Você está na página 1de 64

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi: usia
pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.Lanjut usia
(elderly) antara 60 – 74 tahun. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun. Usia
sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa
dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara
biologis maupun psikologis.Salah satu perubhana biologis yang tidak
terkontrol, dapat menyebabkan seorang lansia mengalami penyakit.Salah satu
penyakit tersring yang diderita lansia adalah hipertensi.
Di Indonesia, hampir dapat dipastikan pada orang yang berusia di atas
50 tahun menderita hipertensi.Pada usia sekitar ini, menurut WHO adalah usia
pertengahan. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah lebih tinggi
dari 160/90 mmHg bagi usia lansia merupakan penyakit yang cukup banyak
diderita masyarakat yang disebabkan adanya ganggguan pada system
kardiovaskuler. Hipertensi juga sering disebut sebagai “silent killer” karena
menimbulkan komplikasi pada jantung, otak, dan ginjal. Untuk lebih
lengkapnya bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada lasia dengan
hipertensi, akan dibahas lebih detail pada bab berikutnya.

1.2 Rumusan Masalah


Batasan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini mengenai :
1.2.1 Konsep teori lansia
1.2.1.1 Apa permasalahan yang terjadi pada lansia ?
1.2.1.2 Apa perubahan yang terjadi pada lansia ?
1.2.2 Konsep teori hipertensi
1.2.2.1 Apa pengertian hipertensi ?
1.2.2.2 Apa klasifikasi hipertensi ?
2

1.2.2.3 Apa etiologi dari hipertensi ?


1.2.2.4 Bagaimana patofisiologi hipertensi ?
1.2.2.5 Bagaimana WOC dari hipertensi ?
1.2.2.6 Apa tanda dan gejala hipertensi ?
1.2.2.7 Bagaimana pemeriksaan penunjang hipertensi ?
1.2.2.8 Apa saja komplikasi hipertensi ?
1.2.2.9 Bagaimana penatalaksanaan hipertensi ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Konsep teori lansia
1.3.1.1 Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada lansia.
1.3.1.2 Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada lansia.

1.3.2 Konsep teori hipertensi

1.3.2.1 Untuk mengetahui pengertian hipertensi.


1.3.2.2 Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi.
1.3.2.2 Untuk mengetahui etiologi dari hipertensi.
1.3.2.3 Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi.
1.3.2.4 Untuk mengetahui WOC dari hipertensi.
1.3.2.5 Untuk mengetahui tanda dan gejala hipertensi.
1.3.2.6 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang hipertensi.
1.3.2.7 Untuk mengetahuikomplikasi hipertensi.
1.3.2.8 Untuk mengetahui penatalaksanaan hipertensi.

1.4 Metode Penulisan


Dalam penulisan makalah ini, penulis mengambil dari berbagai
macam referensi dari buku dengan menggunakan metode studi pustaka
yaitu dengan membaca , menelaah dan merangkum.Serta dari internet
dengan melakukan pencarian di berbagai situs.
3

BAB II
TINJAUAN TEORI LANSIA DAN HIPERTENSI

2.1 Konsep Teori Lansia


2.1.1 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan –
perubahan yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara
terus – menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan
lingkungannya kurang berhasil maka timbulah berbagai masalah.
Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto
(1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia
yaitu:
1. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada
orang lain,
2. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total
dalam pola hidupnya,
3. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah
meninggal atau pindah,
4. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang
bertambah banyak dan
5. Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa.
Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa
perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama
minat terhadap diri makin bertambah.Kedua minat terhadap
penampilan semakin berkurang.Ketiga minat terhadap uang
semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan
rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu
diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu
menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi
tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar
dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
4

Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian.


Ciri – ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979,
Munandar, 1994) adalah:
1. Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2. Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3. Selalu mengingat kembali masa lalu
4. Selalu khawatir karena pengangguran
5. Kurang ada motivasi
6. Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik,
dan
7. Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain
adalah: minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi,
kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati
kegiatan yang dilakukan saat ini dan memiliki kekhawatiran
minimla trehadap diri dan orang lain.

2.1.2 Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


a. Perubahan Fisik
1. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar,
berkurangnya cairan intra dan extra seluler
2. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat
dalam respon waktu untuk mereaksi, mengecilnya saraf
panca indra sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi
membran timpani, terjadinya pengumpulan serum karena
meningkatnya keratin
3. Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan
hilangnya respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk
speris, lensa keruh, meningkatnya ambang pengamatan
sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang
pandang.
5

4. Sistem Kardiovaskuler. : katup jantung menebal dan menjadi


kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1 %
setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume,
kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah
meninggi.
5. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku
sehingga menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru
kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu
meingkat, nafas berat.Kedalaman pernafasan menurun.
6. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi, sehingga
menyebkan gizi buruk, indera pengecap menurun karena
adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap
sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf
pengecap untuk rasa manis dan asin
7. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi
atrofi sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %,
GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap
glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya
menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc
sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia
yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75
% dialami oleh pria diatas 55 tahun.Pada vulva terjadi atropi
sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas
jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.
8. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua
produksi hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan
sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga
menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel
kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan
testosteron.
6

9. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat


kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menipis
menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung
menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
10. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan
makin rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi
berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis,
tendon mengkerut dan atropi serabut – serabut otot, sehingga
lansia menjadi lamban bergerak. otot kram dan tremor.
b. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
1. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan
5. Lingkungan
c. Perubahan Perubahan Psikososial
Faktor yang mempengaruhi perubahan psikososial adalah :
1. Pensiun : nilai seorang diukur oleh produktifitasnya, identits
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan
2. Merasakan atau sadar akan kematian
3. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah
perawatan bergerak lebih sempit.
4. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
5. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan
dengan teman dan famili.
6. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.
d. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya (Maslow, 1970) Lansia makin matur dalam
7

kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam berfikir dan


bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970).

2.2 Konsep Teori Hipertensi


2.2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik
atau sistolik yang intermiten atau menetap.Pengukuran tekanan
darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi.Pada orang yang
berusia di atas 50 tahun memastikan hipertensi.
Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah lebih tinggi
dari 160/90 mmHg merupakan penyakit yang cukup banyak
diderita masyarakat.
Hipertensi merupakan penyebab utama kematian dan gangguan
kardiovaskuler.Hipertensi juga sering disebut sebagai “silent
killer” karena menimbulkan komplikasi pada jantung, otak, dan
ginjal.

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi


Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya, dibagi menjadi 3
yaitu:
1. Hipertensi esensial (disebut juga primer atau idiopatik)
Berdasarkan klasifikasi dari JNC-VI maka hipertensi pada
usia lanjut dapat dibedakan:
a. Hipertensi sistolik saja (Isolated Systolic Hypertension),
terdapat pada 6-12% penderita di atas usia 60 tahun,
terutama pada wanita. Insiden meningkat dengan
bertambahnya umur.
b. Hipertensi diastolik (Diastolic Hypertension), terdapat
antara 12-14% penderita di atas usia 60 tahun, terutama
pada pria. Insiden menurun dengan bertambahnya umur.
8

c. Hipertensi sistolik-diastolik, terdapat pada 6-8% penderita


usia>60 tahun, lebih banyak pada wanita. Meningkat
dengan bertambahnya umur.
2. Hipertensi sekunder
Yang diakibatkan oleh obat-obatan, gangguan ginjal,
endokrin, berbagai penyakit neurologik.
3. Hipertensi maligna
Merupakan bentuk hipertensi berat yang fulminan yang
umumnya berasal dari hipertensi esensial dan sekkunder.

