Você está na página 1de 23

ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN HIPERPITUITARISME

OLEH:

KELOMPOK VII

 SEMUEL Y. F. TUNGGA NIM. 01.12.00811


 TEDYGUS LULI UHE NIM. 01.12.00813
 WILHELMINA KELEN NIM.01.12.00816

KELAS: KEPERAWATAN D

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


CITRA HUSADA MANDIRI
KUPANG
2013/2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Sistem Endokrin dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIPERPITUITARISME” tepat pada
waktunya.

Dalam menyelesaikan makalah ini, kami banyak menemukan kesulitan. Namun,


berkat bantuan serta motivasi dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik.

Kami menyadari bahwa laporan ini, masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun agar ke
depannya lebih baik lagi.

Kupang, April 2014

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau
hiperplasia hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone
hipofise atau lebih yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Hormon-hormon hipofisis
lainnya sering dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah
Hiperpituitari adalah sekresi yang berlebihan satu atau beberapa hormon yang
dikeluakan oleh kelenjar hipofisis. Hiperpituitari adalah produksi hormone pituitary yang
berlebihan diduga disebabkan oleh hyperplasia sel-sel pituitary atau defek hipotalamus
primer yang menyebabkan kelebihan produksi factor pelepas hormone.
Hiperpituitari adalah oversekresi hormone dari kelenjar pituitary anterior, bisa terjadi
pada satu hormon, dua hormon atau lebih dengan penyebab utama karena masalah pada
kelenjar pituitariatau karena penyebab lainnya akibat disfungsi hipotalamus.
Hiperpituitarisme yaitu suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi
hipofisis sehingga menyebabkan peningkatan sekresi salah satu hormon hipofisis atau
lebih

B. TUJUAN
a. TUJUAN UMUM
Meningkatkan pola pikir ilmiah tentang Hiperpituitarisme

b. TUJUAN KHUSUS
1. Meningkatkan pemahaman tentang Hiperpituitarisme
2. Meningkatkan pemahaman tentang Epidemiologi Hiperpituitarisme
3. Meningkatkan pemahaman tentang Etiologi Hiperpituitarisme
4. Meningkatkan pemahaman tentang Patofisiologi Pathway dan Respon Masalah
Keperawatan (WOC) pada Hiperpituitarisme
5. Meningkatkan pemahaman tentang Komplikasi Hiperpituitarisme
6. Meningkatkan pemahaman tentang Gejala Klinik Hiperpituitarisme
7. Meningkatkan pemahaman tentang Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil
Hiperpituitarisme
8. Meningkatkan pemahaman tentang Penatalaksanaan Hiperpituitarisme
9. Meningkatkan pemahaman tentang Asuhan Keperawatan Hiperpituitarisme
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Anatomi Fisiologi Kelenjar Hipofisis
Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di
dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika melindungi hipofisa
tetapi memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang.
Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan
daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan akan menyebabkan sakit kepala atau
gangguan penglihatan. Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar
endokrin lainnya. Hipofisa dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang
terletak tepat diatas hipofisa. Hipotalamus dan hipofisis dihubungkan oleh sistem
portal hipotalamo-hipofisis.Melalui sistem tersebut releasing hormon dari hipotalamus
mencapai hipofisis, sehingga hipofisis mudah melepaskan hormon-hormon.
a. Hipofisis Anterior
Hormon hipofisis anterior meliputi hal berikut:
1. Growth hormone (GH) atau hormon pertumbuhan. Organ targetnya adalah
seluruh tubuh. Fungsi:
a) Pertumbuhan sel dan tulang
b) Mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak
 Meningkatkan sintesis protein
 Meningkatkan lipolisis (memecahkan lemak menjadi asam lemak dan
gliserol)
 Meningkatkan retensi elektrolit dan volume cairan ekstraseluler
2. Prolaktin (PRL). Organ targetnya adalah payudara dan gonad. Fungsi:
3. Tyroid-stimulating hormone (TSH). Organ targetnya adalah payudara dan
gonad. Fungsi:
a) Perlu untuk perkembangan paudara dan laktasi
b) Pengatur organ reproduksi
4. Adrenocorticotrophic hormone (ACTH). Organ targetnya adalah korteks
adrenal. Fungsi:
a) Perlu untuk pertumbuhan dan mempertahankan besarnya korteks adrenal
b) Mengendalikan keluarnya (release) glukokortikoid (kortisol) dan adrenal
androgen (sifat kejantanan)
5. Gonadotropin, terdiri atas follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing
hormone (LH). Organ targetnya adalah gonad. Berfungsi untuk menstimulasi
gametogenesis dan produksi steroid seks pada pria dan wanita.
b. Hipofisis Posterior
Kelenjar hipofisis posterior menyimpan dan mengeluarkan dua hormon, hormon
antidiuretik atau vasopresin (ADH) dan oksitosin. Kedua hormon ini dihasilkan
oleh hipotalamus. Organ target hormon ADH atau vasopresin adalah ginjal dan
fungsi utamanya adalah:
1. Mengatur osmolalitas dan volume air dalam tubuh
2. Meningkatkan permeabilitas tubula ginjal terhadap air sehingga lebih banyak air
yang direabsorpsi.
3. Menstimulasi rasa haus
Organ target oksitosin adalah payudara dan uterus, fungsinya:
1. Pengeluaran air susu ibu (ASI) yang sedang laktasi
2. Meningkatkan kontraksi uterus bila sudah ada his.
2. Pengertian
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau
hiperplasia hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu
hormone hipofise atau lebih yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Hormon-hormon
hipofisis lainnya sering dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah. (Rumahardo,
2000:36)

