Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
OLEH:
KELOMPOK VII
KELAS: KEPERAWATAN D
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Sistem Endokrin dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIPERPITUITARISME” tepat pada
waktunya.
Kami menyadari bahwa laporan ini, masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun agar ke
depannya lebih baik lagi.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau
hiperplasia hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone
hipofise atau lebih yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Hormon-hormon hipofisis
lainnya sering dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah
Hiperpituitari adalah sekresi yang berlebihan satu atau beberapa hormon yang
dikeluakan oleh kelenjar hipofisis. Hiperpituitari adalah produksi hormone pituitary yang
berlebihan diduga disebabkan oleh hyperplasia sel-sel pituitary atau defek hipotalamus
primer yang menyebabkan kelebihan produksi factor pelepas hormone.
Hiperpituitari adalah oversekresi hormone dari kelenjar pituitary anterior, bisa terjadi
pada satu hormon, dua hormon atau lebih dengan penyebab utama karena masalah pada
kelenjar pituitariatau karena penyebab lainnya akibat disfungsi hipotalamus.
Hiperpituitarisme yaitu suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi
hipofisis sehingga menyebabkan peningkatan sekresi salah satu hormon hipofisis atau
lebih
B. TUJUAN
a. TUJUAN UMUM
Meningkatkan pola pikir ilmiah tentang Hiperpituitarisme
b. TUJUAN KHUSUS
1. Meningkatkan pemahaman tentang Hiperpituitarisme
2. Meningkatkan pemahaman tentang Epidemiologi Hiperpituitarisme
3. Meningkatkan pemahaman tentang Etiologi Hiperpituitarisme
4. Meningkatkan pemahaman tentang Patofisiologi Pathway dan Respon Masalah
Keperawatan (WOC) pada Hiperpituitarisme
5. Meningkatkan pemahaman tentang Komplikasi Hiperpituitarisme
6. Meningkatkan pemahaman tentang Gejala Klinik Hiperpituitarisme
7. Meningkatkan pemahaman tentang Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil
Hiperpituitarisme
8. Meningkatkan pemahaman tentang Penatalaksanaan Hiperpituitarisme
9. Meningkatkan pemahaman tentang Asuhan Keperawatan Hiperpituitarisme
BAB II
PEMBAHASAN
Hiperpituitari adalah sekresi yang berlebihan satu atau beberapa hormon yang
dikeluakan oleh kelenjar hipofisis (Price & Wilson, 2006)
Hiperpituitari adalah produksi hormone pituitary yang berlebihan diduga
disebabkan oleh hyperplasia sel-sel pituitary atau defek hipotalamus primer yang
menyebabkan kelebihan produksi factor pelepas hormone (Rudolph, Abraham, dkk,
2006).
Hiperpituitari adalah oversekresi hormone dari kelenjar pituitary anterior, bisa
terjadi pada satu hormon, dua hormon atau lebih dengan penyebab utama karena
masalah pada kelenjar pituitariatau karena penyebab lainnya akibat disfungsi
hipotalamus. (Simon Kleden, dkk)
Hiperpituitarisme yaitu suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau
hiperplasi hipofisis sehingga menyebabkan peningkatan sekresi salah satu hormon
hipofisis atau lebih (http://sely-biru.blogspot.com/2010/03/askep-klien-gawat-darurat-
gadar-dengan_29.html)
3. Epidemiologi
Sekitar 60-80% dari semua tumor pada kelenjar pituitary adalah prolactinoma
(prolactine-secreting tumors). Berikutnya adalah tumor-tumor yang menyebabkan
hipersekresi growth hormon dan yang ketiga adalah tumor-tumor yang mensekresi
ACTH (Corticotroph tumors). Gonadotropin adenoma, TSH secreting hormon juga
jarang ditemukan.
