Você está na página 1de 5

ANALISIS KASUS BUNUH DIRI TERHADAP TEORI EMILE

DURKHEIM
ANALISIS KASUS BUNUH DIRI TERHADAP TEORI EMILE DURKHEIM

A. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH


Maraknya kasus bunuh diri yang terjadi di Indonesia, akhir – akhir ini sangat
memprihatinkan. Bahkan kebanyakan perilaku dari bunuh diri ini menjadi trend tersendiri di
era tahun 2009 ini. Jika dianalisis beberapa kasus bunuh diri yang terjadi dikarenakan oleh
beberapa sebab yakni ekonomi, sosial-budaya, serta agama. Namun jika dilihat daribentuknya
kasus bunuh diri ini bisa digolongkan dalam bentuk anomie serta fatalistik ( EmileDurkheim
). Runtuhnya nilai lama karena reformasi menyebabkan masyarakat berada dalam masa
transisi, sebab nilai baru belum muncul. “Anomik atau kebingungan yang akhirnya
menyebabkan depresi tingkat tinggi. Masyarakat Indonesia bingung ke depan bagaimana,
nilai apa yang dianut karena nilai lama sudah runtuh oleh reformasi, tapi nilai baru belum
muncul,” sehinga mampu mendasari tindakan bunuh diri itu sendiri. Anomie merupakan
faktor bunuh diri terbanyak yang menimpa masyarakat di Indonesia.
Sedangkan jika dilihat dari segi fatalistik, bunuh diri itu sendiri terjadi karena keadaan
pesimis dari si pelaku terhadap hidup mereka, sehingga jalan untuk mengakhirinya dengan
bunuh diri sebagai bentuk untuk mengakhiri penderitaan yang dialami.Fatalistik dapat
menimpa mereka yang berada didalam naungan kemiskinan, akibat dari perubahan serta
kemajuan zaman yang tak mampu ikuti dengan kemampuan mereka. Kebutuhan hidup yang
semakin tinggi, namun tidak mampu diimbangi dengan penghasilan yang diperoleh
menyebabkan kepasrahan terhadap keadaan sehinggan alternatif untuk mengakhiri
penderitaan adalah dengan bunuh diri.
Bagaimanapun kebudayaan dan pola pikir manusia, memberikan berbagai alasan dan
definisi maksud yang berbeda-beda tentang bunuh diri ini. Namun, tetap saja pada intinya
adalah “keputus-asaan”.Karena orang yang tidak berputus asa dan bersedia tetap menjalani
kehidupan seberat dan seburuk apapun, maka ia tidak akan pernah melakukan kegiatan bunuh
diri ini. Karena ia sadar, bahwa hidup ini memang penuh cobaan-cobaan berat dan pahit, jadi
bunuh diri baginya hanyalah tindakan sia-sia dan pengecut. Sebab masih banyak hal-hal yang
bisa dilakukan dalam hidup ini, dan segala sesuatu pastilah ada batasnya. Betapapun
beratnya persoalan, tetap saja ia memiliki batas akhir (penyelesaian), walaupun permasalahan
itu harus selesai oleh waktu, tapi ia selesai juga.

Sebenarnya, kasus bunuh diri seperti yang terjadi akhir – akhir ini tidak akan terjadi
jika para pelakunya memimiliki keyakinan akan agama mereka yang kuat. Namun sangat
disayangkan kebanyakan agama sekarang hanya dijadikan sebagai formalitas saja, sehingga
keberadaan akan santri abanganpun semakin nyata adanya. Sepertinya kasus bunuh diri ini
menjadi sebuah analisis tersendiri di dalam melakukan pengkajian terhadap keberadaan
keberadaan masyarakat beserta pola perilakunya. Dalam setiap ajaran agamapun tidak ada
yang membenarkan akan bunuh diri ini salah satunya islam, dimana dalam pandangan islam
hal ini adalah perbuatan yang sangat keji, dan termasuk dosa yang sangat besar. Serta,
kegiatan bunuh diri ini adalah kegiatan manusia-manusia pengecut/pecundang hidup (looser),
sebab kekalahan memang sudah mutlak menjadi milik mereka jika mereka membunuh
dirinya sendiri.
Dari peristiwa atas maka ada hubungan yang erat dengan teori yang dikemukakan
oleh Emile Durkheim yang menganalisis tentang kasus bunuh diri, maka dari itu saya tertarik
menganalisis tentang kejadian yang marak terjadi di Negara Indonesia ini.

