Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH
EKA SALFIRA CAHYANINGRUM
NIM 14.049
AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG
DESEMBER 2016
2
PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
Pembimbing,
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
LAMPIRAN.....................................................................................................................57
2
DAFTAR TABEL
1
DAFTAR GAMBAR
2
DAFTAR LAMPIRAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang,
zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok. (Depkes RI,
1979:6).
Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang banyak digunakan oleh
masyarakat dalam pengobatan, hal ini disebabkan karena penggunaan tablet yang
mudah, mempunyai takaran yang cukup teliti, relatif stabil pada penyimpanan,
serta biaya produksinya relatif murah bila dibandingkan dengan bentuk sediaan
farmasi lainnya.
Untuk mendapatkan tablet yang baik tersebut, maka bahan yang akan
dikempa menjadi tablet harus memenuhi sifat-sifat sebagai berikut :
1. Mudah mengalir, artinya jumlah bahan yang akan mengalir dalam corong
air ke dalam ruang cetakan selalu sama setiap saat, dengan demikian bobot
tablet tidak akan memiliki variasi yang besar.
2. Kompatibel, artinya bahan mudah kompak jika dikempa, menghasilkan
tablet yang keras.
3. Mudah lepas dari cetakan, hal ini dimaksudkan agar tablet yang dihasilkan
mudah lepas dan tidak ada bagian yang melekat pada cetakan, sehingga
permukaan tablet halus dan licin (Maria, 2012).
7
8
1. Kuat dan tahan akan gesekan-gesekan yang terjadi pada saat pentabletan,
pengemasan, transportasi, dan penggunaannya.
2. Kadar obat harus terpenuhi.
3. Memenuhi uji keseragaman bobot dan kadar zat aktif didalam tablet
4. Memenuhi uji ketersediaan hayati. Pada tahap awal, kecepatan dan
banyaknya obat yang dilepaskan dari tablet, dapat ditentukan oleh waktu
hancur tablet.
5. Penampilan baik dan menarik, oleh karena itu sering kali diperlukan bahan
pewarna, perasa, dan pemberi aroma.
6. Dapat mempertahankan sifat-sifatnya, yaitu tablet harus tetap acceptable,
aman, dan manjur bila digunakan (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013:13).
45
10
11.Tablet dapat dengan mudah digunakan sendiri oleh pasien tanpa bantuan
tenaga medis.
12. Dibandingkan dengan kapsul, tablet lebih tamperproff (sulit di
palsukan) (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013:12).
1. Tablet cetak
Tablet dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembap dengan tekanan
rendah ke dalam lubang cetakan, kepadatan tablet bergantung pada ikatan kristal
yang terbentuk selama proses pengeringan dan tidak bergantung pada kekuatan
tekanan.
2. Tablet kempa
Dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013:11).
2.1.4.2 Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh
11
Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril dan bersih hormon steroid,
dimasukkan ke dalam kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet
dimasukkan, kemudian kulit dijahit.
6. Tablet hipodermik (hypodermic tablet)
Tablet hipodermik adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut
atau melarut sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan lebih dahulu
sebelum digunakan untuk injeksi hipodermik.
7. Tablet bukal (buccal tablet)
Digunakan dengan meletakan tablet diantara pipi dan gusi, sehingga zat aktif
diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
8. Tablet sublingual
Digunakan dengan cara meletakan tablet dibawah lidah sehingga zat aktif
diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral atau jika
diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti halnya tablet nitrogliserin.
9. Tablet vagina (ovula)
Tablet vagina adalah sediaan padat, umumnya berbentuk telur mudah melemah
(melembek) dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan
sebagai obat luar khasus untuk vagina.
Tablet biasa atau tablet telan adalah tablet yang dibuat tanpa penyalutan,
digunakan secara oral dengan langsung ditelan, pecah dilambung yang umumnya
mengandung bahan aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran dan
lubrikan. Dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja. Umumnya tablet kempa mengandung bahan zat aktif,
bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran dan lubrikan, dapat juga mengandung
bahan pewarna dan lak yang diizinkan bahan pengaroma dan bahan pemanis.
