat koogulasi kadang seluruh kornea terkelupas
3) Bila terjadi penetrasi jaringan yang lebih dalam akan terjadi edema kornea
dan iris
4) Keadaan terburuk apabila terkena trauma asam berupa vaskularisasi berat
pada kornea
4. Trauma Mata Mekanik (hipertemik)
a. Bila siperficila dan bulu mata hangus kulit palpebra hipermis dan terjadi edema
palpebra
b. Bila lebih berat terjadi nekrosis sehingga dapat kehilangan sebagian palpebra

5
c. Bila kornea terkena dapat terjadi erosi karena adanya reflek menutup pada
kelopak umumnya kornea tidak terkena
5. Trauma Mata karena radiasi

2.4Faktor Prediposisi
1. Mengendarai motor tanpa menggunakan helm yang disertai kaca penutup
2. Berjalan dibawah terik matahari dalam waktu begitu lama tanpa menggunakan topi
atau kaca mata pelindung
3. pekerja las dalam pekerjaannya tanpa menggunakan kaca pelindung mata

2.5 Patofisiologi
Trauma mata bisa disebabkan oleh karena mekanik dan non mekanik, semua ini
menciderai organ-organ mata yang menyebabkan terjadinya trauma mata. Trauma mata
yang diakibatkan oleh cedera mekanik pada jaringan bola mata akan menimbulkan suatu
atau berbagai akibat klasik seperti: rasa sakit akibat trauma, gangguan penglihatan
berupa penglihatan kabur, perabengkalan, perdarahan atau luka terbuka dan bentuk mata
berubah.
Trauma yang diakibatkan oleh cidera non mekanik pada bola mata akan
menimbulkan berbagai akibat seperti : erosi epitel kornea, kekeruhan kornea. Bila pada
cidera radiasi juga terjadi efek kumulasi. Bila radiasi berkurang maka lesi terimis yang
ditimbulkan sinar red (irivisible rays) dapat berupa kekeruhan kornea, atratosi iris,
katarak.

6
PATHWAY

Lakrimal

\
Fisik (trauma) Usia ( Kimia (paparan Penyakit tertentu (DM)
bertambahnya usia) sinar UV)

Degenerasi Lapisan luar Reaksi oksidasi Viskositas darah


Lensa mencair pada lensa meningkat

Perubahan Membentuk Kekeruhan pada Menyumbat


protein dan cairan putih lensa pembuluh darah
senyawa pada seperti susu pada mata
lensa

Koagulasi serat Penumpukan Suplai O2 pada


protein cairan mata menurun

Noda pada lensa Kapsul lensa Kematian jaringan


(lensa keruh) pecah pada lensa

Menghalangi cahaya yang masuk ke kornea Operasi Ansietas

Bayangan semu yang sampai Tindakan


ke retina pembedahan
dengan
mengganti lensa
Otak menginterpretasikan sebagai mata
bayangan berkabut
Luka pasca
operasi
Pandangan kabur

Nyeri akut

Perubahan sensori
persepsi:
penglihatan 7
2.6 Manifestasi Klinik
1 Lagaltafmas: Keadaan tidak menutupnya mata secara sempurna
. (Ramali, dkk. 2005)
2. Katarak : Kekeruhan pada lensa yang terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi proteksi lensa, atau
akibat kedua-duanya.
3. a. Akut : Penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan infra akuler
yang meningkat mendadak sangat tinggi
b. Kronik : Penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola
mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata
yang permanent. (ilyas 1997)
c. Kebutaan : Tidak dapat melihat karena kerusakan mata (Ramali, dkk.
2005)

2.7 PemeriksaanDiagnostik
1. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan pada kasus trauma mata dilakukan baik subyektf maupun obyektif.
a. Pemeriksaan subyektif
Pemeriksaan ketajaman penglihatan. Hal ini berkaitan dengan pembutatan visum
et repertum. Pada penderita yang ketajamannya menurun, dilakukan pemeriksaan
retraksi untuk mengetahui bahwa penurunan penglihatan mungkin bukan
disebabkan oleh trauma tetapi oleh kelainan retraksi yang sudah ada sebelum
trauma (Widodo, 2000)
b. Pemeriksaan Obyektif
Saat penderita kita inspeksi sudah dapat diketahui adanya kelainan di sekitar
mata seperti adanya perdarahan sekitar mata. Pembengkakan di dahi, pipi,
hidung dan lain-lain yang diperiksa pada kasus trauma mata ialah: keadaan
kelopak mata kornea, bilik mata depan, pupil, lensa dan tundus, gerakan bola
mata dan tekanan bola mata.
Pemeriksaan segmen anterior dilakukan dengan sentotop, loupe slit lamp dan
atlalmoskop. (Widodo, 2000).

