Você está na página 1de 13

Asuhan Keperawatan kanker Serviks

A. Definisi
Karsinoma serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Karsinoma serviks
merupakan karsinoma yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio).
Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina (Cunningham, 2010).
B. Insiden
Kanker mulut rahim (serviks) masih menjadi problem kesehatan bagi wanita, sebab
penyakit akibat human papilloma virus (HPV) tersebut menjadi “mesin pembunuh” di kalangan
kaum wanita. Kasus kanker tersebut sangat mengkhawatirkan, karena angka kejadiannya
menunjukkan trend meningkat.
Berdasarkan data di RSU dr Soetomo, tiap hari tak kurang dari delapan pasien baru kanker
leher rahim berobat, dalam setahun diperkirakan terdapat 700-800 pasien baru. Kebanyakan
pasien yang berobat berusia 40-50 tahun Frekuensi relatif di Indonesia adalah 27% berdasarkan
data patologik atau 16% berdasarkan data rumah sakit. Lebih dari tiga perempat kanker
ginekologi di RSCM adalah kanker serviks dan 62% di antaranya dengan stadium lanjut
(stadium II-III), dan merupakan penyebab kematian terbanyak di antara kematian kanker
ginekologik yaitu 66%. Di RSUD dr.Soeroto Ngawi pada tahun 2007 jumlah penderita kanker
serviks sebanyak 54 (Suhartini, 2010).

C. Etiologi
Penyebab karsinoma serviks masih berupa perkiraan, tetapi sebagian besar data
epidemiologik memasukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual. Penyebab
utamanya adalah virus yang disebut Human Papilloma (HPV) yang dapat menyebabkan kanker.
HPV 16 dan 18 secara bersama mewakili 70% penyebab kanker serviks.Biasanya sebagian besar
infeksi akan sembuh dengan sendirinya namun kadang bisa menjadi infeksi persisten yang dapat
berkembang menjadi kanker serviks (Cunningham, 2010). Virus HPV dapat ditularkan melalui
hubungan seksual. Penularan dapat juga terjadi meski tidak melalui hubungan seksual dan HPV
dapat bertahan dalam suhu panas (Cunningham, 2010).

D. Faktor Risiko
Menurut Prayitno (2005), penyebab langsung dari kanker serviks belum diketahui, namun
kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrensik, yang penting
meliputi:
1. Insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin, terutama pada gadis yang koitus pertama pada
usia muda (<16 tahun),
Hal ini terjadi karena SCJ (Squoamo Columnar Junction) wanita ini berada diluar OUE (osteum
uteri eksternum), sehingga mudah terkena infeksi serviks (Wiknjosastro, 2006).
2. Tingginya paritas (lebih dari dua anak),
Wanita dengan banyak anak diperkirakan serviks pada wanita ini sering menggalami
infeksi, sehingga terjadinya infeksi yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya kanker
serviks (Wiknjosastro,2006)
3. Berganti-ganti pasangan seksual,
4. Riwayat penyakit menular seksual (HPV),
5. Kebiasaan merokok,
6. Higiene seksual yang buruk,
7. Status sosial ekonomi yang rendah,
8. Kontrasepsi oral

E. Stadium Pada Kanker Serviks


Tujuan penentuan stadium klinik adalah untuk dapat merumuskan prognosis, menentukan
jenis pembatasan cacat, dan agar hasil penanganan dari berbagai stadium dapat dibandingkan.
Menurut Cunningham (2010), Stadium klinik yang sering digunakan adalah klasifikasi yang
dianjurkan oleh Federation International of Gynecology and Obtetricts (FIGO), yaitu sebagai
berikut :
1. Stadium 0, stadium ini disebut juga karsinoma insitu ( CIS). Tumor masih dangkal, hanya
tumbuh dilapisan sel serviks.
2. Stadium I, kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum menyebar kemanapun, stadium ini
dibedakan menjadi:
a. Stadium 1 A1, dokter tidak dapat melihat kenker tanpa mikroskop, kedalamannya kurang dari 3
mm dan besarnya kurang dari 7 mm.
b. Stadium IA2, dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop, kedalamannya antara 3-5 mm
dan besarnya kurang dari 7 mm.
c. Stadium IB1, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran tidak lebih besar dari
4 cm.
d. Stadium IB2, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran lebih besar dari 4 cm.
3. Stadium II, kanker berada di bagian dekat serviks tapi bukan di luar panggul. Stadium II dibagi
menjadi :
a. Stadium IIA, kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum menyebar ke jaringan yang lebih
dalam dari vagina.
b. Stadium IIB, kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan serviks, namun belum
sampai ke dinding panggul.
4. Stadium III, kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina dan serviks sepanjang
dinding panggul. Mungkin dapat menghambat aliran urin ke kandung kemih.
5. Stadium IV, pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh, seperti kandung
kemih, rektum, dan paru-paru. Stadium IV dibagi menjadi:
a. Stadium IVA, kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih dan rektum.
b. Stadium IVB, kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru.