Keuntungan dari tablet kempa biasa yaitu mudah dibawa kemana – mana,
tidak mengandung air, sehingga sediaan stabil dalam penyimpanan, cocok untuk
bahan yang tidak tahan dalam air atau tidak stabil dengan air. Sedangkan,
kerugiannya bioavailibilitas kurang dari 100% karena melalui saluran pencernaan,
tidak dapat diberikan pada pasien yang tidak sadar dan sukar dikonsumsi untuk
anak – anak.
14
2. Laktosa (Pengisi)
a. Pemerian : Serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih
krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis. Stabil diudara, tetapi mudah
menyerap bau (Depkes RI, 1995: 483)
b. Kelarutan : Mudah (dan pelan - pelan) larut dalam air dan
lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak
larut dalam kloroform dan dalam eter (Depkes RI, 1995: 483)
c. Kelembapan : dapat menyerap kelembaban sehingga granulnya
cepat kering
d. Titik lebur : 202,0°C
e. Kegunaan : Zat pengisi dengan konsentrasi 65-85%
(Anwar, 2012: 65).
3. Pati jagung (Amylum maydish) (Pengikat)
a. Pemerian : Serbuk sangat halus, putih
b. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol
c. Mikroskopik : Mikroskopik butir bersegi banyak, bersudut, ukuran 2µm
sampai 23µm atau butir bulat dengan diameter 25 µm sampai 32 µm. Hilus
ditengah berupa rongga yang nyata atau celah berjumlah 2 sampai 5 tidak
ada lamella. Amati dibawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang
berwarna hitam, memotong pada hilus.
d. Titik lebur : 150-160°C (Martindale, 1982: 503)
e. Kegunaan : Zat pengikat dengan konsentrasi 5-10%
16
6. Talk (Pelicin)
a. Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih
keabuan. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran, tidak
berasa (Depkes RI, 1995:771)
b. Titik lebur : 150 °C
c. Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, asam dan basa lemah
dan pelarut organik.
d. Stabilitas : stabil dan dapat disterilkan dengan pemanasan 160
derajat selama tidak kurang selama 1 jam.
e. Konsentrasi : Bahan pelicin(glidant) 1-10%
f.Kegunaan : Pelicin/ Glidant
17
Bahan aktif adalah bahan atau zat yang memiliki khasiat untuk mengobati
suatu penyakit. Bahan aktif disini adalah bahan utama yang sangat penting dalam
pembuatan sediaan, termasuk sediaan tablet. Dalam formula tablet, bahan aktif
yang digunakan sebaiknya memiliki kemurnian yang tinggi, stabil selama proses
selama proses pembuatan tablet, kompaktibel dengan semua bahan aktif dan
bahan lainnya, bentuk partikelnya sferis, ukuran partikel dan distirbusi ukuran
partikelnya banyak, memiliki sifat alir yang baik, kandungan air yang kontinu,
sifat kompresibilitasnya baik, permukaan partikelnya tidak bermuatan, dan
memiliki organoleptis yang dapat diterima (Hadisoewignyo dan Fudholi,
2013:20). Bahan aktif yang digunakan dalam hal ini adalah parasetamol.
cetak langsung, terkadang bahan pengisi dapat bersifat sebagai bahan pengikat
dan bahan pelicin. Kriteria yang baik untuk bahan pengisi adalah :
1. Tidak bereaksi dengan zat aktif dan bahan tambahan yang lain.
2. Tidak memiliki aktifitas fisiologis dan farmakologis.
3. Memiliki kestabilan fisika-kimia yang baik.
4. Tidak mempengaruhi disolusi dan bioavailabilitas sediaan tablet
(Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013:21).
Bahan pengisi dapat digolongkan berdasarkan kelarutannya yaitu :
1. Bahan pengisi larut air, misalnya laktosa, maltosa, sukrosa, dekstrosa,
manitol, dan sorbitol
2. Bahan pengisi tidak larut air, misalnya kalsium sulfat, kalsium karbonat,
amylum dan mikrokristalin selulosa (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013:11).