8
2. Pemeriksaan Khusus
a. Pembiakan kuman dari benda yang merupakan penyebab trauma untuk menjadi
petunjuk pemberian obat antobiotik pencegah infeksi.
b. Pemeriksaan radiology foto orbita.
Untuk melihat adanya benda asing yang radioopak, bila ada dilakukan
pemeriksaan dengan lensa kontak combrang dan dapat ditentukan apakah benda
asing intra okuler atau ektra okuler.
c. Pemeriksaan ERG : untuk mengetahui fungsi retina yang rusak atau yang masih
ada.
d. Pemeriksaan VER : untuk melihat fungsi jalur penglihatan pusat penglihatan

2.8 Penatalaksaan
1. Trauma Mata Benda Tumpul
Penanganan ditekankan pada utama yang menyertainya dan penilaian terhadap
ketajaman penglihatan. Setiap penurunan ketajaman penglihatan tanda mutlak untuk
melakukan rujukan kepada dokter ahli mata. (mangunkusumo, 2000)
Pemberian pertolongan pertama berupa:
a. Obat-obatan analgetik : untuk mengurangi rasa sakit. Untuk pemeriksaan
mata dapat diberikan anesteshi local: Pantokain 0,5% atau tetracain 0,5% - 1,0
%.
b. Pemberian obat-obat anti perdarahan dan pembengkakan.
c. Memberikan moral support agar pasien tenang.
d. Evaluasi ketajaman penglihatan mata yang sehat dan mata yang terkena
trauma
e. Dalam hal hitema ringan (adanya darah segar dala bilik mata depan) tanpa
penyulit segera ditangani dengan tindakan perawatan:
1). Tutup kedua bola mata
2). Tidur dengan posisi kepala agar lebih tinggi
3). Evaluasi ketajaman penglihatan
4). Evaluasi tekanan bola mata
f. Setiap penurunan ketajaman penglihatan atau keragu-raguan mengenai mata
penderita sebaiknya segera di rujuk ke dokter ahli mata.

9
2. Trauma mata benda tajam
Keadaan trauma mata ini harus segera mendapat perawatan khusus karena dapat
menimbulkan bahaya; infeksi, siderosis, kalkosis dan atlalmia dan simpatika.
Pertimbangan tindakan bertujuan :
a. Mempertahankan bola mata
b. Mempertahankan penglihatan
Bila terdapat benda asing dalam bola mata, maka sebaiknya dilakukan usaha untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada penderita diberikan:
a. Antibiotik spectrum luas
b. Analgetik dan sedotiva
c. Dilakukan tindakan pembedahan pada luka yang terbuka
3. Trauma mata benda asing
a. Ekstra Okular
1. Tetes mata
2. Bila benda asing dalam forniks bawah, angkat dengan swab.
3. Bila dalam farniks atas, lipat kelopak mata dan angkat
4. Bila tertanam dalam konjungtiva, gunakan anestesi local dan angkat dengan
jarum
5. Bila dalam kornea, geraka anestesi local, kemudian dengan hat-hati dan
dengan keadaan yang sangat baik termasuk cahaya yang baik, angkat dengan
jarum.
6. Pada kasus ulerasi gunakan midriatikum bersama dengan antibiotic local
selama beberapa hari.
7. Untuk benda asing logam yang terlalu dalam, diangkat dengan jarum, bisa juga
dengan menggunakan magnet.
b. Intra okuler
1. Pemberian antitetanus
2. Antibiotic
3. Benda yang intert dapat dibiarkan bila tidak menybabkan iritasi

