Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/314350763
CITATIONS READS
0 154
3 authors, including:
Varuliantor Dear
Indonesian National Institute of Aeronautics and Space
18 PUBLICATIONS 3 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Observing the variations of received power (Pr) in NVIS circuit communication View project
All content following this page was uploaded by Varuliantor Dear on 09 March 2017.
Intisari
Penelitian ini membahas tentang hasil analisis propagasi gelombang radio pada spektrum HF (High
Frequency; 3-30 MHz) yang diperuntukkan bagi pengguna komunikasi radio SSB (Single Side Band)
diwilayah penangkapan ikan Sadeng, Yogyakarta. Analisis perambatan gelombang radio dilakukan
untuk 3 mode perambatan, yakni mode Line Of Sigth (LOS), Groundwave, dan Skywave. Hasil
analisis menunjukkan bahwa perambatan gelombang radio mode Line of Sight mulai mengalami
hambatan saat mencapai jarak 18,94 km dari lokasi pantai Sadeng akibat kelengkungan bumi.
Sedangkan untuk mode propagasi Groundwave, jarak maksimum jangkauan propagasi gelombang
radio dengan menggunakan frekuensi pada rentang HF adalah 620 km. Jarak tersebut mengalami
penurunan seiring dengan meningkatnya nilai frekuensi. Untuk besaran frekuensi 30 MHz, jarak
jangkauan perambatan gelombang radio mencapai 160 km dan masih mampu menjangkau wilayah
tangkapan ikan nelayan Sadeng. Hasil analisis propagasi gelombang radio dengan mode Skywave
menunjukkan bahwa keberhasilan perambatan gelombang radio ditentukan oleh besaran nilai
frekuensi yang berubah terhadap waktu. Nilai frekuensi berdasarkan perhitungan propagasi Skywave
berada diantara rentang 2,2 MHz hingga 16,3 MHz dan nilai frekuensi tersebut masih berada dalam
rentang frekuensi dari hasil perhitungan propagasi Groundwave. Penentuan nilai frekuensi radio SSB
diwilayah Sadeng dapat mengacu pada rentang nilai frekuensi tersebut, sehingga cakupan
keberhasilan propagasi gelombang radio akan meliputi wilayah tangkapan ikan nelayan Sadeng
maupun yang berada diluar sekitar wilayah tangkapan ikan Sadeng. Gelombang radio dapat merambat
melalui mode propagasi Skywave maupun mode propagasi Groundwave.
Abstract
This research discuss about the analysis of High Frequency (HF; 3-30 MHz) radio waves propagation
in the fishing ground of Sadeng, Yogyakarta which addressed for the Single Side Band (SSB) radio
communications users. The analysis use 3 types of radio waves propagation which is Line of Sight
(LOS), Groundwave, and Skywave. The results shows that the LOS propagation start to have an
obstacles at 18.94 km from the beach due to the earth curves. The Groundwave propagation have a
maximum range up to 620 km and start to decrease when the frequency increase. For the frequency
30MHz, the maximum coverage were up to 160 km and still cover the Sadeng Fishing ground. The
Skywave propagation analysis shows that the success of the radio waves propagation depends on the
value of the frequency that have variance in time. This variant occurred due to the dynamics
behaviour of ionospheric layer who act as a reflection media for radio waves propagation. The
frequency range of Skywave propagation were between 2.2 MHz until 16.3 MHz and it is still include
in the frequency range of Groundwave propagation. The determination of SSB radio frequency could
be based on the frequency range of Skywave propagation. The radiowave propagation will coverage
the area in the inside either outside of Sadeng fisheries zone. The radiowave will have a possibility to
use Skywave propagation either Groundwave propagation.
Gambar 3-1. Penempatan posisi kapal nelayan untuk proses analisa perambatan gelombang radio
mode LOS
Analisis propagasi mode Groundwave dengan sudut elevasi antena antara 60° hingga
pada software GWPS menggunakan 90° terhadap bidang horisontal [10].