B. PERMASALAHAN

1. LANDASAN TEORI
Emile Durkheim merupakan tokoh sosiologi klasik yang terkenal dengan teori bunuh
dirinya. Dalam bukunya “SUICIDE” Emile mengemukakan dengan jelas bahwa yang
menjadi penyebab bunuh diri adalah pengaruh dari integrasi social. Teori ini muncul karena
Emile melihat didalam lingkungannya terdapat orang-orang yang melakukan bunuh diri.
Yang kemudian menjadikan Emile tertarik untuk melakukan penelitian diberbagai Negara
mengenai hal ini. Peristiwa bunuh diri merupakan kenyataan-kenyataan social tersendiri yang
karena itu dapat dijadikan sarana penelitian dengan menghubngkannya terhadap struktur
social dan derajat integrasi social dari suatu kehidupan.

Terdapat empat alasan orang bunuh diri menurut Emile Durkheim, yaitu:

a. Karena alasan agama


Dalam penelitiannya, Durkheim mengungkapkan perbedaaan angka bunuh diri dalam
penganut ajaran Katolik dan Protestan. Penganut agama Protestan cenderung lebih besar
angka bunuh dirinya dibandingkan dengan penganut agama Katolik. Perbedaan ini
dikarenakan adanya perbedaan kebebasan yang diberiakn oleh kedua agama tersebut kepada
penganutnya. Penganut agama Protestan memperoleh kebebasan yang jauh lebih besar untuk
mencari sendiri hakekat ajaran-ajaran kitab suci, sedangkan pada agama Katolik tafsir agama
ditentukan oleh pemuka Gereja. Akibatnya kepercayaan bersama dari penganut Protestan
berkurang sehingga menimbulkan keadaan dimana penganut agama Protestan tidak lagi
menganut ajaran/tafsir yang sama. Integrasi yang rendah inilah yang menjadi penyebab laju
bunuh diri dari penganut ajaran ini lebih besar daripada penganut ajaran bagama Katolik.
b. Karena alasan keluarga
Semakin kecil jumlah anggota dari suatu keluarga, maka akan semakin kecil pula
keinginan untuk terus hidup. Kesatuan social yang semakin besar, semakin besar mengikat
orang-orang kepada kegiatan social di antara anggota-anggota kesatuan tersebut. Kesatuan
keluarga yang lebih besar biasanya lebih akan terintegrasi.
c. Karena alasan politik
Durkheim disini mengungkapkan perbedaan angka bunuh diri antara masyarakat
militer dengan masyarakat sipil. Dalam keadaan damaiangka bunuh diri pada masyarakat
militer cenderung lebih besar daipada masyarakat sipil. Dan sebaliknya, dalam situasi perang
masyarakat militer angka bunuh dirinya rendah. Didalam situasi perang masyarakat militer
lebih terintegrasi dengan baik dengan disipilin yang keras dibandingkan saat keadaan damai
di dalam situasi ini golongan militer cenderung disiplinnya menurun sehingga integrasinya
menjadi lemah.
d. Karena alasan kekacauan hidup (anomie)
Bunuh diri dengan alas an ini dikarenakan bahwa orang tidak lagi mempunyai
pegangan dalam hidupnya. Norma atau aturan yang ada sudah tidak lagi sesuai dengan
tuntutan jaman yang ada.

Jenis-jenis bunuh diri


a. Bunuh diri Egoistic
Adalah suatu tindak bunuh diri yang dilakukan seseorang karena merasa
kepentingannya sendiri lebih besar daripada kepentingan kesatuan sosialnya. Seseorang yang
tidak mampu memenuhi peranan yang diharapkan (role expectation)di dalam role
performance (perananan dalam kehidupan sehari-hari), maka orang tersebut akan frustasi dan
melakukan bunuh diri.
b. Bunuh diri Anomic
Bunuh diri yang terjadi ketika kekuatan regulasi masyarakat terganggu dimana terjadi
ketidakjelasan norma-norma yang mengatur cara berpikir, bertindak dan merasa para anggota
masyarakat, gangguan itu mungkin membuat individu merasa tidak puas karena lemahnya
control terhadap nafsu mereka, yang akan bebas berkeliaran dalam ras yang tidak akan
pernah puas terhadap kesenangan. Menurut Durkheim, suatu keadaan anomik dapat dilihat
dari indikator ekonomi maupun domestik. Analisa statistik Durkheim memperlihatkan bahwa
krisis ekonomi membuat orang kehilangan arah. Dalam keadaan seperti ini, ungkap
Durkheim mereka harus beradaptasi dengan kondisi yang menimpa mereka, kondisi yang
sangat menyiksa; mereka membayangkan penderitaan karena serba berkekurangan bahkan
sebelum mereka mencoba kehidupan ini. Pertumbuhan kemakmuran yang mendadak dalam
masyarakat juga memiliki dampak serupa terhadap peningkatan angka bunuh diri dalam
masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang mendadak membuat tatanan moral sekonyong-
konyong runtuh, sementara tatanan moral yang baru belum cukup rampung untuk
menggantikan tatanan moral sebelumnya.
c. Bunuh diri Altruistic
Orang melakukan bunuh diri karena merasa dirinya sebagai beban dalam masyarakat.
Contohnya adalah seorang istri yang melakukan bunuh diri yang telah ditinggal mati oleh
suaminya. Serta juga bunuh diri yang dilakukan oleh orang Jepang “hara kiri”, yaitu bunuh
diri yang dilakukan oleh anggota militer demi membela negaranya.
d. Bunuh diri Fatalisme
Adalah bunuh diri yang dilakukan karena rasa putus asa. Tidak ada lagi semangat
untuk melanjutkan hidup.
C. PEMBAHASAN