F. Efek pada Maternal dan Neonatus


Terjadi proliferasi dan peningkatan friabilitas lesi, sehingga dianjurkan untuk mengangkat
lesi besar yang tumbuh keluar selama masa hamil. Selain kemandulan, sering pula terjadi pada
abortus akibat infeksi, perdarahan, dan hambatan dalam pertumbuhan janin karena neoplasma
tersebut. Kematian janin dapat pula terjadi karena serviks kaku oleh jaringan kanker, persalinan
kala satu mengalami hambatan. Ada kalanya tumornya lunak dan hanya terbatas pada sebagian
serviks, sehingga pembukaan dapat menjadi lengkap dan anak lahir spontan. Selain itu, dapat
pula teradi ketuban pecah dini dan inersia uteri. Dalam masa nifas sering terjadi infeksi. Dahulu
disangka bahwa kehamilan menyebabkan tumor bertumbuh lebih cepat dan menyebabkan
prognosis menjadi lebih buruk. Akan tetapi, ternyata bahwa kehamilan sendiri tidak
mempengaruhi kanker serviks (Cunningham, 2010).
Menurut Puteh (2008), kanker serviks yang sering ditemukan pada wanita, nantinya akan
menjadi beban biaya yang cukup besar. Namun, masih perlu diakan perkiraan beban biaya yang
diakibatkan oleh perluasan abnormal, penyakit servikal prainvasif dan invasif untuk
menunjukkan jumlah biaya yang dialokasikan untuk masalah ini. Oleh karena itu, selain
memberikan efek langsung pada wanita, kanker serviks juga memberikan pengaruh terhadap
keluarga, yaitu dalam memenuhi biaya pengobatan dan terapi pasien.

G. Patofisiologi
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks; epitel
kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel
kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina
yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK
(Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel
skuamosa baru dengan epitel kolumnar (Rahmawan, 2009).
Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi. Masuknya mutagen atau
bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia
dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah
transformasi. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual
dan diduga bahwa human papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang
mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan
epitel yang disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang
mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah
gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis
masih utuh (Rahmawan, 2009). Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel
Serviks (NIS) untuk kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS terdiri dari ; NIS 1, untuk
displasia ringan; NIS 2, untuk displasia sedang; dan NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma
in-situ.
Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit yang dimulai dari
displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ untuk kemudian berkembang menjadi
karsinoma invasif. Beberapa penelitian menemukan bahwa 30-35% NIS mengalami regresi, yang
terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2. Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan
berkembang menjadi progresif dan mana yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial
menjadi ganas sehingga harus ditatalaksanai sebagaimana mestinya. (Rahmawan, 2009)
H. Tanda dan Gejala
Menurut Prawirohardjo (1994), kondisi pra-kanker umumnya ditemukan melalui tes Pap
Smear dimana ditemukan sel-sel abnormal. Bila sel-sel abnormal ini berkembang menjadi kanker
serviks, barulah muncul gejala-gejala sebagai berikut:
1. Kanker stadium dini sering ditandai keputihan berlebihan, berbau busuk dan tidak sembuh-
sembuh
2. Perdarahan vagina yang tidak normal
Perdarahan terjadi diantara periode menstruasi yang reguler; Periode menstruasi yang lebih lama
dan lebih banyak dari biasanya; Perdarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan panggul;
Perdarahan pada wanita usia menopause.
3. Rasa sakit saat hubungan seksual
4. Cepat lelah
5. Kehilangan berat badan
6. Anemia

