Você está na página 1de 9

PENGARUH EARNING PER SHARE DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP

NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN SEMEN YANG TERDAFTAR DI BEI.


Dita Sari Mulyadi
(Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya)
email : mulyadidita7@gmail.com

Dosen Pembimbing :
Dra. Siti Istikhoroh, M.Si

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Earning Per Share dan Debt to Equity Ratio
terhadap Nilai Perusahaan. Penelitian ini menggunakan sampel 3 perusahaan semen yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2013 – 2016. Data yang digunakan adalah data sekunder dan teknik
analisis data analisis yang digunakan adalah uji asumsi klasik, regresi linier berganda, koefisien
determinasi, uji hipotesis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa earning per share dan debt to equity
ratio secara parsial diperoleh (1) nilai sig. 0,000 (0,000 < 0,05) dan t hitung sebesar -7,436 yang berarti
bahwa earning per share berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan (2) nilai sig. 0,001 (0,001 <
0,05) dan thitung sebesar -5,070, yang berarti bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap
nilai perusahaan. Sedangkan secara simultan earning per share dan debt to equity ratio diperoleh nilai
sig. 0,000 (0,000 < 0,05) yang berarti bahwa earning per share dan debt to equity ratio secara bersama –
sama mempengaruhi nilai perusahaan pada perusahaan semen yang terdaftar di BEI.
Kata Kunci : Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Nilai Perusahaan.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Dalam era globalisasi, banyaknya perusahaan dalam industri yang didirikan dan kondisi
perekonomian saat ini telah menciptakan persaingan yang ketat antar perusahaan yang membuat
perusahaan semakin meningkatkan kinerjanya agar tujuannya dapat tetap tercapai. Tujuan utama
perusahaan yang telah go publik adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang
saham melalui peningkatan nilai perusahaan.
Nilai perusahaan mencerminkan kinerja perusahaan yang dapat mempengaruhi persepsi
investor terhadap perusahaan. Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang
tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham yang tercermin dari harga
sahamnya (Martono dan Harjito, 2013:13). Kekayaan pemegang saham dan perusahaan
dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi,
pendanaan (financing), dan manajemen aset (Hermuningsih, 2013:128).
Optimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan,
dimana satu keputusan keuangan yang diambil manajer keuangan akan mempengaruhi keputusan
keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan (Fama dan French, 1998 dalam Wijaya dan
Wibawa, 2010). Kombinasi optimal dari keputusan manajemen dapat mengoptimalkan nilai
perusahaan yang akan mempengaruhi kemakmuran pemegang saham (Niake, 2010). Mengambil
keputusan pendanaan dan investasi yang baik adalah tugas utama manajer keuangan. Keputusan
investasi dan pendanaan yang unggul bisa membawa perusahaan selangkah di depan para pesaing.
Pada penelitian ini, nilai perusahaan diukur dengan menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini dinilai bisa
memberikan informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan
modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa dan ekuitas perusahaan saja yang dimasukkan
namun seluruh aset perusahaan.
Earning Per Share atau laba per lembar saham adalah suatu analisis yang penting di dalam
laporan keuangan perusahaan. Earning per share memberikan informasi kepada para pihak luar
(ekstern) seberapa jauh kemampuan perusahaan menghasilkan laba untuk tiap lembar yang beredar.
Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar, karena hal ini merupakan
salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan (Lukman Syamsudin, 1992 : 66). Secara singkat
dapat peneliti simpulkan bahwa semakin tinggi nilai Earning Per Share tentu saja akan menyenangkan
pemegang saham, karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Pada
penelitian ini, dapat diukur dengan mengggunakan Earning Per Share, rasio ini menunjukkan
seberapa besar kemampuan per lembar saham dalam menghasilkan laba.
Debt to Equity Ratio menurut Kasmir (2014:157), menyatakan bahwa: Debt to Equity Ratio
merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara
membandingkan antara seluruh hutang, termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas. Debt to
Equity Ratio menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh modal perusahaan atau berapa
porsi hutang dibanding dengan modal perusahaan, supaya aman porsi hutang harus lebih kecil dari
modal. Perusahaan yang menggunakan semakin banyak hutang maka akan meningkatkan beban
bunga dan pokok pinjaman yang harus dibayar. Hal ini memperbesar kemungkinan perusahaan
menghadapi default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada waktunya
akibat kewajiban yang semakin besar. Pada penelitian ini, dapat diukur dengan menggunakan Debt
to Equity Ratio, rasio ini menujukkan seberapa besar modal sendiri dalam membiayai utang yang
dimiliki perusahaan.
Berdasarkan konsep pemikiran yang dituangkan dalam latar belakang diatas, maka penulis
tertarik melakukan penelitian dengan maksud dan tujuan untuk mengetahui pengaruh Earning Per
Share dan Debt to Equity Ratio terhadap nilai perusahaan pada Perusahaan Semen yang terdaftar di
BEI (Bursa Efek Indonesia).
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menguji apakah ada pengaruh Earning Per Share terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan semen yang terdaftar di BEI .
2. Untuk mengetahui dan menguji apakah ada pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan semen yang terdaftar di BEI.
3. Untuk mengetahui apakah Earning Per Share dan Debt to Equity Ratio secara simultan
terhadap nilai perusahaan pada perusahaan semen yang terdaftar di BEI.

