Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Dewasa ini, angka kualitas hidup janin terus membaik dibanding beberapa tahun
lalu. Namun masih sering pula kita mendapati kejadian abortus. Abortus adalah
berakhirnya kehamilan sebelum janin cukup berkembang untuk dapat hidup di luar
kandungan yakni sebelum usia kehamilan 20 minggu dari tanggal hari pertama haid
terakhir atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus masih merupakan masalah
obstetrik yang belum banyak terungkap dan merupakan salah satu penyebab kematian
Angka abortus di seluruh dunia per tahun sekitar 35 per 1000 wanita yang berusia
15-44 tahun. Dari seluruh kehamilan (selain keguguran dan lahir mati), 26% berakhir
dengan abortus. Sekitar 44% abortus di dunia adalah ilegal, 64% abortus legal dan
hampir 95% abortus ilegal terjadi di negara berkembang. Sampai saat ini, data yang
komprehensif tentang kejadian abortus di Indonesia belum ada. Berbagai data yang
Diperkirakan tingkat abortus di Indonesia adalah sekitar 2 sampai dengan 2,6 juta kasus
per tahun, atau 43 abortus untuk setiap 100 kehamilan. Diperkirakan pula bahwa 30% di
antara abortus tersebut dilakukan oleh penduduk usia 15-24 tahun. (Kuntari T., dkk
2010 ).
1
tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Seorang ibu yang mengalami
komplikasi kehamilan tersering dan menyebabkan beban emosional serius, terjadi satu
dari lima kasus. Oleh karena itu, perlu adanya pembahasan lebih lanjut tentang abortus
karena pentingnya bagi para pelayanan kesehatan primer agar mampu menegakkan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan. WHO IMPAC menetapkan Batasan usia kehamilan kurang dari 22
minggu, namun beberapa acuan terbaru menetapkan batas usia kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (WHO, 2013)
Abortus imminens adalah wanita yang mengandung bayi hidup dengan usia
kehamilan kurang dari 24 minggu yang mengalami perdarahan vaginal dengan atau
tanpa nyeri abdomen ketika kondisi serviks masih tertutup (Sucipto, 2013).
B. Etiologi
Penyebab abortus imminens merupakan gabungan dari beberapa faktor, antara lain:
seks.
b. Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil saat usia tua,
dimana kondisi abnormal uterus dan endokrin atau sindroma ovarium polikistik.
disebut teratogen.
3
2. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan
janin. Keadaan ini dapat terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi
menahun.
a. Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau kelainan
3. Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis,
malaria, dan lain-lain, maupun kronik seperti, anemia berat, keracunan, laparotomi,
infeksiosa, toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genitalis, misalnya retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan
bawaan uterus. Terutama retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa
yang memegang peranan penting. Sebab lain keguguran dalam trimester dua ialah
serviks inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks,
dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks yang luas yang
tidak dijahit.
Temuan morfologis yang paling sering terjadi dalam abortus dini spontan adalah
kelainan perkembangan zigot, embrio fase awal janin, atau kadang-kadang plasenta.
Perkembangan janin yang abnormal, khususnya dalam trimester pertama kehamilan, dapat
(euploidi).
Laporan menyatakan bahwa abortus aneuploidi terjadi pada atau sebelum kehamilan 8
Insiden abortus euploidi akan meningkat secara dramatis setelah usia maternal 35 tahun.
Penyebab abortus euploidi umumnya tidak diketahui,tetapi mungkin bisa disebabkan oleh;
2. Faktor Maternal
a) Infeksi
b) Penyakit kronik
kelahiran preterm.
5
c) Kelainan endokrin
tidak terjadi hipertiroidisme yang nyata. Abortus spontan dan malformasi kongenital mayor
meningkat pada wanita dengan diabetes mellitus. Risiko ini berkaitan dengan derajat kontrol
dari korpus luteum atau placenta, mempunyai kaitan dengan insiden abortus. Karena
akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan berperan dalam peristiwa kematian janin.
d) Nutrisi
Tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa defisiensi salah satu zat gizi merupakan
penyebab abortus. Mual dan muntah yang timbul agak sering pada awal kehamilan, dan
Berbagai zat dilaporkan berperan, tetapi belum dapat dipastikan sebagai penyebab
meningkatnya insidensi abortus seperti : tembakau, alkohol, kafein, sinar radiasi, dll.
f) Faktor imunologis
Baik umur sperma atau ovum dapat mempengaruhi angka insiden abortus spontan.