7. Pucat, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri di daerah sekitar panggul
8. Bila kanker sudah mencapai Stadium Tiga keatas, maka akan terjadi pembengkakan di
berbagai anggota tubuh seperti betis, paha dan sebagainya.
Apabila kanker serviks tidak ditangani, pada stadium lanjut ketika tumor keluar serviks dan
melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti, nyeri yang menjalar ke
pinggul atau kaki, hal ini menandakan keterlibatan ureter, dinding panggul atau nervus skiatik.
Beberapa penderita mengeluhkan nyeri berkemih, hematuri, perdarahan rektum, sampai sulit
berkemih dan buang air besar. Penyebaran ke kelenjar getah bening, tungkai bawah dapat
menimbulkan oedema tungkai bawah, atau terjadi uremia bila terjadi penyumbatan kedua ureter
(Wiknjosastro, 2006).

I. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut WHO, wanita berusia antara 25 dan 65 tahun hendaknya menjalani screening test
untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan awal. Wanita di bawah usia 25 tahun hampir
tidak pernah terserang kanker serviks dan tidak perlu di-screening. Wanita yang tidak pernah
berhubungan badan juga tidak perlu di-screening.
1. Tes Pap Smear
Wanita bisa mengurangi risiko terserangnya kanker serviks dengan melakukan Pap Smear
secara teratur. Tes Pap adalah suatu tes yang digunakan untuk mengamati sel-sel leher rahim.
Tes Pap dapat menemukan adanya kanker leher rahim atau sel abnormal (pra-kanker) yang dapat
menyebabkan kanker serviks (Bryant, 2012). Hal yang paling sering terjadi adalah, sel-sel
abnormal yang ditemukan oleh tes Pap bukanlah sel kanker. Sampel sel-sel yang sama dapat
dipakai untuk pengujian infeksi HPV (Puteh, 2008).

2. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat, merupakan metode
pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati
apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat
dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Bryant, 2012).
Jika hasil tes Pap atau IVA anda tidak normal, dokter akan menganjurkan tes lain untuk
membuat diagnosis yaitu Kolposkopi: Dokter menggunakan kolposkop untuk melihat leher
rahim. Kolposkop menggunakan cahaya terang dan lensa pembesar untuk membuat jaringan
lebih mudah dilihat. Alat ini tidak dimasukkan ke dalam vagina. Kolposkopi biasanya dilakukan
di tempat praktek dokter atau klinik.
Biopsi: Dengan bius lokal, jaringan yang dimiliki wanita diambil di tempat praktek dokter.
Lalu seorang ahli patologi memeriksa jaringan di bawah mikroskop untuk memeriksa adanya sel-
sel abnormal.
Punch Biopsi: Dokter menggunakan alat yang tajam untuk menjumput sampel kecil
jaringan serviks.
LEEP: Dokter menggunakan loop kawat listrik untuk mengiris sepotong, bulat tipis dari
jaringan serviks.

Endoservikal kuret: Dokter menggunakan kuret (alat, kecil berbentuk sendok) untuk
mengikis contoh kecil jaringan dari leher rahim. Beberapa dokter mungkin menggunakan kuas
tipis lembut, bukan kuret.
Conization: Dokter mengambil sebuah sampel jaringan berbentuk kerucut. Sebuah
conization, atau biopsi kerucut, memungkinkan ahli patologi melihat apakah ada sel-sel
abnormal dalam jaringan di bawah permukaan leher rahim. Para dokter mungkin melakukan tes
ini di rumah sakit dengan anestesi / bius total.
Pengambilan sampel jaringan dari leher rahim dapat menyebabkan perdarahan. Daerah ini
biasanya sembuh dengan cepat. Beberapa wanita juga merasakan rasa sakit yang mirip dengan
kram menstruasi. Dokter dapat meresepkan obat yang akan membantu mengurangi rasa sakit
(Bryant, 2012).

J. Penatalaksanaan
Wanita dengan kanker prainvasif dapat diterapi dengan :
1. Bedah krio
2. Elektrokauter
3. Laser
4. LEEP (loop electrosurgical excision procedure)
5. Ionisasi serviks
Stadium I-IIA dapat diterapi dengan pembedahan (histerektomi),radiasi (limfadenektomi
bilateral) atau pembedahan-radiasi. Stadium IIB-IV diterapi primer dengan radiasi saja.
Pemberian kemoterapi, zat-zat radio sensitif, oksigen hiperbarik, dan hipertermia diberikan
bersamaan dengan terapi radiasi (Gale, 2000).