perhitungan yang dikembangkan oleh
Rotheram [9]. Perhitungan yang dilakukan Dalam proses perhitungan yang
mampu menghasilkan informasi kuat sinyal dilakukan, software ASAPS memerlukan
yang ditangkap oleh antena penerima sebagai parameter masukan berupa koordinat lokasi
fungsi jarak dan jarak jangkauan sebagai pemancar yang direncanakan (dalam hal ini
fungsi frekuensi. Untuk analisis pada kantor Syahbandar di pelabuhan Sadeng), serta
penelitian ini, parameter yang digunakan kondisi aktivitas matahari. Pada penelitian ini
adalah jarak jangkauan perambatan gelombang analisis dilakukan simulasi berdasarkan nilai
radio sebagai fungsi frekuensi. indeks-T setiap bulan dari tahun yang telah
berlalu yang mewakili kondisi aktivitas
Analisis propagasi mode Skywave matahari. Tahun yang digunakan adalah tahun
dengan menggunakan software ASAPS 2009, 2011, dan 2014 yang merepresentasikan
dilakukan untuk mendapatkan informasi kondisi aktivitas matahari rendah, menengah,
kondisi ionosfer yang menunjukkan rentang dan tinggi. Hasil perhitungan adalah nilai
frekuensi yang dapat dipantulkan oleh lapisan parameter ionosfer yakni berupa nilai median
ionosfer. Mode pemantulan gelombang radio bulanan fmin, dan foF2. Nilai fmin
yang terjadi diasumsikan sebagai propagasi merepresentasikan batas minimum frekuensi
gelombang radio dengan mode Near Vertical yang dapat dipantulkan oleh lapisan ionosfer.
Incident Skywave (NVIS). Pemilihan mode ini Sedangkan nilai foF2 merepresentasikan batas
merujuk kepada jarak maksimum pantulan maksimum frekuensi yang dapat dipantulkan
mode NVIS yang mencapai radius 300 km oleh lapisan F ionosfer.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN kapal nelayan maupun sebaliknya. Tiap
gambar yang disajikan berisi informasi jarak
Hasil analisis perambatan gelombang dan kualitas penerimaan sinyal pada sisi
radio untuk mode LOS disajikan pada Gambar penerima serta lokasi yang memungkinkan
4-1. Pada gambar tersebut ditunjukkan lintasan terjadinya halangan perambatan gelombang
gelombang radio dari lokasi Syahbandar yang radio dengan mode LOS .
berada ditepi pantai Sadeng menuju lokasi
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Gambar 4-1. Hasil perhitungan perambatan gelombang radio mode Line of Sight dengan jarak yang
berbeda: (a) 18,94 km, (b) 28 km, (c) 52,06 km, (d) 71,52 km, (e) 81,46 km, dan (f)
105,79 km.
Pada Gambar 4-1(a) terlihat bahwa pada mengalami rintangan akibat kontur bumi yang
jarak 18,94 km, lintasan gelombang radio melengkung (Gbr 4-1(b)). Perambatan
sudah mulai menyentuh permukaan bumi. gelombang radio yang menjalar lurus pada
Sedangkan pada jarak 28 km, lintasan kontur bumi yang hampir datar pada jarak
perambatan gelombang radio telah mulai 17,35 km dari Syahbandar. Untuk jarak yang
lebih jauh dari 28 km, halangan perambatan Pada Gambar 4-2 terilihat bahwa tidak
gelombang radio oleh kelengkungan terdapat perbedaan hasil antara saat aktivitas
permukaan bumi semakin jelas terlihat, matahari rendah, sedang, maupun tinggi yang
sehingga menunjukkan bahwa perambatan diwakili oleh nilai indeks-T. Dari hasil yang
mode Line of Sight sudah tidak dapat terjadi. diperoleh terlihat pula bahwa semakin tinggi
frekuensi yang digunakan, jarak jangkauan
Kendatipun lintasan perambatan propagasi gelombang radio semakin dekat.
gelombang radio pada kisaran jarak 18,94 km Frekuensi 3 MHz dapat mencapai jarak
masih terlihat dapat merambat lurus dan tidak jangkauan hingga 620 km. Sedangkan untuk
terdapat penghalang, namun kondisi ini masih frekuensi 30 MHz, jarak jangkauan propagasi
memungkinkan terjadinya pelemahan sinyal gelombang radio hanya mencapai 180 km.
akibat adanya objek di dalam wilayah Fresnel Jarak terdekat tersebut masih lebih jauh dari
Zone. Objek yang berada di wilayah Fresnel wilayah penangkapan ikan yang biasa
dapat menyebabkan terjadinya pantulan dilakukan oleh nelayan di Sadeng. Hal ini
gelombang radio yang dapat bersifat menunjukkan bahwa mode propagasi
melemahkan sinyal penerimaan [11]. Oleh Groundwave pada semua frekuensi direntang
karena itu, mode perambatan gelombang radio HF masih dapat menjangkau wilayah
pada jarak tersebut juga sudah mulai tidak penangkapan ikan diwilayah Sadeng.
