Você está na página 1de 8

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

SDR D DENGAN SELULITIS PEDIS SINISTRA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Manajemen

OLEH:
FIDDIYAH GALUH ANGGRAINI
NIM. 170070301111090
KELOMPOK 1A

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
SELULITIS

1. DEFINSI
Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis,
biasanya didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus
betahemolitikus dan Stafilokokus aureus (Padila, 2012). Sellulitis adalah peradangan
pada jaringan kulit yang mana cenderung meluas kearah samping dan ke dalam.
Defisi lain mengatakan selulitis merupakan peradangan pada kulit dan jaringan ikat di
bawahnya, biasanya akibat suatu luka atau ulkus yang memiliki karakteristik
peradangan supuratif sampai di jaringan subkutis, mengenai pembuluh limfe
permukaan, dan plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas. Peradangan
merupakan suatu respon tubuh terhadap trauma yang dapat menyebabkan
pembengkakan, kemerahan, nyeri, atau teraba hangat (Karasutisna, 2012).
Peradangan tersebut tidak hanya mengenai kulit, melainkan dapat menyebar ke
jaringan di bawah kulit (subkutan) dan ke kelenjar getah bening atau aliran darah.
Secara umum selulitis sering terjadi pada daerah kaki, tetapi tidak menutup
kemungkinan selulitis dapat terjadi diseluruh tubuh. Penderita yang berisiko
mengalami selulitis adalah mereka yang terkena trauma atau luka pada daerah kulit.

2. ETIOLOGI
Terdapat beberapa penyebab penyakit Selulitis, diantaranya adalah (Padila, 2012):
1) Infeksi bakteri dan jamur :
a. Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus
b. Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup B
c. Infeksi dari jamur, Tapi Infeksi yang diakibatkan jamur termasuk jarang
Aeromonas Hydrophila.
d. S. Pneumoniae (Pneumococcus)
2) Penyebab lain :
a. Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.
b. Kulit kering
c. Eksim
d. Kulit yang terbakar atau melepuh
e. Diabetes
f. Obesitas atau kegemukan
g. Pembekakan yang kronis pada kaki
h. Penyalahgunaan obat-obat terlarang
i. Menurunnyaa daya tahan tubuh
j. Cacar air
k. Malnutrisi
l. Gagal ginjal
3. FAKTOR RISIKO
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya selulitis
pada individu dipengaruhi oleh (Karasutisna, 2012; Farid & Linda 2008):
a. Usia
Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah
berkurang pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami
infeksi seperti selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinkan.
b. Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)
Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya
infeksi. Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV.
Penggunaan obat pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ)
juga mempermudah infeksi.
c. Diabetes mellitus
Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem
immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi
darah pada ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan
menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi.
d. Cacar dan ruam saraf
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk
bakteri penginfeksi.
e. Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)
Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi
bakteri penginfeksi.
f. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki
Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehinggan menambah resiko
bakteri penginfeksi masuk
g. Penggunaan steroid kronik
Contohnya penggunaan corticosteroid.
h. Penyalahgunaan obat dan alcohol
Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi
berkembang.
i. Malnutrisi
Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah
timbulnya penyakit ini.