Bahan pengisi yang digunakan yaitu laktosa. Laktosa adalah gula yang
diperoleh dari susu. Laktosa memiliki sifat antara lain mudah larut dalam air,
memberikan rasa yang dapat diterima di mulut, tidak higroskopik, mudah
dikeringkan pada saat pembuatan dengan metode granulasi basah, memiliki
kompresibilitas yang baik, tidak reaktif, memiliki nilai titik leleh yang tinggi
sehingga tidak akan menjadi lunak pada saat terkena tekanan kompresi, sifat alir
cukup baik, harga relative murah, dan terdapat dalam berbagai macam ukuran
partikel (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013:21).
akan mempengaruhi kualitas granul yang dihasilkan. Bila jumlah bahan pengikat
terlalu sedikit, akan menghasilkan granul yang rapuh. Sedangkan jika terlalu
banyak, akan menghasilkan granul yang terlalu keras. Terdapat empat mekanisme
perlekatan antarpartikel, yaitu :
1. Terbentuknya jembatan cair pada saat penambahan bahan pengikat dalam
bentuk mucilago maupun larutan.
2. Terbentuknya jembatan padat, yang dapat terjadi pada saat pengeringan
granul basah atau penambahan bahan tambahan yang mempunyai titik lebur
rendah. Penambahan larutan pengikat akan membentuk lapisan tipis film yang
teradsorbsi pada permukaan partikel. Pada proses pengeringan akan terjadi
kristalisasi bahan yang terlarut dalam larutan pengikat., dan membentuk
jembatan padat pada titik kontak sehingga mengurangi jarak antarpartikel dan
meningkatkan daerah kontak partikel. Kekuatan jembatan Kristal ini
bergantung pada kecepatan kristalisasi dan jumlah material yang terdeposit.
3. Pada saat terjadinya deformasi plastic, yang dapat menyebabkan
terbentuknya interlocking.
4. Adanya gaya elektrostatiska antarpartikel, yang terjadi pada kondisi
kelembapan yang rendah (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013:31).
Pada proses granulasi, dengan adanya pengikat dalam bentuk cair, maka
bahan pengikat akan membasahi permukaan partikel dan membentuk jembatan
cair (liquid bridges) antarpartikel. Tahapan yang terjadi pada saat penambahan
pengikat, yaitu :
1. Pendular : pada keadaan ini, ruangan antarpartikel diisi sebagian oleh
zat pengikat dan membentuk jembatan cair antara partikel.
2. Funicular : pada keadaan ini, terjadi kenaikan tegangan permukaan
kurang lebih tiga kali tahap pendular.
3. Kapiler : pada keadaan ini semua ruangan antarpartikel diisi oleh
zat pengikat. Karena adanya gaya kapiler pada permukaan konkaf antara
cairan-cairan di permukaan granul, maka akan terjadi pembentukan granul.
4. Droplet : pada tahap ini terjadi penutupan partikel oleh tetesan
cairan. Kekuatan ikatan dipengaruhi oleh gaya permukaan cairan yang
digunakan (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013:33).
20
permukaan granul, distribusi glidan selama granulasi, adsorpsi gas pada glidan
yang berlawanan dengan granulasi, meminimalkan gaya van der Waals dengan
pemisahan granul, mengurangi friksi antar partikel dan mengurangi permukaan
kasar granul dengan penempelan glidan selama granulasi. Beberapa contoh
senyawa yang dapat digolongkan sebagai glidan antara lain : kalsium stearat,
magnesium stearat, talk, pati jagung, Cab-O-Sil, siloid, aerosil (Anwar, 2012:57).
Talkum digunakan dikarenakan tidak OTT dengan komponen lain, akan
menutupi partikel yang tidak beraturan, tablet mudah dicetak dan tidak lengket.
Pemilihan talkum sebagai glidan adalah karena talkum merupakan glidan yang
baik dan dapat dikombinasikan dengan Mg stearat untuk memperbaiki sifat aliran
dari granul. Karena sifat fisika kimianya sangat halus, tidak berbau, mudah
digunakan, berbentuk bubuk, kristal. Talkum mudah melekat dan melapisi granul
dan lembut jika disentuh dan bebas dari bongkahan kecil. Konsentrasi talkum
adalah 1-5% (Anwar, 2012:61).
Ruang produksi adalah suatu ruang yang dirancang dengan khusus sebagai
tempat dilaksanakan kegiatan produksi dimana di dalamnya mengakomodasi
berbagai macam kebutuhan produksi ( alat, bahan, personal, manajemen ) dengan
spesifikasi khusus. Spesifikasi ruang produksi :
24
atau sama dengan 10 detik untuk 100 gram granul. Dengan demikian kecepatan
alir yang baik adalah lebih besar dari 100 gram/detik.