10
4. Trauma mata bahan kimia
a. Trauma akali
1) Segera lakukan irigasi selama 30 menit sebanyak 2000 ml; bila dilakukan
irigasi lebih lama akan lebih baik.
2) Untuk mengetahui telah terjadi netralisasi bisa dapat dilakukan pemeriksaan
dengan kertas lokmus; pH normal air mata 7,3
3) Diberi antibiotic dan lakukan debridement untuk mencegah infeksi oleh kuman
oportunie.
4) Diberi sikoplegik karena terdapatnya iritis dan sineksis posterior
5) Beta bloker dan diamox untuk mengatasi glukoma yang terjadi
6) Steroid diberikan untuk menekan radang akibat denoturasi kimia dan
kerusakan jaringan kornea dan konjungtiva namun diberikan secara hati-hati
karena steroid menghambat penyembuhan.
7) Kolagenase intibitor seperti sistein diberikan untuk menghalangi efek
kolagenase.
8) Vitamin C diberikan karena perlu untuk pembentukan jaringan kolagen.
9) Diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek.
10) Karataplasti dilakukan bila kekerutan kornea sangat menganggu penglihatan.
b. Trauma Asam
1) Irigasi segera dengan gara fisiologis atau air.
2) Control pH air mata untuk melihat apakah sudah normal
3) Selanjutnya pertimbangan pengobatan sama dengan pengobatan yang
diberikan pada trauma alkali.
Tindakan pada trauma kimia dapat juga tergantung dari 4 fase peristiwa, yaitu:
1. Fase kejadian (immediate)
Tujuan dari tindakan adalah untuk menghilangkan materi penyebab sebersih mungkin,
yaitu meliputi:
a. Pembilasan dengan segera, denan anestesi tapical terlebih dahulu.
b. Pembilasan dengan larutan non toxic (NaCl 0,9% ringer lastat dan sebagainya)
sampai pH air mata kembali normal.
2. Fase Akut (sampai hari ke-7)
Tujuan tindakan adalah mencegah terjadinya penyulit dengan prinsip sebagai berikut:

11
a. Mempercepat proses re-epitelisasi kornea
b. Mengontrol tingkat peradangan
c. Mencegah infeksi sekunder
d. Mencegah peningkatan tekanan bola mata
e. Suplemen / anti oksidan
f. Tindakan pembedahan
3. Fase Pemulihan Dini (early repair : hari ke 7 – 21)
Tujuannya membatasi penyakit setelah fase 2
4.Fase pemulihan akhir (late repair : setelah hari ke 21)
Tujuannya adalah rehabilitasi fungsi penglihatan
5. Trauma Mata Termik (hipertemik)
Daerah yang terkena dicuci dengan larutan steril dan diolesi dengan salep atau kasa
yang menggunakan jel. Petroleum setelah itu ditutup dengan verban steril.
6. Trauma Mata Radiasi
Bila panas merusak kornea dan konjungtiva maka diberi pada mata
a. Lokal anastesik
b. Kompres dingin
c. Antibiotika local

12
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Data biografi (meliputi identitas pasien seperti : Nama, Jenis kelamin,
pekerjaan, agama)
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan pendahuluan diambil untuk menentukan masalah primer
pasien seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, rasa terbakar pada mata,
mata basah, pandangan ganda, bercak dibelakang mata dan lain-lain.
c. Riwayat penyakit apa yang terakhir di derita oleh pasien
1) Masa anak : Strabismus, ambliopia, cedera
2) Dewasa : Glausoma, katarak, cidera / trauma mata.
3) Penyakit keluarga: Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga
d. Pemeriksaan fisik
1). Pemeriksaan bagian luar mata
a) Posisi mata : dikaji simetris / tidak. Apakah exaptalamus
b) Alis mata bulu mata dan kelopak mata. Respon tutup mata dan
berkedip.
2).Inspeksi area antara kelopak mata bawah dan atas apakah bebas ederma.
3).Inspeksi sclera dan konjugtiva: melihat warna, perubahan tekstur dan
lain-lain.
4). Iris dan pupil diinspeksi normalnya saat diberikan cahaya. Iris kontraksi
dan nervus optikus terstimulasi.
e. Tes Diagnostik
Untuk menilai :
1). Ketajaman serta fungsi penglihatan
2). Pemeriksaan keadaan organ mata
3). Penggolongan keadaan trauma

13
3.2 DiagnosaKeperawatan
1. Nyeri akut berhubungan denganinflamasi
2. Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan
3. Perubahan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan pandangankabur