Garnet yang bertambah tua dalam traktus genitalis wanita sebelum fertilisasi, dapat
3. Faktor Paternal
Hanya sedikit yang diketahui tentang peranan faktor paternal dalam proses timbulnya
abortus spontan. Translokasi kromosom dalam sperma dapat menimbulkan zigot yang
mendapat bahan kromosom terlalu sedikit atau terlalu banyak, sehingga terjadi abortus.
C. Patogenesis
dan akhirnya perdarahan per vaginam. Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian
yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan
kontraksi rongga uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi pendorongan benda asing
itu keluar rongga rahim (ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa pada abortus spontan,
kematian embrio biasanya terjadi paling lama 2 minggu sebelum perdarahan. Oleh karena
itu, pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika telah terjadi
perdarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari. (Sastrawinata et al., 2005).
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, viii korialis belum menembus desidua secara
dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, penembusan sudah Iebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan
lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk seperti
7
kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (blighted ovum),
D. Penegakan Diagnoasis
Dalam menegakkan diagnosis pada abortus dapat dilakukan anamnesa dan pemeriksaan
fisik.
1. Abortus Iminens
pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh mulas sedikit atau
tidak adan keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam. Ostium uteri
tertutup, besarnya uterus sesuai umur kehamilan dengan tes urin kehamilan masih
positif.
2. Abortus Insipiens
Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat, perdarahannya
bertambah sesuai pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan, ostium terbuka,
teraba ketuban. Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dengan tes urin
3. Abortus Inkomplit
Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus di mana pada
pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam
8
4. Abortus Komplit
Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum uteri telah menutup, uterus sudah
pertumbuhan kehamilan tidak seperti yang diharapkan. Bila kehamilan di atas inggu
6. Abortus Habitualis
Nyeri
Diagnosis Perdarahan Uterus Serviks Gejala khas
Perut
Missed Tidak ada Tidak Lebih kecil dari Tertutup Janin telah mati tapi
9
Abortion ada usia kehamilan tidak ada ekspulsi
jaringan konsepsi
E. Pemeriksaan Penunjang
silang analisis gas darah, kultur darah, urinalisis, plano test (positif jika janin masih
F. Penatalaksanaan
Tirah Baring
Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan abortus imminens karena
cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang
mekanik. Pada suatu penelitian, 1228 dari 1279 (96%) dokter umum meresepkan
istirahat pada perdarahan hebat yang terjadi pada awal kehamilan, meskipun hanya
delapan dari mereka yang merasa hal tersebut perlu, dan hanya satu dari tiga orang yang
10
Sebuah penelitian randomised controlled trial (RCT) tentang efek tirah baring pada
pada usia kehamilan kurang dari delapan minggu yang viabel, secara acak diberi
perlakuan berbeda yaitu injeksi hCG, plasebo atau tirah baring. Persentase terjadinya
keguguran dari ketiga perlakuan tersebut masing-masing 30%, 48%, and 75%.
Perbedaan signifi kan tampak antara kelompok injeksi hCG dan tirah baring namun
perbedaan antara kelompok injeksi hCG dan plasebo atau antara kelompok plasebo dan
tirah baring tidak signifikan. Meskipun pada penelitian tersebut hCG menunjukkan hasil
lebih baik dibandingkan tirah baring, namun ada kemungkinan terjadi sindrom
faktor, tidak relevan dengan fungsi luteal, menjadikan hal tersebut sebagai
Dalam sebuah penelitian retrospektif pada 226 wanita yang dirawat di RS dengan
keluhan akibat kehamilannya dan abortus imminens, 16% dari 146 wanita yang
yang tidak melakukan tirah baring. Sebaliknya, sebuah studi kohort observasional
terbaru dari 230 wanita dengan abortus imminens yang direkomendasikan tirah baring
menunjukkan bahwa 9,9% mengalami keguguran dan 23,3% baik-baik saja (p=0,03).
Lamanya perdarahan vagina, ukuran hematoma dan usia kehamilan saat diagnosis tidak
mempengaruhi tingkat terjadinya keguguran. Meskipun tidak ada bukti pasti bahwa
hari dapat membantu wanita merasa lebih aman, sehingga memberikan pengaruh
emosional. Dosisnya 24-48 jam diikuti dengan tidak melakukan aktivitas berat, namun
Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens, karena pada
saat berhubungan seksual, oksitoksin disekresi oleh puting atau akibat stimulasi klitoris,
selain itu prostaglandin E dalam semen dapat mempercepat pematangan serviks dan
Progestogen
memiliki efek progesteron, diresepkan pada 13-40% wanita dengan abortus imminens.
Progesteron merupakan produk utama korpus luteum dan berperan penting pada
Sekresi progesteron yang tidak adekuat pada awal kehamilan diduga sebagai salah
menyokong defi siensi korpus luteum gravidarum dan membuat uterus relaksasi.
Sebagian besar ahli tidak setuju namun mereka yang setuju menyatakan bahwa harus
hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, maka pemberian
percobaan pada 421 wanita abortus imminens menunjukkan bahwa progestogen efektif
12
kehamilan. Meskipun tidak ada bukti kuat tentang manfaatnya namun progestogen
disebutkan dapat menurunkan kontraksi uterus lebih cepat daripada tirah baring.
kehamilan. Karena itu, hCG digunakan pada abortus imminens untuk mempertahankan
yang melibatkan 312 partisipan menyatakan tidak ada cukup bukti tentang efektivitas
tidak terdapat laporan efek sampingpenggunaan hCG pada ibu dan bayi, diperlukan
Penelitian retrospektif pada 23 wanita dengan abortus imminens pada usia awal
Tujuh dari 16 orang mendapatkan amoksisilin ditambah klindamisin dan tiga dari tujuh
mengalami nyeri abdomen dan perdarahan vaginal tanpa kambuh. Disimpulkan bahwa
antibiotik dapat digunakan sebagai terapi dan tidak manimbulkan anomali bayi.
Abortus imminens merupakan salah satu faktor risiko keguguran, kelahiran prematur,
BBLR, perdarahan antepartum, KPD dan kematian perinatal. Namun, tidak ditemukan
13
kenaikan risiko bayi lahir cacat. Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis
kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung lama, nyeri
14
BAB III
STATUS PASIEN
A. Identitas
Nama : Ny. D
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Ds. Blawi RT 9/RW 3 Masangan, Bangil, Kab. Pasuruan
Status : Kawin
Suku : Jawa
Agama : Islam
Tgl masuk : 9 Mei 2017, jam 18.30 (IGD)
No. RM : 00329915
B. Anamnesis
1. Keluhan utama
Pasien datang ke IGD RSUD Bangil pada tanggal 9 Mei 2017 dengan
keluar darah secara tiba-tiba dari jalan lahir sejak 1 bulan yang lalu dan bertambah
banyak sejak 5 hari SMRS. Perdarahan berupa flek –flek, warna merah segar,
Pasien dicurigai hamil sehingga dites kehamilan (+). Pasien diberi vitamin, 2
obat, berwarna merah dan merah muda. Pasien tidak mengetahui obat apa. Pasien
merasa keluar darah terasa seperti BAK. Perdarahan ±1/4 gelas. Pasien bersiap-
15
3. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, saat berusia 21 tahun.
6. Riwayat Kontrasepsi
Tidak memakai KB
.
7. Riwayat Pengobatan
o Jamu Sinom (+)
o Mengonsumsi vitamin dan 2 obat lain berwarna merah (terakhir diminum 8
Mei 2017) dan berwarna merah muda (terakhir diminum 7 mei 2017) yang
diberikan ketika pergi ke puskesmas 2 mei 2017.