2.2.3 Etiologi Hipertensi


Secara umum penyebab hipertensi pada orang usia lanjut adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada:
1. Frekuensi denyut jantung menurun, isi sekuncup menurun,
dan curah jantung berkurang sekitar 30-40%
2. Pada katup mitral dan aorta mengalami sklerosis dan
penebalan
3. Endokardium menebal dan terjadi sklerosis, miokard menjadi
lebih kaku dan lebih lambat dalam pemulihan kontraktilitas
dan kepekaan.
4. Penurunan kadar hemoglobin pada lansia mengakibatkan
penurunan pada konsentrasi oksigen yang dapat ditransportasi
oleh darah sehingga oksigenasi menjadi tidak adekuat.
5. Perubahan-perubahan normal pada jantung (kekuatan otot
jantung berkurang), pembuluh darah
(arteriosklerosis;elastisitas dinding pembuluh darah
berkurang).
6. Penurunan kadar renin karena menurunnya jumlah nefron
akibat proses menua.
7. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium.
8. Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan
disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai
9

sitokin dan substansi kimiawi lain yang kemudian


menyebabkan reabsorpsi natrium di tubulus ginjal,
meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan
keadaan lain yang berakibat pada kenaikan tekanan darah.
Penyebab pasti hipertensi esensial masih belum diketahui, tetapi
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi, yaitu:
1. Riwayat keluarga
a. Faktor keturunan: dari data statistik terbukti bahwa
seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi
b. Ciri perseorangan: ciri perseorangan yang mempengaruhi
timbulnya hipertensi adalah :
 Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
 Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari
perempuan)
2. Ras (Ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
3. Obesitas
4. Diet tinggi natrium atau lemak jenuh
5. Kebiasaan hidup
a. Penggunaan tembakau konsumsi garam yang tinggi
(melebihi dari 30 gr)
b. Merokok
c. Minum alcohol
d. Minum obat-obatan (prednison, epineprin)
6. Gaya hidup yang banyak duduk
Penyebab hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh
1. Ginjal
 Glomerulonefritis
 Pielonefritis
 Penyakit renovaskular
10

 Penyakit parenkim ginjal


 Nekrosis tubular akut
 Tumor
2. Vaskular
 Aterosklerosis
 Hiperplasia
 Trombosis
 Aneurisma
 Emboli kolesterol
 Vaskulitis
3. Kelainan endokrin
 DM
 Hipertiroidisme
 Hipotiroidisme
4. Saraf
 Stroke
 Ensepalitis
5. Obat-obatan
 Kontrasepsi oral
 Kortikosteroid

2.2.4 Patofisiologi Hipertensi


Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung
dan tahanan perifer. Curah jantung pada penderita hipertensi
umumnya normal.Kelainannya terutama pada peninggian tahanan
perifer. Kenaikan tahanan perifer ini disebabkan karena
vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos pembuluh
darah tersebut. Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama maka
akan dijumpai perubahan-perubahan struktural pada pembuluh
darah arteriol berupa penebalan tunika interna dan hipertropi
tunika media. Dengan adanya hipertropi dan hiperplasi, maka
sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga
11

terjadi anoksia relatif.Keadaan ini dapat diperkuat dengan adanya


sklerosis koroner.

2.2.5 WOC

2.2.6 Tanda dan Gejala


Tanda yang mungkin muncul yaitu :
a. Tidak ada tanda atau gejala sampai penyakit ditemukan
selama evaluasi masalah yang lainnya.
b. Terbangun dengan sakit kepala pada bagian oksipital, yang
berkurang secara spontan setelah beberapa jam – gejala
biasanya terkait dengan hipertensi berat
c. Pusing
d. Kehilangan ingatan
e. Palpitasi
f. Keletihan
g. Impotensi
Gejala yang lazim: sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang
menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
12

kenyataan ini merupakan gejala terlazim yang mengenai


kebanyakan klien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa klien yang
menderita hipertensi, yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing lemas,
kelelahan, sesak napas, gelisah, mual muntah, epistaksis,
kesadaran menurun.Dengan keterlibatan vaskuler:
a. Perdarahan hidung
b. Urine berdarah
c. Kelemahan
d. Penglihatan kabur
e. Nyeri dada dan dispnea, yang dapat menandakan keterlibatan
jantung
f. Tremor lambat
g. Mual
h. Muntah
i. Peningkatan tekanan darah diastolik ketika orang tersebut
mengubah posisi dari duduk menjadi berdiri (yang
menandakan hipertensi esensial)
j. Penurunan tekanan darah dengan perubahan dari posisi duduk
ke berdiri (menandakan hipertensi sekunder)
k. Edema perifer, pada tahap lanjut ketika terjadi gagal jantung
l. Hemoragi, eksudat, dan edema papil menunjukkan evaluasi
oftalmoskopik pada tahap lanjut (jika retinopati hipertensi
terjadi)
m. Stenosis atau oklusi, yang dideteksi selama auskultasi arteri
karotis untuk bising arteri
n. Bising abdomen, terdengar tepat di garis tengah umbilikus
kanan atau kiri, atau pada pinggang jika terdapat stenosis
arteri ginjal; juga terdengar bising di atas aorta abdomen dan
arteri femoralis
o. Massa yang berdenyut dan teraba di abdomen, menunjukkan
aneurisma abdomen
13

p. Pembesaran ginjal, yang mengarah pada penyakit polikistik,


salah satu penyebab hipertensi sekunder.

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan yaitu :
1. Urinalis dapat memperlihatkan protein, sel darah merah, atau
sel darah putih, yang menunjukkan adanya penyakit ginjal,
atau glukosa, yang menunjukkan diabetes mellitus
2. Urografi ekskretorik dapat memperlihatkan atrofi ginjal, yang
menandakan penyakit ginjal kronis. Satu ginjal yang lebih
pendek 1,5 cm dari ginjal yang lainnya menunjukkan penyakit
ginjal unilateral
3. Pemeriksaan darah yang menunjukkan kadar kalium serum di
bawah 3,5 mEq/L dapat menandakan adanya disfungsi adrenal
(khususnya hiperaldosteronisme). Kadar nitrogen urea darah
yang normal atau meningkat sampai lebih dari 20 mg/dl dan
kadar kreatinin serum yang normal atau meningkat sampai
lebih dari 1,5 mg/dl menunjukkan adanya penyakit ginjal
4. Elektrokardiografi dapat menunjukkan adanya hipertrofi
ventrikular kiri atau iskemia
5. Sinar-X dada dapat memperlihatkan adanya kardiomegali
6. Oftalmoskopi memperlihatkan penorehan arteriovenosa dan
pada edema enselopati hipertensif
7. Oral captopril challenge dapat dilakukan untuk memeriksa
hipertensi renovaskular. Pemeriksaan fungsional yang bersifat
diagnostik ini bergantung pada hambatan tiba-tiba pada
sirkulasi angiotensin II oleh inhibitor enzim pengubah
angiotensin, yang memindahkan sokongan mayor untuk
perfusi melalui ginjal yang mengalami stenosis. Ginjal yang
iskemik secara tiba-tiba melepaskan renin dan
memperlihatkan penurunan nyata pada laju filtrasi glomerulus
dan aliran darah ginjal
14

8. Arteriografi ginjal dapat menunjukkan stenosis arteri ginjal


9. Hemoglobin atau hematokrit, untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulasi,
anemia.
10. BUN: memberikan informasi tentang perfusi ginjal
11. Glukosa hiperglikemi (diabetes melitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin
(meningkatkan hipertensi)
12. Kalium serum, hipokalemia dapat mengindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping
terapi diuretic
13. Kalsium serum, peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi
14. Kolesterol dan trigliserid serum, peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk atau adanya pembentukan
plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
15. Pemeriksaan tiroid, hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokontriksi dan hipertensi
16. Kadar aldosteron urin atau serum untuk mengkaji
aldosteronisme primer (penyebab)
17. Asam urat, hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor
resiko hipertensi
18. Steroid urin, kenaikan dapat mengindikasikan
hiperadrenalisme
19. IVP, dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti
penyakit parenkim ginjal, batu ginjal/ureter
20. CT-scan, untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
21. EKG, dapat menunjukkan pembesaran jantung, pla regangan,
gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah
satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
15

2.2.8 Komplikasi
Pengaruh Terhadap Organ :
a. Penyakit pembuluh darah otak : stroke, perdarahan otak,
transien ischemic attack ( TIA )
b. Penyakit jantung : gagal jantung, infark miokard, angina
pectoris
c. Penyakit ginjal : gagal ginjal
d. Penyakit pembuluh darah : diseksi aorta, artherosklerosis
e. Penyakit mata : edema pupil, penebalan retina dan perdarahan
retina.

