Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. Karakteristik Iso-Mashlahah
Y1 A
Y2 B
Y3 C
0 X1 X2 X3 X
Gambar 5.1. Kurva Iso-Mashlahah
Pada gambar 5.1 ditunjukkan adanya kurva iso-mashlahah (IM). Setiap titik yang ada
pada kurva iso-mashlahah tersebut mempunyai tingkat mashlahah yang sama meskipun
kombinasi barang yang terkandung adalah berbeda pada masing-masing titik. Pada titik A
jumlah barang yang terkandung adalah X1 dan Y1, pada titik B barang yang dikandung adalah
X2 dan Y2 dan pada titik C jumlah barang yang tersedia adalah X3 dan Y3. Dengan demikian,
titik A, B dan C masing-masing memiliki tingkat mashlahah yang setingkat. Tentu hal ini
hanya berlaku ketika barang X dan Y keduanya halah dan memiliki hubungan substitusi yang
dekat.
a. Bentuk Kurva iso-Mashlahah
Kurva iso-mashlahah berbentuk cembung dan mempunyai slope negatif. Hal ini
menunjukkan adanya mekanisme substitusi antara kedua barang dengan substitusi dekan
tidak sempurna. Inilah yang lazim terjadi pada hubungan berbagai barang.
b. Posisi Kurva dan Tingkat Mashlahah
Ketika konsumen melakuakan kegiatan yang halal dan thayyib, maka dengan semakin
tingginya frekuensi kegiatan akan semakin tinggi pula mashlahah yang ia peroleh. Hal ini
bisa ditunjukkan oleh semakin tingginya kurva iso-mashlahah . kurva iso-mashlahah yang
lebih tinggi menunjukkan tingkat mashlahah yang lebih tinggi pula.
c. Tingkat Substitusi Semakin Menurun
Slope dari kurva mashlahah pada masing-masing titik yang ada menunjukkan tingkat
kemampuan untuk melakukan substitusi. Pada gambar 5.1. dapat ditujkukkan bahwa untuk
mempertahankan mashlahah yang diperoleh, konsumen bisa berpindah posisi A menuju
posisi B atau C. Pergerakan dari titik A menuju B menunjukkan bahwa konsumen mau
mengorbankan barang Y yang dikonsumsi sebesar (Y2-Y1) untuk mendapatkan tambahan
konsumsi X sebesar (X2-X1). Demikian pula, konsumen bisa menurunkan kembali jumlah Y
yang dikonsumsi dari titik B menuju titik C dengan mengorbankan Y sebesar (Y3-Y2) yang
nilainya lebih kecil daripada (Y2-Y1). Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak Y yang
dikonsumsi, maka kemampuan barang X didalam menggantikan fungsi Y bagi konsumen
semakin kecil. Demikian pula selabiknya, semakin banyak barang X yang dikonsumsi, maka
kemampuan barang Y dalam menggantikan fungsi barang X akan semakin kecil pula. Hal
inilah yang dimaksudkan dengan tingkat substitusi antarbarang semakin menurun.
Kandungan berkah yang ada pada masing-masing barang bisa berbeda sehingga
kecenderungan pilihan konsumen Muslim akan jatuh pada barang tersebut. Namun,
bagaimana kedua barang yang berbeda kandungan berkahnya ini bisa saling mengganti?
Apakah barang yang kandungan berkahnya lebih tinggi tidak bisa digantikan dengan barang
lain yang kandungan berkahnya lebih rendah? Untuk bisa menjawab hal ini perlu ditengok
kembali, bahwa domain dari konsumsi Muslim adalah barang yang kandungan berkahnya
adalah positif sehingga substitusi diantara barang yang ada terjadi pada barang-barang yang
sama-sama halal (kandungan berkah minimum).
Kemampuan untuk saling menggantikan antara barang yang satu dengan barang
lainnya bisa dilihat dari nilai absolut dari slope kurva iso-mashlahah di atas. Secara aljabar,
kurva iso-mashlahah bisa diekspresikan sebagai berikut :
M=m(X,Y, )
Tingkat kemampuan barang X menggantikan fungsi barang Y bisa dirumuskan
sebagai perbandingan antara perubahan Y dan perubahan X untuk mendapatkan mashlahah
yang sama, Kemampuan substitusi Y terhadap X adalah = ∆Y/∆X ≡ ōY/ōX
Dengan melakukan dirivasi parsial dan mengaitkan dengan konsep mashlahah pada
bab IV, maka akan diperoleh (penurunan formula terdapat pada lampiran bab ini):
| ōY/ōX | = M /M
Dimana M dan M adalah mashlahah marginal untuk barang X dan barang Y.