Hiperpituitari adalah sekresi yang berlebihan satu atau beberapa hormon yang
dikeluakan oleh kelenjar hipofisis (Price & Wilson, 2006)
Hiperpituitari adalah produksi hormone pituitary yang berlebihan diduga
disebabkan oleh hyperplasia sel-sel pituitary atau defek hipotalamus primer yang
menyebabkan kelebihan produksi factor pelepas hormone (Rudolph, Abraham, dkk,
2006).
Hiperpituitari adalah oversekresi hormone dari kelenjar pituitary anterior, bisa
terjadi pada satu hormon, dua hormon atau lebih dengan penyebab utama karena
masalah pada kelenjar pituitariatau karena penyebab lainnya akibat disfungsi
hipotalamus. (Simon Kleden, dkk)
Hiperpituitarisme yaitu suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau
hiperplasi hipofisis sehingga menyebabkan peningkatan sekresi salah satu hormon
hipofisis atau lebih (http://sely-biru.blogspot.com/2010/03/askep-klien-gawat-darurat-
gadar-dengan_29.html)

3. Epidemiologi
Sekitar 60-80% dari semua tumor pada kelenjar pituitary adalah prolactinoma
(prolactine-secreting tumors). Berikutnya adalah tumor-tumor yang menyebabkan
hipersekresi growth hormon dan yang ketiga adalah tumor-tumor yang mensekresi
ACTH (Corticotroph tumors). Gonadotropin adenoma, TSH secreting hormon juga
jarang ditemukan.
Klasifikasi hiperpituitari terjadi lebih sering pada wanita dari pada laki-laki. Pada
adenoma gonadotropin, tidak ada factor penyebab yang dapat ditemukan pada 80%-
90% anak perempuan dan 50% anak laki-laki. Rata-rata penderita hipertiroid dan
chusing syndrome, biasanya sering pada usia di atas 20 tahun dan di bawah 40-50
tahun.