Klasifikasi hiperpituitari terjadi lebih sering pada wanita dari pada laki-laki. Pada
adenoma gonadotropin, tidak ada factor penyebab yang dapat ditemukan pada 80%-
90% anak perempuan dan 50% anak laki-laki. Rata-rata penderita hipertiroid dan
chusing syndrome, biasanya sering pada usia di atas 20 tahun dan di bawah 40-50
tahun.
4. Etiologi
a. Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama hiperpituitarisme. 6-18 % tumor
intrakranial adalah adenoma pituitari anterior. Pada banyak pasien penyebab pasti
tumor ini belum diketahui dan tidak ada riwayat dalam keluarga.Adenoma hampir
selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut dengan functioning tumor
(Baradero,Mery. 2009; hal 11). Penyebabnya adalah kondisi dimana secara
patologis kelenjar pituitari mengalami hiperplasi atau terbentuk tumor sehingga
terjadilah peningkatan sekresi hormon yang dikeluarkan dari hipofise.
b. Defek hipotalamus primer yang menyebabkan kelebihan produksi factor pelepas
hormone pada kelenjar pituitari juga dapat sebagai penyebab. Ini dikaitkan dengan
fungsi hipotalamus dalam memproduksi neurohormon, khususnya hormone
penggiat yang diangkut menuju hipofisis.
c. Faktor Eksogen: Akibat radiasi leher dan kepala, dan pengobatan misalnya
kortikosteroid dan ACTH (jangka panjang), penggunaan oral kontrasepsi dan
psikotropik.
d. Ada juga penyebab yang idiopatik.
5. Patofisiologi Pathway (WOC) dan Respon Masalah Keperawatan
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel
mana dari kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi. Kelenjar biasanya
mengalami pembesaran disebut adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10
mm atau adenoma mikroskopik bila diameternya kurang dari 10 mm, yang terdiri atas
1 jenis sel atau beberapa jenis sel. Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama
hiperpituitarisme. Penyebab adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma ini hampir
selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut functioning tumor.
Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH, ACTH dan
prolaktin. Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH, LH atau FSH sangat jarang
terjadi. Functioning tumor yang sering di temukan pada hipofisis anterior adalah:
1. Prolactin-Secreting Tumors (tumor penyekresi prolaktin) atau prolaktinoma.
Prolaktinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang
terdiri atas sel-sel pensekresi prolaktin. Gejala khas pada kondisi ini sangat jelas
pada wanita usia reproduktif dan dimana tidak terjadi menstruasi, yang bersifat
primer dan sekunder, galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada
hubungannya dengan kehamilan), dan infertilitas.
2. Somatotroph Tumors (hipersekresi pertumbuhan)
Adenoma somatotropik terdiri atas sel-sel yang mengsekresi hormon pertumbuhan.
Gejala klinik hipersekresi hormon pertumbuhan bergantung pada usia klien saat
terjadi kondisi ini. Misalnya saja pada klien pre pubertas, dimana lempeng epifise
tulang panjang belum menutup, mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang
memanjang sehingga mengakibatkan gigantisme. Pada klien post pubertas,
adenoma somatotropik mengakibatkan akromegali, yang ditandai dengan
perbesaran ektremitas (jari, tangan, kaki ), lidah, rahang, dan hidung. Organ-organ
dalam juga turut membesar (misal; kardiomegali). Kelebihan hormon pertumbuhan
menyebabkan gangguan metabolik, seperti hiperglikemia dan hiperkalsemia.
Pengangkatan tumor dengan pembedahan merupakan pengobatan pilihan.
3. Corticotroph Tumors (menyekresi ardenokortikotrofik /ACTH)
Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH. Kebanyakan tumor
ini adalah mikroadonema dan secara klinis dikenal dengan tanda khas penyakit
Cushing’s. Ada dua perubahan fisiologis karena tumor hipofisis:
a. Perubahan yang timbul karena adanya space-occupying mass dalam kranium.
b. Perubahan yang di akibatkan oleh hipersekresi hormone dari tumornya itu
sendiri.
