Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangren kaki diabetik
hendaknya dilakukan secara komperhensif dengan menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien keluarga juga orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam mengurangi / mengatasi masalah-masalah kesehatan. Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 1. Pengkajian Keperawatan Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu : a. Pengumpulan data Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. Seperti dibawah ini : 1) Anamnese a) Identitas penderita Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis. b) Keluhan Utama Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka. c) Riwayat kesehatan sekarang Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya. d) Riwayat kesehatan dahulu Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita. e) Riwayat kesehatan keluarga Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung. f) Riwayat psikososial Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita. 2) Pemeriksaan fisik a) Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda –tanda vital. b) Kepala dan leher Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh. c) Sistem integumen Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku. d) Sistem pernafasan Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi. e) Sistem kardiovaskuler Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. f) Sistem gastrointestinal Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas. g) Sistem urinary Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih. h) Sistem muskuloskeletal Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas. i) Sistem neurologis Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi. 3) Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah : a) Pemeriksaan darah Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl. b) Urine Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ). c) Kultur pus Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman. b. Analisa Data Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokan data dibedakan atas data subyektif dan data obyektif dan berpedoman pada teori Abraham Maslow yang terdiri dari : 1. Kebutuhan dasar atau fisiologis 2. Kebutuhan rasa aman 3. Kebutuhan cinta dan kasih sayang 4. Kebutuhan harga diri 5. Kebutuhan aktualisasi diri Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat diambil kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab, yang dapat dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan meliputi aktual, potensial, dan kemungkinan. 2. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak mampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis 3. Kerusakan integritas jaringan bd faktor mekanik: perubahan sirkulasi, imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati) 4. Kerusakan mobilitas fisik bd tidak nyaman nyeri, intoleransi aktifitas, penurunan kekuatan otot 5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatan nya 6. Defisit self care 7. PK : Infeksi 3. Intervensi Keperawatan No Diagnosa NOC NIC 1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Manajemen nyeri : asuhan keperawatan, 1. Lakukan pegkajian nyeri secara agen injuri fisik tingkat kenyamanan komprehensif termasuk lokasi, klien meningkat, dan karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dibuktikan dengan level dan ontro presipitasi. nyeri: 2. Observasi reaksi nonverbal dari klien dapat melaporkan ketidaknyamanan. nyeri pada petugas,3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik frekuensi nyeri, ekspresi untuk mengetahui pengalaman nyeri klien wajah, dan menyatakan sebelumnya. kenyamanan fisik dan4. Kontrol ontro lingkungan yang psikologis, TD 120/80 mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, mmHg, N: 60-100 pencahayaan, kebisingan. x/mnt, RR: 16-20x/mnt 5. Kurangi ontro presipitasi nyeri. Control nyeri 6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri dibuktikan dengan klien (farmakologis/non farmakologis).. melaporkan gejala nyeri7. Ajarkan teknik non farmakologis dan control nyeri. (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.. 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri. 9. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri. 10. Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian analgetik tidak berhasil. 11. Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri. Administrasi analgetik :. 1. Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi. 2. Cek riwayat alergi.. 3. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal. 4. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik. 5. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul. 6. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.
2. Ketidakseimba Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
asuhan keperawatan,1. kaji pola makan klien ngan nutrisi klien menunjukan2. Kaji adanya alergi makanan. kurang dari status nutrisi adekuat3. Kaji makanan yang disukai oleh klien. dibuktikan dengan BB4. Kolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan kebutuhan stabil tidak terjadi mal nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan tubuh b/d nutrisi, tingkat energi klien. adekuat, masukan5. Anjurkan klien untuk meningkatkan ketidakmampua nutrisi adekuat asupan nutrisinya. n tubuh 6. Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung cukup serat untuk mencegah mengabsorbsi konstipasi. zat-zat gizi 7. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan pentingnya bagi tubuh klien. berhubungan Monitor Nutrisi dengan faktor 1. Monitor BB setiap hari jika memungkinkan. biologis. 2. Monitor respon klien terhadap situasi yang mengharuskan klien makan. 3. Monitor lingkungan selama makan. 4. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak bersamaan dengan waktu klien makan. 5. Monitor adanya mual muntah. 6. Monitor adanya gangguan dalam proses mastikasi/input makanan misalnya perdarahan, bengkak dsb. 7. Monitor intake nutrisi dan kalori.