4. Etiologi
a. Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama hiperpituitarisme. 6-18 % tumor
intrakranial adalah adenoma pituitari anterior. Pada banyak pasien penyebab pasti
tumor ini belum diketahui dan tidak ada riwayat dalam keluarga.Adenoma hampir
selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut dengan functioning tumor
(Baradero,Mery. 2009; hal 11). Penyebabnya adalah kondisi dimana secara
patologis kelenjar pituitari mengalami hiperplasi atau terbentuk tumor sehingga
terjadilah peningkatan sekresi hormon yang dikeluarkan dari hipofise.
b. Defek hipotalamus primer yang menyebabkan kelebihan produksi factor pelepas
hormone pada kelenjar pituitari juga dapat sebagai penyebab. Ini dikaitkan dengan
fungsi hipotalamus dalam memproduksi neurohormon, khususnya hormone
penggiat yang diangkut menuju hipofisis.
c. Faktor Eksogen: Akibat radiasi leher dan kepala, dan pengobatan misalnya
kortikosteroid dan ACTH (jangka panjang), penggunaan oral kontrasepsi dan
psikotropik.
d. Ada juga penyebab yang idiopatik.
5. Patofisiologi Pathway (WOC) dan Respon Masalah Keperawatan
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel
mana dari kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi. Kelenjar biasanya
mengalami pembesaran disebut adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10
mm atau adenoma mikroskopik bila diameternya kurang dari 10 mm, yang terdiri atas
1 jenis sel atau beberapa jenis sel. Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama
hiperpituitarisme. Penyebab adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma ini hampir
selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut functioning tumor.
Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH, ACTH dan
prolaktin. Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH, LH atau FSH sangat jarang
terjadi. Functioning tumor yang sering di temukan pada hipofisis anterior adalah:
1. Prolactin-Secreting Tumors (tumor penyekresi prolaktin) atau prolaktinoma.
Prolaktinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang
terdiri atas sel-sel pensekresi prolaktin. Gejala khas pada kondisi ini sangat jelas
pada wanita usia reproduktif dan dimana tidak terjadi menstruasi, yang bersifat
primer dan sekunder, galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada
hubungannya dengan kehamilan), dan infertilitas.
2. Somatotroph Tumors (hipersekresi pertumbuhan)
Adenoma somatotropik terdiri atas sel-sel yang mengsekresi hormon pertumbuhan.
Gejala klinik hipersekresi hormon pertumbuhan bergantung pada usia klien saat
terjadi kondisi ini. Misalnya saja pada klien pre pubertas, dimana lempeng epifise
tulang panjang belum menutup, mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang
memanjang sehingga mengakibatkan gigantisme. Pada klien post pubertas,
adenoma somatotropik mengakibatkan akromegali, yang ditandai dengan
perbesaran ektremitas (jari, tangan, kaki ), lidah, rahang, dan hidung. Organ-organ
dalam juga turut membesar (misal; kardiomegali). Kelebihan hormon pertumbuhan
menyebabkan gangguan metabolik, seperti hiperglikemia dan hiperkalsemia.
Pengangkatan tumor dengan pembedahan merupakan pengobatan pilihan.
3. Corticotroph Tumors (menyekresi ardenokortikotrofik /ACTH)
Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH. Kebanyakan tumor
ini adalah mikroadonema dan secara klinis dikenal dengan tanda khas penyakit
Cushing’s. Ada dua perubahan fisiologis karena tumor hipofisis:
a. Perubahan yang timbul karena adanya space-occupying mass dalam kranium.
b. Perubahan yang di akibatkan oleh hipersekresi hormone dari tumornya itu
sendiri.
Adenoma hipofisis adalah adenoma intraselular (tumor didalam sella tursika), dengan
besar diameter kurang dari 1 cm dengan tanda-tanda hipersekresi hormone.
Klasifikasi hipofisis/adenoma hipofisis:
a. Encapsulated (tidak ada metastasis dalam sella tursika)
b. Invasive (sella tursika rusak karena metastasis)
c. Mikroadenoma (encapsulate tumor dengan diameter kurang dari 10 mm)
d. Makroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter lebih dari 10mm). Tumor ini
bisa sampai ke suprasellar.
Perubahan neorologis bisa terjadi akibat tekanan jaringan tumor yang semakin
membesar. Tekanan ini bisa terjadi pada saraf optic, saraf kranial III (okulomotor),
saraf karnial IV (troklear), dan saraf karnial V (trigeminal). Tumor yang sangat besar
bisa menginfiltrasi hipotalamus.

6. Komplikasi
a. Pada sebagian besar penderita gigantisme, akhirnya akan menderita
panhipopitutarisme bila gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme biasanya
disebabkan oleh adanya tumor pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai
merusak kelenjar itu sendiri.
b. Pembedahan adalah diabetes insipidus (kekurangan hormon pengatur pengeluaran
urine / ADH) dapat berlangsung sekitar dari beberapa hari sampai dua minggu.
c. Efek samping terapi radiasi adalah mual dan muntah sampai pada hipopituitaris
medan rinorea cairan serebrospinal (secret cairan serebrospinal melalui hidung).
d. Kritis tyroid: apabila terlihat tiga gejala yaitu peningkatan gejala hypertyroidisme,
febris dan menurunnya kesadaran
e. Komplikasi hematologis penggunaan OAT pada hipertiroid berupa depresi
sumsum tulang dengan agranulositosis, dengan keluhan nyeri telan, febris dan
leukositosis dengan granulosit rendah.
f. Pada sindrom chusing, komplikasi dapat berupa krisis addison, dengan efek yang
merugikan pada aktivitas korteks adrenal.
7. Gejala Klinik
Manifestasi klinisnya bergantung pada hormone yang terganggu, secara umum berupa
gangguan neurologis dan gangguan endokrin.
1. Gangguan Neurologis
Gangguan neurologis terjadi akibat adanya pertumbuhan tumor didalam Dura,
Sellae Diapragh atau langsung pada struktur. Gangguan neurologis yang paling
umum ditemukan adalah pada saraf III, IV dan V. Tumor dapat berinfiltrasi
struktur tulang atau pada lobus frontal atau temporal dan pada tumor yang
berukuran besar dapat menekan dan berinfiltasi ke hipotalamus. Pembesaran
lingkar kepala juga terjadi, pada anak juga memperlihatkan tanda peningkatan
TIK, khususnya sakit kepala. Perdarahan yang terjadi di dalam tumor dapat
meningkatkan ukuran tumor secara tiba-tiba dan menimbulkan tanda dan gejala
neurologis.
a. Microadenoma (enclosed)
Tidak ada tanda dan gejala neurologis
b. Macroadenoma (enclosed atau invasive)
1) Gangguan pengelihatan; hemianopia atau scotomos (gangguan penglihatan
pada setengah daerah lapang penglihatan satu atau kedua mata)sampai
buta total
2) Sakit kepala
3) Somnolence (mengantuk yang tidak normal)
4) Peningkatan tekanan intrakranial (hidrosefalus, papiledema/edema diskus
optikus)
5) Pada tumor yang besar: gangguan nafsu makan, tidur, pengaturan suhu,
emosional
6) Perubahan perilaku dan kejang