Dengan melihat ekspresi pada persamaan diatas, maka bisa ditentukan bahwa
besarnya kemampuan dari barang X untuk mensubstitusi barang Y bergantung pada besarnya
kandungan manfaat dan berkah dari kedua barang tersebut. Perlu diingat lagi bahwa marginal
manfaat fisik nilainya selalu menurun, hal ini mengikuti hukum kebosanan yang ada dalam
perilaku agen. Di sisi lain berkah marginal mempunyai sifat yang non decreasing. Hal ini
memberi implikasi bahwa mashlahah marginal mempunyai beberapa kemungkinan sifat
konstan, meningkat, ataupun menurun.
a. Kemampuan Substitusi yang Menurun (Decreasing)
Jika berkah marginal (MB) bersifat Increasing dengan tingkat pertumbuhan yang
lebih rendah dari tingkat penurunan marginal manfaat duniawi (MF), maka mashlahah
marginal akan mengalami decreasing. Bentuk kurva iso-mashlahah yang merepresentasikan
sifat ini digambarkan berikut ini.
IM
X
Kurva Iso-Mashlahah dengan Substitusi yang
Menurun
b. Kemampuan Substitusi yang Konstan
Jika berkah marginal (MB) bersifat
increasing dengan tingkat pertumbuhan yang sama dengan tingkat penurunan marginal
manfaat duniawi (MF), maka mashlahah marginal akan konstan. Hal ini digambarkan berikut
ini.
IM
X
Kurva Iso-mashlahah dengan Substitusi yang
Konstan
c. Kemampuan Substitusi yang Meningkat
(Increasing)
jika marginal berkah (MB) bersifat increasing
dengan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dari tingkat penurunan marginan manfaat fisik
(MF), maka mashlahah marginal akan increasing. Hal ini ditunjukkan oleh gambar berikut
ini.
Y
IM
X
Kurva Iso-Mashlahah dengan Substitusi yang Meningkat
AB/PY
AB/PX X
Kurva Anggaran
Misalkan terdapat dua barang yang akan dikonsumsi, yaitu X dan Y dengan harga masing-
masing adalah PX dan PY. Jika seluruh anggaran AB ini dipergunakan untuk membeli X,
maka akan mendapatkan X sejumlah AB/PX. Demikian pula sebaliknya, jika anggaran ini
seluruhnya dipergunakan untuk membeli Y, maka akan diperoleh Y sejumlah AB/PY. Oleh
karena itu, jika konsumen menginginkan kombinasi pembelian X dan Y, maka akan diperoleh
anggaran sebagaimana dilukiskan pada gambar dengan persamaan berikut:
AB = PX X + PY Y
Kurva AB mempunyai slope yang menurun, yang bisa dilacak dari hubungan antara jumlah
barang Y yang dibeli dalam kaitannya dengan barang X yang dibeli. Semakin banyak barang
X yang dibeli, maka semakin sedikit jumlah barang Y yang bisa dibeli. Inilah latar belakang
dibalik menurunnya slope dari kurva anggaran. Secara aljabar, slope dari kurva anggaran ini
bisa diperoleh dari ekspresi diatas. Persamaan ini dapat diekspresikan dalam bentuk lain:
AB/PY – (PX/PY)X = Y
Slope dari garis ini diperoleh dengan mengambil turunan pertama dari Y terhadap X, maka
akan diperoleh dY/dX = slope AB + -(PX/PY)
Sementara AB/PY merupakan konstanta (titik potong kurva dengan sumbu Y) dari kurva
anggaran.
2. Efek Perubahan Pendapatan pada Kurva Anggaran
Pendapatan mempunyai dampak langsung pada kemampuan untuk mengonsumsi barang. Jika
pendapatan naik, maka besarnya anggaran yang dialokasikan untuk tujuan konsumsi pun
akan naik.