2.2.9 Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan
dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di bawah
140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
1. Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang
dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi:
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
 Retriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr
menjadi 5 gr/hr
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak
jenuh
 Penurunan berat badanPenurunan asupan etanol
 Menghentikan merokok
b. Latihan fisik
16

Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang


dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olahraga
yang mempunyai empat prinsip, yaitu:
 Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis, seperti
lari, jogging, bersepeda, berenang.
 Lamanya intensitas olahraga yang baik antara 60-
80% dari kapasitas aerobik atau 72-87% dari
denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
 Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit
berada dalam zona latihan.
 Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan
paling baik 5 x perminggu.
c. Edukasi psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi,
meliputi:
 Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai
untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal.Penerapan
biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migran,
juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan
dan ketegangan.
 Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk
belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks.
 Pendidikan kesehatan (penyuluhan)
17

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk


meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakit
hipertensi dan pengelolaannya sehingga klien
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah
kuat.Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi (Joint National Committe On Detection, Evaluation
And Treatment Of High Blood Pressure, USA, 1988)
menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat
tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita
dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi:
a. Step 1
Obat pilihan pertama: diuretika, beta blocker, Ca
antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan:
 Dosis obat pertama dinaikkan
 Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
 Ditambah obat ke-2 jenis lain, dapat berupa
diuretika, beta blocker, Ca antagonis, Alpa
blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh:
18

 Obat ke-2 diganti


 Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4
Alternatif pemberian obatnya:
 Ditambah obat ke-3 dan ke-4
 Re-evaluasi dan konsultasi
 Follow up untuk mempertahankan terapi: untuk
mempertahankan terapi jangka panjang
memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik
antara klien dan petugas kesehatan (perawat,
dokter) dengan cara pemberian pendidikan
kesehatan.
 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi
klien dengan petugas kesehatan adalah sebagai
berikut :
1. Setiap kali penderita periksa, penderita
diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
2. Bicarakan dengan penderita tujuan yang
hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
3. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi
tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan
untuk dapat menurunkan morbiditas dan
mortalitas
4. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak
dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas
dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah
hanya dapat diketahui dengan mengukur
memakai alat tensimeter
5. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa
didiskusikan lebih dahulu
6. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan
dalam cara hidup penderita
19

7. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses


terapi
8. Pada penderita tertentu mungkin
menguntungkan bila penderita atau keluarga
dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
9. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat
anti hipertensi, misal 1x sehari atau 2x sehari
10. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat
anti hipertensi, efek samping dan masalah-
masalah yang mungkin terjadi
11. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya
memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk
mencapai efek samping minimal dan efektifitas
maksimal
12. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
13. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan
kunjungan lebih sering
14. Hubungi segera penderita, bila tidak datang
pada waktu yang ditentukan
15. Melihat pentingnya kepatuhan klien dalam
pengobatan maka sangat diperlukan sekali
pengetahuan dan sikap klien tentang
pemahaman dan pelaksanaan pengobatan
hipertensi
20

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI LANSIA DENGAN HIPERTENSI

3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur(kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register dan diagnosis medis.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
sakit kepala disertai rasa berat di tengkuk, sakit kepala berdenyut.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala.Gejala
yang dimaksud adalah sakit di kepala, pendarahan di hidung, pusing,
wajah kemerahan, dan kelelahan yang bisa saja terjadi pada penderita
hipertensi.Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak di obati, bisa
timbul gejala sakit kepala, kelelahan, muntah, sesak napas, pandangan
menjadi kabur, yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung, dan ginjal.Kadang penderita hipertensi berat mengalami
penurunan kesadaran dan bahkan koma.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah ada riwayat hipertensi sebelumnya, diabetes militus, penyakit
ginjal, obesitas, hiperkolesterol, adanya riwayat merokok, penggunaan
alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral, dan lain-lain.
5. Riwayat kesehatan keluarga
21

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi.


6. Pengkajian pola
 Aktivitas / istirahat
Gejala: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda:
- Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan irama jantung
- Takipnea
 Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit serebrovaskular
Tanda:
- Kenaikan TD
- Nadi: denyutan jelas
- Frekuensi/irama: takikardi, berbagai disritmia
- Bunyi jantung: murmur
- Distensi vena jugularis
- Ekstermitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi
perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi)
- Kulit pucat, sianosis, dan diaforesis (kongesti, hipoksemia);
kemerahan (feokromositoma)
 Integritas ego
Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia, atau
marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-
faktor stres multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan)
Tanda:
- Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian,
tangisan yang meledak
- Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata),
gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
 Eliminasi
22

Gejala: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu)
 Makanan/cairan
Gejala: makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,
keju, telur); gula-gula yang berwarna hitam; kandungan tinggi kalori,
mual-muntah, perubahan berat badan akhir-akhir ini
(meningkat/menurun), riwayat penggunaan diuretic
Tanda:
- Berat badan normal atau obesitas
- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu); glikosuria (hampir
10% klien hipertensi adalah diabetik)
 Neurosensori
Gejala: keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa
jam), kelemahan pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia,
penglihatan kabur), epistaksis
Tanda:
- Status mental: perubahan orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir,
atau memori (ingatan)
- Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan dan/atau
refleks tendon dalam
- Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis/penyempitan arteri
ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau
papiledema, eksudat, dan hemorragi terrgantung pada berat/lamanya
hipertensi
 Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi
arteriosklerosis pada arteri ekstermitas bawah)
 Pernapasan
23

Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, takipnea,


ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal, batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok
Tanda:
- Distres respirasi/penggunaan otot aksesoris pernapasan
- Bunyi napas tambahan (mengi/krakles)
- Sianosis
 Keamanan
Gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural
 Pembelajaran/penyuluhan
Gejala: faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, diabetes melitus, penyakit serebrovaskular/ginjal, faktor-faktor
risiko etnik (seperti orang Afrika-Amerika, Asia Tenggara),
penggunaan pil KB atau hormon lain; penggunaan obat/alcohol
Pertimbangan rencana pemulangan:
- DRG menunjukkan rerata lamanya dirawat: 4,2 hari
- Bantuan dengan pemantauan diri-TD
- Perubahan dalam terapi obat
Prioritas Keperawatan
1. Mempertahankan/meningkatkan fungsi kardiovaskular
2. Mencegah komplikasi
3. Memberikan informasi tentang proses/prognosis dan program
pengobatan
4. Mendukung kontrol aktif klien terhadap kondisi
Tujuan pemulangan
1. TD dengan batas yang dapat diterima untuk individual
2. Komplikasi kardiovaskular dan sistemik dicegah/diminimalkan
3. Proses/prognosis penyakit dan regimen terapi dipahami
4. Perubahan yang diperlukan dalam hal gaya hidup/perilaku dilakukan