2. Gangguan Endokrin
1) Prolaktinoma (adenoma laktotropin)/Prolactin- sekreting tumors
Biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang terdiri atas sel-sel pensekresi
prolaktin. Gejala yang khas pada kondisi ini sangat jelas pada wanita usia
reproduktif dan dimana terjadi amenorea (tidak menstruasi, yang bersifat
primer dan sekunder), galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada hubungannya
dengan kehamilan), ini biasa dikenal dengan istilah galaktore-amenorea, dan
infertilitas.
Biasanya disebabkan karena tumor pituitary tetapi dapat pula disebabkan
karena agen pharmacologis seperti: psikotropics, antihipertensi, estrogen, opiat
atau juga karena penyakit pada CNS yang berhubungan langsung dengan
sekresi dopamin.
Pada perempuan:
 Biasanya microadenoma
 Gangguan haid: haid ireguler, periode anofulatori, oligomenorhoe
(menstruasi yang jarang secara abnormal) bahkan amenorhoe, infertiliti
(kurangnya kemampuan menghasilkan keturunan), galactorhoe.
 Defisit steriod ovarian: atrofi mukosa vagina, dyspareunia (sukar/nyeri
saat persetubuhan), penurunan lubrikasi vagina dan penurunan libido.
Pada laki-laki:
 Biasanya macroadenoma
 Menurunnya libido dan kemungkinan impotensi, jumlah sperma
berkurang dan infertiliti, Gynecomastia (perkembangan kelenjar susu laki-
laki yang berlebihan)
Pada laki-laki dan perempuan
10000𝑚𝑔
 Peningkatan kadar serum prolactine: > 𝑚𝑙