o Rutin mengkonsumsi obat sangkobion bila lemas
16
C. Pemeriksaan Fisik
1. KU : Baik
2. Kesadaran : Kompos mentis
3. Vital Sign : TD : 110/80 mmHg Nadi : 86x/ menit
RR : 24x/ menit Suhu : 36,70C
4. TB/BB : 149cm / 48kg
5. Mata : Konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-)
6. Leher : Tidak ada pembesaran limfonodi, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, JVP tidak meningkat
7. Thorax
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising(-)
Paru-paru
Inspeksi : Retraksi dada (-), pengembangan dinding dada kanan = dada
kiri, simetris kanan dan kiri
Palpasi : Fremitus taktil kanan = kiri
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
8. Anggota gerak : Odema akral dingin
- - - -
- - - -
STATUS GINEKOLOGI
Abdomen
Fundus uteri membesar setara dengan usia kehamilan 10-12 minggu (2 jari di
atas simfisis), permukaan licin, konssitensi padat. His (-)
17
Genitalia eksterna
Flux (+), Fluor (-)
Pemeriksaan Dalam
Inspekulo :
Uterus tampak agak membesar, tidak ada dilatasi serviks uteri dan tidak ada sisa
jaringan
VT :
Pembukaan serviks (-), Fluor (-), Darah (+), Cloth (-), Nyeri goyang
serviks/adnexa (-), Laserasi jalan lahir (-)
D. Diagnosis
- G2P1001Ab000 gr 11-13 minggu T/H
- + Abortus Iminens
E. Penatalaksanaan
18
F. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 10-05-2017
Plano Test +
19
PEMBAHASAN
Seorang ibu datang ke IGD RSUD Bangil pada tanggal 9 Mei 2017 dengan Keluhan
keluar darah secara tiba-tiba dari jalan lahir sejak 1 bulan yang lalu dan bertambah banyak
sejak 5 hari SMRS. Perdarahan berupa flek –flek, warna merah segar, tidak ada gumpalan
darah maupun jaringan. Pasien berangkat ke puskesmas. Pasien dicurigai hamil sehingga
dites kehamilan (+).
Abortus imminens sering terjadi dan merupakan beban emosional yang serius,
meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah,
kematian perinatal, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini, namun tidak ditemukan
kenaikan risiko bayi lahir cacat. Ketepatan diagnosis dan penatalaksanaan, menentukan
apakah janin viabel atau non viabel, kehamilan intrauteri, ekstrauteri, mola, atau missed
abortion serta menggambarkan prognosis ibu hamil yang mengalami gejala abortus
imminens. Gambaran aktivitas jantung janin umumnya dikaitkan dengan 85-97% tingkat
keberhasilan kehamilan, sedangkan kantung kehamilan besar yang kosong atau perbedaan
antara perhitungan HPHT dan USG lebih dari seminggu menunjukkan prognosis buruk,
semakin tua usia ibu pada saat hamil dan tingginya riwayat keguguran sebelumnya
memperburuk prognosis. Pemeriksaan kadar serum β-hCG, progesteron, namun tes ini
mungkin tidak berguna dalam penanganan primer. Belum ada cukup bukti yang menjelaskan
tentang upaya pencegahan abortus imminens baik melalui pemberian asupan vitamin dan
ANC rutin.
Hasil tinjauan penatalaksanaan abortus imminens antara lain:
1. Tirah baring. Hampir 96% dokter umum meresepkan, meskipun tidak ada bukti pasti
tentang efektivitasnya, namun membantu wanita merasa lebih aman, sehingga memberikan
pengaruh emosional.
2. Abstinensia, diduga koitus dapat menstimulasi sekresi oksitoksin dan dapat mempercepat
pematangan serviks oleh prostaglandin E dalam semen dan meningkatkan kolonisasi
mikroorganisme di vagina.
3. Meskipun tidak ada bukti manfaat yang kuat, progestogen disebutkan dapat menurunkan
kontraksi uterus lebih cepat daripada tirah baring, selain itu penggunaannya tidak memicu
timbulnya hipertensi kehamilan atau perdarahan antepartum yang merupakan efek yang
20
dapat membahayakan ibu. Selain itu, penggunaan progestogen dan hCG tidak menimbulkan
kelainan kongenital.
4. Antibiotik diberikan hanya jika ada tandatanda infeksi.
5. Relaksan otot uterus - tidak ada cukup bukti efektivitas dan keamanan penggunaannya.
6. Profi laksis Rh - konsensus menyarankan pemberian imunoglobulin anti-D pada
kasuskasus dengan perdarahan setelah 12 minggu kehamilan atau kasus dengan perdaraha
21
BAB IV
PENUTUP
Abortus imminens ialah peristiwa ibu terancam kehilangan bayinya pada setengah
awal kehamilan, merupakan komplikasi tersering pada kehamilan dan merupakan beban
emosional yang serius, meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan
berat badan lahir rendah, kematian perinatal, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah
dini, namun tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Penatalaksanaan abortus
imminens pada umumnya adalah secara empiris. Tirah baring rutin direkomendasikan, satu
dari tiga kasus abortus imminens mendapatkan resep obat meskipun dua dari tiga dokter
umum yang merekomendasikan hal tersebut tidak yakin dengan hasil yang akan dicapai.
22
DAFTAR PUSTAKA
23