3.2 Diagnosis
1. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral
24

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardiac output


3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri kepala
4. Kurangnya perawatan diri Berhubungan dengan adanya kelemahan fisik
5. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya
hipertensi yang diderita klien
6. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit.
3.3 Intervensi
1. Dx : Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral
 Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2×24 jam, nyeri
atau sakit kepala hilang atau berkurang. Dengan kriteria hasil:Klien
mengungkapkan tidak adanya sakit kepala, Klien tampak nyaman, TTV
dalam batas normal
 Intervensi :
- Pertahankan tirah baring selama fase akut
- Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,
misalnya kompres air hangat, pijat punggung dan leher, tenang,
redupkan lampu kamar, dan aktivitas waktu senggang
- Hilangkan/ minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala, misal mengejan, batuk panjang,
membungkuk
- Bantu klien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
- Kolaborasi:Berikan analgetik

2. Dx : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardiac output


 Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2×24 jam tidak
terjadi intoleransi aktifitas. Dengan kriteria hasil:Meningkatkan energi
untuk melakukan aktifitas sehari-hari, Menunjukkan penurunan gejala-
gejala intoleransi aktifitas
 Intervensi :
- Berikan dorongan untuk aktivitas/perawatan diri
25

- Instruksikan klien tentang penghemat energy


- Kaji respon klien terhadap aktifitas, Observasi TTV tiap 4 jam,
Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan
waktu istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat
sepanjang siang atau sore

3. Dx : Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri kepala


 Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2×24 jam tidak
terjadi gangguan pola tidur. Dengan kriteria hasil: Mampu menciptakan
pola tidur yang adekuat 6-8 jam per hari, Tampak dapat istirahat dengan
cukup, TTV dalam batas normal
 Intervensi :
- Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
- Beri kesempatan klien untuk tidur/istirahat
- Evaluasi tingkat stres, Monitor keluhan nyeri kepala
- Lengkapi jadwal tidur secara teratur
- Berikan makanan kecil sore hari dan/susu hangat, Lakukan massase
punggung, Putarkan musik yang lembut
- Kolaborasi pemberian obat sedatif, hipnotik sesuai indikasi

4. Dx : Kurangnya perawatan diri Berhubungan dengan adanya kelemahan


fisik
 Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1×24 jam klien
terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi. Dengan kriteria
hasil: Klien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi, Melaporkan
pemakaian obat-obatan sesuai program
 Intervensi :
- Kaji kemampuan klien untuk mengerjakan tugas
- Beri klien waktu untuk mengerjakan tugas
- Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
26

- Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang


dilakukanklien/atas keberhasilannya

5. Dx : Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya


hipertensi yang diderita klien
 Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1×24 jam
kecemasan hilang atau berkurang. Dengan kriteria hasil:Klien
mengatakan sudah tidak cemas lagi/cemas berkurang, Ekspresi wajah
rilek, TTV dalam batas normal
 Intervensi :
- Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku
misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan
berpartisipasi dalam rencana pengobatan
- Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala,
ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah
- Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan
kemungkinan strategi untuk mengatasinya
- Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa
pemeriksaan dokter
- Libatkan klien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan
partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan, Dorong klien
untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup
- Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal,
Observasi TTV tiap 4 jam
- Dengarkan dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya
- Berikan support mental pada klien, Anjurkan pada keluarga untuk
memberikan dukungan pada klien

6. Dx : Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


tentang proses penyakit
27

 Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1×24 jam klien


terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi. Dengan kriteria
hasil: Klien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi, Melaporkan
pemakaian obat-obatan sesuai program
 Intervensi :
- Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
- Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan
stress
- Diskusikan tentang obat-obatan: nama, dosis, waktu pemberian,
tujuan dan efek samping atau efek toksik
- Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk
dilaporkan dokter: sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah
- Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
- Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai
program
- Jelaskan pentingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat,
jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang
mengandung kafein, teh serta alkohol
- Berikan support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga
klien

3.4 Implementasi
Implementasi adalah proses asuhan keperawatan keempat yang di
dalamnya perawat harus melaksanakan tindakan keperawatan dengan
mengacu pada intervensi yang telah disusun.

3.5 Evaluasi
Perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien
dan tujuan yang telah di tetapkan, di lakukan dengan cara bersinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lain.
28

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS LANSIA DENGAN HIPERTENSI

Tinjauan Kasus:
Ny. T berusia 65 tahun berasal dari Desa Sumber Sari, Kota P.. Ny. T tinggal
bersama anak kandungnya yang bernama Tn. S yang bekerja sebagai seorang PNS
di salah satu instansi pemerintah di Kota P beserta menantu dan cucunya.
mengatakan sering mengeluh pusing dan nyeri di kepalanya, terasa nyut-nyutan
hilang timbul. Selain itu, Ny. T mengatakan mudah lelah, dibantu dalam
melakukan aktivitas oleh anggota keluarga di rumah, dan sering tidak bisa tidur
karena nyeri yang dialaminya. Nyeri bertambah jika beliau tidak segera istirahat,
sehingga saat nyeri tersebut timbul, beliau langsung menghentikan semua
aktivitasnya. Tn. S, anak Ny. T, juga mengatakan bahwa ibunya mudah
tersinggung dan mudah lupa.

Format Pengkajian Lansia Adaptasi Teori Model Carol A Miller

Tanggal Pengkajian : 12 April 2018

1. IDENTITAS NY. T

Nama : Ny. T

Umur : 65 Tahun

Agama : Islam

Alamat asal : Sumber sari, Kota P

2. DATA KELUARGA

Nama : Tn. S

Hubungan : Anak Kandung

Pekajaan : PNS
29

Alamat : Sumber sari, Kota P

3. STATUS KESEHATAN SEKARANG


a. Keluhan utama:
Ny. T mengatakan sering mengeluh pusing dan nyeri di kepalanya
terasa nyut-nyutan hilang timbul.
b. Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan:
Tn. S (keluarga Ny. T) mengatakan bahwa untuk mengatasi sakit Ny. T
meminum air hangat, mengonsumsi obat, dan tidur.
c. Obat-obatan:
Tn. S (keluarga Ny. T) mengatakan bahwa Ny. T sering
mengkonsumsi amlodipine, atropine, dan lelap.

4. AGERELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES


MENUA):

FUNGSI FISIOLOGIS

a. Kondisi Umum

Ya Tidak

Kelelahan : √

Perubahan BB : √

Perubahan nafsu makan : √

Masalah tidur : √

Kemampuan ADL : √

KETERANGAN

Ny. T mengeluh sering pusing dan cepat lelah, badan serasa sakit
semua. Ny. T mengalami penurunan nafsu makan ketika di suruh
30

makan selalu mengatakan kalau sudah makan. Ny. T mengalami


penurunan berat badan. Ny. T mengalami gangguan tidur mudah
terbangun pada saat tidur karena pusing dan lupa waktu. Ny. T sering
ngompol.

b. Integumen : Ya Tidak

Lesi/ luka : √

Pruritus : √

Perubahan pigmen : √

Memar : √

Pola penyembuhan lesi : -

KETERANGAN

Ny. T tidak terdapat lesi atau luka di tubuhnya, tidak terdapat pruritus.
Ny. T mengalami perubahan pigmen pada wajah Ny. T ditandai
dengan adanya bintik – bintik hitam kecoklatan di wajah Ny. T. Dan
kulit tubuhnya kering, kelopak mata cekung, tidak terdapat memar di
tubuhnya.

c. Hematopoetic : Ya Tidak

Perdarahan abnormal : √

Pembengkakan kel.Limfe : √

Anemia : √

KETERANGAN :
31

Ny. T tidak ada riwayat pendarahan abnormal dan pembengkakan


kelenjar limfe. Ny. T tidak mengalami anemia, tapi sering merasakan
kelelahan.

