Você está na página 1de 5

Darah merupakan unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk membantu proses fisiologi

dalam tubuh

Fungsi darah :

1. Mengangkut zat makanan dan oksigen ke seluruh tubuh


2. Mengangkut sisa-sisa metabolisme
3. Mempertahankan tubuh dari serangan bibit penyakit
4. Menjaga stabilitas suhu tubuh
5. Menjaga kesetimbangan asam basa jaringan tubuh untuk menghindari kerusakan
6. Mencegah pendarahan
Komponen darah, terdiri dari 2 :
1. Plasma 55 %
2. Sel-sel darah 45 %
Komponen plasma darah :
1. 91 % air
2. 8 % SUBSTANSI LAIN terdiri dari albumin, fibrinogen, globulin
3. 0,9 % ENZIM diantaranya asam amino, lemak, glukosa, urea, garam,sodium bikarbonat
4. O,1 % HORMON, ANTIBODI, GAS

Fungsi plasma darah :


Membawa protein lain selain albumin keseluruh tubuh yaitu meliputi immunoglobulin dan fibrinogen.
Immunoglobulin di kenal sebagai antibody adalah protein yang melawan zat asing seperti bakteri yang
menyerang tubuh
Sel-sel darah :

1. Eritrosit : adalah untuk mengangkut terutama oksigen dan juga sebagai karbon dioksida
2. Leoukosit : sel ini memiliki fungsi yang penting dalam pertahanan tubuh terhadap mikroba dan
materi asing lainnya.
3. Trombosit : untuk meningkatkan pembekuan darah

Leoukosit

Sel darah putih yang dibentuk dalam sumsum tulang, di simpan dalam sumsum sampai di permukaan

system.
Massa hidup sel darah putih
Masa hidup granulosit sesudah dilepaskan dari sumsum tulang normalnya 4-8 jam dalam sirkulasi darah,
dan 4-5 hari berikutnya dalam jaringan yang membutuhkan pada keadaan infeksi jaringan yang berat,
masa hidup keseluruhan sering kali berkurang sampai hanya beberapa jam, karena ganulosit bekerja lebih
cepat pada daerah yang terinfeksi, melakukan fungsinya, dan kemudian masuk dalam proses ketika sel-sel
itu sendiri dimusnahkan.

Ada 2 jenis leukosit yaitu, Granulosit dan Agranulosit


1. Granulosit
a. Neutrofil
Selain mencerna bakteri yang dicerna dalam fagosom, netrofil dan makrofag juga
mengandung bahan bakteri sidal yang membunuh sebagai besar bakteri, bahkan bila enzim
lisosomal gagal menerima bakteri, bahkan bila enzim lisosomal gagal mencerna bakteri
tersebut. Hal ini menjadi demikian penting sebab beberapa bakteri mempunyai selubung
pelindung atau faktor lain yang mencegah penghancurannya oleh enzim pencernaan. Banyak
efek pembunuhan merupakan hasil dari beberapa bahan pengobsidasi kuat yang dibentuk oleh
enzim dalam membran fagosom atau oleh organel khusus yang disebut peroksisom.
Neutrofil ditarik masuk kearea infeksi oleh suatu zat kimia yang dilepaskan oleh sel yang
rusak, yang disebut kemotaksin. Neutrophil memiliki mobilitas tinggi dan menerobos dinding
kapiler pada area yang terkena infeksi melalui diapedesis. Selanjutnya neutrofil menelan dan
membunuh mikroba melalui fagositosis.
b. Eosinopil
Eosinophil normalnya mencakup sekitar 2 persen dari seluruh leukosit darah. Eosinophil
merupakan sel fagosit yang lemah, dan menunjukkan fenomena kemotaksis, namun bila di
bandingkan dengan netrofil, peran eosinofil dalam pertahanan tubuh terhadap tipe infeksi
yang umum masih diragukan. Eosinofil meskipun mampu memfagositosis, lebih jarang aktif
dari pada neutrofil. Peran utamanya adalah menyingkirkan parasit, seperti cacing, yang
terlalu besar untuk di fagosit. Eosinopil memiliki zat kimia toksik, yang disimpan didalam
granula, yang dilepaskan saat eosinofil mengikat organime penginfeksi.
c. Basofil
Basofil dalam sirkulasi darah serupa dengan sel mast jaringan yang besar terletak tepat
disisi luar banyak kapiler dalam tubuh. Sel mast dan basophil melepaskan heparin ke dalam
darah, yaitu suatu bahan yang dapat mencegah pembekuan darah. Sel mast dan basofil juga
melepaskan histamine, dan sejumlah kecil bradikinin serta serotonin. Tentu saja, sel mast
pada jaringan radang terutama melepaskan bahan-bahan ini sewaktu terjadi peradangan.
Basofil yang sangat berkaitan dengan reaksi alergi, yang mengandung padatan granula
sitoplasmik dengan heparin (anti koagunal), histamin (agens inflamasi), dan zat lain yang
meningkatkan inflamasi.