Cara Kerja :
a. Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet secara acak.
b. Panaskan air dalam beaker glass sampai suhu 37oC.
c. Masukkan tablet dalam tabung uji, kemudian ditutup
dengan menggunakan cakram.
d. Letakkan alat pada mesin, kemudian nyalakan mesin dan
tunggu hingga semua tablet hancur.
e. Kemudian catat waktu hancurnya. Waktu hancur suatu
tablet yang baik adalah tidak lebih dari 15 menit.
6. Mesin cetak tablet
jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.
Granulasi basah digunakan untuk zat aktif yang tahan terhadap lembab dan panas.
Prinsip dari metode ini adalah membasahi massa atau campuran zat aktif
dan eksipien dengan larutan pengikat tertentu sampai diperoleh tingkat kebasahan
tertentu pula. Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan
suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, teknik ini membutuhkan larutan,
suspensi yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran
serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran
serbuk dan cairan dimasukan terpisah.
Keuntungan dari metode granulasi basah, yaitu memperoleh aliran yang
baik, meningkatkan kompresibilitas, mengontrol pelepasan, mencegah pemisahan
komponen campuran selama proses, distribusi keseragaman kandungan, dan
meningkatkan kecepatan disolusi.
Kerugian dari metode granulasi basah, yaitu banyak tahap dalam proses
produksi yang harus divalidasi, biaya cukup tinggi, zat aktif yang tidak tahan
lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil
dapat menggunakan pelarut non air. Dalam metode granulasi basah terdapat dua
metode penambahan bahan pengikat yaitu metode gelatinasi dan pragelatinasi.
1. Metode Gelatinasi
Metode ini paling banyak digunakan dalam produksi tablet, walaupun
melalui proses yang panjang. Gelatinasi pada prinsipnya adalah menambahkan
cairan pada suatu serbuk atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang
dilengkapi dengan pengadukan yang akan menghasilkan aglomerasi atau granul.
Metode ini merupakan metode yang paling tua namun masih banyak digunakan.
Metode ini digunakan bila bahan obat tidak dapat dicetak langsung, misalnya
karena sifat kohesif, sifat kompersibilitas dan sifat aliran yang kurang baik
sementara dosisnya besar. Proses pembuatan tablet dengan metode ini meliputi
beberapa tahap yaitu penimbangan, pencampuran awal, pembuatan larutan
pengikat, penambahan larutan ikat, pengayakan I, pengeringan, pengayakan II,
pencampuran lubrikan dan pencetakan (Saputra, 2016).
Metode gelatinasi dapat digunakan untuk zat yang tahan terhadap air atau
pelarut yang digunakan tahan pemanasan. Umumnya untuk zat aktif yang sulit
32
dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya kurang baik. Prinsip
metode gelatinasi adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentu
sampai terdapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian massa basah tersebut
digranulasi. Segi bahan pengikat yang digunakan juga mempengaruhi proses
granulasi seperti amilum. Amilum akan menjadi pengikat jika dibentuk dalam
mucilago amilum dengan suspense air yang sesuai dengan literature yang telah
ditentukan, maka dari itu proses yang digunakan memerlukan granulasi basah.
Keuntungan gelatinasi diantaranya dapat meningkatkan kohesifitas dan
kompressibilitas serbuk dengan penambahan bahan pengikat, dapat digunakan
untuk zat aktif dosis besar yang sulit mengalir dan sulit dikompressi, distribusi
dan keseragaman kandungan baik zat aktif yang mudah larut dan dosis kecil, zat
warna dapat lebih homogeny karena terlebih dahulu dilarutkan dalam cairan
pengikat, serbuk dapat ditangani tanpa menghasilkan kontaminasi udara (debu
dari serbuk). Kekurangannya membutuhkan tempat yang luas, biaya yang tinggi,
alat dan waktu yang banyak, memungkinkan terjadinya kehilangan bahan selama
pemindahan ke proses lainnya, tidak dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak
tahan panas dan lembab.