3. Efek Perubahan Harga dan Kurva Alokasi Anggaran
Ada beberapa kemungkinan akibat yang terjadi menurut penyebabnya.
a) Penurunan harga pada salah satu barang
Dalam kasus ini dapat diasumsikan bahwa harga barang yang turun adalah barang X. harga
barang X turun dari Px menjadi PʹX. dengan adanya perubahan yang terjadi, maka slope dari
kurva budget berubah menjadi:
dY/dX = -(Pʹx/Py).
b) Penurunan harga pada kedua barang
Asumsikan di sini bahwa penurunan harga untuk kedua barang adalah sebesar δ sehingga:
AB = (1-δ)Px X + (1-δ)Py Y
Jika persamaan disederhanakan, maka diperoleh:
AB/(1-δ)Py – (Px/Py)X = Y
dY/dX = slope AB = -(Px/Py)
intercept = AB/(1-δ)Px
dengan demikian, efek yang ditimbulkan oleh penurunan harga pada kedua barang, dengan
jumlah penurunan yang sama, adalah kenaikan intercept dari AB/Py menjadi AB/(1-δ)Py.
4. Efek Perubahan Harga dan Pendapatan secara Simultan pada Kurva Anggaran
Untuk mengetahui efek adanya kenaikan pendapatan dan harga semua barang, diasumsikan
terlebih dahulu bahwa tingkatkenaikan pada harga dan pendapatan adalah sama. Asumsikan
kenaikan pada masing-masing variabel adalah sebesar ᵟ. Untuk mengetahui hal ini, maka
kembali disini akan kita modifikasi persamaan (5.3) dengan perubahan-perubahan yang
terjadi. Asumsikan disini bahwa penurunan allocated budget dan harga untuk kedua barang
adalah sebesar ᵟ sehingga modifikasi atas persamaan (5.3) adalah sebagai berikut:
AB(1-ᵟ)PX X + (1-ᵟ)PY Y
Jika persamaan kita selesaikan untuk Y, maka diperoleh:
AB(1-ᵟ)/(1-ᵟ)PY-[(1-ᵟ)PX/(1-ᵟ)PY]X = Y
AB/PY-[PX/PY]X = Y
b. Kendala Israf
Dalam ajaran Islam, seseorang mempunyai pendapatan banyak tidak serta merta mereka
diperbolehkan untuk mempergunakan uangnya untuk apa saja dan dalam jumlah berapa pun
yang mereka inginkan. Batasan anggaran memang harus dipenuhi. Salah satu batasan lain
yang harus diperhatikan adalah tidak boleh berlebih-lebihan atau israf.
Agar terhindar dari israf, maka terdapat prinsif-prinsif yang terus dipegang yaitu dalam
mengkonsumsi sejumlah barang, maka harus bisa menciptakan mashlahah. Adapun indicator
yang bisa digunakan untuk menilai apakah konsumsi barang tersebut
menciptakan mashlahahatau tidak, antara lain:
1) Untuk barang lama (non-durable), maka konsumsinya tidak menimbulkan hal yang sia-
sia.
2) Untuk barang habis pakai (durable), maka tingkat utilisasi tinggi.
3) Mencapai tingkat kelayakan yang standar atau lebih besar.
4) Menimbulkan opportunity cost yang tinggi jika tidak dikonsumsi.
5) Adanya mashlahah yang tidak bisa dikategorikan pada keempat poin diatas. Misalnya,
mengkonsumsi sesuatu barang dalam rangka memenuhi hobby yang halal atau mubah yang
sifatnya spesifik.
6) Kelima poin diatas tidak boleh dilandasi ataupun terkontaminasi dengan tujuan-tujuan
yang batil.
c. Mempertimbangkan Kebutuhan Orang Lain
Islam juga menuntun agar kita peduli kepada orang lain, terutama sanak kerabat, tetangga,
fakir miskin, anak yatim ataupun konsumen lainnya. Tingkat kepedulian ini akan
mempengaruhi seberapa barang yang dibeli. Kepedulian ini dimaknai sebagai amal saleh,
yaitu kemauan konsumen membelanjakan barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan orang lain.
5. Keseimbangan Konsumen
Y X maksimal
A
E
Y maksimal
Y*1
B
C
IM
F
Y1
IMR
Y2 IMQ
X1 X2 X
Efek Perubahan Kandungan Berkah
Pengaruh Kepedulian Sosial Perusahaan terhadap Pembelian
Kepedulian masyarakat terhadap tanggung jawab sosial semakin mendapatkan
perhatian, bahkan oleh perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan semakin
memandang penting terhadap perlunya perhatian merekaterhadap aspek
lingkungan, dan hal inilah yang kemudian melahirkan konsep tanggung jawab
sosial perusahaan (Corporate Sosial Responsibility). Bentuk kegiatan CSR ini
semakin bervariasi dan berkembang, dari penerapan teknologi yang ramah
lingkungan, pemberian beasiswa studi kepada siswa kurang mampu, pemberian
bantuan kepada korban bencana alam, dan sebagainya. Islam mengajarkan
pentingnya kepedulian sosial ini tidak hanya ketika manusia dalam kondisi
berkecukupan, bahkan ketika manusia dalam kondisi kesulitan.