4. KLASIFIKASI
Tedapat beberapa macam selulitis, diantaranya adalah (Betz & Linda, 2009):
1) Selulitis Orbital
Infeksi atau peradangan yang menyebar dari sinus karena orbita memiliki dinding
yang sama dengan sinus-sinus etmoidalis, maksilaris, dan frontalis. Selulitis
orbita dapat disebabkan oleh Steptococcus grub A., S. aureus, H. Influenzae, dan
S. pneumonia). Gejala yang dapat ditemui akibat selulitis orbita adalah
eksoftalmos (penonjolan bola mata), oftalmoplegia (kelemahan otot-otot
mata),dan hilangnya ketajaman pengelihatan
2) Selulitis Periorbital
Selulitis yang disebabkanoleh adanya trauma, luka yang terinfeksi, atau gigitan
serangga. Gejala awal adalah demam, pembengkakan, akral hangat, adanya
pergerasan, dan nyeri tekan.
5. MANIFESTASI KLINIS
Apabila terjadi cedera atau luka karena bakteri, trauma, bahan kimia, panas,
atau fenomena lainnya, maka jaringan yang cedera akan melepaskan bebagai zat
yang menimbulkan perubahan sekunder yang dramatis di sekeliling jaringan yang
tidak cedera.keseluruhan komleks jaringan ini disebut peradangan (inflamasi).
Perdangan ditandai oleh:
a. Vasodilatasi pembuluh darah lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah
setempat yang berlebihan
b. Peningkatan permeabilitas kapiler, memungkinkan kebocoran banyak sekali
cairan ke dalam ruang intersisial
c. Sering kali terjadi pembekuan cairan di dalam runag intersisial yang disebabkan
oleh fibrinogen dan protein lainnya yang bocor dari kapiler dalam jumlah besar
d. Migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam jaringan
e. Pembengkakan sel jaringan (Brown & Tony, 2005)
Beberapa dari sekian banyak produk jaringan yang menimbulkan reaksi
peradangan adalah: histamin, bradikinin, serotonin, prostaglandin,dan beberapa
macam produk reksi sistem komplemen lainnya, produk reaksi sistem pembekuan
dara dan berbagai substansi yang disebut limfogen yang dilepaskan oleh sel T yang
tersentisisasi. Beberapa dari substansi ini dapat mengaktifkan sistem makrofag
dengan kuat,dan dalam waktu beberapa jam, makrofag mulai memakan jaringan
yang telah dihancurkan. Tetapi pada suatu saat, makrofag selanjutnya juga dapat
mencederai (melukai) el-sel jaringan yang masih hidup. Selulitis menyebabkan
kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi yang ditandai dengan (Padila, 2012):
1) Reaksi Lokal
a. Lesi dengan batas tidak jelas
b. Area kulit biasanya nyeri, merah, hangat (Rubor, calor, tumor, dolor,
fungsiolesa)
c. Jaringan yang mengalami selulitis mengeras
d. Adanya lepuhan kecil berisi cairan (vesikel)
e. Adanya lepuhan besar berisi cairan (bula)
f. Adanya pus

2) Reaksi Sistemik
a. Demam
b. Menggigil
c. Sakit kepala
d. Nyeri otot
e. Tidak enak badan atau malaise
f. Garis merah sepanjang jalur drainase limfatik
g. Kelenjar getah bening membesar atau nyeri.

6. PATOFISIOLOGI
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit
pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan diabetes mellitus
yang pengobatannya tidak adekuat. Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan
sistem vena serta limfatik pada ke dua ekstremitas atas dan bawah. Pada
pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristi hangat, nyeri tekan, demam
dan bakterimia (Karasutisna, 2012).
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus
grup A, streptokokus lain atau staphilokokus aereus, kecuali jika luka yang terkait
berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk abses
lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi
diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini
kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks.
Bau busuk dan pewarnaan gram pus menunjukkan adanya organisme campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat
mengalami infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil
perubahan peradangan benda asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah (Betz &
Linda, 2009).

Bagan Patofisiologi (Terlampir)

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Terdapat beberapa pemeriksaan diagnostic yang dapat digunakan untuk
menegakkan diagnose selulitis, diantaranya sebaga berikut (Karasutisna, 2012):
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata
sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b. BUN level
c. Creatinine level
d. Culture darah dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi, hasil dari kultur positif
e. Mengkultur dan membuat apusan gram, dilakukan secara terbatas pada
daerah penampakan luka namun sangat membantu pada area abses atau
terdapat bula. Hasil dari kultur aspirat jaringan positif

2) Pemeriksaan Penunjang
a. Immunofluorescence: Immunofluorescence adalah sebuah teknik yang
dimana dapat membantu menghasilkan diagnosa sera pasti pada kultur
cellulites negative, tapi teknik ini jarang digunakan.
b. Penggunaan MRI juga dapat membantu dalam mendiagnosa infeksi cellulites
yang parah. Mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi
selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.