d. Kepala : Ya Tidak

Sakit kepala : √

Pusing : √

Gatal pada kulit kepala : √

KETERANGAN :

Ny. T sering mengalami sakit kepala dan pusing yang terasa seperti
nyut – nyutan serta hilang timbul. Skala nyeri 5 saat disuruh
menyebutkan skala dari 0-10.

e. Mata Ya Tidak

Perubahan

Penglihatan : √

Pakai kacamata : √

Kekeringan mata : √

Nyeri : √

Gatal : √

Photobobia : √

Diplopia : √

Riwayat infeksi : √
32

KETERANGAN :

Ny. T mengalami perubahan penglihatan yaitu presbiopi atau rabun


dekat, tetapi tidak memakai kacamata karena malas menggunakan Ny.
T mengalami kekringan mata dan mengalami nyeri pada mata ketika
merasakan pusing saja. Ny. T mengalami photobobia atau peka
terhadap cahaya. Ny. T tidak ada riwayat infeksi pada mata.

f. Telinga : Ya Tidak

Penurunan pendengaran : √

Discharge : √

Tinitus : √

Vertigo : √

Alat bantu dengar Rwyt infeksi : √

Kebiasaan membersihkan telinga : √

Dampak pada ADL √

KETERANGAN :

Ny. T mengalami penurunan pendengaran karena faktor usia, tetapi


Ny. T tidak mengalami gejala seperti discharge, tinnitus, vertigo, dan
tidak mengguankan alat bantu dengar. Ny. T jarang untuk
membersihkan telinga.

g. Hidung sinus : Ya Tidak

Rhinorrhea : √

Discharge : √
33

Epistaksis : √

Obstruksi : √

Snoring : √

Alergi : √

Riwayat infeksi : √

KETERANGAN :

Ny. T tidak mengalami gejala rhinorrhea, discharge, epistaksis,


obstruksi dan snoring. Ny. T tidak memiliki riwayat alergi dan infeksi
yang pernah dialami.

h. Mulut, tenggorokan : Ya Tidak

Nyeri telan : √

Kesulitan menelan : √

Lesi : √

Perdarahan gusi : √

Caries : √

Perubahan rasa : √

Gigi palsu : √

Riwayat Infeksi : √

Pola sikat gigi : √

KETERANGAN :
34

Ny. T tidak mengalami nyeri telan.dan kesulitan pada saat menelan.


Tidak ada lesi pada mulut dan tenggorokan dan tidak ada perdarahan
pada gusi. Terdapat caries gigi pada Ny. T dan sebagian sudah tanggal.
Ny. T mengalami perubahan rasa ketika makan. Ny. T mempunyai
kebiasaan sikat gigi 2 kali sehari tapi bila tidak ingat tidak menggosok
gigi.

i. Leher : Ya Tidak

Kekakuan : √

Nyeri tekan : √

Massa : √

KETERANGAN :

Ny. T tidak mengeluh sakit di daerah leher.

j. Pernafasan : Ya Tidak

Batuk : √

Nafas pendek : √

Hemoptisis : √

Wheezing : √

Asma : √

KETERANGAN :

Ny. T tidak mengeluh ada masalah dengan pernafasannya.


35

k. Kardiovaskuler : Ya Tidak

Chest pain : √

Palpitasi : √

Dipsnoe : √

Paroximal nocturnal : √

Orthopnea : √

Murmur : √

Edema : √

KETERANGAN :

Ny. T tidak mengalami gejala seperti chest pain, palpitasi, disapnea,


paroximal nocturnal, orthopnea, murmur dan edema.

l. Gastrointestinal : Ya Tidak

Disphagia : √

Nausea / vomiting : √

Hemateemesis : √

Perubahan nafsu makan : √

Massa : √

Jaundice : √

Perubahan pola BAB : √

Melena : √
36

Hemorrhoid : √

Pola BAB : √

KETERANGAN :

Ny. T mengalami penuruann nafsu makan dikarenakan ketika makan


terasa pahit dan hambar. Ny. T sering mengalami konstipasi dan
perubahan pola BAB tidak teratur kadang seminggu hanya BAB 4
kali.

m. Perkemihan Ya Tidak

Dysuria : √

Frekuensi : √

Hesitancy : √

Urgency : √

Hematuria : √

Poliuria : √

Oliguria : √

Nocturia : √

Inkontinensia : √

Nyeri berkemih : √

Pola BAK : √

KETERANGAN :
37

Ny. T sering mengompol karena frekuensi dan pola BAK yang


menurut Ny. T berubah, selain itu Ny. T sering berkemih pada malam
hari, namun tidak mengalami nyeri saat berkemih.

n. Muskuloskeletal : Ya Tidak

Nyeri Sendi : √

Bengkak : √

Kaku sendi : √

Deformitas : √

Spasme : √

Kram : √

Kelemahan otot : √

Masalah gaya berjalan : √

Nyeri punggung : √

Pola latihan : √

Dampak ADL : √

KETERANGAN :

Ny. T mengalami nyeri sendi dan kelemahan otot, tetapi tidak terdapat
bengkak pada persendian, tidak terjadi deformitas, spasme, dan
masalah gaya berjalan. Ny. T tidak pernah latihan gerak. Hal ini
berdampak pada aktivitas sehari-harinya sehingga dalam melakukan
aktivitas, Ny. T dibantu.
38

o. Persyarafan : Ya Tidak

Headache : √

Seizures : √

Syncope : √

Tic/tremor : √

Paralysis : √

Paresis : √

Masalah memori : √

KETERANGAN :

Pertama kali Ny. T datang ke RS karena Ny. T kehilangan


kesadarannya selama beberapa menit. Setelah sadar, Ny. T merasa
sakit kepala dan pusing. Terkadang Ny. T sulit mengingat apa yang
telah atau belum dikerjakannya.

5. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL

Psikososial

Ya Tidak

a. Cemas : √
b. Depresi : √
c. Ketakutan : √
d. Insomnia : √
e. Kesulitan dlm mengambil keputusan : √
f. Kesulitan konsentrasi : √
g. Mekanisme koping :
39

Ny. T mengatasi masalah seperti stres ataupun kecemasan dengan


menonton TV dan terkadang diajak Tn. S keluar mencari udara segar.
Terkadang Ny. T curhat dengan anak, menantu, dan cucunya di rumah.
Ketika penyakitnya kambuh seperti pusing kepala Ny. T mengatasinya
dengan minum air hangat, kemudian minum obat, dan istirahat.

h. Persepsi tentang kematian :

Ny. T mengatakan pasrah dengan kehendak Tuhan, karena menurutnya


kehidupan ini yang mengatur adalah Tuhan dan bila ada hal buruk
yang terjadi pada dirinya hanya pasrah dengan apa yang terjadi karena
umur sudah tua dan sudah harus siap bila sewaktu-waktu dipanggil
oleh Tuhan.

i. Dampak pada ADL :

Selama ini, Ny. T selalu dibantu oleh Tn. S dan menantu serta cucunya
dalam melakukan aktivitas. Jika Ny. T merasa pusing dan lelah Ny. T
tidak melakukan aktivitas sama sekali dan lebih memilih untuk
istirahat untuk menghilangkan rasa pusing dan nyeri pada dirinya.

Spiritual

a. Aktivitas ibadah :

Ny. T beribadah teratur, setiap kali mendengar adzan Ny. T selalu


bersiap untuk menjalankan sholat dan langsung mengambil wudlu.

b. Hambatan :

Jika nyeri kepala dan pusing datang Ny. T beribadah dengan tidur, dan
Ny. T tidak mau meninggalkan sholatnya.