efektif. Untuk jarak yang lebih jauh, kondisi
ini tentu akan lebih tidak efektif, sehingga Pada Gambar 4-3 disajikan hasil simulasi
hasil ini menunjukkan bahwa propagasi mode propagasi Skywave menggunakan software
Line of Sight sangat tidak efektif untuk ASAPS untuk 3 tahun yang berbeda dengan
digunakan pada jarak yang jauh. titik koordinat pemancar di pelabuhan Sadeng
(8,54LS; 110,28BT). Grafik yang dihasilkan
Gambar 4-2 menunjukkan hasil analisis menunjukkan nilai frekuensi sebagai fungsi
perambatan gelombang radio dengan mode waktu. Nilai batas bawah frekuensi yang dapat
perambatan melalui permukaan bumi dipantulkan oleh lapisan ionosfer dinyatakan
menggunakan software GWPS. Pada dengan nilai fmin. Sedangkan nilai batas atas
perhitungan tersebut digunakan 3 buah nilai frekuensi yang dapat dipantulkan oleh lapisan
indeks T yang berbeda yakni 0, 50 dan 150. F ionosfer dinyatakan dengan nilai foF2.
Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk Rentang frekuensi antara nilai fmin dan foF2
kurva jarak jangkauan sebagai fungsi frekuensi merupakan besaran frekuensi yang dapat
kerja. dipantulkan oleh lapisan ionosfer.
Pada Gambar 4-3 terlihat bahwa nilai dalam melakukan analisis propagasi Skywave
foF2 memiliki nilai yang berbeda untuk setiap untuk penggunaan jangka panjang, siklus
bulannya pada tahun yang sama. Setiap bulan, aktivitas matahari harus dipertimbangkan.
nilai foF2 yang tercatat memiliki pola yang
hampir sama namun bervariasi pada nilai Pada Gambar 4-3 terlihat bahwa
maksimumnya. Gambar 4-3 juga rentang frekuensi yang terendah terjadi pada
menunjukkan bahwa untuk bulan yang sama, waktu dini hari, yakni antara pukul 00 WIB
namun dengan tahun yang mewakili kondisi hingga pukul 04 WIB. Sedangkan pada saat
aktivitas matahari yang berbeda, nilai foF2 matahari terbit, rentang frekuensi yang dapat
juga memiliki perbedaan. Pada saat kondisi dipantulkan ionosfer mulai meningkat hingga
aktivitas matahari rendah, nilai foF2 memiliki mencapai waktu puncaknya yakni pada pukul
nilai yang lebih kecil dari nilai foF2 saat 14 WIB. Perubahan rentang frekuensi tersebut
aktivitas matahari sedang dan tinggi. menunjukkan bahwa keberhasilan perambatan
Demikian pula saat kondisi aktivitas matahari gelombang radio ditentukan berdasarkan nilai
tinggi, nilai foF2 bernilai lebih tinggi frekuensi yang digunakan. Apabila nilai
dibandingkan dengan nilai foF2 saat aktivitas frekuensi yang dipilih berada diluar rentang
matahari sedang maupun rendah. Sifat dinamis tersebut, maka mode propagasi Skywave tidak
dari nilai foF2 tersebut dikenal sebagai sifat dapat terjadi akibat ionosfer tidak mampu
ionosfer yang memiliki variasi dekadal dengan memantulkan gelombang radio pada frekuensi
periodesitas 11 tahunan [12]. Oleh karena itu tersebut. Namun, apabila nilai frekuensi yang
digunakan berada pada rentang frekuensi digunakan untuk jarak yang sangat jauh [14].
