Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
tinggi,dataran rendah yang terdapat di lembah dan pantai serta termasuk dalam
seperti :gempa bumi, tsunami, banjir bandang, tanah longsor dan konflik sosial.
Salah satu bencana alam yang sering terjadi di Sulawesi tengah adalah
bencana tanah longsor. Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang
selalu hampir terjadi di setiap musim penghujan yang melanda daerah perbukitan
pada daerah tropis basah karena adanya curah hujan yang tinggi. Tanah Longsor
terjadi jika gaya pendorong pada lereng lebih besar dibandingkan gaya penahan
lereng.
berbagai gangguan yang terjadi pada kestabilan tanah atau batuan yang menyusun
1
lereng itu sendiri. Kegiatan manusia juga dapat mempengaruhi terjadinya longsor,
pengaruh besar terhadap kondisi tanah dan air tanah, hal ini akan mempengaruhi
untuk mengurangi seminimal mungkin korban jiwa, kerugian harta benda serta
sarana dan prasarana. Kegiatan manusia dikenal sebagai salah satu faktor paling
penting dalam mempengaruhi terjadinya tanah longsor yang cepat dan intensif.
bencana longsor, Untuk dapat memantau dan mengamati fenomena tanah longsor
diperlukan adanya suatu analisa dan pemetaan daerah rawan longsor yang mampu
2
penyebab terjadinya tanah longsor. Selain itu juga kita bisa mengetahui sebaran
daerah rawan longsor dan faktor utama penyebabnya sehingga kita bisa
Dari permasalahan bencana longsor diatas, maka diperlukan suatu input data
SIG adalah pengelolaan data geografis yang didasarkan pada kerja komputer
bumi yang didapat tanpa adanya kontak langsung. Selain itu, lebih mudah
dengan medan ataupun daerah penelitian dan tanpa mengeluarkan biaya yang
3
parameter lahan untuk memperoleh daerah tingkat kerawanan longsor dan
4
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya bencana longsor di Kecamatan Palolo?
1.3.Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Penyebab Terjadinya Bnecana Longsor di Kecamatan Palolo.
1. Manfaat Teoritis :
longsor
longsor.
2. Manfaat Praktis :
a. Bagi Peneliti :
5
1) Dapat menambah wawasan dan ilmu dalam penanganan
kehidupan masyarakat.
b. Bagi Pemerintah :
tanah longsor.
c. Bagi Masyarakat :
penelitian ini adalah segala kemungkinan longsor yang bisa saja terjadi di
6
2. Longsor adalah perpindahan material dari pembentuk lereng dan bergerak
pindah dari tempat asalnya. Adapun Longsor yang dimaksud adalah longsor
7
BAB II
adalah Agus Sriyono yang berjudul Identifikasi Kawasan Rawan Bencana Longsor
adalah menghasilkan peta rawan bencana longsor dan mengetahui sebaran kawasan
jenis tanah, tata air lereng, pola tanam, penggalian dan pemotongan lereng.
dokumentasi, dan Scoring. hasil penelitian ini adalah terdapat tiga zonasi kawasan
Pemetaan Daerah Rawan Longsor dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
Geografis (Studi Kasus Hutan Lindung Kabupaten Mojokerto) Tahun 2008. Tujuan
penelitian ini ialah memetakan daerah rawan terhadap longsor dengan menggunakan
penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis. Data yang digunakan ialah
citra satelit SPOT 4 tahun 2008 ditunjang degan data lain, seperti data curah
hujan, peta jenis tanah, peta kawasan hutan, peta geologi, dan data SRTM. Adapun
8
metode yang digunakan ialah overlay dan memberikan skor pada masing-masing
longsor rendah (13,28 Ha), kerawanan longsor sedang (177,24 Ha), dan
9
Berikut adalah Daftar Tabel Penelitian yang relevan terhadap proposal penelitian yang ingin diajukan yaitu:
Judul dan Jenis Tehnik Tehnik Hasil Penelitian
Nama Rumusan Tujuan
No Tahun Penelitian Pengumpulan Analisa
Peneliti Masalah Penelitian
Penelitian Data Data
1. Agus ”Identifikasi 1. Bagaimana 1. menghasilkan Metode Tehnik Tehnik Terdapat tiga
Sriyono Kawasan cara menghasilkan peta rawan Penleitian pengumpulan analsis data zonasi kawasan
Rawan peta rawan longsor bencana yang data yang yang rawan
Bencana di kecamatan longsor. digunakan digunakan digunakan bencana
Longsor banyu Biru.? 2. mengetahui adalah adalah adalah longsor dengan
Kecamatan 2.Bagaimana cara sebaran observasi, wawancara dan analisis zona A, zona B,
Banyubiru mengetahui kawasan dokumenta mengambil data kwantitatif dan zona C.