2. Metode Pragelatinasi
Pragelatinasi adalah salah suatu metode penambahan pengikat pada
pembuatan tablet, dimana pengikat yang ditambahkan merupakan hasil
pengeringan dari mucilage basah. Berbeda dengan metode gelatinasi, pengikat
akan ditambahkan dengan bahan air lalu dikeringkan terlebih dahulu. Mucilago
yang telah kering akan ditambahkan dengan bahan lain dan kemudian
ditambahkan dengan air kembali. Mucilago dikeringkan untuk mendapatkan
pengikat yang berfungsi secara efektif dan stabil dalam penyimpanan.
Pengeringan mucilago diharapkan dapat menghilangkan kadar air dalam mucilago
secara maksimal tanpa menghilangkan sifatnya sebagai pengikat. Penambahan
bahan air terlebih dahulu akan menstimulasi pengikat untuk membentuk jembatan
air dan meningkatkan sifat adhesi kohesi antar partikel pengikat (Pradipta, 2012).
Peningkatan sifat bahan sebagai pengikat yang terjadi akan terus terbentuk
walaupun kadar air telah dihilangkan. Kehilangan kadar air dalam mucilago akan
menyebabkan pengikat stabil secara fisik dan dapat digunakan sewaktu-waktu.
33
2.6.1 Definisi
tablet lebih besar dari 8 kg akan didapatkan tablet yang cenderung keras. Alat
yang digunakan pada uji kekerasan adalah hardness tester.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan pada
saat pentabletan, sifat bahan yang dikempa serta jumlah serta jenis bahan obat
yang ditambahkan saat pentabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Syarat
kekerasan tablet pada umumnya adalah 4-8 kgf, untuk tablet kunyah dan
hipodermik 3 kgf, untuk tablet hisap 7-14 kgf, sedangkan untuk tablet lepas
lambat adalah 10-20 kgf (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013: 116).
2.6.3.6 Kerapuhan Tablet
Merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan permukaan tablet
dalam melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan abrasi pada permukaan
tablet. Alat uji kerapuhan tablet dinamakan Erweka friabilator. Uji kerapuhan
tablet berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada
permukaan tablet. Semakin besar persentase kerapuhan, semakin besar pula massa
tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi kadar zat aktif
yang ada pada tablet. Kerapuhan tablet dianggap cukup baik bila hasilnya kurang
dari 0,8% (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013:118). Prosedur kerja uji kerapuhan :
a. Tablet dibersihkan dari debu dengan cara memakai kuas kecil
b. Ditimbang bobot 20 tablet (tablet besar) atau 40 tablet (tablet kecil)
= Wo
c. Tablet dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat dijalankan selama
4 menit dengan kecepatan 25 rpm
d. Tablet dikeluarkan lalu dibersihkan dari debu dengan memakai
kuas kecil
e. Ditimbang bobot tablet = Wf
f. Indeks kerapuhan dihitung dengan memakai rumus :
F = Wo – Wf x 100%
Wo
Keterangan :
F = indeks kerapuhan
Wo= bobot awal
Wf= bobot akhir
40
material yang akan dikempa sangat lembab, kurangnya lubrikan, granul terlalu
kasar, granul terlalu kasar (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013:109).
2.6.4.8 Bintik pada Tablet (Mottling)
Adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan distribusi warna
yang tidak merata di permukaan tablet, berbintik terang atau gelap. Penyebabnya
adalah warna zat aktif berbeda dengan bahan tambahan, terjadi migrasi zat aktif
selama proses pengeringan atau zat warna yang ditambahkan tidak terbagi merata,
pencampuran tidak homogeny (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013:111).
Granul yang sudah terbentuk, kemudian dilakukan uji mutu fisik granul
meliputi uji waktu alir yang berhubungan dengan keseragaman pengisian ruang
cetakan yang akan mempengaruhi keseragaman kandungan zat aktif. Uji sudut
diam berhubungan dengan waktu alir dimana semakin besar sudut diam yang
dihasilkan maka waktu alir semakin buruk, begitu pula sebaliknya.
Uji susut pengeringan bertujuan untuk mengetahui banyaknya air yang
terkandung dalam granul. Berat yang hilang dari sampel dapat berupa air yang
terkandung dalam sampel maupun komponen lain yang dapat menguap. Kadar air
yang semakin kecil maka granul yang dihasilkan semakin keras. Meningkatnya
kadar air serbuk akan menurunkan kemampuan serbuk untuk mengalir.