Adenoma hipofisis adalah adenoma intraselular (tumor didalam sella tursika), dengan
besar diameter kurang dari 1 cm dengan tanda-tanda hipersekresi hormone.
Klasifikasi hipofisis/adenoma hipofisis:
a. Encapsulated (tidak ada metastasis dalam sella tursika)
b. Invasive (sella tursika rusak karena metastasis)
c. Mikroadenoma (encapsulate tumor dengan diameter kurang dari 10 mm)
d. Makroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter lebih dari 10mm). Tumor ini
bisa sampai ke suprasellar.
Perubahan neorologis bisa terjadi akibat tekanan jaringan tumor yang semakin
membesar. Tekanan ini bisa terjadi pada saraf optic, saraf kranial III (okulomotor),
saraf karnial IV (troklear), dan saraf karnial V (trigeminal). Tumor yang sangat besar
bisa menginfiltrasi hipotalamus.
6. Komplikasi
a. Pada sebagian besar penderita gigantisme, akhirnya akan menderita
panhipopitutarisme bila gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme biasanya
disebabkan oleh adanya tumor pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai
merusak kelenjar itu sendiri.
b. Pembedahan adalah diabetes insipidus (kekurangan hormon pengatur pengeluaran
urine / ADH) dapat berlangsung sekitar dari beberapa hari sampai dua minggu.
c. Efek samping terapi radiasi adalah mual dan muntah sampai pada hipopituitaris
medan rinorea cairan serebrospinal (secret cairan serebrospinal melalui hidung).
d. Kritis tyroid: apabila terlihat tiga gejala yaitu peningkatan gejala hypertyroidisme,
febris dan menurunnya kesadaran
e. Komplikasi hematologis penggunaan OAT pada hipertiroid berupa depresi
sumsum tulang dengan agranulositosis, dengan keluhan nyeri telan, febris dan
leukositosis dengan granulosit rendah.
f. Pada sindrom chusing, komplikasi dapat berupa krisis addison, dengan efek yang
merugikan pada aktivitas korteks adrenal.
7. Gejala Klinik
Manifestasi klinisnya bergantung pada hormone yang terganggu, secara umum berupa
gangguan neurologis dan gangguan endokrin.
1. Gangguan Neurologis
Gangguan neurologis terjadi akibat adanya pertumbuhan tumor didalam Dura,
Sellae Diapragh atau langsung pada struktur. Gangguan neurologis yang paling
umum ditemukan adalah pada saraf III, IV dan V. Tumor dapat berinfiltrasi
struktur tulang atau pada lobus frontal atau temporal dan pada tumor yang
berukuran besar dapat menekan dan berinfiltasi ke hipotalamus. Pembesaran
lingkar kepala juga terjadi, pada anak juga memperlihatkan tanda peningkatan
TIK, khususnya sakit kepala. Perdarahan yang terjadi di dalam tumor dapat
meningkatkan ukuran tumor secara tiba-tiba dan menimbulkan tanda dan gejala
neurologis.
a. Microadenoma (enclosed)
Tidak ada tanda dan gejala neurologis
b. Macroadenoma (enclosed atau invasive)
1) Gangguan pengelihatan; hemianopia atau scotomos (gangguan penglihatan
pada setengah daerah lapang penglihatan satu atau kedua mata)sampai
buta total
2) Sakit kepala
3) Somnolence (mengantuk yang tidak normal)
4) Peningkatan tekanan intrakranial (hidrosefalus, papiledema/edema diskus
optikus)
5) Pada tumor yang besar: gangguan nafsu makan, tidur, pengaturan suhu,
emosional
6) Perubahan perilaku dan kejang
2. Gangguan Endokrin
1) Prolaktinoma (adenoma laktotropin)/Prolactin- sekreting tumors
Biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang terdiri atas sel-sel pensekresi
prolaktin. Gejala yang khas pada kondisi ini sangat jelas pada wanita usia
reproduktif dan dimana terjadi amenorea (tidak menstruasi, yang bersifat
primer dan sekunder), galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada hubungannya
dengan kehamilan), ini biasa dikenal dengan istilah galaktore-amenorea, dan
infertilitas.