1. Efek Pendapatan
Efek pendapatan adalah perubahan jumlah barang yang diminta sebagai akibat
adanya perubahan pendapatan rill konsumen. Pendapatan perubahan rill bisa terjadi karena
adanya perubahan suatu harga barang maupun perubahan pendapatan nominal yang diterima.
Misalnya, terjadi kenaikan harga barang X, sedangkan harga barang lain tidak berubah, maka
konsumen memiliki kemampuan untuk membeli barang Ydalam jumlah yang besar.
2. Efek Substitusi
Efek substitusi adalah perubahan jumlah barang X yang diminta sebagai akibat
adanya perubahan permintaan terhadap barang lain. Sebagai missal, jika harga barang X,
maka konsumen akan menambah konsumsi barang X dengan menurunkan konsumsi terhadap
barang lainnya. Seorang konsumen muslim akan berpindah mengkonsumsi dari suatu barang
ke barang lainnya, jika mashlahah total yang diharapkannya meningkat.
Meningkatnya mashlahah total ini hanya akan terjadi jika kandungan mashlahah salah satu
barang meningkat, baik mashlahahyang berbentuk manfaat (duniawi) maupun kandungan
berkahnya. Secara umum, adanya kenaikan harga suatu barang akan memiliki beberapa
kemungknan efek substitusi, yaitu:
a. Kenaikan harga barang tanpa adanya perubahan kandungan mashlahah
Adanya kenaikan harga beras local, akan mendorong konsumen untuk berpindah dari
membeli beras local menuju beras impor. Hal ini dilakukan karena kualitas dan kandungan
berkah pada kedua jenis beras tersebut tidak berubah. Artinya, konsumen melakukan proses
substitusi antara beras local menuju beras impor untuk mendapatkan mashlahah total
tertinggi.
b. Kenaikan harga barang disertai dengan penurunan kandungan mashlahahnya
Jika hal ini terjadi, maka konsumen muslim dipastikan akan menurunkan jumlah
pembelian barang untuk menghindari terjadinya penurunan mashlahah yang ia peroleh.
Sebagai missal, naiknya harga kayu karena semakin langkanya pohon bisa jadi diikuti oleh
penebangan pohon secara liar oleh para pedagang. Dan itu menurunkan keberkahan pada
kayu, dan juga tidak dibenarkan dalam Islam.
c. Kenaikan harga barang disertai dengan kenaikan kandungan mashlahah
Disisi lain, jika harga suatu barang naik. Misalnya, ketika harga beras local naik
disertai dengan pengunaan pupuk organic yang tidak mencemari lingkungan (semula
digunakan pupuk kimiawi), maka konsumen muslim tidak langsung akan menurunkan jumlah
pembelian beras local, bahkan mungkin ia akan membeli beras dalam jumlah yang tetap.
Elastisitas harga permintaan adalah perubahan jumlah dari barang yang diminta sebagai
akibat dari adanya perubahan harga, yang diukur dalam presentase.
a. Pengukuran Elastisitas
Untuk menyederhanakan perhitungan, elaastisitas dapat diukur dengan dua cara, yaitu:
1) Elastisitas Busur
Elastisitas busur (arc elasticity) menghitung besarnya nilai elastisitas pada busur
(lengkungan) atau rentang waktu tertentu. Berdasarkan defenisi yang dikemukakan di atas,
maka bisa diperoleh eksprei aljabar:
Di mana secara berturut-turut adalah perubahan dalam presentase dari kuantitas dan harga.
Ekspresi di atas bisa dituliskan dalam bentuk lain menjadi ekspresi berikut:
Di mana P dan Q menunjukkan P dan Q rata-rata.
