Você está na página 1de 13

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/314350763

ANALISIS PROPAGASI GELOMBANG RADIO HF


DI WILAYAH PENANGKAPAN IKAN SADENG
YOGYAKARTA (Analysis...

Conference Paper · October 2016

CITATIONS READS

0 154

3 authors, including:

Varuliantor Dear
Indonesian National Institute of Aeronautics and Space
18 PUBLICATIONS 3 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Observing the variations of received power (Pr) in NVIS circuit communication View project

All content following this page was uploaded by Varuliantor Dear on 09 March 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS PROPAGASI GELOMBANG RADIO HF DI
WILAYAH PENANGKAPAN IKAN SADENG YOGYAKARTA
Varuliantor Dear, Jiyo, dan Sefria Anggarani
Pusat Sains Antariksa, LAPAN
Jl. Dr. Djunjunan 133, Bandung
e-mail : varuliantor.dear@lapan.go.id

Intisari
Penelitian ini membahas tentang hasil analisis propagasi gelombang radio pada spektrum HF (High
Frequency; 3-30 MHz) yang diperuntukkan bagi pengguna komunikasi radio SSB (Single Side Band)
diwilayah penangkapan ikan Sadeng, Yogyakarta. Analisis perambatan gelombang radio dilakukan
untuk 3 mode perambatan, yakni mode Line Of Sigth (LOS), Groundwave, dan Skywave. Hasil
analisis menunjukkan bahwa perambatan gelombang radio mode Line of Sight mulai mengalami
hambatan saat mencapai jarak 18,94 km dari lokasi pantai Sadeng akibat kelengkungan bumi.
Sedangkan untuk mode propagasi Groundwave, jarak maksimum jangkauan propagasi gelombang
radio dengan menggunakan frekuensi pada rentang HF adalah 620 km. Jarak tersebut mengalami
penurunan seiring dengan meningkatnya nilai frekuensi. Untuk besaran frekuensi 30 MHz, jarak
jangkauan perambatan gelombang radio mencapai 160 km dan masih mampu menjangkau wilayah
tangkapan ikan nelayan Sadeng. Hasil analisis propagasi gelombang radio dengan mode Skywave
menunjukkan bahwa keberhasilan perambatan gelombang radio ditentukan oleh besaran nilai
frekuensi yang berubah terhadap waktu. Nilai frekuensi berdasarkan perhitungan propagasi Skywave
berada diantara rentang 2,2 MHz hingga 16,3 MHz dan nilai frekuensi tersebut masih berada dalam
rentang frekuensi dari hasil perhitungan propagasi Groundwave. Penentuan nilai frekuensi radio SSB
diwilayah Sadeng dapat mengacu pada rentang nilai frekuensi tersebut, sehingga cakupan
keberhasilan propagasi gelombang radio akan meliputi wilayah tangkapan ikan nelayan Sadeng
maupun yang berada diluar sekitar wilayah tangkapan ikan Sadeng. Gelombang radio dapat merambat
melalui mode propagasi Skywave maupun mode propagasi Groundwave.

Kata kunci : Propagasi, Radio HF, Nelayan, Sadeng, Yogyakarta

Abstract

This research discuss about the analysis of High Frequency (HF; 3-30 MHz) radio waves propagation
in the fishing ground of Sadeng, Yogyakarta which addressed for the Single Side Band (SSB) radio
communications users. The analysis use 3 types of radio waves propagation which is Line of Sight
(LOS), Groundwave, and Skywave. The results shows that the LOS propagation start to have an
obstacles at 18.94 km from the beach due to the earth curves. The Groundwave propagation have a
maximum range up to 620 km and start to decrease when the frequency increase. For the frequency
30MHz, the maximum coverage were up to 160 km and still cover the Sadeng Fishing ground. The
Skywave propagation analysis shows that the success of the radio waves propagation depends on the
value of the frequency that have variance in time. This variant occurred due to the dynamics
behaviour of ionospheric layer who act as a reflection media for radio waves propagation. The
frequency range of Skywave propagation were between 2.2 MHz until 16.3 MHz and it is still include
in the frequency range of Groundwave propagation. The determination of SSB radio frequency could
be based on the frequency range of Skywave propagation. The radiowave propagation will coverage
the area in the inside either outside of Sadeng fisheries zone. The radiowave will have a possibility to
use Skywave propagation either Groundwave propagation.

Key Words : Propagation, HF Radio, Fisherman, Sadeng, Yogyakarta.

I. PENDAHULUAN wilayah tersebut. Pada penelitian ini, analisis


gelombang radio pada spektrum HF dilakukan
Keberhasilan perambatan gelombang di wilayah penangkapan ikan Sadeng, Provinsi
radio dari pemancar menuju penerima sangat Daerah Istimewa Yogyakarta (8,54LS;
menentukan keberhasilan komunikasi radio. 110,28BT). Analisis dilakukan untuk
Propagasi gelombang radio ditentukan oleh komunikasi radio antara Syahbandar yang
kondisi alam dari lokasi aktivitas komunikasi berlokasi di pantai Sadeng dengan nelayan
dan juga spesifikasi dari sistem komunikasi yang berada di zona wilayah penangkapan
radio yang digunakan. Umumnya, karena ikan Sadeng dan sekitarnya. Analisa dilakukan
kondisi alam merupakan hal yang sulit untuk berdasarkan 3 mode propagasi, yakni Line of
direkayasa, maka penentuan suatu sistem Sight (LOS), Groundwave, dan Skywave.
komunikasi radio yang digunakan akan
mempertimbangkan hasil analisis dari Tujuan dari penelitian ini adalah
propagasi gelombang radio di suatu wilayah. menentukan rentang frekuensi pada spektrum
Penentuan sistem komunikasi yang akan HF yang dapat digunakan untuk komunikasi
digunakan salah satunya termasuk penentuan antara Syahbandar dengan nelayan di daerah
nilai frekuensi. penangkapan ikan Sadeng. Kanal frekuensi
harus memiliki peluang keberhasilan tinggi
Kebutuhan komunikasi radio bagi para untuk menjamin keberlasungan komunikasi
nelayan di wilayah Sadeng merupakan salah Syahbandar - kapal nelayan, sehingga
satu hal yang sangat penting dan utama [1]. meningkatkan keselamatannya. Hasil yang
Komunikasi radio bagi para nelayan dapat diperoleh ditujukan untuk dapat menjadi acuan
menunjang peningkatan poduktivitas dan dalam menentukan sebuah nilai frekuensi
keselamatan para nelayan saat berada di komunikasi radio HF yang didasari oleh
tengah laut. Oleh karena itu, sistem analisis perambatan gelombang radio di
komunikasi radio yang dipilih harus mampu wilayah Sadeng.
menjamin keberhasilan komunikasi radio yang
dilakukan oleh para nelayan dengan II. MODE PROPAGASI
Syahbandar di wilayah Sadeng. GELOMBANG RADIO

Komunikasi radio pada spektrum HF Perambatan gelombang radio dari antena


(High Frequency; 3-30 MHz) atau yang pemancar menuju antena penerima dapat
dikenal sebagai radio SSB (Single Side Band) terjadi dalam 3 mode perambatan. Ketiga
saat ini merupakan salah satu pilihan bagi para mode tersebut adalah mode Line of Sight,
nelayan. Hal ini dikarenakan keunggulan Groundwave, dan Skywave (Gambar 2-1). Tiap
komunikasi radio HF yang relatif murah dan mode perambatan memerlukan persyaratan
dapat menjangkau daerah yang sangat jauh [2]. tertentu agar perambatan gelombang radio
Namun, dalam membangun sistem komunikasi antara antena pemancar dan penerima menjadi
radio HF untuk komunikasi antara Syahbandar optimal.
dengan nelayan, penentuan kanal frekuensi
yang akan digunakan perlu didahului dengan
menganalisis propagasi gelombang radio di
pemantul gelombang radio yang dikirimkan
sehingga gelombang radio yang diterima dapat
berupa gelombang radio dengan lintasan
jamak (multipath). Dengan kondisi tersebut,
akumulasi dari sinyal yang sampai di antena
penerima dapat bersifat melemahkan akibat
perbedaan fasa.

Propagasi mode Groundwave


Gambar 2-1. Tiga mode perambatan merupakan penjalaran gelombang radio yang
gelombang radio [sumber :www.ips.gov.au] melalui permukaan bumi. Selain ditentukan
oleh panjang gelombang atau frekuensi yang
Perambatan gelombang radio dengan digunakan, perambatan gelombang radio
mode Line of Sight terjadi jika antara antena dengan mode ini juga dipengaruhi oleh
pemancar dan penerima yang bebas dari topografi dan jenis permukaan bumi yang
hambatan secara visual. Antena pemancar dan dilalui. Konduktivitas permukaan bumi yang
antena penerima seolah-olah mampu saling dilalui oleh gelombang radio sangat
melihat satu sama lain tanpa penghalang pada menentukan besarnya rugi-rugi (losses) yang
lintasan gelombang radio. Secara rinci terjadi pada energi gelombang radio. Hal
wilayah yang bebas dari hambatan tersebut tersebut akan mempengaruhi jarak jangkauan
dapat dihitung dengan metode yang disebut dari penjalaran gelombang radio. Untuk
sebagai wilayah Fresnel (Fresnel Zone) [3]. permukaan bumi dengan konduktivitas yang
Ilustrasi wilayah Fresnel diuraikan pada tinggi seperti air laut, jangkauan dari
Gambar 2-2 dengan metode perhitungan perambatan gelombang radio dapat lebih
menggunakan persamaan 2-1. maksimal dibandingkan dengan permukaan
bumi yang kering seperti kapur.

Propagasi mode Skywave merupakan


perambatan gelombang radio yang
memanfaatkan kemampuan lapisan ionosfer
dalam memantulkan gelombang radio.
Gelombang radio yang menjalar menuju
antariksa dapat diarahkan kembali ke bumi
Gambar 2-2. Daerah Fresnel akibat adanya lapisan ionosfer yang berada
(sumber:www.wikipedia.com) pada ketinggian 60 hingga 600 km di atas
permukaan bumi. Dengan kemampuan
𝑛𝜆 𝑑 1 𝑑 2 tersebut, kegagalan propagasi gelombang radio
𝑟𝑛≈ 𝑑1𝑑2
....(2-1)
dengan mode LOS akibat bentuk bumi yang
bulat dapat teratasi sehingga jarak jangkauan
Notasi r adalah radius daerah Fresnel
perambatan gelombang radio dapat menjadi
sedangkan n adalah iterasi dari wilayah
lebih jauh. Propagasi dengan mode Skywave
Fresnel yang umumnya dihtiung sampai iterasi
dikenal juga sebagai propagasi mode beyond
ke-tiga. Notasi d merupakan jarak dan λ
line of sight [4].
merupakan besaran panjang gelombang radio
yang ditransmisikan. Syarat utama agar Perambatan gelombang radio dengan
perambatan gelombang radio dengan mode mode Skywave sangat ditentukan oleh kondisi
line of sight optimal adalah wilayah Fresnel lapisan ionosfer yang memiliki sifat dinamis.
yang bebas dari objek apapun. Benda yang Sifat dinamis lapisan ionosfer tersebut
berada didaerah Fresnel dapat menjadi objek merujuk pada terjadinya perubahan paramater
lapisan ionosfer, baik secara spasial maupun
temporal. Salah satu parameter lapisan
ionosfer yang mempengaruhi keberhasilan
pemantulan gelombang radio tersebut adalah
besaran kerapatan elektron (Ne) lapisan
ionosfer [5]. Secara aplikatif nilai kerapatan
elektron tersebut dapat juga dinyatakan
sebagai besaran frekuensi kritis lapisan
ionosfer (fo). Apabila frekuensi gelombang
radio yang ditransmisikan lebih tinggi dari
frekuensi kritis lapisan ionosfer, maka
gelombang radio tersebut akan melewati
lapisan ionosfer. Namun apabila frekuensi
yang digunakan bernilai sama atau lebih
rendah dari besaran nilai frekuensi kritis
lapisan ionosfer, maka gelombang radio akan
mengalami pembiasan sehingga kembali
menuju permukaan bumi. Ilustrasi hubungan
antara besarnya frekuensi plasma lapisan
ionosfer dengan frekuensi transmisi
gelombang radio disajikan pada Gambar 2-2.

Gambar 2-2. Ilustrasi perambatan gelombang


radio mode Skywave berdasarkan
hubungan nilai frekuensi plasma
lapisan ionosfer dan frekuensi
transimisi

Kondisi lapisan ionosfer yang bersifat


dinamis dapat menjadi kendala dalam
menentukan frekuensi transmisi yang akan
digunakan. Kendatipun, hasil penelitian
menunjukkan bahwa lapisan ionosfer memiliki
variasi temporal [6]. Variasi tersebut dapat
digunakan sebagai acuan dalam memilih
frekuensi.
III. METODOLOGI direncanakan, yakni daerah penangkapan ikan
Analisis perambatan gelombang radio Sadeng Yogyakarta.
dilakukan dengan menggunakan 3 paket Analisis propagasi dengan mode LOS
software yakni; software Radio Mobile Deluxe menggunakan software RMD membutuhkan 8
(RMD) untuk analisis propagasi mode Line of variabel masukan berupa parameter perangkat
Sigth (LOS), software Ground Wave seperti yang disajikan pada Tabel 3-1.
Prediction System (GWPS) untuk analisis Perhitungan dilakukan dengan melakukan
propagasi mode Ground Wave, dan software simulasi penempatan kapal pada beberapa
Advanced Stand-Alone Prediction System lokasi yang memiliki perbedaan jarak. Jarak
(ASAPS) untuk analisis progagasi mode tersebut disesuaikan dengan jarak rata-rata
Skywave. Variabel masukan dari tiap-tiap wilayah tangkapan ikan nelayan Sadeng [7].
software disesuaikan dengan spesifikasi Gambar 3-1 menunjukkan simulasi
parameter perangkat yang digunakan serta penempatan kapal nelayan untuk proses
berdasarkan kondisi wilayah komunikasi yang analisis yang dilakukan.

Tabel 3-1. Parameter Perangkat Untuk Variabel Input software RMD


Parameter Nilai Keterangan
Frekuensi Kerja 3 – 12 MHz Alokasi Maritim
Daya Pancar 40 Watt
Antenna Type Dipole
Tinggi Antenna Syahbandar 9 meter
Tinggi Antenna Perahu 3 meter
Antena Gain Tx/Rx 2dBi
EIRP 56.5 W
Minimum Receiver Threshold -107dBm

Gambar 3-1. Penempatan posisi kapal nelayan untuk proses analisa perambatan gelombang radio
mode LOS

Analisis perambatan gelombang radio Measuring Mission (TRMM). Perhitungan


mode LOS dengan menggunakan software yang dilakukan mencakup keberhasilan
RMD memadukan perhitungan dari informasi perambatan gelombang radio berdasarkan
parameter perangkat dengan kontur bumi yang topografi wilayah komunikasi yang
diperoleh dari satelit Tropical Rainfall direncanakan. Hasil yang diperoleh juga
menunjukkan wilayah Fresnel dari lintasan 2. Parameter tersebut dilengkapi dengan
gelombang radio antara pemancar dan informasi nilai indeks-T yang mewakili
penerima. Hasil tersebut akan mampu kondisi aktivitas matahari [8]. Pada proses
menunjukkan apakah perambatan yang terjadi analisis, nilai indeks T yang digunakan adalah
dapat merambat lurus secara langsung atau 0, 50, dan 150. Nilai indeks T bernilai 0 untuk
memerlukan sebuah media pantul. mewakili kondisi aktivitas matahari pada
kategori rendah. Sedangkan indeks T bernilai
Analisis perambatan gelombang radio 50 dan 150 untuk mewakili kondisi aktivitas
mode Groundwave dengan menggunakan matahari yang berada pada kategori menengah
software GWPS dilakukan dengan 9 parameter dan tinggi.
masukan seperti yang disajikan pada Tabel 3-

Tabel 3-2. Parameter perangkat untuk variabel input software GWPS


Parameter Nilai Keterangan
Frekuensi Kerja 3 – 30 MHz Alokasi Maritim
Daya Pancar 40 Watt
Antenna Type Dipole TX dan RX
Tinggi Antenna Syahbandar 9 meter
Tinggi Antenna Perahu 3 meter
Tipe Permukaan Air Laut
Konduktivitas Permukaan 5m/s
Permitivitas 80
Required SNR 10 dB

Analisis propagasi mode Groundwave dengan sudut elevasi antena antara 60° hingga
pada software GWPS menggunakan 90° terhadap bidang horisontal [10].
perhitungan yang dikembangkan oleh
Rotheram [9]. Perhitungan yang dilakukan Dalam proses perhitungan yang
mampu menghasilkan informasi kuat sinyal dilakukan, software ASAPS memerlukan
yang ditangkap oleh antena penerima sebagai parameter masukan berupa koordinat lokasi
fungsi jarak dan jarak jangkauan sebagai pemancar yang direncanakan (dalam hal ini
fungsi frekuensi. Untuk analisis pada kantor Syahbandar di pelabuhan Sadeng), serta
penelitian ini, parameter yang digunakan kondisi aktivitas matahari. Pada penelitian ini
adalah jarak jangkauan perambatan gelombang analisis dilakukan simulasi berdasarkan nilai
radio sebagai fungsi frekuensi. indeks-T setiap bulan dari tahun yang telah
berlalu yang mewakili kondisi aktivitas
Analisis propagasi mode Skywave matahari. Tahun yang digunakan adalah tahun
dengan menggunakan software ASAPS 2009, 2011, dan 2014 yang merepresentasikan
dilakukan untuk mendapatkan informasi kondisi aktivitas matahari rendah, menengah,
kondisi ionosfer yang menunjukkan rentang dan tinggi. Hasil perhitungan adalah nilai
frekuensi yang dapat dipantulkan oleh lapisan parameter ionosfer yakni berupa nilai median
ionosfer. Mode pemantulan gelombang radio bulanan fmin, dan foF2. Nilai fmin
yang terjadi diasumsikan sebagai propagasi merepresentasikan batas minimum frekuensi
gelombang radio dengan mode Near Vertical yang dapat dipantulkan oleh lapisan ionosfer.
Incident Skywave (NVIS). Pemilihan mode ini Sedangkan nilai foF2 merepresentasikan batas
merujuk kepada jarak maksimum pantulan maksimum frekuensi yang dapat dipantulkan
mode NVIS yang mencapai radius 300 km oleh lapisan F ionosfer.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN kapal nelayan maupun sebaliknya. Tiap
gambar yang disajikan berisi informasi jarak
Hasil analisis perambatan gelombang dan kualitas penerimaan sinyal pada sisi
radio untuk mode LOS disajikan pada Gambar penerima serta lokasi yang memungkinkan
4-1. Pada gambar tersebut ditunjukkan lintasan terjadinya halangan perambatan gelombang
gelombang radio dari lokasi Syahbandar yang radio dengan mode LOS .
berada ditepi pantai Sadeng menuju lokasi

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)
Gambar 4-1. Hasil perhitungan perambatan gelombang radio mode Line of Sight dengan jarak yang
berbeda: (a) 18,94 km, (b) 28 km, (c) 52,06 km, (d) 71,52 km, (e) 81,46 km, dan (f)
105,79 km.

Pada Gambar 4-1(a) terlihat bahwa pada mengalami rintangan akibat kontur bumi yang
jarak 18,94 km, lintasan gelombang radio melengkung (Gbr 4-1(b)). Perambatan
sudah mulai menyentuh permukaan bumi. gelombang radio yang menjalar lurus pada
Sedangkan pada jarak 28 km, lintasan kontur bumi yang hampir datar pada jarak
perambatan gelombang radio telah mulai 17,35 km dari Syahbandar. Untuk jarak yang
lebih jauh dari 28 km, halangan perambatan Pada Gambar 4-2 terilihat bahwa tidak
gelombang radio oleh kelengkungan terdapat perbedaan hasil antara saat aktivitas
permukaan bumi semakin jelas terlihat, matahari rendah, sedang, maupun tinggi yang
sehingga menunjukkan bahwa perambatan diwakili oleh nilai indeks-T. Dari hasil yang
mode Line of Sight sudah tidak dapat terjadi. diperoleh terlihat pula bahwa semakin tinggi
frekuensi yang digunakan, jarak jangkauan
Kendatipun lintasan perambatan propagasi gelombang radio semakin dekat.
gelombang radio pada kisaran jarak 18,94 km Frekuensi 3 MHz dapat mencapai jarak
masih terlihat dapat merambat lurus dan tidak jangkauan hingga 620 km. Sedangkan untuk
terdapat penghalang, namun kondisi ini masih frekuensi 30 MHz, jarak jangkauan propagasi
memungkinkan terjadinya pelemahan sinyal gelombang radio hanya mencapai 180 km.
akibat adanya objek di dalam wilayah Fresnel Jarak terdekat tersebut masih lebih jauh dari
Zone. Objek yang berada di wilayah Fresnel wilayah penangkapan ikan yang biasa
dapat menyebabkan terjadinya pantulan dilakukan oleh nelayan di Sadeng. Hal ini
gelombang radio yang dapat bersifat menunjukkan bahwa mode propagasi
melemahkan sinyal penerimaan [11]. Oleh Groundwave pada semua frekuensi direntang
karena itu, mode perambatan gelombang radio HF masih dapat menjangkau wilayah
pada jarak tersebut juga sudah mulai tidak penangkapan ikan diwilayah Sadeng.
efektif. Untuk jarak yang lebih jauh, kondisi
ini tentu akan lebih tidak efektif, sehingga Pada Gambar 4-3 disajikan hasil simulasi
hasil ini menunjukkan bahwa propagasi mode propagasi Skywave menggunakan software
Line of Sight sangat tidak efektif untuk ASAPS untuk 3 tahun yang berbeda dengan
digunakan pada jarak yang jauh. titik koordinat pemancar di pelabuhan Sadeng
(8,54LS; 110,28BT). Grafik yang dihasilkan
Gambar 4-2 menunjukkan hasil analisis menunjukkan nilai frekuensi sebagai fungsi
perambatan gelombang radio dengan mode waktu. Nilai batas bawah frekuensi yang dapat
perambatan melalui permukaan bumi dipantulkan oleh lapisan ionosfer dinyatakan
menggunakan software GWPS. Pada dengan nilai fmin. Sedangkan nilai batas atas
perhitungan tersebut digunakan 3 buah nilai frekuensi yang dapat dipantulkan oleh lapisan
indeks T yang berbeda yakni 0, 50 dan 150. F ionosfer dinyatakan dengan nilai foF2.
Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk Rentang frekuensi antara nilai fmin dan foF2
kurva jarak jangkauan sebagai fungsi frekuensi merupakan besaran frekuensi yang dapat
kerja. dipantulkan oleh lapisan ionosfer.

Gambar 4-2. Hasil Analisis Perambatan


Gelombang Radio Mode
Groundwave
Legenda :
Gambar 4-3. Nilai fmin dan foF2 untuk wilayah perairan Sadeng hasil perhitungan menggunakan
software ASAPS

Pada Gambar 4-3 terlihat bahwa nilai dalam melakukan analisis propagasi Skywave
foF2 memiliki nilai yang berbeda untuk setiap untuk penggunaan jangka panjang, siklus
bulannya pada tahun yang sama. Setiap bulan, aktivitas matahari harus dipertimbangkan.
nilai foF2 yang tercatat memiliki pola yang
hampir sama namun bervariasi pada nilai Pada Gambar 4-3 terlihat bahwa
maksimumnya. Gambar 4-3 juga rentang frekuensi yang terendah terjadi pada
menunjukkan bahwa untuk bulan yang sama, waktu dini hari, yakni antara pukul 00 WIB
namun dengan tahun yang mewakili kondisi hingga pukul 04 WIB. Sedangkan pada saat
aktivitas matahari yang berbeda, nilai foF2 matahari terbit, rentang frekuensi yang dapat
juga memiliki perbedaan. Pada saat kondisi dipantulkan ionosfer mulai meningkat hingga
aktivitas matahari rendah, nilai foF2 memiliki mencapai waktu puncaknya yakni pada pukul
nilai yang lebih kecil dari nilai foF2 saat 14 WIB. Perubahan rentang frekuensi tersebut
aktivitas matahari sedang dan tinggi. menunjukkan bahwa keberhasilan perambatan
Demikian pula saat kondisi aktivitas matahari gelombang radio ditentukan berdasarkan nilai
tinggi, nilai foF2 bernilai lebih tinggi frekuensi yang digunakan. Apabila nilai
dibandingkan dengan nilai foF2 saat aktivitas frekuensi yang dipilih berada diluar rentang
matahari sedang maupun rendah. Sifat dinamis tersebut, maka mode propagasi Skywave tidak
dari nilai foF2 tersebut dikenal sebagai sifat dapat terjadi akibat ionosfer tidak mampu
ionosfer yang memiliki variasi dekadal dengan memantulkan gelombang radio pada frekuensi
periodesitas 11 tahunan [12]. Oleh karena itu tersebut. Namun, apabila nilai frekuensi yang
digunakan berada pada rentang frekuensi digunakan untuk jarak yang sangat jauh [14].
tersebut, maka propagasi mode Skywave dapat Dengan pemilihan frekuensi yang tepat,
terjadi karena lapisan ionosfer mampu perambatan gelombang radio mode Skywave
memantulkan gelombang radio pada frekuensi dapat menjangkau hingga lintas benua. Dari
tersebut. aspek mobilitas nelayan, keunggulan ini dapat
menjadi sebuah pertimbangan, terutama untuk
Pada Tabel 4-1 disajikan nilai aspek keselamatan. Kondisi laut yang dapat
minimum dan maksimum foF2 untuk setiap berubah setiap saat, serta kemungkinan
bulannya pada tahun yang berbeda. Informasi terjadinya kesalahan navigasi oleh nelayan
ini dapat digunakan untuk melihat rentang maupun masalah teknis yang terjadi pada
frekuensi kerja yang dapat dipilih agar perahu, dapat menyebabkan nelayan berada
propagasi Skywave dapat optimal. jauh diluar wilayah tangkapan. Pemilihan
Tabel 4-1. Nilai minimum dan maksimum frekuensi dengan mempertimbangkan mode
foF2 pada tahun 2009, 2011, dan 2014 propagasi Skywave dapat menjawab jaminan
2009 2011 2014 keberhasilan komunikasi yang dibutuhkan
Bulan
min maks min maks min maks tersebut berdasarkan aspek keberhasilan
Januari 3 10,8 3,8 11,4 5,5 12,9
Februari 3 10,8 4,1 11,7 6,3 14,4
perambatan gelombang radio. Nilai frekuensi
Maret 2,7 12,1 4,2 13,8 5,8 16,3 yang dipilih berdasarkan perhitungan mode
April 2,5 11,5 3,7 13,7 4,6 15,8 propagasi Skywave masih berada dalam
Mei 2,4 9,2 3,4 12,2 3,9 13,8
Juni 2,3 8 3 10,1 3,6 11,7 rentang nilai frekuensi yang dapat digunakan
Juli 2,2 9,1 3,2 10,8 4,1 12,4 untuk mode propagasi Groundwave, yakni
Agustus 2,6 9,9 3,2 11,3 3,5 12,1
September 2,7 10,4 4,2 12,3 5,1 13,7
antara 2,2 MHz hingga 16,3 MHz. Dengan
Oktober 3,4 12 3,3 15,1 6,6 15,5 memilih frekuensi berdasarkan rentang
November 3,8 12 7 14,1 6,9 14
frekuensi tersebut, keberhasilan perambatan
Desember 3,6 11,4 6,3 13,5 6,9 14
gelombang radio akan memiliki peluang untuk
dapat menjangkau daerah diwilayah tangkapan
Berdasarkan Tabel 4-1 terlihat bahwa maupun diluar wilayah tangkapan.
pada saat aktivitas matahari rendah, nilai foF2
yang dapat digunakan berada pada rentang 2,2 V. KESIMPULAN
MHz hingga 12,1 MHz. Sedangkan pada saat
Hasil analisis perambatan gelombang
aktivitas matahari sedang dan tinggi, nilai
radio dengan ketiga mode propagasi
foF2 yang dapat digunakan berada pada
menunjukkan bahwa tidak semua mode
rentang 3 hingga 15,1 MHz dan 3,6 hingga
propagasi dapat menjangkau jarak yang sama.
16,3 MHz. Rentang nilai foF2 tersebut dapat
Propagasi mode LOS dibatasi oleh bentuk
menjadi acuan dalam pemilihan frekuensi
bumi yang bulat dan mulai mengalami
yang digunakan untuk mode propagai Skywave
hambatan saat jarak mencapai 18,94 km.
diwilayah Sadeng. Pemilihan nilai frekuensi
Wilayah penangkapan ikan Sadeng dengan
yang dapat digunakan masih dapat diperinci
jarak lebih dari 18,94 km tidak dapat
lagi dengan mengunakan metoda manajemen
dijangkau oleh mode propagasi LOS. Hasil
frekuensi [13]. Frekuensi yang akan dipilih
analisis perambatan gelombang radio dengan
merupakan frekuensi dengan peluang tertinggi
mode Groundwave menunjukkan bahwa jarak
yang dapat digunakan berdasarkan waktu
jangkauan dapat mencapai 180 km (frekuensi
pelaksanaan komunikasi.
30 MHz) hingga 620 km (3 MHz). Jarak
Kendatipun mode propagasi Skywave tersebut masih lebih jauh dibandingkan dengan
dibatasi oleh adanya perubahan nilai frekuensi jarak wilayah penangkapan ikan para nelayan
sebagai fungsi waktu, mode propagasi Sadeng. Sedangkan hasil analisis propagasi
Skywave memiliki keunggulan, yakni dapat gelombang radio dengan mode Skywave
menunjukkan bahwa keberhasilan perambatan yr Solar Cycle Variation Effects on
gelombang radio ditentukan oleh frekuensi the Virtual Ionosphere Reflection
yang digunakan. Nilai frekuensi berdasarkan Height and Implications for the
perhitungan propagasi Skywave berada Met Office’s Lightning Detection
diantara rentang 2,2 MHz hingga 16,3 MHz System, ATDnet”, American
dan nilai frekuensi tersebut masih berada Meteorological Society Journals
dalam rentang frekuensi dari hasil perhitungan http://dx.doi.org/10.1175/JTECH-
propagasi Groundwave. Penentuan nilai D-15-0133.1
frekuensi radio SSB diwilayah Sadeng dapat [7] Wahyuningrum, P. I., Nurani, W. T., dan
mengacu pada rentang nilai frekuensi tersebut, Rahmi, A. T., 2012 : “Usaha
sehingga cakupan keberhasilan propagasi Perikanan Tangkap Multi Purpose
gelombang radio akan meliputi wilayah di Sadeng Kabupaten Gunungkidul,
tangkapan ikan nelayan Sadeng maupun yang Daerah Istimewa Yogyakarta”.
berada diluar sekitar wilayah tangkapan ikan Maspari Journal, 2012, 4(1), 10-22.
Sadeng. Gelombang radio dapat merambat PS Ilmu Kelautan FMIPA UNSRI,
melalui mode propagasi Skywave maupun ISSN: 2087-0558
mode propagasi Groundwave. [8] Caruana, J., 1990 :” The IPS monthly T
index”. Solar-Terrestrial Prediction:
DAFTAR RUJUKAN Proc. of a Workshop at Leura,
Australia, 2 (1990), p. 257
[1] Asdhiana, M. I, 2010 : “Nelayan Gunung
Kidul Butuh Radio SSB”. [9] IPS RADIO AND SPACE
http://nasional.kompas.com/read/20 SERVICES2003: “GWPS 4.1
10/09/17/19272596/function.simple USER GUIDE” AUSTRALIAN
xml-load-file Akses Januari 2016. GOVERNMENT DEPARTMENT
OF INDUSTRY SCIENCE AND
[2] Susetyo, W., Hendrantoro, G., dan Affandi,
A., 2008 : “PREDIKSI RESOURCES
JANGKAUAN JARINGAN [10] Suhartini, S. 2010 :” SUDUT ELEVASI
WIRELESS HF UNTUK SISTEM DAN KETINGGIAN ANTENA
UNTUK KOMUNIKASI RADIO
PERINGATAN DINI BENCANA DI
INDONESIA”. Prosiding Seminar HF”. Berita Dirgantara Vol. 9 No.
Nasional Informatika 3 September 2008:hal :75-78 ISSN:
(SEMNASIF) Vol 1 No. 4 1411-8920
[3] Guo, J. Y., and Barton, S. K., 2002: [11] Javad, A, 2016 : “The effects of Fresnel
“Fresnel Zone Antenna”. Kluwer Zone in communication theory
Academic Publisher, Boston. ISBN based on radio waves”. Bulletin de
1-4020-7124-8 la Société Royale des Sciences de
[4] Saakian, A., 2011 : “Radio Wave Liège, Vol. 85, 2016, p. 729 – 734
Propagation Fundamentals” [12] Tamer, A. T., Ozguc A., dan Pektas, R.,
Artecth House. ISBN -13:978-1- 2009. “The variability of foF2 in
60807-137-1. different phases of solar cycle 23”,
[5] McNamara, L.,F., 1991 “The Ionosphere: Journal of Atmospheric and Solar-
Communications, Surveillance, and Terrestrial Physics 1364-6826
Direction Finding, Chapter 4. HF [13] Saverino, A. L. Capria, A. Berizzi, F.
Radio Propagation”, Krieger Martorella, M., and Mese, E. D.,
Publishing Company. hal. 39-50. 2013 : "Frequency management in
[6] Hudson, S., Horseman, A. and Sugier, J., HF-oth Skywave radar:
2016: “Diurnal, Seasonal, and 11- ionospheric propagation channel
representation" Progress In
Electromagnetics Research B, Vol.
50, 97-111, 2013.
doi:10.2528/PIERB13022107
[14] Carames, B. P,. 2014 :”Oblique Sounding
and HF Communication
Techniques for Very Long Haul
Ionospheric Links”. PhD Thesis,
Enginyeria i Arquitectura La Salle
Universitat Ramom Llull,
Barcelona, 2014.

View publication stats

Você também pode gostar