Biasanya disebabkan karena tumor pituitary tetapi dapat pula disebabkan
karena agen pharmacologis seperti: psikotropics, antihipertensi, estrogen, opiat
atau juga karena penyakit pada CNS yang berhubungan langsung dengan
sekresi dopamin.
Pada perempuan:
Biasanya microadenoma
Gangguan haid: haid ireguler, periode anofulatori, oligomenorhoe
(menstruasi yang jarang secara abnormal) bahkan amenorhoe, infertiliti
(kurangnya kemampuan menghasilkan keturunan), galactorhoe.
Defisit steriod ovarian: atrofi mukosa vagina, dyspareunia (sukar/nyeri
saat persetubuhan), penurunan lubrikasi vagina dan penurunan libido.
Pada laki-laki:
Biasanya macroadenoma
Menurunnya libido dan kemungkinan impotensi, jumlah sperma
berkurang dan infertiliti, Gynecomastia (perkembangan kelenjar susu laki-
laki yang berlebihan)
Pada laki-laki dan perempuan
10000𝑚𝑔
Peningkatan kadar serum prolactine: > 𝑚𝑙
d. Penatalaksanaan
Bila pertumbuhan tumor tidak dapat dicegah atau produksi hormon tidak dapat
dihambat dan dikembalikan ke keadaan normal maka akan menyebabkan berbagai
perubahan/permasalahan pada fungsi tubuh secara keseluruhan. Pengobatan dilakukan
dengan cara:
1. Jika terdapat lesi, dapat dilakukan tindakan bedah hipofisektomi atau bedah krio
untuk membuang tumor.
2. Terapi untuk menghancurkan jaringan pituitary termasuk penyinaran eksternal/
kriosurgery dan implant radioatif. Bergantung pada luasnya penanganan bedah
dan insufisiensi pituitary, penggantian hormone dengan ekstrak tiroid, kortison
dan hormone-hormon seks mungkin diperlukan.
3. Pengobatan medis menggunakan bromokriptin (antagonis dopamin) dan
octreotide (analog sintetik somatostatin), dapat menurunkan supresi kadar GH dan
IGF-1, mengecilkan ukuran tumor dan memperbaiki gambaran klinis. Semua obat
ini menghambat produksi atau pelepasan hormone pertumbuhan dan mengurangi
gejala secara bermakna.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnese
1. Identitas
Jenis Kelamin: Lebih sering pada wanita dari pada laki-laki dengan pasien
hipertiroid dan chusing syndrome.
Usia: Biasanya sering terjadi pada usia > 20-40 atau 50 tahun.
2. Keluhan Utama: Kelelahan, perubahan bentuk (khususya ukuran) tubuh,
nyeri kepala, nyeri tulang belakang, gangguan penglihatan, mengantuk yang
tidak normal, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, tidak toleransi
terhadap suhu, gangguan haid, galaktorea, ginekomastia, penurunan libido,
nafsu makan meningkat tapi berat badan menurun, retensi urin
3. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan keluhan keletihan dan
kelemahan otot, nyeri kepala, temporal/frontal, nyeri tulang belakang,
gangguan penglihatan, penurunan BB, perubahan pada penampilan tubuh:
perubahan ukuran tubuh, gangguan tidur, tidak toleransi terhadap suhu,
gangguan haid, galaktorea, ginekomastia, penurunan libido, nafsu makan
meningkat tapi berat badan menurun, retensi urin
4. Riwayat Penyakit Sebelumnya: Adenoma hipofisis, defek hypothalamus
primer, riwayat radiasi leher dan kepala.
a. Pengobatan sebelumnya: Penggunaan oral kontrasepsi dan psikotropik,
serta kortikosteroid atau ACTH jangka panjang.