2. Agranulosit
a. Monosit
Merupakan sel mononuclear berukuran besar yang dihasilkan sumsum merah tulang.
Sebagian sel ini bersikulasi dalam darah dan secara aktif bergerak dan melalukan fagosit,
sementara sebagian sel lainnya berpindah kejaringan dimana sel ini berkembang menjadi
makrofag. Magrofag memiliki fungsi inflamasi dan imunitas. System magrofag monosit
kadang disebut juga system retikuloendotelium, terdiri atas komplemen monosit dan
magrofag tubuh. Sebagian bergerak bebas , dan sebagian lagi terfiksasi (menetap).
Kumpulan magrofag yang menetap berada di histiorit (jaringan ikat) sel synovial dalam
sendi, sel Lengerhans pada kulit, mikroglia di otak, sel kupffer di hati, migrofag alveolar,
migrofag yang melapisi sinus (sel reticular) di limpa, nodus menghasilkan dan melepaskan
zat kimia yang aktif secara biologis, yang disebut sitokin, termasuk interleukin1, yang
bekerja pada hipotalamus (menyebabkan suhu tubuh naik saat ada infeksi), menstimulasi
produksi sejumlah globulin oleh jaringan hati, dan meningkatkan produksi limfosit T
teraktivitas.
b. Limfosit
Berukuran lebih kecil dari pada monosit dan memiliki inti sel yang besar. Limfosit
bersikulasi dalam darah dan berada di jaringan limfatik (nodus limfe dan limpa) dalam
jumlah yang besar. Limfosit berfungsi dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap
antigen (materi asing) seperti sel yang di anggap abnormal (misalnya sel yang diserang
oleh virus, sel kanker, dan jaringan transplan) sebruk bunga dan tanaman, jamur dan
bakteri serta sebagian obat dengan molekul besar (missal penisilin dan aspirin). Limfosit
terdiri dari dua yaitu limfosit T dan B.
1. Limfosit T
Diaktifkan oleh kelenjar timus yang berada di antara jantung dan sternum. Hormon
timosin, di hasilkan oleh timus, bertanggung jawab untuk meningkatkan proses, yang
menyebabkan pembentukan limfosit T yang benar-benar terdiveriansi, matur, dan
fungsional. Penting untuk dipahami bahwa limfosit T telah di program hanya untuk
menganali 1 jenis antigen, jadi oleh antigen selanjutnya, tubuh tidak akan bereaksi
dengan antigen lain, betapa berbahayanya antigen tersebut. Dengan demikian, limfosit
T yang di buat misalnya untuk mengenali virus cacar ait tidak akan bereaksi terhadap
virus campak, sel kanker, atau bakteri tuberculosis. Limfosit T memberikan imunitas
diperantarai sel.
2. Limfosit B
Diproduksi dan di proleh didalam sumsum tulang. Perannya dalam produksi antobodi
(immunoglobulin) adalah protein yang dirancang untuk berikatan dengan antigen dan
menghancurkannya. Seperti limfosit T tiap limfosit B tiap di programkan hanya
untuk satu antigen khusus ; anti body yang di lepaskan bereaksi terhadap satu jenis
antigen saja.