TELAAH PUSTAKA

Teori Nilai Perusahaan


Nilai perusahaan menurut Gitman (2006), adalah nilai actual per lembar saham yang akan
diterima apabila aset perusahaan dijual sesuai dengan harga saham. Nilai perusahaan (Husnan, 2000)
adalah persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga
saham yang tinggi akan membuat nilai perusahaan tinggi. Tujuan utama perusahaan menurut theory
of the firm adalah memaksimalkan kekayaan atau nilai perusahaan. Dengan memaksimalkan nilai
perusahaan, maka akan memaksimalkan kemakmuran pemegang saham juga. Menurut (Husnan,
2000) nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila
perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang
tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Bringham, 2001), Semakin tinggi
harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan
dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi,
pendanaan (financing), dan manajemen asset. Nilai perusahaan dapat terlihat dari segi harga
sahamnya. Harga pasar dapat dilihat dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan
penjual disaat terjadinya transaksi dapat disebut dengan nilai pasar perusahaan, oleh karena itu
harga pasar saham dianggap cerminan dari suatu nilai aset perusahaan yang sesungguhnya. Ada
beberapa rasio untuk dapat mengukur nilai pasar perusahaan, salah satunya Tobin’s Q. Rasio ini bisa
dinilai untuk memberikan informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur
hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas
perusahaan yang dimasukkan melainkan seluruh asset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh
asset perusahaan yang berarti perusahaan tidak dapat terfokus pada satu tipe investor saja yaitu
investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur oleh karena itu, sumber pembiayaan
operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga terdapat dari pinjaman yang
diberikan oleh kreditur. Maka dapat disimpulkan semakin besar nilai Tobin’s Q dapat menunjukkan
bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini bisa terjadi karena semakin
besar nilai pasar asset perusahaan dibandingkan dengan nilai buku asset perusahaan maka, semakin
besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan
tersebut.

Teori Earning Per Share


Earning Per Share merupakan komponen penting pertama yang harus diperhatikan dalam
analisis perusahaan. Informasi Earning Per Share suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih
perusahaan yang siap dibagikan untuk semua pemegang saham perusahaan. Earning Per Share
merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan(return) yang diperoleh investor atau
pemegang saham per lembar saham (Tjiptono dan Hendry, 2001 : 139). Para calon pemegang saham
tertarik dengan earning per share yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator
keberhasilan suatu perusahaan (Lukman Syamsudin, 1992 : 66). Secara singkat dapat peneliti
simpulkan bahwa semakin tinggi nilai Earning Per Share tentu saja akan menyenangkan pemegang
saham, karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Pada umumnya dalam
menanamkan modalnya investor mengharapkan manfaat yang akan dihasilkan dalam bentuk laba
per lembar saham Earning Per Share. Sedangkan jumlah laba per lembar saham Earning Per Share yang
didistribusikan kepada para investor tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran
dividen. Laba per lembar saham Earning Per Share dapat menunjukan tingkat kesejahteraan
perusahaan, jadi apabila laba per lembar saham Earning Per Share yang dibagikan kepada para
investor tinggi maka menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat
kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham, sedangkan laba per lembar saham Earning Per
Share yang dibagikan rendah maka menandakan bahwa perusahaan tersebut gagal memberikan
kemanfaatan sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham. Earning Per Share dapat diukur dengan
menggunakan rasio EPS. Earning Per Share merupakan rasio yang diperoleh dari laba yang tersedia
bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar, Sari (2015).
Rasio tersebut merupakan pengembalian unit moneter ke investor karena memegang saham biasa
organisasi bersangkutan, (Atkinson (2012:379).