Kabupaten sebaran longsor di rawan bencana si, dan sekunder deskriptif
Semarang kecamatan longsor di Scoring. seperti
Tahun Banyubiru? Kecamatan monografi desa
2012” Banyubiru. dan sebagainya.
2. Jefri Pemetaan Bagaimana cara memetakan Metode Tehnik Tehnik memperlihatka
Andrian Daerah memetakan daerah daerah rawan Penleitian pengumpulan analsis data n
Nugroho Rawan rawan terhadap terhadap longsor yang data yang yang kawasan hutan
Longsor hutan lindung di dengan digunakan digunakan digunakan lindung
dengan kecamatan menggunakan adalah adalah adalah Kabupaten
Penginderaa Mojokerto? penginderaan observasi, wawancara dan analisis Mojokerto
n Jauh dan jauh dan Sistem dokumenta mengambil data kwantitatif memilki
Sistem Informasi si, dan sekunder deskriptif tingkat
Informasi Geografis. Scoring. seperti kerawanan
Geografis monografi desa longsor rendah
(Studi dan sebagainya. (13,28 Ha),
Kasus kerawanan
10
Hutan longsor sedang
Lindung (177,24 Ha),
Kabupaten dan kerawanan
Mojokerto) longsor tinggi
Tahun (427,15 Ha).
2008.
11
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Longsor
Menurut Hardiyatmo, (2001) Secara umum, kelongsoran lereng
tambahan dapat berupa bangunan baru, penambahan beban oleh air yang
masuk ke pori-pori tanah, beban dinamis oleh pepohonan yang tertiup angin
dan lain-lain. Kedua, penggalian atau pemotongan tanah pada kaki lereng.
Kelima, kenaikan tekanan secara lateral oleh air (air yang mengisi retakan
massa tanah dan batuan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih
rendah. Pergerakan tersebut terjadi karena adanya faktor gaya yang terletak
pada bidang tanah yang tidak rata atau disebut lereng. Selanjutnya gaya
kedudukan muka air tanah, sifat fisik tanah dan sudut dalam tahanan geser
Kerentanan (vulnerability).
12
2.1.2 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Longsor
Menurut Ana Marina Ulfa Rahayu (2016:11-12) Tanah longsor
pada lereng yaitu gaya penahan (shear strength) dan gaya peluncur (shear
stress). Gaya penahan massa tanah pada lereng dipengaruhi oleh kandungan
air, berat massa tanah itu sendiri dan berat beban bangunan.
Faktor penyebab longsor dipicu oleh dua faktor utama, yaitu faktor
a. Faktor Alam
1) Geomorfologi
2) Geologi
mempengaruhi struktur geologi ialah sifat fisik tanah dan batuan, tanah
3) Keairan
13
Intensitas curah hujan yang tinggi menjadi salah satu pemicu
pada lereng yang terjal, erosi yang menggerus lereng, dan abrasi
4) Vegetasi penutup
longsor, karena memiliki akar yang kuat dan dapat menembus tanah
atau batuan yang terletak pada bidang gelincir. Namun, penebangan pohon-
pohon pada lereng, dapat memicu terjadinya longsor karena akar pohon
b. Ulah Manusia
lereng.