 Penurunan kadar gonadsteriod


2) Adenoma somatotropik/Somatotroph tumors
Penyakit ini berlangsung lambat dan baru diketahui setelah penderita
memasuki usia menengah, kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi
Growth Hormone (GH) yang berlebihan.
Gejala klinik hipersekresi hormon pertumbuhan bergantung pada usia
klien saat terjadi kondisi ini. Misalnya saja pada klien pre pubertas, di mana
lempeng epifise tulang panjang belum menutup, mengakibatkan pertumbuhan
vertical, tulang-tulangmemanjang sehingga mengakibatkan gigantisme. Pada
klien post pubertas, adenomasomatotropik mengakibatkan akromegali,
pertumbuhan akan mengarah transversal, yang ditandai dengan pembesaran
ekstermitas (jari, tangan, kaki), lidah, rahang, dan hidung. Ciri utamanya
adalah dahi melebar (membesar). Pada kulit pori-pori melebar, rambut pada
wajah bertambah banyak, kulit menebal dan berlipat. Organ-organ dalam juga
turut membesar (mis: kardiomegali). Kelebihan hormon pertumbuhan
menyebabkan gangguan metabolik, seperti hiperglikemia dan hiperkalsemia.
Pengangkatan tumor dengan pembedahan merupakan pengobatan pilihan.
Gejala metabolik dengan tindakan ini dapat mengalami perbaikan, namun
perubahan tulang tidak mengalami regresi.
Selain itu, terjadi perubahan suara, peningkatan pada tulang belakang yang
menyebabkan kifosis, dan bahkan perubahan adanya dalam pergerakan:
lethargi dan kelelahan
3) Adenoma kortikotropik/Corticotroph Tumors
Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH. Kebanyakan
tumor ini adalah mikroadenoma dan secara klinis dikenal dengan tanda khas
penyakit cushing’s.
4) Tyroid adenoma
Adenoma tiroid menyebabkan peningkatan kadar hormone tiroid yang
mengakibatkan ketidakseimbangan metabolic. Secara klinis dikenal dengan
hipertiroidisme.
5) Adenoma gonadotropin/ tumor gonadotropin
Tumor gonadotropin sering dijumpai pada usia pertengahan dan yang lebih
banyak ditemukan pada laki-laki dari pada wanita. Hipersekresi FSH lebih
sering terjadi, walaupun tumor juga dapat mensekresi LH. Kasus ini jarang
ditemukan.
Pubertas prekoks disebabkan oleh aktivasi hipotalamus-hipofisis-gonad
dengan sekresi hormone-hormon seks, perkembangan karakteristik seks
sekunder, dan kadang-kadang menghasilkan sperma atau ovum yang matang.
Pubertas prekoks dijelaskan hanya sebagai aktivitas dini proses maturasi yang
tidak lazim yang dianggap sebagai kejadian normal pada usia selanjutnya.
6) SIADH (Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone)
Kumpulan gejala akibat gangguan hormon antidiuretik, gangguan produksi
hormon antidiuretik ini menyebabkan retensi garam atau hiponatremia. Ahli
patologi klinik juga akan mencari data labor lain yang berhubungan dengan
osmolaritas serum, peningkatan gravitas urin, edema atau dehidrasi,
hiponatremia dan peningkatan hormon plasma vasopresin. Biasanya fungsi
adrenal, tyroid dan ginjal dalam batas normal. Manifestasi yang diamati secara
langsung terkait dengan retensi cairan dan hipotonisitas. Peningkatan sekresi
ADH menyebabkan ginjal mengabsorbsi kembali air, yang meningkatkan
volume cairan, dan menurunkan osmolalitas serum. Apabila kadar natrium
serum di bawah 120 mEq/L, anak akan memperlihatkan anoreksia, mual,
kadang muntah, kram perut, iritabilitas, dan perubahan kepribadian. Karena
penurunan natrium yang progresif, menimbulkan tanda-tanda neurologis
seperti bingung, stupor, kejang dan koma.
Salah satu rangsangan yang menyebabkan sekresi (vasopresin) menjadi
kuat adalah penurunan valume darah. Penyebab peningkatan ini adalah atrium,
terutama atrium kanan, mempunyai reseptor regang yang di bangkitkan,
reseptor akan mengirimkan sinyal ke otak untuk menghambat sekresi ADH.
Sebaliknya, bila tidak dibangkitkan akibat tidak penuhnya pengisian, terjadi
proses yang berlawanan, dengan peningkatan sekresi ADH yang sangat besar.
Lebih lanjut, disamping reseptor regangan atrium, penurunan regangan
baroreseptor pada daerah karotid, aortik dan pulmonari dalam peningkatan
sekresi ADH.

11. Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil


a. Pemeriksaan endokrin: Pemeriksaan darah (selain itu dapat juga pemeriksaan urin)
yang bertujuan untuk mengetahui hormon-hormon yang berlebihan. Pemeriksaan
endokrin memastikan adanya kelebihan hormone lain, termasuk kortikosteroid dan
hormone-hormon seks.
1. Kadar growth hormone: nilai normal 10 mg/ml baik pada anak dan dewasa.
2. Kadar ACTH: dilakukan dengan test supresi deksametason. Normal ACTH
10-80 pg/dL (pkl 07.00-10.00), 5-30 pg/dL (pkl 16.00), < 10 pg/mL (pkl
22.00-24.00)
3. Kadar tiroid: dapat ditemukan peningkatan T3 dan T4. T3 normal yaitu
dewasa 0,2-0,3 ml/dl, anak/bayi 180-240 mg/dl. Kadar T4 normal 6-12 ml/dl.
Sedangkan TSH mengalami penekanan (normalnya 0,3-4,0 mu/dl).
4. Kadar normal gonadotropin yaitu pada wanita tak hamil pemerikasaan serum:
< 0,01 IU/ml, urin: negative. Sedangkan pada wanita hamil, pemeriksaan
serum pada minggu I: 0,01-0,4 IU/ml hingga minggu ke 26-40 mencapai 5-15
IU/ml, urin: 1-12 minggu: 6.000-500.000 IU/ml.
5. Kadar LH normal: dewasa: pra-pascaovulasi = 5-15 mU/mL, siklus
pertengahan = 13-145 mU/mL, pasca menopause = 20-100 mU/mL. Pada anak
< 12 tahun : < 5 mU/mL. Sedangkan kadar FSH normalnya yaitu pada
dewasa: fase folikular = 4-30 mU/mL, siklus pertengahan = 10-90 mU/mL,
fase luteal = 4-30 mU/mL, pasca menopause = 40-250 mU/mL, pada anak = 5-
12 mU/mL. Pada pria sendiri, kadar hormone ini lebih rendah, untuk LH 2-12
mU/Ml, FSH 4-25 mU/mL.
6. Kadar ADH normal pada dewasa: < 5 pg/mL.
Catatan: Nilai-nilai rujukan biasanya disesuaikan pada setiap institusi.
b. Pemeriksaan radiologic : Foto tengkorak, CT Scan otak dan MRI adanya tumor
pada sela tursika yang membesar, pembesaran tulang dan perubahan sendi. Foto
tulang/osteo dilakukan untuk melihat kondisi tulang.
c. Tes toleransi glukosa: Penurunan sensitivitas menyebabkan peningkatan glukosa.

