Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan
dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
Pendahuluan
Akalasia adalah gangguan motorik yang mengenai segmen otot polos di bawah
esofagus, akibat dari degenerasi neuron pleksus myenterik intramural sehingga
mengakibatkan gangguan relaksasi LES dan hilangnya peristaltik, yang menimbulkan
disfagia, nyeri dada dan regurgitasi. Akalasia menyebabkan obstruksi fungsional di
esofagus, dan berkurangnya peristaltik esofagus, sehingga mengganggu pengosongan
esofagus. Obstruksi fungsional ini bisa diatasi bila tekanan hidrostatik makanan melebihi
tekanan LES.
Akalasia terbagi menjadi 2 yaitu primer dan sekunder. Akalasia primer tidak
diketahui dengan jelas penyebabnya, tetapi diduga disebabkan oleh genetic, infeksi virus,
penyakit autoimun, dan degenerasi neuron.
Epidemiologi
Sumber : Silbernagl, Stefan. Lang, Florian. Teks dan atlas berwarna patofisiologi. Jakarta: EGC; 2003.2
Manifestasi Klinis
Disfagia merupakan keluhan utama akalasia, baik terhadap makanan cair maupun
padat, di sertai regurgitasi, nyeri dada, dan tidak bisa sendawa. Umumnya penderita
akalasia perlu waktu lebih lama untuk makan dibanding orang sekitamya. Disfagia
biasanya merupakan keluhan yang paling pertama muncul, mula-mula hanya terhadap
makanan cair. Namun pada tahap lanjut kesulitan menelan terjadi baik terhadap makanan
cair maupun padat. Keluhan ini bertambah berat bila disertai stres emosi atau bila
penderita terdesak untuk makan dengan cepat.
Regurgitasi terjadi akibat retensi sejumlah besar saliva beserta makanan di lumen
esofagus, biasanya setelah berbaring ter-lentang. Regurgitasi ini dapat terjadi segera
setelah makan atau dapat juga beberapa jam kemudian, dan makanan keluar dalam bentuk
belum dicema.
Diagnosis
Tatalaksana
Masalah utama dari akalasi yaitu disfungsi LES, sehingga tindakan terapi
ditujukan untuk menurunkan tekanan LES sehingga diharapkan bolus makanan dapat
melalui LES menuju lambung. Penurunan tekanan LES dapat dicapai dengan obat-obatan
relaksan otot polos, dilatasi, atau pembedahan. Tujuan dari penggunaan relaksan otot
polos untuk mengurangi keluhan. Terapi medikamentosa yang pernah dilakkan pada
akalasia yaitu golongan penyekat kalsium, nitrat, dan inhibitor fosfodieterasi yang
bertujuan menurunkan tekanan sfingter.
Terapi operatif yang sering dipilih pada akalasia adalah Myotomi Heller tetapi
belumbisa mengembalikan hilangnya inhibitori neuron sehingga pasien sering mengalami
kekambuhan.
Daftar pustaka :