tersebut, maka propagasi mode Skywave dapat Dengan pemilihan frekuensi yang tepat,
terjadi karena lapisan ionosfer mampu perambatan gelombang radio mode Skywave
memantulkan gelombang radio pada frekuensi dapat menjangkau hingga lintas benua. Dari
tersebut. aspek mobilitas nelayan, keunggulan ini dapat
menjadi sebuah pertimbangan, terutama untuk
Pada Tabel 4-1 disajikan nilai aspek keselamatan. Kondisi laut yang dapat
minimum dan maksimum foF2 untuk setiap berubah setiap saat, serta kemungkinan
bulannya pada tahun yang berbeda. Informasi terjadinya kesalahan navigasi oleh nelayan
ini dapat digunakan untuk melihat rentang maupun masalah teknis yang terjadi pada
frekuensi kerja yang dapat dipilih agar perahu, dapat menyebabkan nelayan berada
propagasi Skywave dapat optimal. jauh diluar wilayah tangkapan. Pemilihan
Tabel 4-1. Nilai minimum dan maksimum frekuensi dengan mempertimbangkan mode
foF2 pada tahun 2009, 2011, dan 2014 propagasi Skywave dapat menjawab jaminan
2009 2011 2014 keberhasilan komunikasi yang dibutuhkan
Bulan
min maks min maks min maks tersebut berdasarkan aspek keberhasilan
Januari 3 10,8 3,8 11,4 5,5 12,9
Februari 3 10,8 4,1 11,7 6,3 14,4
perambatan gelombang radio. Nilai frekuensi
Maret 2,7 12,1 4,2 13,8 5,8 16,3 yang dipilih berdasarkan perhitungan mode
April 2,5 11,5 3,7 13,7 4,6 15,8 propagasi Skywave masih berada dalam
Mei 2,4 9,2 3,4 12,2 3,9 13,8
Juni 2,3 8 3 10,1 3,6 11,7 rentang nilai frekuensi yang dapat digunakan
Juli 2,2 9,1 3,2 10,8 4,1 12,4 untuk mode propagasi Groundwave, yakni
Agustus 2,6 9,9 3,2 11,3 3,5 12,1
September 2,7 10,4 4,2 12,3 5,1 13,7
antara 2,2 MHz hingga 16,3 MHz. Dengan
Oktober 3,4 12 3,3 15,1 6,6 15,5 memilih frekuensi berdasarkan rentang
November 3,8 12 7 14,1 6,9 14
frekuensi tersebut, keberhasilan perambatan
Desember 3,6 11,4 6,3 13,5 6,9 14
gelombang radio akan memiliki peluang untuk
dapat menjangkau daerah diwilayah tangkapan
Berdasarkan Tabel 4-1 terlihat bahwa maupun diluar wilayah tangkapan.
pada saat aktivitas matahari rendah, nilai foF2
yang dapat digunakan berada pada rentang 2,2 V. KESIMPULAN
MHz hingga 12,1 MHz. Sedangkan pada saat
Hasil analisis perambatan gelombang
aktivitas matahari sedang dan tinggi, nilai
radio dengan ketiga mode propagasi
foF2 yang dapat digunakan berada pada
menunjukkan bahwa tidak semua mode
rentang 3 hingga 15,1 MHz dan 3,6 hingga
propagasi dapat menjangkau jarak yang sama.
16,3 MHz. Rentang nilai foF2 tersebut dapat
Propagasi mode LOS dibatasi oleh bentuk
menjadi acuan dalam pemilihan frekuensi
bumi yang bulat dan mulai mengalami
yang digunakan untuk mode propagai Skywave
hambatan saat jarak mencapai 18,94 km.
diwilayah Sadeng. Pemilihan nilai frekuensi
Wilayah penangkapan ikan Sadeng dengan
yang dapat digunakan masih dapat diperinci
jarak lebih dari 18,94 km tidak dapat
lagi dengan mengunakan metoda manajemen
dijangkau oleh mode propagasi LOS. Hasil
frekuensi [13]. Frekuensi yang akan dipilih
analisis perambatan gelombang radio dengan
merupakan frekuensi dengan peluang tertinggi
mode Groundwave menunjukkan bahwa jarak
yang dapat digunakan berdasarkan waktu
jangkauan dapat mencapai 180 km (frekuensi
pelaksanaan komunikasi.