Teori Debt to Equity Ratio


Debt to Equity Ratio menurut Kasmir (2014:157), menyatakan bahwa: Debt to Equity Ratio
merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara
membandingkan antara seluruh hutang, termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini
digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kredior) dengan pemilik
perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan untuk jaminan hutang. Dalam praktiknya, apabila dari hasil perhitungan, perusahaan
ternyata memiliki rasio Debt to Equity Ratio yang tinggi, hal ini akan berdampak timbulnya risiko
kerugian lebih besar. Tetapi juga ada kesempatan mendapat laba juga besar. Sebaliknya apabila
perusahaan memiliki rasio Debt to Equity Ratio lebih rendah tentu mempunyai risiko kerugian lebih
kecil pula, terutama pada saat nilai perusahaan menurun. Dampak ini juga mengakibatkan
rendahnya tingkat hasil pengembalian (return) pada saat nilai perusahaan tinggi (Kasmir, 2008). Debt
to Equity Ratio dapat diukur menggunakan rasio DER. Debt To Equity Ratio merupakan rasio hutang
terhadap modal sendiri, rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang
dibanding dengan modal sendiri, Marlina dan Danica (2009) Rasio ini menunjukkan hubungan antara
jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri
yang diberikan oleh pemilik perusahaan, Syamsuddin (2011:54). Peningkatan hutang ini yang akan
mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin
tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan dalam membayar
dividen, Sudarsi (2002).

METODOLOGI PENELITIAN

Populasi Dan Sampel


Populasi menurut Sugiyono (2012 : 80) menyatakan:“Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti”. Sedangkan, dalam penelitian ini populasi yang akan diteliti adalah data
laporan keuangan di Perusahaan Semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan Semen
yang menjadi populasi yaitu : Holcim Indonesia Tbk, Indocement Tunggal Perkasa Tbk, Semen
Indonesia Tbk. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi. Sugiyono
(2012 : 81). Sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan Perusahaan Semen yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013-2016.

Jenis Dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data-data berupa
laporan keuangan perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan sektor semen yang terdapat di
www.idx.co.id

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis untuk memperoleh data menggunakan
teknik metode dokumentasi. Metode dokumentasi bertujuan untuk mencari data mengenai hal-hal
yang berhubungan dalam variabel penelitian. Di dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan
dengan cara penelusuran data sekunder. Data sekunder yang berasal dari Laporan Keuangan
Perusahaan Semen yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016, yang termuat
dalam www.idx.co.id

Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel


Dalam suatu penelitian variabel merupakan unsur yang paling penting, karena variabel
merupakan sesuatu yang menjadi obyek penelitian serta pengamatan dan juga merupakan unsur
yang melekat dengan masalah atau hipotesis dari penelitian (X 1), (X2). Sedangkan, menurut Moh
Nasir (2011) variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian :
1. Variabel Bebas (Variable Independent)
Variabel bebas (Variable Independent) adalah variabel utama yang mempengaruhi variabel
terikat. Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah Earning Per Share (X1), Debt to
Equity Ratio (X2).
2. Variabel Terikat (Variable Dependent)
Variabel terikat (Variable Dependent) adalah variabel yang nilainya tergantung pada nilai
variabel yang mempengaruhinya. Adapun, variabel terikat pada penelitian ini adalah Nilai
Perusahaan (Y).