KETERANGAN :
40

Ny. T dalam kegiatan spiritual sangat taat dan tidak mau untuk
meninggalkan sholat meskipun dalam keadaan apapun, dahulunya beliau
adalah karyawan swasta yang sangat disiplin.

6. LINGKUNGAN
a. Kamar : bersih dan rapi
b. Kamar mandi : cukup bersih
c. Luar ruangan : cukup bersih

7. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES


1) Kemampuan ADL

Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks


Barthel)

Dengan Skoryang
No Kriteria Mandiri
Bantuan Didapat
1 Makan 5 10 5
Berpindah dari kursi roda ke tempat
2 5-10 15 10
tidur, atau sebaliknya
3 Personal toilet (cuci muka,
0 5 5
menyisir rambut, gosok gigi)
4 Keluar masuk toilet (mencuci
pakaian, menyeka tubuh, 5 10 5
menyiram)
5 Mandi 0 5 0
6 Berjalan di permukaan datar (jika
0 5 0
tidak bisa, dengan kursi roda)
7 Naik turun tangga 5 10 5
8 Mengenakan pakaian 5 10 5
9 Kontrol bowel (BAB) 5 10 10
10 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 5
41

11 Minum 5 10 10
12 Olah raga 5 10 5
13 Rekreasi/ pemanfaatan waktu 5 10 5
Jumlah 70

Penilaian
Nilai 130 : Mandiri
Nilai 60 – 125 : Ketergantungan Sebagian
Nilai 60 : Ketergantungan Total
Kesimpulan : Ny. T memiliki Tingkat ketergantungan sebagian dengan
skor 70.

2) Aspek Kognitif

MMSE (Mini Mental Status Exam)

Aspek Nilai Nilai


No Kriteria
Kognitif Maksimal Ny. T
1 Orientasi Menyebutkan dengan benar:

Tahun:2018

5 4 Hari: Rabu

Musim: Hujan Bulan: -

Tanggal:11 seharusnya tanggal 12


2 Orientasi Dimana sekarang kita berada ?

Negara: Indonesia
5 5

Propinsi: Jawa Timur


42

Tempat sekarang berada: Rumah

Kabupaten/kota: Kota P
3 Registrasi Sebutkan 3 nama obyek (misal: kursi,
meja, kertas), kemudian ditanyakan
3 3 kepada Ny. T, menjawab:

1) Kursi 2). Meja 3). Kertas


4 Perhatian dan Meminta Ny. T berhitung mulai dari
Kalkulasi 100 kemudian kurangi 7 sampai 5
tingkat.

5 4
Jawaban:

1).93 2). 86 3).79 4). 72 5).


65
5 Mengingat Minta Ny. T untuk mengulangi ketiga
3 2 obyek pada poin ke- 2 (tiap poin nilai
1)
6 Bahasa Menanyakan pada Ny. T tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut).

1) ini namanya benda apa ?

2)

3). Minta Ny. T untuk mengulangi kata


9 6
berikut: “ tidak ada, dan, jika, atau
tetapi)

Ny. T menjawab :

Minta Ny. T untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri 3 langkah.
43

4) Ambil kertas ditangan anda


5) Lipat dua
6) Taruh dilantai.

Perintahkan pada Ny. T untuk hal


berikut (bila aktifitas sesuai perintah
nilai satu poin.

7) “Tutup mata anda”


8) Perintahkan kepada Ny. T untuk
menulis kalimat dan
9) Menyalin gambar 2 segi lima yang
saling bertumpuk
10)

Total nilai 30 22 Gangguan kognitif sedang

Interpretasi hasil:

24 - 30 : tidak ada gangguan kognitif

18-23 : gangguan kognitif sedang

0 - 17 : gangguan kognitif berat

Kesimpulan: Ny. T mengalami gangguan kognitif sedang dengan hasil


22 pada pemeriksaan MMS.
44

3) Kecemasan, GDS

Pengkajian Depresi

Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0
Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan
2. 1 0 1
kesenangan
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 1
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 1
Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada
8. 1 0 0
anda
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 1
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar
1 0 1
melakukan sesuatu hal
Anda merasa memiliki banyak masalah dengan
10. 1 0 1
ingatan anda
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 1
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 1
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri
1 0 1
anda
Jumlah 10

(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam


Gerontological Nursing 2006)

Interpretasi:jika diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan


depresi.
45

Kesimpulan: hasil penghitungan skore didapatkan 10 maka Ny. T di


indikasikan depresi.

4) Status Nutrisi

Pengkajian Determinan Nutrisi Pada Lansia

No Indikator Score Pemeriksaan


Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan
1. perubahan jumlah dan jenis makanan yang 2 2
dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 2
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 1
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum
2 0
minuman beralkohol setiap harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya
2 2
sehingga tidak dapat makan makanan yang keras
Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk
6. 4 0
membeli makanan
7. Lebih sering makan sendirian 1 1
Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum
8. 1 1
obat 3 kali atau lebih setiap harinya
Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam
9. 2 2
enam bulan terakhir
Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang
10. 2 2
cukup untuk belanja, memasak atau makan sendiri
Total score 13

(American Dietetic Association and National Council on the Aging,


dalam Introductory Gerontological Nursing, 2001)

Interpretasi:

0 - 2 : Good
46

3 - 5 : Moderate nutritional risk

6 > : High nutritional risk

Kesimpulan: pada saat dilakukan penghitungan jumlah nutrisi


didapatkan hasil 13 sehingga Ny. T dikatakan high nutrition risk.

5) Fungsi Sosial Lansia

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA

Alat Skrining yang Dapat Digunakan untuk Mengkaji Fungsi


Sosial Lansia

NO URAIAN FUNGSI SKORE


Saya puas bahwa saya dapat kembali pada 0
keluarga (teman-teman) saya untuk
1. ADAPTATION
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
Saya puas dengan cara keluarga (teman- 0
teman)saya membicarakan sesuatu dengan
2. PARTNERSHIP
saya dan mengungkapkan masalah dengan
saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman- 1
teman) saya menerima dan mendukung
GROWTH
keinginan saya untuk melakukan aktivitas/
arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman- 1
teman) saya mengekspresikan afek dan
AFFECTION
berespon terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya 0
dan saya meneyediakan waktu bersama- RESOLVE
sama
47

Kategori Skor: 2

Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:

1). Selalu : skore 2

2). Kadang-kadang : 1

3). Hampir tidak pernah : skore 0 TOTAL

Intepretasi:

< 3 = Disfungsi berat

4 - 6 = Disfungsi sedang

> 6 = Fungsi baik

Smilkstein, 1978 dalam Gerontologie Nursing and health aging 2005

Kesimpulan: total jumlah dari pengukuran fungsi sosial mendapatkan


hasil 2 jadi Ny. T dikatakan disfungsi berat.
48

ANALISA DATA

PENGELOMPOKAN KEMUNGKINAN MASALAH


NO
DATA PENYEBAB KEPERAWATAN
1. DS: Arteri besar Nyeri akut
kehilangan
- klien mengeluh sakit kelenterun dan
kepala menjadi kaku
- sakit kepalanya
berdenyut-denyut
- klien mengatakan
tearasa kaku di Pembuluh darah
kuduknya tidak dapat
- klien mengatakan sakit mengembang
kepaalanya dating
sewaktu-waktu
- klien mengeluh
penglihatannya kabur Vasokonstriksi
pembuluh darah

DO:

- Klien tampak sering TD meningkat


memegangi kepalanya
- Klien tampak lemah
- Skala nyeri 5 (0-10)
sedang.
- TTV
TD: 160/90 mmHg Peningkatan tekanan
N: 87 x/menit vaskuler serebral
S : 36,7 oC
RR: 20 x/menit
BB: 45 kg
- Nyeri akut
2 DS : Hipertensi Intoleransi aktivitas