Imunitas Diperantai Sel


Limfosit T yang telah diaktifkan didalam kelenjar timus dilepaskan ke sirkulasi. Saat limfosit T
terpapar antigennya untuk pertama kali, limfosit T menjadi tersensitisasi. Jika antigen berasal dari luar
tubuh, antigen perlu di tampilkan pada permukaan sel penampilan antigen. Sel penampil antigen, yaitu
makrofag, merupakan bagian pertahanan non-spesifik karena makrofag menelan dan mencerna antigen
tanpa membeda-bedajan, namun juga berpartisipasi dalam respon imun. Empat jenis limfosit T khusus
adalah sebagai berikut :
1. Sel T sitotoksik
Sel ini secara langsung menon-aktifkan sel yang membawa antigen. Sel ini melekatkan diri pada
sel target dan melepaskan toksin yang sangat kuat dan efektif karena kedau sel ini sangat
berdekatan. Peran utama limfosit T sitotoksik adalah menghancurkan sel tubuh yang abnormal,
missal sel yang terinfeksi dan sel kanker
2. Sel T helper
Sel ini penting untuk memperbaiki fungsi bukan hanya imunitas di perantarai sel (cell-mediated
immunity), tetapi juga imunitas yang diperantai antibodi (antibody-mediated immunity). Peran
utama sel ini dalam imunitas ditekankan pada situasi ketika sel ini dihancurkan, seperti pada
penyakit AIDS oleh HIV.
3. Sel T supresor
Sel ini bekerja sebagai ‘rem’ menghentikan limfosit T dan B yang aktif. Sel ini membatasi efek
yang kuat dan berpotensi membahayakan respons imun
4. Sel T memori
Sel yang hidup lama ini bertahan hidup setelah ancaman dinetralkan dan memberikan imunitas
diperantai sel dengan berespons secara tepat terhadap paparan antigen yang sama lainnya.
Imunitas Diperantai Antibodi (Humoral)
Limfosit B, tidak seperti limfosit T, yang beredar ditubuh, terbatas berada di jaringan limfoid (missal:
limpa dan nodus limfe). Limfosit B, tidak seperti limfosit T, mengenal dan berikatan dengan antigen
tanpa harus diperkenalkan oleh sel penampilan antigen. Setelah antigen dideteksi dan berikatan dengan
limfosit B, dengan banruan limfosit T helper, limfosit B membesar dan mulai membelah. Limfosit B
memproduksi dua jenis sel fungsional yang berbeda, yaitu sel plasma dan sel memori B
1. Sel plasma
Sel ini menyekresikan antibody ke darah. Antibody dibawa oleh jaringan, sementara limfosit B
sendiri tetap berada di dalam jaringan limfoid. Hidup sel plasma tidak lebih lama dari 1 hari dan
menghasilkan hanya satu jenis antibody yang bekerja untuk antigen tertentu saja yang awalnya
berkaitan dengan limfosit B
2. Sel B memori
Seperti sel T memori, sel ini tetap berada dalam tubuh untuk waktu lama setelah episode awal
saat pertama kali terpapar antige, dan dengan cepat berespons terhadap pemaparan antigen yang
sama berikutnya dengann menstimulasi produksi sel plasma penyekresi antibody. Daling
ketergantungan antara kedua sistem imun

Lima Jenis Antibodi


Jenis Antibodi Fungsi
IgA Ditemukan pada secret tubuh seperti ASI dan salivi, serta
mencegah antigen menembus membrane epitelium serta menyerang
jaringan yang lebih dalam
IgD Dibuat oleh sel B dan ditampilkan pada permukaannya. Antigen
terkait disini untuk mengatifkan sel B
igE Ditemukan pada membrane sel (missal: basophil dan sel mast), dan
jika berikatan dengan antigen akan mengaktifkan respon imun.
Antibodi ini sering ditemukan saat alergi
IgG Merupakan jenis antibodi yang paling banyak dan paling besar.
Antibodi ini menyerang banyak pathogen dan menembus plasentas
untuk melindungi janin
IgM Dihasilkan dalam jumlah besar saat respons primer dan merupakan
aktivikator komplemen yang kuat

Você também pode gostar