b. Pengkajian psikososial: Pasien biasanya rentan terhadap stress fisik
maupun psikologis, pasien dapat mengeluh depresi, cemas karena
perubahan-perubahan yang terjadi
c. Riwayat Psikoseksual: Kaji kepuasan hubungan seksual. Pada perempuan,
adanya keluhan amenorea, galaktore, pada laki-laki mengeluh impotensi,
hilangnya libido
d. Kaji tingkat pengetahuan tentang gangguan, pengobatan dan hasil dari
pengobatan: Mengetahui persepsi pasien dan keluarga pasien mengenai
masalah kesehatan, pengelolaan dan bantuan yang diperlukan.
5. ADL:
Aktivitas: Mengeluh bahwa kelemahan dan letargi menyebabkan
pembatasan/penurunan aktivitas sehari-hari
Status nutrisi: Kaji pola makan (frekuensi dan asupan makanan). Umumnya
pasien dapat menunjukkan penurunan BB misalnya pada pasien dengan
adenoma thyroid, sedangkan pada adenoma somatotroph menunjukkan
peningkatan BB sesuai tinggi badan.
Eliminasi: Kaji pola intake dan output cairan. Pada pasien dengan SIADH
output urin sedikit menurun akibat retensi cairan oleh peningkatan kadar
ADH. Peningkatan BAB akibat peningkatan metabolisme.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Untuk semua pasien dengan tumor pitutari (prepengobatan)
a. Nyeri b.d sakit kepala akibat tekanan massa pada intracranial
b. Gangguan citra tubuh b.d perubahan karakteristik dan fungsi tubuh
c. Gangguan persepsi sensoris; penglihatan b.d penekanan pada optikchiasma,
gangguan fungsi saraf optikus
d. Kecemasan b.d krisis situsional (stimulasi SSP akibat status hipermetabolik),
terapi atau pembedahan yang akan dijalani
e. Disfungsi seksual b.d penurunan libido, infertilitas, impotensi
f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosa dan pengobatan b.d kurang
pemajanan informasi mengenai diagnosa dan pengobatan yang baru
2. Untuk pasien dengan prolactin secreting tumors (prepengobatan)
a. Gangguan citra tubuh b.d perubahan karakteristik tubuh
b. Gangguan fungsi seksual b.d gangguan siklus haid, penurunan libido,
impotensi.
3. Untuk pasien dengan GH secreting tumors (prepengobatan)
a. Penurunan curah jantung b.d perubahan structural: pembesaran atrium
b. Gangguan citra tubuh b.d perubahan karakteristik tubuh
c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan
4. Untuk pasien dengan tiroid secreting tumors (prepengobatan)
a. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan kapasitas vital dan dispnea
b. Hipertermi b.d peningkatan laju metabolisme
c. Gangguan pola eliminasi bowel (diare, konstipasi) b.d peningkatan laju
metabolisme
d. Gangguan proses pikir b.d peningkatan stimulasi sistim saraf simpatetik atau
kadar hormone tyroid yang tinggi
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolisme
Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d peningkatan beban kerja jantung.
f. Resiko cedera b.d hipokalsemia
5. Untuk pasien dengan kortikotropik secreting tumors (prepengobatan)
a. Resiko cidera b.d osteoporosis
b. Resiko terhadap infeksi b.d katabolisme protein yang berlebihan dan depresi
fagositosis leukositik sekunder akibat hiperglikemi
c. Kurang perawatan diri b.d kelemahan, perasaan mudah lelah, atrofi otot &
perubahan pola tidur
d. Gangguan integritas kulit b.d edema, gangguan kesembuhan & kulit yang tipis
serta rapuh
e. Gangguan proses berfikir b.d fluktuasi emosi, iritabilitas & depresi
6. Untuk pasien dengan adenoma gonadotropin (prepengobatan)
Gangguan citra tubuh b.d perubahan karakteristik tubuh
7. Untuk semua pasien dengan tipe pembedahan
a. Resiko kurang volume cairan b.d gangguan fungsi ADH atau korteks adrenal
akibat trauma pembedahan.
