Você está na página 1de 14

MAKALAH TEKNOLOGI BERSIH

“ANALISA PRODUKSI BERSIH INDUSTRI


TAPIOKA”

Disusun oleh :

Muhammad Aria Mandalika (3335150044)

FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

CILEGON

2018
1
1.1 Tinjauan Teknologi Proses Industri Menengah Tapioka Kabupaten Kediri

1.1.1 Tinjauan Teknologi Proses


Pada industri menengah tapioka kabupaten Kediri ini menggunakan beberapa alat
berikut, yaitu:
1. Mesin Pemarut Ketela dan ayakan plus penggerak

Gambar 1. Alat Pemarut Ketela dan ayakan plus penggerak


(Anonim, 2012)
Alat ini berfungsi untuk memarut ketela dan juga bisa terdapat ayakan dengan
penggerak.
2. Oven Pengering
Oven pengering ini berfungsi untuk mengeringkan bahan pembuatan tapioca.
3. Mesin Penepung (Disk Mill)
Mesin penepung ini berfungsi untuk membuat tepung

Gambar 2. Mesin penepung


(Anonim, 2012)

4. Genset
Genset ini berfungsi untuk pemberi daya energi listrik, atau juga genset ini sebagai
alternatif energi untuk pabrik tersebut.
5. Bak Pengendapan dan Bak Penampung Limbah
Bak pengendapan dan bak penampung limbah ini berfungsi mengendap bahan dan
menampung limbah dari pembuatan tapioka tersebut.

2
1.1.2 Tinjauan limbah cair
1.1.2.1 Sumber dan karakteristik limbah Cair serta pengaruhnya terhadap lingkungan
Limbah cair industri tapioka tradisional mencapai 14–18 m3 per ton ubi kayu.
Dengan teknologi yang lebih baik jumlah limbah cair dapat direproduksi menjadi 8
m3 /ton ubi kayu. Limbah cair industri tapioka mengandung padatan tersuspensi –
10.000 mg/L dan bahan organik 1.500 – 5.300 mg/L.22

Dalam prosesnya, industri tepung tapioka mengeluarkan tiga macam limbah yaitu
limbah padat, gas dan limbah cair. Proses pengolahan singkong menjadi tepung tapioka
akan menghasilkan limbah 2/3 sampai 3/4 dari bahan mentahnya. Limbah padat berasal
dari proses pengupasan kayu dan proses pemerasan serta penyaringan (ampas dan
onggok). Limbah cair berasal dari pencucian ubi terutama terdiri atas polutan organik,
kulit ubi, tanah atau pasir serta proses suspensi tepung. Limbah gas dari persenyawaan
organik dan anorganik yang mengandung nitrogen, sulfur dan fosfor yang berasal dari
pembusukan protein. Parameter penting yang menentukan kualitas limbah cair industri
tepung tapioka adalah (Arifin, M. 2012):

Kekeruhan terjadi karena adanya zat organik (sisa pati) yang terurai,
mikroorganisme dan koloid lainnya yang tidak dapat mengendap segera. Kekeruhan ini
merupakan sifat fisik yang mudah dilihat untuk menilai kualitas air limbah tepung
tapioka.
Warna air limbah industri tapioka yang masih baru berwarna putih kekuning-
kuningan dan berbau khas ubi, sedangkan air limbah yang lama berbau basi atau busuk
dan berwarna abu-abu gelap. Bau tersebut akan berubah menjadi asam setelah 1 sampai
2 hari, kemudian air tersebut akan menjadi busuk dan mengeluarkan bau khas yang tidak
sedap. Salah satu zat yang dihasilkan dari proses penguraian senyawa-senyawa organik
adalah asam sulfida, posfor dan amoniak yang menyebabkan air jadi busuk dan berbau
amat menusuk yang tercium pada jarak sampai 5 kilometer.
Padatan tersuspensi mempengaruhi kekeruhan dan warna air limbah. Apabila
terjadi pengendapan dan pembusukan zat-zat tersebut di badan air penerima air
buangan. Sehingga akan mengurangi nilai guna perairan tersebut. Padatan tersuspensi
di dalam air cukup tinggi, berkisar 1500-5000 mg/l. Padatan tersuspensi ini merupakan
suspensi pati yang terendapkan pada (pengendapan tingginya kandungan padatan
tersuspensi menandakan bahwa proses pengendapan belum sempurna. Nilai padatan

3
tersuspensi, BOD, COD saling berkaitan tinggi padatan tersuspensi semakin tinggi nilai
COD dan BOD nya.