8. PENATALAKSANAAN
Secara umum penatalaksaan selulitis ditangani dengan pemberian obat antibiotic
oral jika pasiean mengalami rawat jalan dan dengan gejala terlokalisasi tanpa
adanya demam. Apabila mengalami gejala sistemik, maka harus dilakukan
perawatan di RS untuk mendapatkan terapi antibiotic intravena. Pengobatan yang
tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ lainnya diberikan
penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin) (Padila, 2012). Jika
infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan). Biasanya sebelum diberikan
sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik jika:
a. penderita berusia lanjut
b. selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya
c. demam tinggi, pengobatan menggunakan asetaminofen diberikan selama 24
sampai 36 jam pertema setelah pemberian antibiotic.
Pemberian terapi antibiotic IV dirubah P.Oral apabila gejala selulitis tampak
kemerahan, teraba hangat, pembengkakan terlah berkurang secara nyata. Total
pemberian antibiotic pada penyakit selulitis ± 10 sampai 14 hari (Farid, 2008).
Penatalaksanaan lainnya yang dapat dilakukan untuk mengatasi selulitis,
diantaranya adalah:
a. Jika selulitis pada tungkai, maka dilakukan elevasi kaki untuk mengurangi
pembengkakan dan nyeri, serta dilakukan imobilisasi bila mungkin
b. Pemberian kompres dingin atau menggunakan cairan Ns pada daerah yang
sakit selama 10 sampai 20 menit atau lebih sering setiap harinya untuk
mengurangi bengkak.
c. Insisi dan drainase dapat dilakukan jika luka menjadi supuratif

9. KOMPLIKASI
a. Gangguan sistemik, septicemia
b. local Abscess
c. Lymphangitis
d. Trombophlebitis
e. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis
sebesar 8%, menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan harus melakukan
amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25% (Farid, 2008).

10. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Pengkajian
a. Keluhan utama;
- bengkak tiba-tiba terjadi pada area kaki tanpa diketahui penyebab yang pasti
dan biasanya selulitis sering terjadi pada lingkungan yang kurang bersih
- Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam,
menggigil dan malaise
b. Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap
penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.
c. Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna merah,
terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengila
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau
penyekit kulit lainnya
e. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah
TD : Menurun (< 120/80 mmHg)
Nadi : Turun (< 90)
Suhu : Meningkat (> 37,50)
RR : Normal
- Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
- Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)
- Hidung : Tidak ada pernafasan cuping
- Mulut : Kebersihan, tidak pucat
- Telinga : Tidak ada serumen
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
- Jantung : Denyut jantung meningkat
- Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas
- Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa
di suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan
bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d'orange).
Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel)
atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah.

Masalah Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik
jaringan
b. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan kondisikulit epidermis d.d kemerahan,
teraba hangat, bengkak, nyeri tekan.
c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
d. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu
anggota tubuh.
e. Gangguan mobilitas fisik b.d imobilisasi sebagai bagian dari terapi.
DAFTAR PUSTAKA

Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Karasutisna, T. 2012. Makalah Selulitis Fasialis. FKG UNPAD, Bandung.
Farid, Lissa. 2008. File : BAB 1, Pathway Sellulitis. (online),
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/16/jtptunimus-gdl-s1-2008-lissafarid-
757-1-bab1.pdf. [diakses 10 April 2018].
Betz, C. L & Linda A. S. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Ed. 5. Jakarta: EGC
Brown, R. G. & Tony Burns. 2005. Dermatologi. Ed.7. Jakarta: Erlangga.

Você também pode gostar