d. Penatalaksanaan

Bila pertumbuhan tumor tidak dapat dicegah atau produksi hormon tidak dapat
dihambat dan dikembalikan ke keadaan normal maka akan menyebabkan berbagai
perubahan/permasalahan pada fungsi tubuh secara keseluruhan. Pengobatan dilakukan
dengan cara:

1. Jika terdapat lesi, dapat dilakukan tindakan bedah hipofisektomi atau bedah krio
untuk membuang tumor.
2. Terapi untuk menghancurkan jaringan pituitary termasuk penyinaran eksternal/
kriosurgery dan implant radioatif. Bergantung pada luasnya penanganan bedah
dan insufisiensi pituitary, penggantian hormone dengan ekstrak tiroid, kortison
dan hormone-hormon seks mungkin diperlukan.
3. Pengobatan medis menggunakan bromokriptin (antagonis dopamin) dan
octreotide (analog sintetik somatostatin), dapat menurunkan supresi kadar GH dan
IGF-1, mengecilkan ukuran tumor dan memperbaiki gambaran klinis. Semua obat
ini menghambat produksi atau pelepasan hormone pertumbuhan dan mengurangi
gejala secara bermakna.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnese
1. Identitas
 Jenis Kelamin: Lebih sering pada wanita dari pada laki-laki dengan pasien
hipertiroid dan chusing syndrome.
 Usia: Biasanya sering terjadi pada usia > 20-40 atau 50 tahun.
2. Keluhan Utama: Kelelahan, perubahan bentuk (khususya ukuran) tubuh,
nyeri kepala, nyeri tulang belakang, gangguan penglihatan, mengantuk yang
tidak normal, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, tidak toleransi
terhadap suhu, gangguan haid, galaktorea, ginekomastia, penurunan libido,
nafsu makan meningkat tapi berat badan menurun, retensi urin
3. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan keluhan keletihan dan
kelemahan otot, nyeri kepala, temporal/frontal, nyeri tulang belakang,
gangguan penglihatan, penurunan BB, perubahan pada penampilan tubuh:
perubahan ukuran tubuh, gangguan tidur, tidak toleransi terhadap suhu,
gangguan haid, galaktorea, ginekomastia, penurunan libido, nafsu makan
meningkat tapi berat badan menurun, retensi urin
4. Riwayat Penyakit Sebelumnya: Adenoma hipofisis, defek hypothalamus
primer, riwayat radiasi leher dan kepala.
a. Pengobatan sebelumnya: Penggunaan oral kontrasepsi dan psikotropik,
serta kortikosteroid atau ACTH jangka panjang.
b. Pengkajian psikososial: Pasien biasanya rentan terhadap stress fisik
maupun psikologis, pasien dapat mengeluh depresi, cemas karena
perubahan-perubahan yang terjadi
c. Riwayat Psikoseksual: Kaji kepuasan hubungan seksual. Pada perempuan,
adanya keluhan amenorea, galaktore, pada laki-laki mengeluh impotensi,
hilangnya libido
d. Kaji tingkat pengetahuan tentang gangguan, pengobatan dan hasil dari
pengobatan: Mengetahui persepsi pasien dan keluarga pasien mengenai
masalah kesehatan, pengelolaan dan bantuan yang diperlukan.
5. ADL:
 Aktivitas: Mengeluh bahwa kelemahan dan letargi menyebabkan
pembatasan/penurunan aktivitas sehari-hari
 Status nutrisi: Kaji pola makan (frekuensi dan asupan makanan). Umumnya
pasien dapat menunjukkan penurunan BB misalnya pada pasien dengan
adenoma thyroid, sedangkan pada adenoma somatotroph menunjukkan
peningkatan BB sesuai tinggi badan.
 Eliminasi: Kaji pola intake dan output cairan. Pada pasien dengan SIADH
output urin sedikit menurun akibat retensi cairan oleh peningkatan kadar
ADH. Peningkatan BAB akibat peningkatan metabolisme.