1.1.2.2. Baku mutu limbah cair

Mutu Limbah Cair adalah keadaan limbah cair yang dinyatakan dengan debit, kadar
dan beban pencemaran. Debit maksimum adalah debit tertinggi yang masih diperbolehkan
dibuang kelingkungan hidup. Kadar maksimum adalah kadar tertinggi yang masih
diperbolehkan dibuang ke lingkungan hidup. Beban pencemaran maksimum adalah beban
pencemaran tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan hidup (Surat
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: 03/MENLH/1998).

Baku mutu limbah industri tapioka yang dipersyaratkan hanya limbah cairnya saja
(Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-1/MenLH/10/1995) dengan
karakteristik tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Tapioka (Vegantara, D. 2009).

4
Tabel 2. Penerapan teknologi bersih pada industri tapioka

Strategi Aktivitas

Good Housekeeping - Pengenapan air untuk proses roduksi.

- Pencucian bak

- Perawatan silinder pemarut

- Penggunaan jam dinding di Pabrik


(agar tercipta disiplin waktu)

- Penggunaan alas untuk menumpuk


butiran pati yang tercecer.

- Penggunaan pengaman kepala untuk


pekerja.

- Produk layout.

- Lantai terbuat dari plester, keramik,


dan semen,

Modifikasi teknologi - Penggunaan mesin pemarut,


gobekan, mesin penghancur, dan tapir

- Penggunaan mesin diesel yang sama


untuk pompa air dan mesin produksi.

- Penggunaan bak bilas untuk


pencucian.

On site recovery - pemanfaatan kulit untuk pupuk atau


pakan ternak.

- Penjualan onggok

- Penjualan tapioka kasar.

5
BAB 2
6
Metode penelitian
2.1 Rancangan

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah gaplek asal Kabupaten Malang, air dan
Na-metabisulfit. Alat yang digunakan antara lain bak perendam, pemarut kelapa, penyaring
dari kain sifon dan widig (perangkat pen-jemur). Pembuatan tapioka terdiri dari tiga
prosedur yaitu: (1) pembuatan tapioka tanpa penggantian air rendaman, (2) pembuatan
tapioka dengan mengganti air rendaman, dan (3) sama seperti prosedur (1) tetapi pada saat
pengeringan widig yang digunakan diberi alas plastik. Dia gram alir pembuatan tapioka
perlakuan seperti pada Gambar 1, prosedur (1) perendaman pati dilakukan selama 24 jam;
sedangkan prosedur (2) air perendam pati diganti sebanyak dua kali dalam sehari, proses
pembuatan tapioka berbahan baku gaplek dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Tapioka Berbahan Baku Gaplek

7
Tepung tapioka yang dihasilkan dianilisis sifat fisik-kimia (ren-demen, kadar air, kadar
pati, kadar abu, derajat putih,dan residu sulfit). Analisis data dilakukan secara statistik
dengan uji t berpasangan.Uji kualitassecara sensoris (warna, aroma, dan kenampakan)
menggunakan panelis ahli untuk menge-tahui produk terbaik yang paling disukai Tepung
tapioka yang dihasilkan dianilisis sifat fisik-kimia (ren-demen, kadar air, kadar pati, kadar
abu, derajat putih,dan residu sulfit). Analisis data dilakukan secara statistik dengan uji t
berpasangan.Uji kualitassecara sensoris (warna, aroma, dan kenampakan) menggunakan
panelis ahli untuk mengetahui produk terbaik yang paling disukai.

2.2 Ruang lingkup penelitian

Dalam penelitian ada beberapa aspek yang menjadi perhatian , salah satunya adalah
proses pembuatan tapioka dari mulai persiapan bahan, yaitu singkong yang telah dijemur
hingga sampai menjadi tapioka. Penelitian ini juga membahas penerapan teknologi bersih
apa yang telah dilakukan perusahaan. Limbah yang dihasilkan oleh pabrik tapioka juga
masuk dalam pembahana penelitian ini.