Dewasa ini banyak kejadian kejadian yang berujung pada bunuh diri pikiran atau upaya
bunuh diri merupakan salah satu karakterisitik depresi yang biasanya mencakup pikiran yang
berujung pada tindakan bunuh diri, Dengan demikian tidak mengherankan bila pemikiran
untuk bunuh diri banyak dimiliki orang-orang yang sakit mental, mengingat perilaku yang
menghancurkan diri sendiri tersebut diindikasikan sebagai salah satu ciri beberapa gangguan
mental.
Dibawah ini akan dijelaskan tentang bagaimana perbandingan orang – orang yang
berupaya dan berhasil bunuh diri :
PERBANDINGAN ANTARA ORANG-ORANG YANG BERUPAYA DAN
BERHASIL BUNUH DIRI
Karakterisitik Orang-orang yang Berupaya Orang-orang yang Berhasil
Bunuh Diri Bunuh Diri
Gender Mayoritas perempuan Mayoritas Laki-laki
Usia Terutama berusia muda Risiko meningkat berkaitan
dengan usia
Metode Tingkat kefatalan rendah (pil, Lebih keras (dengan senjata api,
memotong urat nadi) melompat)
Diagnosis umum Gangguan distimik Gangguan mood mayor
Gangguan Alkoholisme
kepribadian ambangskizofrenia
Emosi dominan Depresi disertai kemarahan Depresi disertai keputusasaan
Motivasi Perubahan kondisi Depresi disertai keputusasaan
Mengharapkan pertolongan Kematian
(cry for help)
Riwayat rumah sakit Kesembuhan singkat dari
disforia
Sikap terhadap upaya Lega karena dapat selamat
bunuh diri Berjanji untuk tidak
mengulangi

Dibawah ini akan dijelaskan tentang beberapa mitos tentang bunuh diri yang juga
diyakini secara umum :
1. Orang-orang yang berkata ingin bunuh diri tidak akan melakukan tindakan tersebut
2. Bunuh diri dilakukan tanpa memberi peringatan
3. Hanya orang-orang dari kelas tertentu yang melakukan bunuh diri
4. Menjadi anggota kelompok keagamaan tertentu adalah prediktor yang baik bahwa seseorang
tidak akan berpikir untuk bunuh diri
5. Motif bunuh diri dapat dengan mudah diketahui
6. Semua orang yang melakukan tindakan bunuh diri berada dalam keadaan depresi
7. Seseorang yang menderita penyakit fisik yang mematikan tidak mungkin melakukan bunuh
diri
8. Tindakan bunuh diri merupakan tindakan psikotik
9. Bunuh diri dipengaruhi faktor-faktor kosmik
10. Membaiknya kondisi emosional berarti mengurangu risiko bunuh diri
11. Bunuh diri merupakan kesepian
12. Orang-orang yang berniat bunuh diri memang ingin mati
13. Berpikir untuk bunuh diri merupakan hal yang jarang terjadi
14. Menanyakan kepada seseorang, terutama orang yang depresi, tentang bunuh diri akan
memojokkannya dan menyebabkan tindakan bunuh diri yang sebenarnya tidak akan terjadi
jika tidak ditanyakan
15. Orang-orang yang mencoba bunuh diri dengan cara yang kefatalannya rendah tidak sungguh-
sungguh ingin membunuh dirinya sendiri

D. PENUTUP

Ketika membayangkan bunuh diri biasanya berpikir tentang seseorang yang penuh
dengan perhitungan melakukan tindakan dramatis yang dipilih secara eksplisit untuk
mengakhiri hidupnya dengan segera, seseorang memiliki niat bunuh diri jika mereka
bertindak dengan cara yang tidak tampak jelas ingin menghancurkan diri sendiri, namun
dapat menyebabkan cedera serius atau kematian setelah kurun waktu lama, sebenarnya kasus
bunuh diri seperti yang terjadi akhir – akhir ini tidak akan terjadi jika para pelakunya
memiliki keyakinan akan agama mereka yang kuat, maka dari itu bersikaplah sebagaimana
orang yang taat beragama supaya kita bisa terhindar dari kemungkinan yang tidak kita
inginkan.

Você também pode gostar