b. Pemeriksaan Fisik: Sangat bergantung pada jenis hormone yang mengalami


peningkatan sekresi.
Pengkajian head to toe:
Yang Dikaji Uraian
Pengkajian secara umum Keadaan umum lemah, bahkan intoleransi,
aktivitas, proporsi tubuh yaitu pertumbuhan
berlebih pada tulang panjang menyebabkan tinggi
seseorang dapat mencapai 8 kaki atau lebih, BB
meningkat. Sedangkan pada kasus dengan
hipertiroid, BB menurun secara drastis. Intoleransi
terhadap panas, keringat berlebihan.
Kulit Kulit dapat menebal dan berlipat, kaji pigmentasi
kulit, peningkatan perspirasi pada kulit
menyebabkan kulit basah karena berkeringat.
Muka/kepala, mulut Pembesaran lingkar kepala, bibir, lidah, hidung dan
rahang, pembesaran mandibula dan prognatisme.
Rambut pada wajah bertambah banyak. Mata
melotot (eksoftalmus). Penurunan penglihatan
akibat gangguan saraf optikus. Kesulitan
mengunyah. Wajah seperti bulan (moon face) pada
sindrom chusing.
Leher Saat auskultasi adanya pembesaran suara karena
hipertofi laring.
Toraks/dada Adanya kardiomegali saat perkusi, menyebabkan
gagal jantung sehingga ditandai dengan bradikardia,
nadi perifer berkurang, distrimia, dispnea,
hipertensi.
Abdomen Bising usus meningkat pada beberapa kasus,
hepatomegali pada saat palpasi. Pada pasien chusing
sindom adanya striae.
Ekstremitas Adanya pertumbuhan transversal atau vertical
memperlihatkan kaki dan tangan membesar dan
lebar, bahkan tangan menyerupaio persegi empat
dengan jari-jari bulat dan tumpul.
Persyarafan Ketidakstabilan emosi. Tremor, stupor, kejang
bahkan koma.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Untuk semua pasien dengan tumor pitutari (prepengobatan)
a. Nyeri b.d sakit kepala akibat tekanan massa pada intracranial
b. Gangguan citra tubuh b.d perubahan karakteristik dan fungsi tubuh
c. Gangguan persepsi sensoris; penglihatan b.d penekanan pada optikchiasma,
gangguan fungsi saraf optikus
d. Kecemasan b.d krisis situsional (stimulasi SSP akibat status hipermetabolik),
terapi atau pembedahan yang akan dijalani
e. Disfungsi seksual b.d penurunan libido, infertilitas, impotensi
f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosa dan pengobatan b.d kurang
pemajanan informasi mengenai diagnosa dan pengobatan yang baru
2. Untuk pasien dengan prolactin secreting tumors (prepengobatan)
a. Gangguan citra tubuh b.d perubahan karakteristik tubuh
b. Gangguan fungsi seksual b.d gangguan siklus haid, penurunan libido,
impotensi.
3. Untuk pasien dengan GH secreting tumors (prepengobatan)
a. Penurunan curah jantung b.d perubahan structural: pembesaran atrium
b. Gangguan citra tubuh b.d perubahan karakteristik tubuh
c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan
4. Untuk pasien dengan tiroid secreting tumors (prepengobatan)
a. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan kapasitas vital dan dispnea
b. Hipertermi b.d peningkatan laju metabolisme
c. Gangguan pola eliminasi bowel (diare, konstipasi) b.d peningkatan laju
metabolisme
d. Gangguan proses pikir b.d peningkatan stimulasi sistim saraf simpatetik atau
kadar hormone tyroid yang tinggi
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolisme
Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d peningkatan beban kerja jantung.
f. Resiko cedera b.d hipokalsemia
5. Untuk pasien dengan kortikotropik secreting tumors (prepengobatan)
a. Resiko cidera b.d osteoporosis
b. Resiko terhadap infeksi b.d katabolisme protein yang berlebihan dan depresi
fagositosis leukositik sekunder akibat hiperglikemi
c. Kurang perawatan diri b.d kelemahan, perasaan mudah lelah, atrofi otot &
perubahan pola tidur
d. Gangguan integritas kulit b.d edema, gangguan kesembuhan & kulit yang tipis
serta rapuh
e. Gangguan proses berfikir b.d fluktuasi emosi, iritabilitas & depresi
6. Untuk pasien dengan adenoma gonadotropin (prepengobatan)
Gangguan citra tubuh b.d perubahan karakteristik tubuh
7. Untuk semua pasien dengan tipe pembedahan
a. Resiko kurang volume cairan b.d gangguan fungsi ADH atau korteks adrenal
akibat trauma pembedahan.
b. Gangguan pertukaran gas b.d tidak adekuatnya napas dalam, terpasangnya
drain pada hidung.
c. Resiko infeksi b.d kehilangan barrier terhadap mikroorganisme akibat insisi
pada mukosa membran.
d. Kurang pengetahuan tentang prosedur, tujuan, dan komplikasi pembedahan
b.d kurang terpajan informasis
8. Untuk pasien dengan terapi radiasi
a. Resiko injuri b.d ketidakmampuan mempertahankan hemostasis kardiak
output, dan fungsi pernapasan, serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
defisiensi ACTH dan TSH.
b. Gangguan fungsi seksual b.d siklus haid, penurunan libido atau impotensi
c. Kurang pengetahuan tentang: prosedur, tujuan, dan komplikasi radiasi b.d
kurang informasi
9. Untuk pasien dengan SIADH
a. Kelebihan volume cairan b.d meningkatnya produksi ADH
b. Perubahan proses pikir b.d akumulasi toksin (urea, amonia) dan
ketidakseimbangan elektrolit (hiponatremia)
3. Rencana Tindakan/Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN KEPERAWATAN (Goal, INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN Objektif dan Outcomes) KEPERAWATAN
1. Perubahan sensori Goal: Klien akan menerima perubahan 1. Jelaskan pada pasien 3. Klien dapat berpartisipasi
perseptual (penglihatan) sensori perseptual (penglihatan) selama secara jelas dan singkat lebih baik dalam
b.d transmisi impuls dalam perawatan tentang prosedur dan penanganan.
akibat kompresi tumor Objektif: Klien akan mengalami lainnya.
pada nervus optikus. penurunan transmisi impuls akibat 2. Berikan kesempatan 4. Agar pasien dapat
kompresi tumor selama dalam perawatan kepada klien untuk melakukan koping
Outcomes: Dalam waktu 3x24 jam mengungkapkan perasaan terhadap
perawatan klien mampu: tentang penurunan atau penurunan/kehilangan
 Mempertahankan orientasi orang, bahkan kehilangan penglihatan.
tempat dan waktu penglihatan, seperti
 Menunjukkan perhatian terhadap dampaknya terhadap gaya
lingkungan eksternal hidup.
3. Pantau tanda-tanda dan
5. Menurunkan resiko
gejala disorientasi;
terjatuh bila pasien
pertahankan pagar tempat
bingung atau tidak
tidur, orientasikan pada
mengenal lingkungan.
lingkungan dan dorong
orang terdekat tinggal
dengan pasien.
4. Sediakan lingkungan yang
aman, letakkan barang 6. Memungkinkan klien
yang dibutuhkan dalam melihat objek lebih
jangkauan. mudah untuk dijangkau
sehingga mencegah
5. Motivasi pengguanaan alat cedera.
bantu penglihatan 7. Penggunaan ini dapat
(kacamata) mengurangi deprivasi
sensorik