2) Elastisitas Titik
Secara fundamental, tidak ada perbedaan antara konsep elastisitas titik (point elasticity)
dengan elastisitas busur. Perbedaannya hanya terjadi pada pendekatan terhadap unit yang
digunakan sebagai basis perhitungan. Secara spesifik bisa dikatakan bahwa konsep point
elasticity mendekati elastisitas berdasarkan kejadian yang ada pada satu waktu/ keadaan
tertentu pada suatu kurva demand. Formulasi ini pada akhirnya terlihat pada ekspresi berikut:
Dengan melihat formula di atas, maka kita bisa melihat perbedaan yang mendasar diantara
keduanya. Dalam formula dari elastisitas titik di atas bisa dilihat, bahwa perubahan kuantitas
maupun harga didekati dengan perubahan sesaat ehingga komponen ratio perubahan dalam
konsep elastisitas busur tidak lain adalah slope dari kurva permintaan.
b. Makna Angka Elastisitas
Makna yang lebih umum dari angka elastisitas, ambil di sini -2 berarti jumlah barang diminta
akan naik sebesar 2 persen manakala terjadi penurunan harga sebanyak 1 persen. Criteria
mengenai elatisitas:
Jika nilai │Eh│< 1, inelastic
Jika nilai │Eh│= 1, unit elastic
Jika nilai │Eh│> 1, elatis
c. Elastisitas Permintaan Konsumen Islami
Elastisitas permintaan konsumen Islami diartikan adalah sebagai nilai elastisitas yang
dipunyai oleh konsumen yang memperdulikan mashlahah. Meskipn tidak ada ajaran yang
eksplisit mengenai besarnya nilai elastisitas, namun nilai elastisitas ini mengimplikasikan
berlakunya ajaran islam. Untuk hal ini, kita dapatkan nilai elastisitas dari fungsi permintaan
yang telah diperoleh sebelumnya:
Angka elastisitas yang besarnya sama dengan -1 menunjukkan nilai yang unit elastic.
Implikasi dari nilai elastisitas yang seperti ini adalah hasil yang diperoleh ketika penjual
melakukan pemotongan ataupun peningkatan harga akan memperoleh hasil yang netral.
Elastisitas pendapatan permintaan (income elasticity of demand) merupakan varian lain dalam
kelompok elastisitas permintaan. Secara teknis elastisitas, didefenisikan sebagai perubahan
jumlah barang yang diminta, dalam persentase, sebagai respon terhadap perubahan
pendapatan konsumen, dalam persentase. Maka bisa dibentuk persamaan aljabar:
Elastisitas ini mengukur seberapa besar kenaikan jumlah barang yang diminta sebagai akibat
dari kenaikan pendapatan.
Sementara untuk angka elastisitas yang menggunakan pendekatan elastisitas titik (point
elasticity) bisa diperoleh melalui formula:
Berbeda dengan elastisitas harga permintaan, elastisitas pendapatan permintaan tidak
menngenal istilah elastic maupun tidak elastic. Namun dari sini justru bisa didapatkan
kategori suatu barang, yaitu:
Barang inferior, jika E1 < 0
Barang normal, jika 0 ≤ E1 ≤ 1
Barang superior, jika E1 > 1
Barang inferior adalah jumlah barang yang diminta justru berkuranng ketika konsumen
mengalami peningkatan pendapatan, barang yang masuk dalam kategori ini adalah barang-
barang yang mempunyai kualitas rendah. Barang normal adalah jumlah barang yang diminta
naik sejalan dengan kenaikan pendapatan, namun kenaikan barang tersebut maksimum adalah
proporsional. Yakni jumlah barang yang diminta naik satu persen jika kenaikan pendapatan
satu persen juga. Barang superior adalah jumlah barang yang diminta akan naik dengan
persentase yang lebih besar disbanding persentase kenaikan pendapatan, barang sejenis ini
juga sering disebut sebagai jenis barang yang luxurious.
Mengenai elastisitas pendapatan islam, mari kita bawa ke dalam fungsi permintaan:
Nilai elastisitas pendapatan adalah satu. Hal ini menunjukkan, bahwasanya barang yang
dikonsumsi konsumen muslim adalah barang normal.
2. Efek pendapatan
Efek pendapatan mengakatan bahwa jika suatu komoditi turun (cateris
parebus),Daya beli paendapatan uang yang tetap dari individu tersebut naik
(pendapatan nik) jika hal ini terjadi konsumen cenderung membeli lebih banyak
komoditi yang harganya turun jika barang tersebut adalah barang yang normal dan
lebih sedikit jika barang tersebut inferior,sebagai misal apabila harga suatu komoditi
normal turun efek pendapatan memperkuat efek subsitusi dalam menyebabkan liku
permntaan individu akan komoditi tersebut berlereng negative (individu membeli
banyak komoditi yang harganya turun) sebaliknya bila harga suatu barang inferior
turun efek pendapatan berggerak arah berlawanan dengan efek subsit
D. Analisis Elastisitas Permintaan
Analisa permintaan telah menduduki posisi yang sangat penting dalam
bangunan teori ekonomi. Bahkan analisa elatisitas permintaan telah banyak
memberikan tuntunan kepada para meneger perusahaan dalam menentukan
strategi pemasaran, pemilihan teknik promosi, maupun penentuan harga (pricing).