2.3 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Bulusari, Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri.

2.4. Jenis dan sumber data

Jenis dan sumber data yang kami peroleh dari jurnal dan website-website yang berkaitan
dengan pembahasan dalam penelitian ini.

2.5. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang dilakukan pada industri tapioka menggunakan alat-alat


sebagai berikut :
1. Mesin Pemarut Ketela dan ayakan plus penggerak2
2. Oven Pengering
3. Mesin Penepung (Disk Mill)
4. Genset
5. Bak Pengendapan dan Bak Penampung Limbah

2.6. Teknik pengumpulan data


8
Dalam penelitian ini digunakan studi literatur untuk mengumpulkan data yang
diperlukan guna proses analisi selanjutnya. Literatur yang digunakan diantarnya jurnal,
buku, serta website.

2.7. Analisa data

Analisa data produksi bersih pada industri tapioka dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Analisa data penerapan produksi bersih dan pengelolan lingkungan industri

Aktivitas perbaikan Biaya Prioritas


Penyuluhan pekerja Rp. 12.000 ***
Pemanfaatan pemakaian air 0 ***
Penggunaan alat pencuci Rp. 3.000.000,00 *
mekanis
Penggunaan alat gobegan Rp. 10.000.000,00 ***
Pencucian hak pengendapan Rp. 40.000,00 ***
pati setiap hari
Pemanfaatan pekerja selama 0 ***
proses produksi berlangsung
Penggunaan bak Rp. 10.000,00 **
penampungan dan
pengolahan limbah cair
terpusat
Keterangan : * = Kurang, ** = Cukup, *** = Penting

BAB III
9
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Data umum perusahaan

Profil industri penghasil tapioka di Desa Bulusari, Kecamatan Tarokan, Kabupaten


Kediri adalah sebagai berikut : jumlah tenaga kerja 4-5 tergantung kapasitas produksi tiap
harinya. Jumlah produksi per hari tergantung dari persediaan ubi kayu, pada musim panen
raya ubi kayu kapasitas produksi mencapai 6 ton/hari. Peralatan produksi yang dimiliki
antara lain bak pencucian, pemarut (tipe roll), alat penyaring susu pati (tipe eksentrik), bak
pengendapan (beton berlapis porselin), perangkat pengeringan (anyaman bambu), bak
pembuangan ampas, motor diesel 12 PK.

3.2. Proses produksi dan limbah


3.2.1. Proses produksi

Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Tapioka Berbahan Baku Gaplek

3.2.2. Tinjauan limbah

10
Pada proses produksi pembuatan tapioka berbahan gaplek ini menghasilkan limbah
padat yang biasa disebut onggok dan limbah cair. Limbah padat berupa kulit dan ampas.
Kulit diperoleh dari proses pengupasan, sedangkan ampas yang berupa serat dan pati
diperoleh dari proses penyaringan. Limbah cair industri tapioka dihasilkan selama proses
pembuatan, mulai dari pencucian sampai proses pengendapan. Apabila limbah industri
tapioka tidak diolah dengan baik dan benar dapat menimbulkan berbagai masalah,
diantaranya penyakit gatal-gatal, batuk dan sesak nafas; timbul bau yang tidak sedap;
mencemari perairan tambak sehingga ikan mati; perubahan kondisi sungai (pencemaran)
(Shofyan, 2010).
3.3. Produksi bersih

3.3.1. Upaya produksi bersih yang sudah Dilakukan perusahaan

Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat


preventif, terpadu dan diterapkan secara kontinyu pada proses produksi, produk dan jasa
untuk meningkatkan eko-efisiensi sehingga mengurangi resiko terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan.

Kualitas limbah cair pati secara garis besar meliputi BOD (Biological Oxygen
Demand) : 3000 – 7500 mg/l; COD (Chemical Oxygen Demand) : 7000 – 30000 mg/l; pH
4.0 – 6.5; padatan tersuspensi : 1500 -5000 mg/l.

Pada pabrik tapioka ini melakukan usaha produksi bersih dengan menanggulangi
limbah ampas dan cair dengan cara sebagai berikut :

1. Memanfaatkan limbah yang bersangkutan misalnya limbah padat dari industri tapioka
dapat dimanfaatkan sebagai bahan karbon aktif, kompos, atau makanan ternak.