14
bencana. Kerawanan bencana (hazard vulnerability) adalah tingkat
bencana alam. Bencana alam disini ialah bencana longsor. Analisis longsor
a. Kurang rawan
1000 meter dan kemiringan lereng yang landai. Curah hujan kurang dari 250
mm.
b. Rawan
meter dengan kemiringan lereng agak curam. Curah hujan lebih dari250 mm.
c. Sangat rawan
dari 1500 meter bahkan lebih dari 2000 meter dengan kondisi lereng sangat
curam hingga terjal. Curah hujan mencapai 300-500 mm. Jenis tanah
lempung berpasir akan labil ketika hujan turun dengan intensitas tinggi. Tiga
kategori diatas, didapatkan pula dari hasil akhir Skoring. Skoring ialah
15
pemberian skor atau nilai terhadap masing-masing nilai parameter untuk
terjadinya longsor. Tanah yang merekah pada saat musim kemarau, ketika
musim hujan tiba, hujan akan turun dengan intensitas yang tinggi akan
masuk ke dasar lereng sehingga tanah lempung berpasir semakin basah dan
2) Kemiringan Lereng
16
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22 Tahun 2007 menyebutkan
40o atau curam. Biasanya di daerah perbukitan atau pegunungan Selain itu,
3) Ketinggian
landai. Jika suatu daerah semakin tinggi, maka kemiringan lereng semakin
curam.
4) Jenis Tanah
terutama apabila terjadi hujan, karena air hujan mudak masuk ke dalam
penampang tanah.
5) Penggunaan Lahan
daerah dataran tinggi dan kemiringan lereng yang agak curam hingga curam
17
dapat memicu terjadinya longsor. Sebab, jenis vegetasi tersebut memiliki
akar yang kurang kuat untuk menahan air yang masuk ke dalam penampang
bahwa “pohon yang cocok ditanam di lereng curam adalah yang tidak
terlalu tinggi, namun memiliki jangkauan akar yang luas sebagai pengikat
tanah”.
tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi
a. Longsoran Translasi
terjadi di Indonesia.
b. Longsoran Rotasi
bersamaan pada bidang gelincir yang cekung. Jenis longsor juga sering
terjadi di Indonesia
c. Pergerakan Blok
18
d. Runtuhan Batu
e. Rayapan Tanah
miring ke bawah.
Jenis tanah longsor ini biasanya terjadi ketika hujan turun dengan deras.
Jenis longsor ini dapat bergerak di sepanjang lembah dan dapat mencapai
19
1. Faktor utama karakteristik wilayah longsor ialah kemiringan lereng lebih
sehingga kelerengannya cukup terjal dengan kemiringan lereng lebih dari 200.
2. Negara kita juga yang beriklim tropis dengan curah hujan yang sangat tinggi
tebalnya lapisan tanah pembentuk lereng. Lapisan tanah yang tebal ini
apabila di bawahnya terdapat lapisan batu yang kedap air menyebabkan tanah
lapisan batu yang kedap air tadi menjadi bidang gelincir yang memungkinkan
terjadinya longsor. Lapisan tanah yang tebal di atas lereng ini menjadi tanda
3. Selanjutnya faktor ketiga yaitu, buruknya sistem drainase di bawah lereng dan
tata guna lahan yang buruk juga menjadi tanda-tanda suatu kawasan yang
mengalami tanah longsor. Sistem tata air yang buruk ini menyebabkan air
hujan yang masuk ke dalam lereng ketika hujan turun mengendap disana
4. Faktor yang keempat hampir sama dengan faktor ketiga diatas. Lereng yang
menyebabkan air hujan langsung masuk ke dalam lereng. Faktor kelima yaitu
Kawasan yang sudah retak berbentuk tapal kuda di atas tebing mengindikasi
20
bahwa tebing tersebut sudah mulai bergerak. Keadaan ini akan diperparah
apabila turunnya hujan dalam waktu yang lama. Selain 20 itu, rembesan air
sangat jenuh air atau sudah terpenuhi oleh air. Banyaknya air dalam lereng
seperti yang dijelaskan pada faktor ketiga bisa menyebabkan terjadinya tanah
longsor.