Konsep dasar elastisitas permintaan adalah alat untuk mengukur seberapa peka
permintaan akan berubah sebagai respon terhadap perubahan variable lain. Seperti
harga barang, selera, pendapatan konsumen, dan sebagainya.
1. Elastisitas harga permintaan
Elastisitas harga permintaan adalah perubahan jumlah dari barang yang diminta
sebagai akibat dari adanya perubahan harga, yang diukur dalam presentase
a. Pengukuran elastisitas
Untuk menyederhanakan perhitungan, elaastisitas dapat diukur dengan dua
cara, yaitu:
1) Elastisitas busur
Elastisitas busur (arc elasticity) menghitung besarnya nilai elastisitas pada busur
(lengkungan) atau rentang waktu tertentu. Berdasarkan defenisi yang dikemukakan
di atas, maka bisa diperoleh eksprei aljabar:
Di mana secara berturut-turut adalah perubahan dalam presentase dari kuantitas
dan harga.
Ekspresi di atas bisa dituliskan dalam bentuk lain menjadi ekspresi berikut:
Di mana P dan Q menunjukkan P dan Q rata-rata
2) Elastisitas titik
Secara fundamental, tidak ada perbedaan antara konsep elastisitas titik (point
elasticity) dengan elastisitas busur. Perbedaannya hanya terjadi pada pendekatan
terhadap unit yang digunakan sebagai basis perhitungan. Secara spesifik bisa
dikatakan bahwa konsep point elasticity mendekati elastisitas berdasarkan kejadian
yang ada pada satu waktu/ keadaan tertentu pada suatu kurva demand. Formulasi
ini pada akhirnya terlihat pada ekspresi berikut:
Dengan melihat formula di atas, maka kita bisa melihat perbedaan yang
mendasar diantara keduanya. Dalam formula dari elastisitas titik di atas bisa dilihat,
bahwa perubahan kuantitas maupun harga didekati dengan perubahan sesaat
ehingga komponen ratio perubahan dalam konsep elastisitas busur tidak lain adalah
slope dari kurva permintaan.
b. Makna angka elastisitas
Makna yang lebih umum dari angka elastisitas, ambil di sini -2 berarti jumlah
barang diminta akan naik sebesar 2 persen manakala terjadi penurunan harga
sebanyak 1 persen. Criteria mengenai elatisitas:
Jika nilai │Eh│< 1, inelastic
Jika nilai │Eh│= 1, unit elastic
Jika nilai │Eh│> 1, elatis
c. Elastisitas permintaan konsumen islami
Elastisitas permintaan konsumen Islami diartikan adalah sebagai nilai
elastisitas yang dipunyai oleh konsumen yang memperdulikan mashlahah. Meskipn
tidak ada ajaran yang eksplisit mengenai besarnya nilai elastisitas, namun nilai
elastisitas ini mengimplikasikan berlakunya ajaran islam. Untuk hal ini, kita dapatkan
nilai elastisitas dari fungsi permintaan yang telah diperoleh sebelumnya:
Angka elastisitas yang besarnya sama dengan -1 menunjukkan nilai yang unit
elastic. Implikasi dari nilai elastisitas yang seperti ini adalah hasil yang diperoleh
ketika penjual melakukan pemotongan ataupun peningkatan harga akan
memperoleh hasil yang netral.
2. Elastisitas pendapatan permintaan
Elastisitas pendapatan permintaan (income elasticity of demand) merupakan
varian lain dalam kelompok elastisitas permintaan. Secara teknis elastisitas,
didefenisikan sebagai perubahan jumlah barang yang diminta, dalam persentase,
sebagai respon terhadap perubahan pendapatan konsumen, dalam persentase.
Maka bisa dibentuk persamaan aljabar:
Elastisitas ini mengukur seberapa besar kenaikan jumlah barang yang diminta
sebagai akibat dari kenaikan pendapatan.