- Klien mengatakan
cepat lelah melakukan
aktivitas Vasokontriksi
- Klien mengatakan Pembuluh darah
sering dibantu dalam ginjal
melakukan sesuatu
49

DO : Penurunan aliran
darah
- klien tampak lelah
- TTV:
TD: 160/90 mmHg
Penurunan cardiac
N: 87 x/menit
S : 36,7 oC output
RR: 20 x/menit
Kelemahan

Intoleransi aktivitas
3 DS : Arteri besar Gangguan pola tidur
kehilangan
kelenterun dan
- Klien mengatakan
menjadi kaku
sulit tidur karena nyeri
di kepalanya
- Klien mengatakan
hanya tidur 2 jam di
pagi hari dan 1 jam di Pembuluh darah
malam hari tidak dapat
mengembang
DO :

- mata klien tampak Vasokonstriksi


kelelahan pembuluh darah
- klien memegangi
kepalanya karena
nyeri
- klien sering menguap
TD meningkat

Peningkatan tekanan
vaskuler serebral

Nyeri akut

Gangguan pola tidur


50

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral


ditandai dengan klien Mengeluh pusing kepala dan leher bagian belakang
terasa berat dan sakit/nyeri, pusing dirasakan terutama saat berjalan, skla
nyeri 5, Klien tampak sering memegangi kepalanya, TTV : TD:160/90
mmHg, N:87 x/menit, S: 36,7 oC, RR: 20 x/menit.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan klien


tampak lelah, TTV : TD:160/90 mmHg, N:87 x/menit, S: 36,7 oC, RR: 20
x/menit, dan dibantu dalam melakukan aktivitas

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri ditandai dengan mata


klien terlihat kelelahan.
1

RENCANA TINDAKAN/INTERVENSI

DIAGNOSIS TUJUAN DAN KRITERIA


NO INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL
1. Nyeri akut Tujuan: 1. Pertahankan tirah baring 1. Meminimalkan stimulasi
selama fase akut. nyeri dan meningkatkan
berhubungan dengan
relaksasi.
Setelah dilakukan kunjungan
peningkatan tekanan 2. Atur posisi semifowler klien. 2. Dengan mengatur posisi
rumah selama 2x60 menit
semi fowler klien
vaskuler serebral di diharapkan klien dapat
diharapkan klien merasa
mengontrol nyeri atau sakit
tandai dengan : 3. Berikan istirahat yang cukup. nyaman
kepala hilang atau berkurang
3. Dengan memberikan
DS : dengan kriteria hasil :
istirahat yang cukup
Klien Mengeluh 4. Beri tindakan non farmakologi diharapkan rasa nyeri
- Klien tidak mengungkapkan
untuk menghilangkan sakit klien berkurang.
pusing kepala dan adanya nyeri atau sakit kepala.
kepala, 4. Tindakan yang
- Klien tampak nyaman.
leher bagian belakang menurunkan tekanan
- Tanda-tanda vital dalam batas misalnya : kompres dingin
vaskuler serebral dengan
terasa berat dan normal terutama tekanan pada dahi, pijat punggung dan
menghambat / memblok
darah (TD : normal 110-130 leher serta teknik
sakit/nyeri, pusing respon simpatik, efektif
mmHg, diastole 70-80 relaksasi. dalam menghilangkan
dirasakan terutama mmHg)
sakit
saat berjalan, skla kepala dan
komplikasinya.
nyeri 5,
DO :
2

Klien tampak sering 5. Hilangkan / minimalkan 5. Aktivitas


aktivitas vasokontriksi yang yang meningkatkan
memegangi
dapat meningkatkan vasokontriksi
kepalanya, sakit kepala : mengejan saat menyebabkan sakit kepala
BAB, batuk panjang,dan pada adanya
penglihatan kabur,
membungkuk. peningkatkan tekanan
TTV : TD :60/90 vakuler serebral.
mmHg, N:87 6. Bantu klien dalam ambulasi
sesuai kebutuhan. 6. Meminimalkan
o
x/menit, S: 36,7 C, penggunaan
oksigen dan aktivitas yang
RR: 20 x/menit, BB:
berlebihan yang
45 kg. memperberat kondisi
klien.

7. Beri cairan, makanan lunak. 7. Menurunkan kerja


Biarkan klien itirahat selama 1 miocard sehubungan
jam setelah dengan kerja pencernaan.
makan.

8. Anjurkan klien untuk 8. Dengan menghindari


menghindari makanan yang makanan yang
mengandung garam. mengndung garam
diharapkan dapat
menghindari peningkatan
tekanan darah.
3

9. Kolaborasi dengan dokter 9. Analgetik dapat


dalam pemberian obat menurunkan nyeri dan
analgetik, anti ansietas, menurunkan rangsangan
diazepam dll. saraf
simpatis.

2 Intoleransi aktivitas Tujuan : 1. Bantu aktivitas klien. 1. Agar klien tetap mampu
melakukan aktivitas sehari-
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan
hari yang masih dapat
kelemahan ditandai keperawatan selama 3×60 menit dilakukan.
2. Klien dapat menjangkau
dengan: tidak terjadi intoleransi aktivitas 2. Dekatkan barang-barang klien.
barang-barangnya tanpa
dengan kriteria hasil: mengeluarkan energy yang
DS : besar.
- Tidak dibantu dalam
melakukan aktifitas 3. Instruksikan tentang 3. Klien mampu melaukan
klien
- Klien mengatakan
aktivitas tanpa kelelahan
cepat lelah sehari-hari penghematan energi.
dengan energi yang cukup.
melakukan
- Menunjukkan penurunan 4. Bantu klien mengidentifikasi 4. Membantu memilihkan
aktivitas
aktivitas yang cocok dengan
- Klien mengatakan gejala-gejala intoleransi aktivitas yang mampu
kondisi klien agar tidak
sering dibantu
aktifitas dilakukan. sampai terjadi kelelahan.
dalam melakukan
sesuatu 5. Observasi respon klien
5. Mengidentifikasi apakah
terhadap aktifitas. aktivitas tersebut sesuai
dengan kemepuan klien
6. Observasi TTV tiap 4 jam.
6. Menjaga TTV klien dalam
4

DO : 7. Bantu klien untuk membuat batas normal untuk mencegah


kelelahan.
jadwal latihan di waktu luang.
7. Membantu klien berlatih
- klien tampak lelah
untuk melakukan aktivitas
- TTV:
secara berkala agar mandiri.
TD: 160/90 mmHg
N: 87 x/menit
S : 36,7 oC
RR: 20 x/menit
3 Gangguan pola tidur Tujuan: 1. Ciptakan suasana lingkungan yang 1. Membentu klien agar cepat
tidur.
berhubungan dengan tenang dan nyaman.
Setelah dilakukan asuhan
nyeri ditandai 2. Evaluasi tingkat stres. 2. Membantu klien menurunkan
keperawatan selama 3×60 menit beban pikiran dan stress agar
dengan:
lebih mudah tidur.
tidak terjadi gangguan pola tidur
3. Monitor keluhan nyeri kepala. 3. Membantu klien menemukan
DS : dengan kriteria hasil: rasa nyaman.
4. Lengkapi jadwal tidur secara
4. Membantu klien membentuk
- Mampu menciptakan pola
teratur. pola tidur yang sesuai
- Klien mengatakan
tidur yang adekuat 6-8 5. Membantu klien untuk
sulit tidur karena 5. Berikan makanan kecil sore hari
mendapatkan kenyamanan
nyeri di kepalanya jam per hari
dan/susu hangat. dan lebih mudah mencapai
- Klien mengatakan
- Tampak dapat istirahat tidur.
hanya tidur 2 jam 6. Lakukan massase punggung.
6. Menciptakan perasaan rileks
di pagi hari dan 1 dengan cukup
7. Putarkan musik yang lembut. pada klien sebelum tidur.
jam di malam hari
- TTV dalam batas normal 7. Menciptakan suasana yang
tenang dan nyaman bagi klien
untuk lebih mudah menuju
5

DO : tidur.