b. Gangguan pertukaran gas b.d tidak adekuatnya napas dalam, terpasangnya
drain pada hidung.
c. Resiko infeksi b.d kehilangan barrier terhadap mikroorganisme akibat insisi
pada mukosa membran.
d. Kurang pengetahuan tentang prosedur, tujuan, dan komplikasi pembedahan
b.d kurang terpajan informasis
8. Untuk pasien dengan terapi radiasi
a. Resiko injuri b.d ketidakmampuan mempertahankan hemostasis kardiak
output, dan fungsi pernapasan, serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
defisiensi ACTH dan TSH.
b. Gangguan fungsi seksual b.d siklus haid, penurunan libido atau impotensi
c. Kurang pengetahuan tentang: prosedur, tujuan, dan komplikasi radiasi b.d
kurang informasi
9. Untuk pasien dengan SIADH
a. Kelebihan volume cairan b.d meningkatnya produksi ADH
b. Perubahan proses pikir b.d akumulasi toksin (urea, amonia) dan
ketidakseimbangan elektrolit (hiponatremia)
3. Rencana Tindakan/Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN KEPERAWATAN (Goal, INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN Objektif dan Outcomes) KEPERAWATAN
1. Perubahan sensori Goal: Klien akan menerima perubahan 1. Jelaskan pada pasien 3. Klien dapat berpartisipasi
perseptual (penglihatan) sensori perseptual (penglihatan) selama secara jelas dan singkat lebih baik dalam
b.d transmisi impuls dalam perawatan tentang prosedur dan penanganan.
akibat kompresi tumor Objektif: Klien akan mengalami lainnya.
pada nervus optikus. penurunan transmisi impuls akibat 2. Berikan kesempatan 4. Agar pasien dapat
kompresi tumor selama dalam perawatan kepada klien untuk melakukan koping
Outcomes: Dalam waktu 3x24 jam mengungkapkan perasaan terhadap
perawatan klien mampu: tentang penurunan atau penurunan/kehilangan
Mempertahankan orientasi orang, bahkan kehilangan penglihatan.
tempat dan waktu penglihatan, seperti
Menunjukkan perhatian terhadap dampaknya terhadap gaya
lingkungan eksternal hidup.
3. Pantau tanda-tanda dan
5. Menurunkan resiko
gejala disorientasi;
terjatuh bila pasien
pertahankan pagar tempat
bingung atau tidak
tidur, orientasikan pada
mengenal lingkungan.
lingkungan dan dorong
orang terdekat tinggal
dengan pasien.
4. Sediakan lingkungan yang
aman, letakkan barang 6. Memungkinkan klien
yang dibutuhkan dalam melihat objek lebih
jangkauan. mudah untuk dijangkau
sehingga mencegah
5. Motivasi pengguanaan alat cedera.
bantu penglihatan 7. Penggunaan ini dapat
(kacamata) mengurangi deprivasi
sensorik
4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi, tidak teratasi atau teratasi sebagian dengan
mengacu pada kriteria evaluasi
6. Pendidikan Pasien
Pendidikan pasien dilakukan sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan. Setelah tindakan transpenoidal hipofisektomi, perawat dapat
menjelaskan agar klien melakukan beberapa hal berikur:
Menghindari aktivitas yang dapat menghambat penyembuhan seperti mengejan, batuk, dll.
Jelaskan agar klien mengindahkan faktor-faktor yang dapat mencegah obstipasi.
Jelaskan bahwa sensasi hilang rasa pada daerah insisi adalah biasa, dapat berlangsung 3-4 bulan. Oleh karena itu anjurkan klien
memeriksa gusinya untuk mengetahui adanya lesi dan perdarahan setiap hari.
Setelah operasi, pemberian hormon diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan cairan. Jelaskan penggunaan obat-obatan dan
jelaskan pula perlunya tindak lanjut secara teratur.