3. Kerusakan Setelah dilakukan Wound care
asuhan keperawatan, 1. Catat karakteristik luka:tentukan ukuran integritas Wound healing dan kedalaman luka, dan klasifikasi jaringan bd meningkat pengaruh ulcers dengan criteria: 2. Catat karakteristik cairan secret yang faktor mekanik: Luka mengecil dalam keluar perubahan ukuran dan peningkatan3. Bersihkan dengan cairan anti bakteri granulasi jaringan 4. Bilas dengan cairan NaCl 0,9% sirkulasi, 5. Lakukan nekrotomi K/P 6. Lakukan tampon yang sesuai imobilitas dan 7. Dressing dengan kasa steril sesuai penurunan kebutuhan 8. Lakukan pembalutan sensabilitas 9. Pertahankan tehnik dressing steril ketika (neuropati) melakukan perawatan luka 10. Amati setiap perubahan pada balutan 11. Bandingkan dan catat setiap adanya perubahan pada luka 12. Berikan posisi terhindar dari tekanan
4.. Kerusakan Setelah dilakukan Terapi Exercise : Pergerakan sendi
Asuhan keperawatan, 1. Pastikan keterbatasan gerak sendi yang mobilitas fisik dapat teridentifikasi dialami bd tidak Mobility level 2. Kolaborasi dengan fisioterapi Joint movement: aktif. 3. Pastikan motivasi klien untuk nyaman nyeri, Self care:ADLs mempertahankan pergerakan sendi intoleransi Dengan criteria hasil: 4. Pastikan klien untuk mempertahankan 1. Aktivitas fisik pergerakan sendi aktifitas, meningkat 5. Pastikan klien bebas dari nyeri sebelum penurunan 2. ROM normal diberikan latihan 3. Melaporkan perasaan 6. Anjurkan ROM Exercise aktif: jadual; kekuatan otot peningkatan kekuatan keteraturan, Latih ROM pasif. kemampuan dalam Exercise promotion bergerak 1. Bantu identifikasi program latihan yang 4. Klien bisa melakukan sesuai aktivitas 2. Diskusikan dan instruksikan pada klien 5. Kebersihan diri klien mengenai latihan yang tepat terpenuhi walaupun Exercise terapi ambulasi dibantu oleh perawat 1. Anjurkan dan Bantu klien duduk di atau keluarga tempat tidur sesuai toleransi 2. Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi 3. Fasilitasi penggunaan alat Bantu
Self care assistance:
Bathing/hygiene, dressing, feeding and toileting. 1. Dorong keluarga untuk berpartisipasi untuk kegiatan mandi dan kebersihan diri, berpakaian, makan dan toileting klien 2. Berikan bantuan kebutuhan sehari – hari sampai klien dapat merawat secara mandiri 3. Monitor kebersihan kuku, kulit, berpakaian , dietnya dan pola eliminasinya. 4. Monitor kemampuan perawatan diri klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari 5. Dorong klien melakukan aktivitas normal keseharian sesuai kemampuan 6. Promosi aktivitas sesuai usia
5. Kurang Setelah dilakukan Teaching : Dissease Process
pengetahuan asuhan keperawatan, 1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan tentang pengetahuan klien keluarga tentang proses penyakit penyakit dan meningkat. 2. Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, perawatan nya Knowledge : Illness tanda dan gejala serta penyebab yang Care dg kriteria : mungkin 1 Tahu Diitnya 3. Sediakan informasi tentang kondisi klien 2 Proses penyakit 4. Siapkan keluarga atau orang-orang yang 3 Konservasi energi berarti dengan informasi tentang 4 Kontrol infeksi perkembangan klien 5 Pengobatan 5. Sediakan informasi tentang diagnosa 6 Aktivitas yang klien dianjurkan 6. Diskusikan perubahan gaya hidup yang 7 Prosedur pengobatan mungkin diperlukan untuk mencegah 8 Regimen/aturan komplikasi di masa yang akan datang dan pengobatan atau kontrol proses penyakit 9 Sumber-sumber 7. Diskusikan tentang pilihan tentang terapi kesehatan atau pengobatan 10 8. Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan Manajemen penyakit atau terapi 9. Dorong klien untuk menggali pilihan- pilihan atau memperoleh alternatif pilihan 10. Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi 11. Anjurkan klien untuk mencegah efek samping dari penyakit 12. Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada 13. Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas kesehatan 14. kolaborasi dg tim yang lain. 6. Defisit self care Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri asuhan keperawatan,1. Monitor kemampuan pasien terhadap klien mampu Perawatan perawatan diri diri 2. Monitor kebutuhan akan personal Self care :Activity Daly hygiene, berpakaian, toileting dan makan Living (ADL) dengan3. Beri bantuan sampai klien mempunyai indicator : kemapuan untuk merawat diri · Pasien dapat4. Bantu klien dalam memenuhi melakukan aktivitas kebutuhannya. sehari-hari (makan,5. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas berpakaian, kebersihan, sehari-hari sesuai kemampuannya toileting, ambulasi) 6. Pertahankan aktivitas perawatan diri · Kebersihan diri pasien secara rutin terpenuhi 7. Evaluasi kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. 8. Berikan reinforcement atas usaha yang dilakukan dalam melakukan perawatan diri sehari hari. 7. PK : Infeksi Setelah dilakukan 1. Pantau tanda dan gejala infeksi primer & asuhan keperawatan, sekunder perawat akan 2. Bersihkan lingkungan setelah dipakai menangani / pasien lain. mengurangi komplikasi 3. Batasi pengunjung bila perlu. defesiensi imun 4. Intruksikan kepada keluarga untuk mencuci tangan saat kontak dan sesudahnya. 5. Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci tangan. 6. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan. 7. Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung. 8. Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan. 9. Lakukan perawatan luka dan dresing infus setiap hari. 10. Amati keadaan luka dan sekitarnya dari tanda – tanda meluasnya infeksi 11. Tingkatkan intake nutrisi.dan cairan 12. Berikan antibiotik sesuai program. 13. Monitor hitung granulosit dan WBC. 14. Ambil kultur jika perlu dan laporkan bila hasilnya positip. 15. Dorong istirahat yang cukup. 16. Dorong peningkatan mobilitas dan latihan. 17. Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi.