Você está na página 1de 2

Sebagian besar wilayah di Kecamatan Alu, Kabupaten Polewali Mandar didominasi

oleh pegunungan. Tidak hanya itu, di kecamatan ini juga mengalir tujuh sungai yang
disebut dengan istilah Pitu Uluna Salu, Pitu Babana Binanga. Sungai-sungai tersebut
membagi desa satu dengan desa lainnya di Kecamatan Alu. Desa-desa yang berada
di bagian dalam (dekat pegunungan) biasa disebut dengan desa seberang. Hal ini
disebabkan karena untuk mencapai daerah itu, dibutuhkan rakit untuk menyeberangi
sungai. Belum tersedianya jembatan menyebabkan rakit menjadi satu-satunya alat
transportasi penyeberangan.
Biasanya, satu buah rakit bisa menampung hingga enam buah kendaraan roda dua
dan sepuluh penyeberang. Jumlah ini bisa bertambah pada hari-hari dan waktu
tertentu, misalnya pada hari pasar dan pagi hari. Banyaknya jumlah pelajar dan
tenaga pendidik yang berada di daerah seberang sebagai pengguna rakit
mengakibatkan meraka harus rela mengantre cukup lama untuk mendapatkan giliran
menyeberang. Terlebih pada hari pasar dimana banyak warga yang menyeberang
dan ingin berbelanja kebutuhan sehari-hari. Lamanya waktu mengantre bisa
bertambah hingga tiga kali lipat. Tidak heran jika kemudian terdapat banyak pelajar
dari desa seberang yang datang terlambat pada hari-hari tersebut.
Di SMK Negeri Alu yang mayoritas peserta didiknya berasal dari desa seberang, telah
memberikan toleransi bagi mereka jika datang terlambat pada hari pasar. Selain
karena faktor penyeberangan, jarak yang cukup jauh dan harus ditempuh peserta
didik untuk menuju ke sekolah juga menjadi alasan bagi sebagian besar guru untuk
mengijinkan peserta didiknya masuk ke kelas meski jam pelajaran sudah dimulai.
Beberapa dari peserta didik tersebut bahkan harus berjalan kaki dan menempuh jarak
belasan kilometer setiap harinya serta menyeberangi beberapa sungai karena tidak
memiliki kendaraan. Sementara itu, yang lainnya terpaksa menumpang kendaraan
milik teman ataupun tetangganya. Meski terkesan memprihatinkan, namun kondisi
seperti ini merupakan hal yang biasa di Kecamatan Alu.
Selain alat transportasi penyeberangan yang minim dan jarak yang jauh antara
sekolah dan tempat tinggal mereka, peserta didik di SMK Negeri Alu juga diberikan
kelonggaran ketika menghadapi musim hujan. Pasalnya, air hujan yang tumpah di
wilayah hulu dapat menyebabkan volume Air sungai bertambah. Kondisi ini dianggap
sebagai sesuatu yang membahayakan bagi para penyeberang karena dapat
mengakibatkan rakit yang tengah digunakan hanyut. Petugas yang mengayuh rakit
pun tidak berani untuk menurunkan rakitnya jika melihat langit mendung di daerah
seberang.
Langit mendung dan hujan yang turun di wilayah seberang sangat mempengaruhi
proses pembelajaran di SMK Negeri Alu. Apabila hujan turun di malam hari, maka
hampir bisa dipastikan bahwa sekolah akan sepi karena banyak peserta didik yang
memilih untuk tidak berangkat. Namun jika hujan turun di siang hari pada jam belajar,
maka biasanya peserta didik akan dipulangkan lebih awal. Sebab jika tidak dilakukan,
peserta didik tidak dapat kembali ke rumah mereka masing-masing akibat todak
adanya rakit untuk mereka menyeberang. Keadaan jalan yang becek dan berlumpur
juga menjadi alasan lain mengapa mereka diberikan ijin untuk meninggalkan sekolah
sebelum jam pelajaran berakhir. Adapun bila sudah terlanjur turun hujan yang cukup
deras sebelum mereka dipulangkan, mereka terpaksa memilih jalan lain yang lebih
jauh jaraknya dibanding jika melewati sungai. Hal tersebut terpaksa mereka lakukan
agar bisa kembali ke rumah dengan selamat.
Banyaknya tantangan yang harus dihadapi peserta didik yang berasal dari desa
seberang untuk dapat menuntut ilmu di sekolah ternyata tidak membuat mereka sering
mengeluh. Keinginan untuk bertemu teman-teman sebaya di sekolah dan belajar di
kelas membuat mereka dapat melupakan medan perjalanan yang sulit dan panjang.
Meski belajar di sekolah tidak selalu menjadi sesuatu yang menyenangkan, namun
mereka tetap datang setiap harinya untuk menerima ilmu-ilmu dan baru. Hal inilah
yang kemudian menginspirasi penulis sebagai salah satu pendidik di daerah 3T
(Terdepan, Terluar, Tertinggal) untuk selalu memberikan yang terbaik dan senantiasa
mencurahkan pengetahuan yang penulis miliki untuk mereka. Agar nantinya, mereka
bisa menjadi agen perubahan yang membawa Kecamatan Alu lebih maju, seperti
daerah-daerah lain di Indonesia.

Você também pode gostar