Definisi operasional variabel adalah sesuatu yang menjadi obyek penelitian dan mempunyai
sifat-sifat yang dapat diamati dan di observasi. Untuk lebih memperjelas variabel yang dimaksud
diatas, maka secara operasional akan penulis uraikan sebagai berikut :
1. Earning Per Share (X1)
Earning Per Share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return)
yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham.
Skala Ukur : Earning per Share (EPS).
Rumus yang digunakan :
Laba bersih setelah pajak – Dividen
Jumlah saham yang beredar
2. Debt to Equity Ratio (X2)
Debt to Equity Ratio adalah rasio hutang untuk mengukur tingkat pinjaman dari keuangan
perusahaan dan dikalkulasi berdasarkan perbandingan jumlah total liabilitas dibanding
dengan jumlah total ekuitas.
Skala Ukur : Debt to Equity Ratio (DER).
Rumus yang digunakan : Total hutang
Total Ekuitas
3. Nilai Perusahaan (Y)
Nilai perusahaan adalah nilai sekarang dari serangkaian arus kas masuk yang akan
dihasilkan perusahaan pada masa mendatang.
Skala Ukur : Tobins Q.
Rumus yang digunakan :
(Closing price x Saham beredar) + Total hutang
Total Aset

Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini adalah melakukan analisis regresi linier berganda. Teknik analisis data ini digunakan
untuk menguji hipotesis penelitian. Penggunaan teknik analisis data ini bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya pengaruh antara variabel bebas (variable independent) dan variabel terikat (variable
dependent). Dalam penelitian ini dilakukan analisis regresi linier berganda, yaitu menguji variabel
keuangan dengan nilai perusahaan. Dari pengujian terhadap data yang diperoleh dari sebuah
penelitian, maka uji yang dilakukan antara lain :
1. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan uji regresi terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik.
Ghozali (2006:110), menyatakan bahwa analisis regresi linier berganda perlu menghindari
penyimpangan asumsi klasik supaya tidak menimbulkan masalah dalam penggunaan
analisis tersebut. Nilai yang di dapat dalam persamaan regresi harus di uji untuk mengetahui
apakah terdapat gejala. Penyimpangan terhadap asumsi-asumsi klasik yang meliputi :
a. Uji Normalitas
Pengujian asumsi normalitas untuk menguji data variabel bebas (X) dan variabel terikat
(Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau
berdistribusi tidak normal. Jika distribusi data normal, maka analisis data dan pengujian
hipotesis digunakan statistik parametrik.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas ini digunakan untuk mengukur tingkat asosiasi (keeratan)
hubungan / pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui besaran koefisien korelasi
(r). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinieritas ini digunakan Variance
Influence Factor (VIF) dimana multikolinieritas terjadi jika VIF > 10. Jika VIF lebih dari 10
maka variabel tersebut mengindikasikan adanya multikolinieritas.
c. Uji Autokorelasi
Persamaan regresi yang baik adalah tidak memiliki masalah autokorelasi. Jika terjadi
autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai
prediksi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Dalam persamaan regresi berganda perlu diuji mengenai sama atau tidak varian dari
residual dari observasi yang satu dengan observasi lainnya. Jika residual mempunyai
varians mempunyai varians yang sama, disebut homoskedastisitas. Dan jika variansnya
tidak sama disebut terjadi heteroskedastisitas.
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik
turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai
faktor predictor dimanipulasi (naik turunnya nilai), jadi analisis regresi linier berganda akan
dilakukan bila jumlah variabel independen yang digunakan adalah Kebijakan Dividen (X1)
dan Kebijakan Hutang (X2). Variabel dependen yang digunakan adalah Nilai Perusahaan (Y)
persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = a + b1 . X1 + b2 . X2 + e
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen.
4. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara parsial (uji t) dan
pengujian secara simultan (uji F).
a. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui secara parsial variabel bebas berpengaruh
secara signifikan atau tidak terhadap variabel terikat.
b. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secara
bersama – sama terhadap variabel dependen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Earning Per Share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan(return) yang
diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham (Tjiptono dan Hendry, 2001 : 139). Debt to
Equity Ratio menurut Kasmir (2014:157), menyatakan bahwa: Debt to equity ratio merupakan rasio
yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Nilai perusahaan (Husnan, 2000) adalah
persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham.