Selanjutnya yaitu uji kemampatan dimana uji ini tergantung pada penurunan
volume granul atau serbuk akibat getaran. Semakin kecil nilai persen kemampatan
semakin baik sifat alirnya.
Granul yang sudah terbentuk selanjutnya dicetak menjadi tablet dan
dilakukan evaluasi mutu fisik tablet yang meliputi uji kekerasan untuk mengetahui
seberapa keras tablet yang dihasilkan. Jika tablet terlalu keras maka akan susah
hancur pada saat dikonsumsi, sehingga lebih lama mencapai efek terapi yang
diharapkan. Uji kerapuhan dimaksudkan untuk mengukur ketahanan permukaan
tablet terhadap gesekan yang dialami sewaktu pengemasan dan distribusi.
Uji keseragaman bobot bertujuan untuk mengetahui keseragaman
kandungan zat aktif dalam tablet dan dapat menghasilkan efek terapi yang sesuai.
Uji keseragaman ukuran yang menentukan ukuran dari tablet yang dihasilkan.
Semakin besar ukuran tablet semakin besar pula bahan yang terkandung di
dalamnya, begitu pula sebaliknya. Uji waktu hancur bertujuan untuk mengetahui
seberapa cepat tablet hancur menjadi granul atau partikel penyusunnya ketika
berinteraksi dengan cairan di dalam tubuh. Semakin cepat waktu hancur yang
dihasilkan semakin cepat pula zat aktif dilepaskan. Hasil tiap uji dibandingkan
dengan literatur untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan telah memenuhi
persyaratan yang ditentukan.
2.8 Hipotesis
Hipotesa dalam penelitian ini dapat diketahui dengan melihat nilai sig dari
H0 dan H1. Jika nilai sig > 0,05 maka H1 diterima artinya terdapat
perbandingan mutu fisik tablet parasetamol yang dihasilkan antara metode
gelatinasi dan pragelatinasi dengan penambahan pengikat pati jagung
(Amylum maydish) ditinjau dari Farmakope Indonesia Edisi V. Sedangkan,
jika nilai sig <0,05 maka H0 diterima artinya tidak terdapat perbandingan
mutu fisik tablet parasetamol yang dihasilkan antara metode gelatinasi dan
pragelatinasi dengan penambahan pengikat pati jagung (Amylum maydish)
ditinjau dari Farmakope Indonesia Edisi V.BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
45
46
granul.
Pragelatinasi Metode penambahan pengikat - - -
basah.
dengan lainnya
Keseragaman Keseragaman diameter Jangka sorong Interval Diameter tablet tidak lebih
ukuran
dan tebal dari tablet dari 3 kali dan tidak kurang
berpengaruh terhadap
gesekan saat
pengemasan dan
pengiriman
51
3.5.1 Alat
3.5.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu parasetamol,
laktosa, Amylum maydish, magnesium stearat, Amylum manihot dan talkum.
Parasetamol 0,5 g
Amylum maydish 5%
Amylum manihot 5%
Talk 2%
Magnesium stearate 1%
Laktosa ad 600 mg
53
Amylum maydish 30 mg 15 g
Amylum manihot 30 mg 15 g
Talk 12 mg 6g
Mg Stearat 6 mg 3g
Laktosa Ad 600 mg 11 g
1. Diambil 10 tablet
2. Diletakkan ditengah dan tegak lurus dengan plan penekan hardness
tester
3. Diatur skala pada skala 0 setelah itu putar pelan-pelan sampai
tablet pecah
4. Diamati dan dicatat hasilnya
56
DAFTAR RUJUKAN
Anwar Effinora. 2012. Eksipien dalam Sediaan Farmasi. Jakarta: Dian Rakyat.
Darmansyah, Adi dan Heru Purwanto. 2013. Buku Ajar SMK Farmasi: Undang-
Pustaka Pelajar.
Maria. 2012. Formulasi Tablet Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa
London.
Rowe, C.R., Sheskey, J.P., dan Quinn, E.M. 2009. Handbook Of Pharmaceutical
Excipients Sixth Edition. London: The Pharmaceutical Press.
Siregar, C.J.P. dan Wikarsa, S. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-
Dasar Praktis. Jakarta: EGC.
61
LAMPIRAN