Sementara untuk angka elastisitas yang menggunakan pendekatan elastisitas titik
(point elasticity) bisa diperoleh melalui formula:
Berbeda dengan elastisitas harga permintaan, elastisitas pendapatan permintaan
tidak menngenal istilah elastic maupun tidak elastic. Namun dari sini justru bisa
didapatkan kategori suatu barang, yaitu:
Barang inferior, jika E1 < 0
Barang normal, jika 0 ≤ E1 ≤ 1
Barang superior, jika E1 > 1
Barang inferior adalah jumlah barang yang diminta justru berkuranng ketika
konsumen mengalami peningkatan pendapatan, barang yang masuk dalam kategori
ini adalah barang-barang yang mempunyai kualitas rendah. Barang normal adalah
jumlah barang yang diminta naik sejalan dengan kenaikan pendapatan, namun
kenaikan barang tersebut maksimum adalah proporsional. Yakni jumlah barang yang
diminta naik satu persen jika kenaikan pendapatan satu persen juga. Barang
superior adalah jumlah barang yang diminta akan naik dengan persentase yang
lebih besar disbanding persentase kenaikan pendapatan, barang sejenis ini juga
sering disebut sebagai jenis barang yang luxurious.
Mengenai elastisitas pendapatan islam, mari kita bawa ke dalam fungsi
permintaan:
Nilai elastisitas pendapatan adalah satu. Hal ini menunjukkan, bahwasanya barang
yang dikonsumsi konsumen muslim adalah barang normal.
3. Elastisitas berkah permintaan
Secara teknis, elastisitas berkah permintaan didefenisikan sebagai perubahan,
dalam persentase, yang terjadi dalam kuantitas dibandingkan dengan perubahan
berkah, dalam persentase. Hal ini ditulis dalam bentuk aljabar:
Besarnya elastisitas berkah secara teoritis bisa diturunkan dari kurva permintaan
yang ada, yaitu:
Dari hasil yang didapat menunjukkan bahwa elastisitas berkah permintaan adalah
positif yang menunjukkan bahwa peningkatan kandungan berkah akan mampu
meningkatkan jumlah barang yang dijual.
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Permintaan Konvensional dan Teori Permintaan Menurut Pandangan
Ekonomi Islam
1. Pengertian Permintaan Konvensional
Pengertian permintaan secara umum adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta
pada suatu harga dan waktu tertentu. Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi terhadap
permintaan secara umum antara lain:1[1]
a. Harga barang itu sendiri
Jika harga suatu barang semakin murah maka permintaan terhadap barang itu
bertambah. Begitu juga sebaliknnya. Inilah yang disebut Hukum Permintaan yang
menyatakan “Bila harga suatu barang naik,cateris paribus, maka jumlah permintaan
terhadap barang tersebut akan berkurang, dan sebaliknya”
b. Harga barang lain
Permintaan akan dipengaruhi juga oleh harga barang lain. Dengan catatan barang lain
itu merupakan barang substitusi (pengganti) atau pelengkap (komplementer). Apabila barang
substitusi naik, maka permintaan terhadap barang itu sendiri akan meningkat. Sebaliknya,
apabila harga barang substitusi turun, maka permintaan terhadap barang itu sendiri akan
turun.
c. Tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan konsumen akan menunjukkan daya beli konsumen. Semakin
tinggi tingkat pendapatan, daya beli konsumen kuat, sehingga akhirnya akan mendorong
permintaan terhadap suatu barang.
d. Selera, kebiasaan, mode
Selera, kebiasaan, mode atau musim juga akan memengaruhi permintaan suatu
barang. Jika selera masyarakat terhadap suatu barang meningkat, permintaan terhadap barang
itu pun akan meningkat.
e. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk mencerminkan jumlah pembeli. Sifat hubungan jumlah penduduk
dengan permintaan suatu barang adalah positif, apabila jumlah penduduk meningkat, maka
konsumen terhadap barangpun meningkat.
f. Perkiraan harga dimasa datang
Apabila kita memperkirakan harga suatu barang di masa mendatang naik, kita lebih
baik membeli barang tersebut sekarang guna menghemat belanja di masa mendatang, maka
permintaan terhadap barang itu sekarang akan meningkat. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa hubungan antara permintaan dan perkiraan harga di masa mendatang adalah positif.
B. Kurva Permintaan
1. Penurunan Kurva Permintaan
Menurut Misanam, dkk (2008: 173), kurva permintaan menggambarkan hubungan
antara harga dan jumlah yang diminta. Dengan kata lain, perubahan jumlah barang yang
diminta disebabkan oleh perubahan harga. Sementara itu, hukum permintaan diturunkan dari
perilaku konsumen yang berorientasi untuk mencapai tingkat maslahah maksimum, yang
berbunyi sebagai berikut: “Jika harga suatu barang meningkat, ceteris paribus, maka jumlah
barang yang diminta turun; demikian juga sebaliknya.”