Peneliti menggunakan teknik analisis data Kuantitatif dengan analisis yang dilakukan
menggunakan Regresi Linier Berganda dengan bantuan Program SPSS Versi 20, yaitu menghitung
besarnya pengaruh antara variabel bebas Earning Per Share (X1) dan Debt to Equity Ratio (X2) terhadap
variabel terikat Nilai Perusahaan (Y). Selanjutnya dalam Analisis Regresi Linier Berganda didapatkan
hasil dengan menggunakan Uji t dan Uji f yang diperoleh hasil sebagai berikut :
Dari hasil analisis data pada tabel 4.10 hasil uji t diperoleh nilai signifikan negatif, yang artinya
dari hasil pengujian hipotesis pertama menggunakan uji-t menunjukkan bahwa hipotesis pertama
bisa diterima serta dapat disimpulkan bahwa Earning Per Share berpengaruh signifikan negatif
dimana Earning Per Share tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa Earning Per Share berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap nilai perusahaan. Karena pemegang saham maupun investor lebih menginginkan Earning
Per Share tersebut dijadikan laba ditahan saja. Para pemegang saham cenderung tidak ingin
menerima Earning Per Share sehingga laba tersebut dapat dijadikan modal perusahaan untuk
melakukan kegiatan operasi atau membelanjai investasi perusahaan. Modal yang digunakan
perusahaan tersebut diharapkan mampu menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. sehingga
diharapkan nantinya Earning Per Share yang akan didapatkan oleh para pemegang saham semakin
besar pula.

Hasil yang didapat sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Normayanti (2017), dalam
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kebijakan Hutang, Kebijakan Dividen, dan Profitabilitas
Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Food dan Beverage yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia)”. Jadi kebijakan hutang dan kebijakan dividen secara parsial tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Dari hasil analisis data pada tabel 4.11 hasil uji t diperoleh nilai signifikan negatif, yang artinya
dari hasil pengujian hipotesis kedua menggunakan uji-t menunjukkan bahwa hipotesis kedua bisa
diterima serta dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan negatif dimana
Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan dan
negatif terhadap nilai perusahaan. Dalam arti bahwa hutang tidak berpengaruh terhadap perubahan
nilai perusahaan karena pemegang saham lebih memperhatikan terkait bagaimana perusahaan
menghasilkan laba. Penggunaan hutang yang berlebih akan memperbesar resiko perusahaan dalam
menghasilkan laba dan menyebabkan keraguan pemegang saham terhadap kemampuan perusahaan
dalam mengembalikan pinjamannya.

Hasil yang didapat sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Julianto Lianu dan Jessy
D.L. Warongan (2017), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kebijakan Utang, Struktur
Aktiva, dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Kasus Perusahaan Sektor
Industri Food & Beverages)”. Jadi kebijakan utang, struktur aktiva dan kepemilikan manajerial secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.

Hasil pengujian Earning Per Share dan Debt to Equity Ratio secara simultan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan, artinya hipotesis yang menyatakan bahwa “Ada pengaruh antara Earning
Per Share dan Debt to Equity Ratio secara simultan berpengaruh positif tehadap nilai perusahaan pada
perusahaan semen yang terdaftar di BEI tahun 2013 -2016”. Dapat diterima kebenarannya.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa Earning Per Share dan Debt to Equity Ratio
berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai perusahaan. Earning Per Share akan memiliki
pengaruh pada tingkat penggunaan hutang terhadap suatu perusahaan, EPS (Earning Per Share) yang
stabil akan menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana
guna membayar dividen. Perusahaan yang memiliki laba setiap tahunnya akan mempertimbangkan
apakah laba yang diperolehnya akan dibagikan menjadi dividen atau menjadi laba ditahan. Laba
perusahaan yang tinggi dianggap menarik bagi para investor atau pemegang saham untuk
menanamkan modalnya.