30 MHz) hingga 620 km (3 MHz). Jarak
Kendatipun mode propagasi Skywave tersebut masih lebih jauh dibandingkan dengan
dibatasi oleh adanya perubahan nilai frekuensi jarak wilayah penangkapan ikan para nelayan
sebagai fungsi waktu, mode propagasi Sadeng. Sedangkan hasil analisis propagasi
Skywave memiliki keunggulan, yakni dapat gelombang radio dengan mode Skywave
menunjukkan bahwa keberhasilan perambatan yr Solar Cycle Variation Effects on
gelombang radio ditentukan oleh frekuensi the Virtual Ionosphere Reflection
yang digunakan. Nilai frekuensi berdasarkan Height and Implications for the
perhitungan propagasi Skywave berada Met Office’s Lightning Detection
diantara rentang 2,2 MHz hingga 16,3 MHz System, ATDnet”, American
dan nilai frekuensi tersebut masih berada Meteorological Society Journals
dalam rentang frekuensi dari hasil perhitungan http://dx.doi.org/10.1175/JTECH-
propagasi Groundwave. Penentuan nilai D-15-0133.1
frekuensi radio SSB diwilayah Sadeng dapat [7] Wahyuningrum, P. I., Nurani, W. T., dan
mengacu pada rentang nilai frekuensi tersebut, Rahmi, A. T., 2012 : “Usaha
sehingga cakupan keberhasilan propagasi Perikanan Tangkap Multi Purpose
gelombang radio akan meliputi wilayah di Sadeng Kabupaten Gunungkidul,
tangkapan ikan nelayan Sadeng maupun yang Daerah Istimewa Yogyakarta”.
berada diluar sekitar wilayah tangkapan ikan Maspari Journal, 2012, 4(1), 10-22.
Sadeng. Gelombang radio dapat merambat PS Ilmu Kelautan FMIPA UNSRI,
melalui mode propagasi Skywave maupun ISSN: 2087-0558
mode propagasi Groundwave. [8] Caruana, J., 1990 :” The IPS monthly T
index”. Solar-Terrestrial Prediction:
DAFTAR RUJUKAN Proc. of a Workshop at Leura,
Australia, 2 (1990), p. 257
[1] Asdhiana, M. I, 2010 : “Nelayan Gunung
Kidul Butuh Radio SSB”. [9] IPS RADIO AND SPACE
http://nasional.kompas.com/read/20 SERVICES2003: “GWPS 4.1
10/09/17/19272596/function.simple USER GUIDE” AUSTRALIAN
xml-load-file Akses Januari 2016. GOVERNMENT DEPARTMENT
OF INDUSTRY SCIENCE AND
[2] Susetyo, W., Hendrantoro, G., dan Affandi,
A., 2008 : “PREDIKSI RESOURCES
JANGKAUAN JARINGAN [10] Suhartini, S. 2010 :” SUDUT ELEVASI
WIRELESS HF UNTUK SISTEM DAN KETINGGIAN ANTENA
UNTUK KOMUNIKASI RADIO
PERINGATAN DINI BENCANA DI
INDONESIA”. Prosiding Seminar HF”. Berita Dirgantara Vol. 9 No.
Nasional Informatika 3 September 2008:hal :75-78 ISSN:
(SEMNASIF) Vol 1 No. 4 1411-8920
[3] Guo, J. Y., and Barton, S. K., 2002: [11] Javad, A, 2016 : “The effects of Fresnel
“Fresnel Zone Antenna”. Kluwer Zone in communication theory
Academic Publisher, Boston. ISBN based on radio waves”. Bulletin de
1-4020-7124-8 la Société Royale des Sciences de
[4] Saakian, A., 2011 : “Radio Wave Liège, Vol. 85, 2016, p. 729 – 734
Propagation Fundamentals” [12] Tamer, A. T., Ozguc A., dan Pektas, R.,
Artecth House. ISBN -13:978-1- 2009. “The variability of foF2 in
60807-137-1. different phases of solar cycle 23”,
[5] McNamara, L.,F., 1991 “The Ionosphere: Journal of Atmospheric and Solar-
Communications, Surveillance, and Terrestrial Physics 1364-6826
Direction Finding, Chapter 4. HF [13] Saverino, A. L. Capria, A. Berizzi, F.
Radio Propagation”, Krieger Martorella, M., and Mese, E. D.,
Publishing Company. hal. 39-50. 2013 : "Frequency management in
[6] Hudson, S., Horseman, A. and Sugier, J., HF-oth Skywave radar:
2016: “Diurnal, Seasonal, and 11- ionospheric propagation channel
representation" Progress In
Electromagnetics Research B, Vol.
50, 97-111, 2013.
doi:10.2528/PIERB13022107
[14] Carames, B. P,. 2014 :”Oblique Sounding
and HF Communication
Techniques for Very Long Haul
Ionospheric Links”. PhD Thesis,
Enginyeria i Arquitectura La Salle
Universitat Ramom Llull,
Barcelona, 2014.