Pengertian ceteris paribus adalah dengan menganggap hal-hal lain tetap tidak berubah
atau konstan, baik dalam arti tingkat berkah, tingkat manfaat, tingkat pendapatan, preferensi,
dan sebagainya. Jika satu dari hal-hal yang dimaksudkan berubah, maka hukum permintaan
di atas tidak berlaku lagi.
Hubungan yang digambarkan dalam hukum permintaan di atas juga akan menjadi
lebih jelas, jika digambarkan dalam kurva permintaan sebagai berikut:
Kurva di atas menunjukkan bahwa jika harga barang A adalah sebesar 10, maka jumlah
barang A yang diminta adalah 9 unit, sementara ketika harga barang A naik menjadi 18,
maka jumlah barang yang diminta oleh konsumen turun menjadi 8.5[5]
2. Kurva Permintaan Barang Halal
Kurva permintaan diturunkan dari titik persinggungan antara kurva indifference curve
dengan garis anggaran. Katakanlah seorang konsumen memiliki pendaptan I = 1 juta per
bulan dan menghadapi pilihan untuk mengkonsumsi barang X dan barang Y, yang keduanya
adalah barang halal. Misalnya harga barang X Px = Rp.100 ribu dan harga barang Y Py =
Rp.200 ribu. Titik A, A’, A” menunjukan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang X
dan titik B menunjukkan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang Y.
Dengan data ini, dapat dibuat garis anggaran dengan menarik garis lurus antara dua
titik.
X= Y=I/ X at
Kombinasi Income Px Py
I/Px Py tangency
A 1.000.000 100.000 200.000 10 0 3
B 1.000.000 100.000 200.000 0 5 3
Bila terjadi penurunan harga X sebesar Rp.50 ribu, maka kaki garis anggaran pada
sumbu X akan bertambah panjang. Titik perpotongan sumbu Y tidak berubah, sedangkan titik
perpotongan dengan sumbu X berubah.
X= X at
Kombinasi Income Px Py Y=I/Py
I/Px tangency
A’ 1.000.000 50.000 200.000 20 0 4
B 1.000.000 50.000 200.000 0 5 4
Bila harga X menjadi Px = Rp.25.000 maka kaki garis anggaran pada sumbu X akan
bertambah panjang. Titik perpotongan sumbu Y tidak berubah, sedangkan titik perpotongan
sumbu X berubah.
X= X at
Kombinasi Income Px Py Y=I/Py
I/Px tangency
A” 1.000.000 25.000 200.000 40 0 5
B 1.000.000 25.000 200.000 0 5 5
Dengan simulasi harga barang X, akan didapatkan kurva yang menggambarkan antara
harga dengan jumlah barang X yang diminta.
Harga X Jumlah X (X pada saat tangency/jumlah optimal X)
100.000 3
50.000 4
25.000 5
Semakin tinggi harga, semakin sedikit jumlah barang yang diminta. Dengan demikian
didapatkan kemiringan kurva permintaan yang negatif untuk barang halal, sebagaimana
lazimnya kurva permintaan yang dipelajari dalam ekonomi konvensional.6[6]
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan
waktu tertentu. Secara garis besar, permintaan dalam ekonomi islam sama dengan ekonomi
konvensional, namun ada prinsip-prinsip tertentu yang harus diperhatikan oleh individu
muslim dalam keinginannya. Misalnya: Islam mengharuskan orang untuk mengkonsumsi
barang yang halal dan thayyib. Selain itu, dalam ajaran Islam, orang yang mempunyai uang
banyak tidak serta merta diperbolehkan untuk membelanjakan uangnya untuk membeli apa
saja dan dalam jumlah berapapun yang diinginkannya. Batasan lain yang harus diperhatikan
adalah bahwa seorang muslim tidak berlebihan (isyraf), dan harus mengutamakan kebaikan
(maslahah). Selain itu adanya batasan syariah, sudut pandang barangnya, motif dari
permintaan dan tujuannya.
B. Penutup
Demikian makalah yang dapat kami sajikan. Kritik dan saran yang konstruktif sangat
kami harapkan demi perbaikan selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah khasanah pengetahuan,
manfaat untuk kita semua. Amiiinn...