Terapi selama kehamilan


Wanita hamil dengan pap smear yang abnormal diperiksa lebih lanjut dengan kolposkopi
dan biopsi. Wanita dengnan stadium IA dapat dipantau dengan pap-smear, kolposkopi dan
biopsi. Pada kasus kanker invasif terapi harus dilakukan segera. Bagia wanita dengan usia
kehamilan kurang dari 24 minggu, kehamilan segera diakhiri. Histerektomi radikal atau terapi
radiasi dapat dipakai sebagai terapi primer (Gale, 2000).

K. Asuhan Keperawatan pada Kanker Serviks


I. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan/keletihan, anemia, Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada
malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, keringat
malam. Pekerjaan/profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi.
b. Integritas Ego
Gejala : faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius/spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis, perasaan putus
asa.
c. Eliminasi
Gejala : Pada kanker servik, perubahan pada pola devekasi, perubahan eliminasi urinarius
misalnya : nyeri.
d. Makanan dan Minuman
Gejala : Pada kanker servik : kebiasaan diet buruk (ex : rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan
pengawet, rasa).
e. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
f. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri, derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan ringan sampai nyeri hebat
(dihubungkan dengan proses penyakit)
g. Pernafasan
Gejala : Merokok, Pemajanan abses
h. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi
i. Seksualitas
Gejala : Perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah, karakteristik, bau), perdarahan
sehabis senggama (pada kanker serviks), Nullgravida lebih besar dari usia 30 tahun multigravida
pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini.
j. Interaksi sosial
Gejala : Ketidak nyamanan/kelemahan sistem pendukung, Riwayat perkawinan (berkenaan
dengan kepuasan), dukungan, bantuan, masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.
k. Penyuluhan
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit primer, riwayat pengobatan
sebelumnya (Doenges, 2000).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas
dan perubahan bentuk tubuh.
b. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan
dengan pasangan dan keluarga.
c. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya
edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
d. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
e. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.
f. Kurangnya pengetahuan tentang aspek-aspek perioperatif histierektomi dan perawatan diri
(Doenges, 2000).

3. Intervensi Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas
dan perubahan bentuk tubuh.
Ditandai dengan : Peningkatan ketegangan, gemetaran, ketakutan, gelisah, mengekspresikan
masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.
Tujuan : Rasa cemas pasien hilang/tidak cemas lagi
Kriteria Hasil : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut dan
cemas
Intervensi:
1) Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker. Tentukan apakah
dokter telah menjelaskan kepada pasien dan apakah kesimpulan pasien telah dicapai.
Rasional : Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada
pengalaman pada kanker.
2) Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta kesalaahn konsep
tentang diagnostik.
3) Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari memperdebatkan tentang
persepsi pasien terhadap situasi.
Rasional : Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan/ pilihan
berdasarkan realita.

b. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan
dengan pasangan dan keluarga
Ditandai dengan : Mengungkapkan perubahan dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak
berdaya, putus asa, dan tidak mampu. Tidak mengambil tanggung jawab untuk perawatan diri,
kurang mengikuti perubahan pada persepsi diri/persepsi orang lain tentang peran.
Tujuan : Meningkatkan harga diri pasien
Kriteria Hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri dalam
situasi.
Intervensi :
1) Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker/pengobatan pada peran sebagai
ibu rumah tangga, orang tua dan sebagainya.
Rasional : Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi penerimaan pengobatan
atau merangsang kemajuan penyakit.
2) Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptasi.
Rasional : Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk tindakan apapun
perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.
3) Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik dan fase
pengobatan.
Rasional : Meskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek kanker atau
efek samping terapi, banyak memerlukan dukungan tambahan selama periode ini.
4) Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada).
Rasional : Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baik untuk pasien/ orang
terdekat, memberikan kontak dengan pasien dengan kanker pada berbagai tingkatan pengobatan
dan/atau pemulihan.

c. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya
edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
Ditandai dengan : Sensasi kandung kemih penuh, tiba-tiba, frekuensi sedikit untuk berkemih atau
tak ada keluarnya urins, inkontinensia aliran berlebihan, distensi kandung kemih.
Tujuan : Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
Kriteria Hasil : Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.
Intervensi :
1) Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.
Rasional : Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering dalam jumlah
sedikit/kurang (< 100 ml).
2) Palpasi kandung kemih, selidiki keluhan ketidaknyaman, penuh ketidakmampuan berkemih.
Rasional : Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih di atas simpisis pubis
menunjukkan retensi urine.
3) Berikan tindakan berkemih rutin, posisi normal, aliran air pada baskom, penyiraman air hangat
pada perineum.
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah upaya berkemih.
4) Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter.
Rasional : Meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko ISK asenden.
5) Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.
Rasional : Retensi urine, drainase vagina, dan kemungkinan adanya kateter intermitten/ tak
menetap meningkatkan resiko infeksi, khususnya bila pasien mempunyai jahitan parineal.
6) Pemasangan kateter bila diindikasikan
Rasional : Edema atau pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan atoni kandungan kemih/retensi
kandung kemih memerlukan dekompresi kandung kemih.
d. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
Ditandai dengan : adanya keluhan nyeri, perilaku berhati-hati.
Kriteria Hasil : Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal.
Tujuan : Nyeri hilang/berkurang
Intervensi :
1) Tentukan riwayat nyeri, misalnya : lokasi uteri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 0-10) dan
tindakan kehilangan yang digunakan.
Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan
intervensi.
2) Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya reposisi, gosokkan punggung) dan aktifitas
hiburan (misalnya musik, televisi).
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
3) Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, sentuhan terapeutik)
Rasional : Memungkinkan pasien berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol nyeri
4) Kolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan analgesik sesuai dengan indikasi
Rasional : Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker,meskipun respon individual berbeda-beda.

e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.
Ditandai dengan : berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan bentuk
tubuh
Tujuan : tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
Kriteria Hasil : penambahan berat badan progresif ke arah tujuan normalisasi
Intervensi :
1) Pantau masukan makanan
Rasional : mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi
2) Ukur TB, BB setiap hari sesuai indikasi
Rasional : membantu mengidentifikasi malnutrisi protein-kalori
3) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan cairan adekuat
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga dengan cairan
f. Kurangnya pengetahuan mengenai prognosis penyakit, dan kebutuhan pengobatan
Ditandai dengan : pernyataan/meminta informasi, mengungkapkan masalah, salah persepsi
Tujuan : pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
Kriteria Hasil : mengungkapkan informasi yang akurat tentang diagnosa dan aturan pengobatan
dan melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan.
Intervensi :
1) Bantu pasien menentukan persepsi tentang kanker dan pengobatan
Rasional : membantu identifikasi ide, sikap, dan rasa takut
2) Berikan informasi yang jelas dan akurat
Rasional : membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan informasi yang diperlukan
3) Minta pasien memberikan umpan balik verbal, dan perbaiki kesalahan konsep
Rasional : kesalaahan konsep tentang kanker lebih mengganggu daripada kenyataan dan
mempengaruhi pengobatan/penurunan penyembuhan.
(Doenges, 2000).

4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
a. Ansietas pasien berkurang
b. Meningkatkan harga diri pasien
c. Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
d. Nyeri hilang/berkurang
e. tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
f. pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
(Doenges, 2000).

Daftar Pustaka

Bryant, E. (2012). The Impact of policy and screening on cervical cancer in england. British Journal of
Nursing , Volume 21, s4-s10.
Cunningham, F. G. (2010). Dasar- dasar ginekologi & obstetri. Jakarta: EGC.
Doenges, M. E. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.
Gale, D. (2000). Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta: EGC.
Prayitno, A. (2005). Ekspresi protein p53, Rb, dan c-myc pada kanker serviks uteri dengan pengecatan
immunohistokimia. Biodiversitas , Volume 6, Nomor 3, 157-159.
Puteh, S. E. (2008). Economic burden of cervical cancer in malaysia. Med J Indones , Volume 17, 272-
280.
Rahmawan, A. (2009). Kanker serviks pada kehamilan. Banjarmasin: Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan.
Suhartini, & Herlina, T. (2010). Hubungan antara menikah dan paritas dengan kejadian kanker serviks
di RSUD DR.Soeroto ngawi. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes , Vol.I No.1 , 41-46.
Wiknjosastro, H. (2006). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Você também pode gostar