- mata klien tampak


kelelahan
- klien memegangi
kepalanya karena
nyeri
- klien sering
menguap
1

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. No. Hari/Tanggal Tindakan Keperawatan Tanda


Diagnosis Pelaksanaan tangan
Keperawatan

1. 1. Pertahankan tirah baring


selama fase akut.
Respon klien:
2. Atur posisi semifowler klien.
Respon klien:
3. Berikan istirahat yang cukup.
Respon klien:
4. Beri tindakan non
farmakologi untuk
menghilangkan sakit kepala,
misalnya : kompres dingin
pada dahi, pijat punggung dan
1 leher serta teknik
relaksasi.
Respon klien:
5. Hilangkan / minimalkan
aktivitas vasokontriksi yang
dapat meningkatkan
sakit kepala : mengejan saat
BAB, batuk panjang,dan
membungkuk.
Respon klien:
6. Bantu klien dalam ambulasi
sesuai kebutuhan.
Respon klien:
2

7. Beri cairan, makanan lunak.


Biarkan klien itirahat selama 1
jam setelah
makan.
Respon klien:
8. Anjurkan klien untuk
menghindari makanan yang
mengandung garam.
Respon klien:
9. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat
analgetik, anti ansietas,
diazepam dll.
Respon klien:
2. 1. Bantu aktivitas klien.
Respon klien:
2. Dekatkan barang-barang
klien.
Respon klien:
3. Instruksikan klien tentang
penghematan energi.
Respon klien:
2
4. Bantu klien mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan.
Respon klien:
5. Observasi respon klien
terhadap aktifitas.
Respon klien:
6. Observasi TTV tiap 4 jam.
3

Respon klien:
7. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan di waktu luang.
Respon klien:
3. 1. Ciptakan suasana lingkungan
yang tenang dan nyaman.
Respon klien:
2. Evaluasi tingkat stres.
Respon klien:
3. Monitor keluhan nyeri kepala.
Respon klien:
4. Lengkapi jadwal tidur secara
3 teratur.
Respon klien:
5. Berikan makanan kecil sore
hari dan/susu hangat.
Respon klien:
6. Lakukan massase punggung.
Respon klien:
7. Putarkan musik yang lembut.
Respon klien:
4

EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal Diagnosis Evaluasi Keperawatan Tanda


Keperawatan Catatan Perkembangan tangan

Nyeri akut S : Klien mengatakan kepala


masih pusing.
berhubungan dengan
peningkatan tekanan O : Tekanan darah =
160/100 mmHg.
vaskuler serebral
ditandai dengan A : Masalah belum teratasi.
klien Mengeluh
P : R/T dilanjutkan
pusing kepala dan
leher bagian
belakang terasa berat
dan sakit/nyeri,
pusing dirasakan
terutama saat
berjalan, skla nyeri
5, Klien tampak
sering memegangi
kepalanya, TTV :
TD:160/90 mmHg,
N:87 x/menit, S:
o
36,7 C, RR: 20
x/menit.

Intoleransi aktivitas S : Klien mengatakan kedua


berhubungan dengan kakinya sudah bias di gerakan.
kelemahan ditandai
O : Klien susah untuk
dengan klien tampak beraktivitas.
lelah, TTV :
A : Masalah sebagian teratasi.
TD:160/90 mmHg,
N:87 x/menit, S: P: R/T dilanjutkan
5

o
36,7 C, RR: 20
x/menit, dan dibantu
dalam melakukan
aktivitas.

Gangguan pola tidur S : Klien mengataka bisa tidur


siang
berhubungan dengan
nyeri ditandai O : Klien tampak lemas
dengan mata klien
A : Masalah sebagian teratasi
terlihat kelelahan.
P : R/T dilanjutkan
6

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik atau
sistolik yang intermiten atau menetap.Pengukuran tekanan darah serial
150/95 mmHg atau lebih tinggi.Pada orang yang berusia di atas 50 tahun
memastikan hipertensi. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah
lebih tinggi dari 160/90 mmHg merupakan penyakit yang cukup banyak
diderita masyarakat.Hipertensi merupakan penyebab utama kematian dan
gangguan kardiovaskuler.Hipertensi juga sering disebut sebagai “silent
killer” karena menimbulkan komplikasi pada jantung, otak, dan
ginjal.Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya, dibagi menjadi 3
yaitu:
1) Hipertensi esensial (disebut juga primer atau idiopatik)
2) Hipertensi sekunderYang diakibatkan oleh obat-obatan, gangguan
ginjal, endokrin, berbagai penyakit neurologik.
3) Hipertensi malignaMerupakan bentuk hipertensi berat yang fulminan
yang umumnya berasal dari hipertensi esensial dan sekkunder.
Secara umum penyebab hipertensi pada orang usia lanjut adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada::Frekuensi denyut jantung menurun,
isi sekuncup menurun, dan curah jantung berkurang sekitar 30-40%, Pada
katup mitral dan aorta mengalami sklerosis dan penebalan, Endokardium
menebal dan terjadi sklerosis, miokard menjadi lebih kaku dan lebih
lambat dalam pemulihan kontraktilitas dan kepekaan., Penurunan kadar
hemoglobin pada lansia mengakibatkan penurunan pada konsentrasi
oksigen yang dapat ditransportasi oleh darah sehingga oksigenasi menjadi
tidak adekuat
Tanda yang mungkin muncul yaitu :Tidak ada tanda atau gejala
sampai penyakit ditemukan selama evaluasi masalah yang
lainnya.Terbangun dengan sakit kepala pada bagian oksipital, yang
7

berkurang secara spontan setelah beberapa jam – gejala biasanya terkait


dengan hipertensi bera, Pusing, Kehilangan ingatan, Palpitasi, Keletihan.
ImpotensiGejala yang lazim: sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang
menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataan ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan klien
yang mencari pertolongan medis.
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di bawah 140/90
mmHg.Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
1) Terapi tanpa obat. Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang
dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi:Diet,Latihan fisik, Edukasi
psikologis(Tehnik Biofeedback,Tehnik relaksasi, Pendidikan
kesehatan atau penyuluhan)
2) Terapi dengan obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.Pengobatan hipertensi
umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.Pengobatan standar
yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National
Committe On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood
Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan
sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

5.2 Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan hendaknya kita lebih mendalami
tentang asuhan keperawatan untuk lansia dengan hipertensi agar dapat
mengaplikasinnya pada saat praktik keperawatan. Semoga makalah ini dapat
8

membantu dalam meningkatkan ilmu praktik keperawatan untuk asuhan


keperawatan lansia dengan hipertensi tersebut.
9

DAFTAR PUSTAKA

Mengenal usia lanjut dan keperawatannya. R. Siti Maryam,S.Kp,Ns.2008.


penerbit salemba

Depkes R.I (1999) Kesehatan keluarga, Bahagia di Usia Senja, Medi Media,
Jakarta

Nugroho Wahyudi (1995) Perawatan Usia Lanjut, Penerbit EGC, Jakarta

Capernito Lynda juall (1998), Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 6 , Alih
Bahasa Yasmin Asih EGC Jakarta

Donges Marilyn E (2000), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih bahasa I


Made Kariasa, EGC Jakarta

Você também pode gostar