Hasil yang didapat sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Normayanti (2017), dalam
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kebijakan Hutang, Kebijakan Dividen, dan Profitabilitas
Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Food dan Beverage yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia)”. Jadi variabel kebijakan hutang (DER), kebijakan dividen (DPR) dan
Profitabilitas (ROE) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis, maka penelitian dengan judul Pengaruh Earning
Per Share Dan Debt to Equity Ratio Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Semen Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2016 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara parsial Earning Per Share dan Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh sebagai
berikut:
a. Earning Per Share memiliki pengaruh signifikan dengan arah hubungan negatif terhadap
nilai perusahaan.
b. Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh signifikan dengan arah hubungan negatif
terhadap nilai perusahaan.
2. Secara simultan Earning Per Share dan Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan semen yang terdaftar di BEI

DAFTAR PUSTAKA
Brigham, Eugene F dan Joel F Houston, 2001, Manajemen Keuangan, Buku I edisi Kedelapan, ahli
bahasa Dodo Suharto, Erlangga, Jakarta.
Brigham, Eugene F. & Joel F. Houston, 2010, Manajemen Keuangan, Buku 1 Edisi Kedelapan,
Terjemahan Dodo Suhartono dan Herman Wibowo, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Hadiwidjaja, Rini Dwiyani, 2007, “Analisis Faktor – faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout
Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia”, Tesis, Program Studi Ilmu Manajemen
Universitas Sumatera Utara.
Harjito, A.D dan Martono, 2013, Manajemen Keuangan, Cetakan Ketiga, Penerbit EKONISIA,
Yogyakarta.
Harmono, 2011, Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecrad Pendekatan Teori, Kasus, dan
Riset Bisnis (Edisi 1), Bumi Aksara, Jakarta.
Hermuningsih, Sri, 2013, Pengaruh Profitabilitas, Growth Opportunity, Sruktur Modal terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Publik di Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.
Husnan, Suad, 2008, Manajemen Keuangan : Teori dan Penerapan Buku 1, Edisi 4, BPFE, Yogyakarta.
Kusumajaya, D. K. 2011, "Pengaruh Struktur Modal Dan Pertumbuhan perusahaan terhadap
profitabilitas dan nilai perusahaan pada perusahaan manufatur di Bursa Efek Indonesia",
Tesis, Denpasar : Program Pasca Sarjana Universitas Udayana.
Lihan Rini Puspo Wijaya dan Bandi Anas Wibawa, 2010, Pengaruh keputusan investasi, keputusan
pendanaan, dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi XIII Purwokerto.
Lisa Marlina, dan Clara Danica, 2009, Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio, Dan
Return On Assets Terhadap Dividen Payout Ratio, Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 2, No. 1,
Januari 2009: 1-6.
Nazir, Moh. 2011, Metode Penelitian Edisi 7, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Rustendi dan Jimmi, 2008, Pengaruh Hutang dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan
pada Perusahaan Manufaktur (Survey pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa
Efek Jakarta), Jurnal Akuntansi FE Unsil, Vol. 3, No. 1 Sofyaningsih dan Pancawati.
Sari, Komang Ayu Novita dan Luh Komang Ayu Surjani, 2015, Pengaruh Leverage, Likuiditas,
Pertumbuhan Perusahaan dan Profitabilitas tehadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEI, E-Journal Manajemen 4 (10), Universitas Udayana.
Siti Syamsiroh Difah, 2011, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Devidend Payout
Ratio Pada Perusahaan BUMN Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-
2009”, Skripsi Program Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang (Dipublikasikan)
Sri Sudarsi, 2002, Manajemen Keuangan, Edisi 3, Mitra Wacara, Jakarta.
Suad Husnan. 2000, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang, BPFE,
Yogyakarta.
Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung.
Sukamulja, Sukmawati, 2004, Good Corporate Governance di Sektor Keuangan: Dampak GCG
Terhadap Kinerja Perusahaan (Kasus di Bursa Efek Jakarta). BENEFIT, Vol.8, No. 1, hlm. 1-25.
Sukardi, 2008, Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya, PT. Bumi Aksara,
Jakarta.
Wijaya, P. R. L,. Bandi ., dan A. Wibawa, 2012, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, UPP AMP YKPN,
Yogyakarta.

Você também pode gostar