5. Faktor selanjutnya ialah pembangunan rumah dan bangunan lain di atas lereng
bisa menambah beban terhadap lereng. Ketika sebuah lereng awalnya stabil
namun karena beban di atasnya terlalu besar maka lama- kelamaan lereng
tersebut akan tidak stabil lagi dan lambat laun bisa menyebabkan bencana
longsor.
membawa potensi besar terhadap terjadinya longsor. Semakin besar usaha atau
yag menjadi faktor yang dapat menyebabkan longsor salah satunya adalah
21
2.1.6 Sistem Informasi Geografi (SIG) Untuk Wilayah Rawan Longsor
Menurut Aronoff (1989) dalam Prahasta (2001) Sistem Informasi
menangani data yang bersifat rutgeografi: (a) masukan, (b) manajemen data
(penyimpanan dan pengambilan data), (c) analisis dan manipulasi data, (d)
keluaran.
earth.
maupun analisis data secar simultan sehingga dapat diperoleh informasi yang
22
c. Definisi SIG menurut Anon SIG adalah suatu informasi yang dapat
memadukan antara data grafis (spasial) dengan data teks (atribut) objek yang
bumi.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan
bahwa SIG adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja
a. Data Input
Komponen masukan data mengubah dari data mentah atau bentuk asli ke
suatu bentuk yang dapat digunakan SIG. Data yang diperlukan untuk suatu
kegiatan umumnya tersedia dalam berbagai bentuk yang berbeda seperti: peta
analog, tabel, grafik/diagram, set data digital asli, peta, foto udara, citra satelit,
23
b. Data Output
c. Data Management
maupun tabel-tabel atribut terkait ke dalam sebuah sistem basis data dengan
dapat dihasilkan oleh SIG. selain itu, bertugas untuk melakukan manipulasi
kemiskinan.
24
g) Pengehematan waktu dan biaya
25
2.2 KERANGKA PEMIKIRAN
Langkah awal dalam penelitian ini ialah penulis melihat kondisi fisik
longsor mengacu pada Nugroho (2008), yaitu parameter curah hujan, kemiringan
kemudian tiap parameter tersebut diberikan skor dengan metode Skoring dan
zonasi daerah rawan longsor. dari zonasi tersebut, dapat ditemukan tingkat
rawan, rawan, dan sangat rawan di visualisasikan dengan peta tingkat kerawanan
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kwantitatif deskriptif . Metode
penelitian kwantitatif deskriptif merupakan pengungkapan suatu fenomena
keadaan alam untuk dilihat potensi terjadinya longsor , kemudian dilihat tingkat
bahaya longsor tersebut dengan memanfaatkan sistem informasi geografi (SIG)
sebagai sarana pengolah data. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan keruangan.
I Peta RBI
Kecamatan Palolo
N
P Observasi Kondisi
Fisik Wilayah
U
Peta
Peta
Peta Adminis
T Peta Penggu Peta
Lereng Topogr trasi
naan Tanah
afi Kecamat
an Lahan
P Palolo
R
O
S
E Skoring
Sistem Klasifikasi daerah
S rawan longsor Overlay
O
U
T
P Peta Kerentanan Longsor di Kecamatan Palolo
U
T
27
3.3 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tenpat Penelitian
Sulawesi Tengah.
a. Curah Hujan
b. Kemiringan Lahan/Lereng
atau persen.
c. Ketinggian Lokasi
d. Penggunaan Lahan
28
e. Tanah
Tanah merupakan bahan alam yang terdiri dari air, udara dan butir-
butir tanah.
3.5.1 Populasi
data yang memiliki karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah
sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili
seluruh populasi .
3.6.1 Alat
b. Komputer
29
c. Kamera
d. Alat Tulis
3.6.2 Bahan
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder dan primer. Data sekunder
adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada sedangkan data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi, data dari hasil interpretasi
pengamatanya melalui hasil kerja pancaindra mata dan dibantu dengan panca
30
Teknik ini sering disebut sebagai analisis isi (content analysis)yang
cenderung mencatat apa yang tersirat dan yang tersurat. Teknikini digunakan
untuk mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen dan arsip tentang
bencana longsor. Tehnik ini digunakan untuk menulusuri histori dokumen yang
Pamijahan
ini.
31
2. Skoring
3. Pembobotan
digunakan apabila setiap karakter memiliki peranan berbeda atau jika memiliki
dengan cara memberi bobot. Porsi untuk pembobotan tiap parameter berbeda,
4. Analisis Deskripsi
32
Daftar Pustaka
Alhasanah, F. 2006. Pemetaan dan Analisis Daerah Rawan Tanah Longsor Serta
Upaya Mitigasinya Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus
Kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang,
Provinsi Jawa Barat). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Arifianti Yukni, dan Sumaryono . 2010 . Mengenal Lebih Dekat Tanah Lo
ngsor.Bandung: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
33