3.3 IntervensiKeperawatan
1. Nyeri akut berdasarkan dengan inflamasi
Tujuan :
e. Menyatakan nyeri berkurang / hilang
f. Pasien mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi
g. Menunjukkan menurunnya tegangan relak
Intervensi Rasional

1. Kajiskalanyeri (P, Q, R, S, T) 1. Mengidentifikasiintervensi


yang
2. Pantautanda-tanda vital tepatdanmenganalisakeaktit
an analgesia
3. Berikantindakannyamansepertikomprespadadaerah 2. Mengidentifikasi rasa
edema sakitdanketidaknyamanan
4. Kolaborasi : berikananalgetik 3. Mengurangi rasa
ketidaknyamanan

4. Mengontrolmenguranginy
eri

2. Ansietas berdasarkan Proses Pembedahan


Tujuan :
a. Menyatakan keadaan perasaan ansietas
b. Menunjukkan relaksasi
Intervensi Rasional

1. Pantauresponfisiksepertitakikardi, 1. Membantumenentukanderajadcemas
gelisah 2. Meningkatkanrelaksasidankemampuanko

14
2. Berikantindakankenyamananseperti : ping
perubahanposisi
3. Anjuranpasienmelakukanteknikrelaksa 3. Memberikanartipenghilanganresponansie
si tas
4. Libatkan orang 4. Membantumefokuskanpenglihatanpasien
terdekatdalamrencanaperawatan

3. Perubahan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan penurunan virus


Tujuan:
Persepsi/sensoribaik

Kriteria hasil : Klien akan mengalami peningkatan persepsi / sensoris pendengaran sampai
pada tingkat fungsional.

Intervensi Rasional

1. Observasitanda- 1. Diagnosadiniterhadapkeadaantelingaatauterhadapmasa
tandaawalkehilanganpend lah-masalahpendengaranrusaksecarapermanen
engaran yang lanjut 2. Keefektifanalatpendengarantergantungpadatipegangg
uan / ketulian, pemakaiansertaperawatannya yang
2. Ajarkanklienmenggunaka tepat
ndanmerawatalatpendenga 3. Apabilapenyebabpokokketuliantidakprogresif,
ransecaratepat makapendengaran yang tersisasensitifterhadap trauma
daninfeksisehinggaharusdilindungi
3. Instruksikanklienuntukme 4. Penghentianterapiantibiotikasebelumwaktunyadapatm
nggunakanteknik-teknik enyebabkanorganismesisaberkembangbiaksehinggain
yang feksiakanberlanjut
amansehinggadapatmence
gahterjadinyaketulianlebih
jauh
4. Instruksikanklienuntukme
nghabiskanseluruhdosisant
ibiotik (
baikituantibiotiksistemikm

15
aupunlokal )

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian, yaitu sistem sekresi yang
berupakelenjarlakrimal dan sistem ekskresi yang terdiri dari punctum
lakrimal,kanalikuli lakrimal, sakuslakrimal, duktus nasolakrimal, dan meatus
inferior.Sistem eksresi lakrimal cenderung mudah terjadi infeksi dan inflamasi karena
berbagaisebab.Membran mukosa pada saluran ini terdiri dari dua
permukaanyang salingbersinggungan, yaitu mukosa konjungtiva dan mukosa nasal, di
mana pada keadaan normalpun sudah terdapat koloni bakteri.Trauma mata dapat terjadi
secara mekani dan non mekanik.Trauma mata yang diakibatkan oleh cedera mekanik
pada jaringan bola mata akan menimbulkan suatu atau berbagai akibat klasik seperti:
rasa sakit akibat trauma, gangguan penglihatan berupa penglihatan kabur,
perabengkalan, perdarahan atau luka terbuka dan bentuk mata berubah.
Trauma yang diakibatkan oleh cidera non mekanik pada bola mata akan menimbulkan
berbagai akibat seperti : erosi epitel kornea, kekeruhan kornea.

17
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marlyn E, 200, Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, EGG Jakarta.


Sela, Sageng, dkk, 2002, Ilmu Penyakit Mata Untuk Kedokteran Umum dan Mahasiswa
KedokteranEdisi ke-2, Unversitas Indonesia, Jakarta
http://bodong20.blogspot.co.id/2013/04/trauma-mata.html

18

Você também pode gostar