2. Gangguan eliminasi Goal: Klien tidak akan mengalami 1. Mencegah infeksi


1. Bantu dalam
urine b.d infeksi saluran peningkatan gangguan eliminasi urine
melakukan prosedur
kemih selama dalam perawatan
eliminasi kandung
Objektif: Klien akan terbebas dari
kemih yang di
infeksi saluran kemih selama dalam
programkan yaitu:
perawatan
pelatihan
Outcomes: Dalam waktu 3x24 jam
berkemih/baldder
perawatan klien tdak akan mengalami:
training.
 Disuria 2. Untuk memahani
2. Berikan perawatan
 Retensi penyakit dan juga
untuk kondisi
 Nokturia penanganannya
perkemihan pasien untuk memanfaatkan
dengan tepat dan semua tindakan
sesuai program; yangmendukung
pantau kemajuannya. pemulihan.

4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi, tidak teratasi atau teratasi sebagian dengan
mengacu pada kriteria evaluasi
6. Pendidikan Pasien
Pendidikan pasien dilakukan sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan. Setelah tindakan transpenoidal hipofisektomi, perawat dapat
menjelaskan agar klien melakukan beberapa hal berikur:
 Menghindari aktivitas yang dapat menghambat penyembuhan seperti mengejan, batuk, dll.
 Jelaskan agar klien mengindahkan faktor-faktor yang dapat mencegah obstipasi.
 Jelaskan bahwa sensasi hilang rasa pada daerah insisi adalah biasa, dapat berlangsung 3-4 bulan. Oleh karena itu anjurkan klien
memeriksa gusinya untuk mengetahui adanya lesi dan perdarahan setiap hari.
 Setelah operasi, pemberian hormon diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan cairan. Jelaskan penggunaan obat-obatan dan
jelaskan pula perlunya tindak lanjut secara teratur.

Você também pode gostar