2. Mendaur ulang limbah yang bersangkutan misalnya air limbah industri setelah melalui
suatu proses tententu dapat dimanfaatkan menjadi air proses.

3. Mengolah limbah yang bersangkutan dengan teknologi tertentu, kemudian dibuang ke


media pembuangan limbah.

3.3.2. Hambatan dalam penerapan produksi

11
Hambatan dalam penerapan produksi ini adalah financial biaya pabrik sangat kurang
untuk bisa melakukan produksi bersih.

3.3.3. Peluang-peluang Produksi Bersih

Peluang-peluang produksi bersih pada pabrik tapioka ini ialah sebagai berikut :

1. Dapat terciptanya lingkungan bersih pada industri tapioka

2. Dapat menjadikan produk tapioka lebih berkualitas

3. Sanitasi yang efisien dapat menjadi prinsip dari perusahaan tapioka

BAB IV

12
KESIMPULAN

Pada sentra tapioka Kabupaten Kediri mengalami keterbatasan ubi kayu segar sebagai
bahan baku industri tepung tapioka, sehingga produksi tidak bisa berjalan kontinyu
sepanjang tahun, hanya mampu berproduksi selama kurang lebih 3 bulan. Kemudian
permasalahan tersebut bisa diatasi dengan cara melakukan substitusi bahan baku dengan
gaplek (ubi kayu kering). Penelitian Wijana dkk. (2006) membuktikan bahwa tapioka
berbahan baku gaplek asal Kabupaten Malang yang dibleaching dengan Na-metabisulfit
(Na2S2O5) mempunyai mutu yang bagus dengan rendemen dan kadar pati yang lebih
tinggi, kadar air lebih rendah dan derajat putih yang sama dengan tapioka berbahan baku
ubi kayu segar.

Proses membuat tapioka itu mengguanakan bahan baku gaplek setelah 3 bulan hasil
produksi ubi kayu itu habis, pada proses pembuatan tapioka berbahan dasar gaplek itu
menghasilkan dua limbah, yaitu limbah cair bekas pemisahan air dan limbah padat yaitu
ampasnya sisa dari penyaringan.
Pada pabrik tapioka ini melakukan usaha produksi bersih dengan menanggulangi
limbah ampas dan cair dengan cara sebagai berikut :

1. Memanfaatkan limbah yang bersangkutan misalnya limbah padat dari industri tapioka
dapat dimanfaatkan sebagai bahan karbon aktif, kompos, atau makanan ternak.
2. Mendaur ulang limbah yang bersangkutan misalnya air limbah industri setelah melalui
suatu proses tententu dapat dimanfaatkan menjadi air proses.
3. Mengolah limbah yang bersangkutan dengan teknologi tertentu, kemudian dibuang ke
media pembuangan limbah.

DAFTAR PUSTAKA

13
Anonim, 2012. Bantuan Alat Pembuatan Tepung Tapioka. Diakses tanggal 03-Oktober-2012.
http://translate.google.co.id/?hl=id&tab=wT#en/id/Bantuan%20Alat%20Pembuatan%
20Tepung%20Tapioka.
Arifin, M. 2012. Limbah Cair Tapioka. Diakses tanggal 03-Oktober-2012. http://helpingpeo
pleideas.com/publichealth/index.php/2012/05/limbah-cair-tapioka/3/.
Fauzi, M. 2006. Kajian Strategis Produksi Bersih Di Industri Kecil Tapioka. Departemen
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor
.Bogor. J. Tek. lnd. Pert. Vol. 18(2), 60-65
Nugraha, W. 2008. Studi penerapan produksi bersih (studi kasus pada Perusahaan pulp and
paper serang). Program Studi Teknik Lingkungan FT Undip Jl. Prof. H. Sudarto, SH
Tembalang Semarang. Semarang

Shofyan, 2010. Limbah Industri Tapioka. Diakses tanggal 04-Oktober-2012. http://forum.


upi.edu/index.php?topic=15662.0.

Vegantara, D. 2009. Pengolahan limbah cair tapioka menggunakan Kotoran sapi perah dengan
sistem anaerobik. Departemen Ilmu Produksi Dan Teknologi Peternakan Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor

14

Você também pode gostar