Você está na página 1de 29

A.

Pilihan Konsumen : Pendekatan Iso-Mashlahah


Terdapat dua pendekatan untuk mengetahui perilaku konsumen, yaitu pendekatan
mashlahah marginal dan pendekatan iso-mashlahah. Pendekatan pertama didasarkan pada
pandangan bahwa manfaat maupun berkah atas suatu kegiatan konsumsi bisa dirasakan dan
diukur oleh konsumen. Sementara pendekatan kedua didasarkan pada pandangan bahwa
mashlahah, terutama berkah hanya bisa dirasakan, namun tidak bisa diukur seberapa
besarnya. Konsumen hanya bisa membandingkan tinggi rendahnya berkah antarkegiatan
konsumsi. Sebagai misal, ketika konsumen mengeluarkan belanja Rp5.000,00 untuk membeli
sebungkus rokok, ia akan merasakan berkah yang lebih rendah daripada uang tersebut
dibelanjakan untuk membeli satu kaleng susu.

1. Karakteristik Iso-Mashlahah

Kurva Iso-mashlahah (IM) menunjukkan setiap konsumen memiliki alternatif


kombinasi berbagai barang/jasa yang diperkirakan memberikan mashlahah yang sama.
Sebagai misal, menurut Zaid membeli dua belas surat kabar dan satu majalah yang
memberikan mashlahah yang sama jika membeli dua majalah dan enam surat kabar.
Kombinasi inilah yang disebut dengan iso-mashlahah, yaitu setiap titik kombinasi barang
yang ada pada suatu kurva mashlahah mempunyai tingkat mashlahah yang sama.

Y1 A

Y2 B
Y3 C

0 X1 X2 X3 X
Gambar 5.1. Kurva Iso-Mashlahah
Pada gambar 5.1 ditunjukkan adanya kurva iso-mashlahah (IM). Setiap titik yang ada
pada kurva iso-mashlahah tersebut mempunyai tingkat mashlahah yang sama meskipun
kombinasi barang yang terkandung adalah berbeda pada masing-masing titik. Pada titik A
jumlah barang yang terkandung adalah X1 dan Y1, pada titik B barang yang dikandung adalah
X2 dan Y2 dan pada titik C jumlah barang yang tersedia adalah X3 dan Y3. Dengan demikian,
titik A, B dan C masing-masing memiliki tingkat mashlahah yang setingkat. Tentu hal ini
hanya berlaku ketika barang X dan Y keduanya halah dan memiliki hubungan substitusi yang
dekat.
a. Bentuk Kurva iso-Mashlahah
Kurva iso-mashlahah berbentuk cembung dan mempunyai slope negatif. Hal ini
menunjukkan adanya mekanisme substitusi antara kedua barang dengan substitusi dekan
tidak sempurna. Inilah yang lazim terjadi pada hubungan berbagai barang.
b. Posisi Kurva dan Tingkat Mashlahah
Ketika konsumen melakuakan kegiatan yang halal dan thayyib, maka dengan semakin
tingginya frekuensi kegiatan akan semakin tinggi pula mashlahah yang ia peroleh. Hal ini
bisa ditunjukkan oleh semakin tingginya kurva iso-mashlahah . kurva iso-mashlahah yang
lebih tinggi menunjukkan tingkat mashlahah yang lebih tinggi pula.
c. Tingkat Substitusi Semakin Menurun
Slope dari kurva mashlahah pada masing-masing titik yang ada menunjukkan tingkat
kemampuan untuk melakukan substitusi. Pada gambar 5.1. dapat ditujkukkan bahwa untuk
mempertahankan mashlahah yang diperoleh, konsumen bisa berpindah posisi A menuju
posisi B atau C. Pergerakan dari titik A menuju B menunjukkan bahwa konsumen mau
mengorbankan barang Y yang dikonsumsi sebesar (Y2-Y1) untuk mendapatkan tambahan
konsumsi X sebesar (X2-X1). Demikian pula, konsumen bisa menurunkan kembali jumlah Y
yang dikonsumsi dari titik B menuju titik C dengan mengorbankan Y sebesar (Y3-Y2) yang
nilainya lebih kecil daripada (Y2-Y1). Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak Y yang
dikonsumsi, maka kemampuan barang X didalam menggantikan fungsi Y bagi konsumen
semakin kecil. Demikian pula selabiknya, semakin banyak barang X yang dikonsumsi, maka
kemampuan barang Y dalam menggantikan fungsi barang X akan semakin kecil pula. Hal
inilah yang dimaksudkan dengan tingkat substitusi antarbarang semakin menurun.

2. Bentuk Kurva Iso-Mashlahah

Kandungan berkah dalam masing-masing barang sangat menentukan pilihan


konsumen. Konsumen yang rasional akan memiliki kecenderungan pilihan pada penggunaan
barang-barang dengan kandungan berkah yang tinggi dibanding dengan barang yang
kandungan berkahnya rendah, sepanjang ada kemampuan finansial yang mendukungnya.
Untuk itu disini akan didiskusikan bagaimana kandungan berkah ini memengaruhi bentuk
dari kurva iso-mashlahah.
a. Kurva Iso-Mashlahah dengan Kandungan Berkah yang Setingkat
Adakalanya seorang konsumen dihadapkan pada pilihan konsumsi antara dua barang
yang memiliki berkah yang setingkat. Setiap barang/jasa yang halah dan memberikan
kemanfaatan yang sama diharapkan akan memberikan keberkahan yang sama pula. Hal ini
bisa dilihat pada barang-barang halah yang memiliki buhungan substitusi sempurna atau
dekat, seperti komputer berbeda merek. Sebagaimana kita ketahui, persaingan dalam produk
komputer saat ini sangat ketat sehingga antara merek yang satu dengan lainnya sesungguhnya
secara kualitas atau kemanfaatan tidak berbeda jauh (bahkan sama).
b. Kurva Iso-Mashlahah dengan Kandungan Berkah yang Tidak Setingkat
Dalam dunia nyata, sebenarnya sangat sulit konsumen untuk menentukan barang-
barang yang memiliki kandungan berkah yang benar-benar setingkat. Jadi, kebanyakan
barang memiliki kandungan berkah yang tidak setingkat, betapapun kecil perbedaannya.
Dalam hal ini, jika konsumen ingin meningkatkan mashlahah yang ia peroleh, maka ia harus
melakuakan perubahan jumlah barang yang dibelanjakan dalam komposisi yang berbeda.
3. Kemampuan Substitusi Antarbarang

Kandungan berkah yang ada pada masing-masing barang bisa berbeda sehingga
kecenderungan pilihan konsumen Muslim akan jatuh pada barang tersebut. Namun,
bagaimana kedua barang yang berbeda kandungan berkahnya ini bisa saling mengganti?
Apakah barang yang kandungan berkahnya lebih tinggi tidak bisa digantikan dengan barang
lain yang kandungan berkahnya lebih rendah? Untuk bisa menjawab hal ini perlu ditengok
kembali, bahwa domain dari konsumsi Muslim adalah barang yang kandungan berkahnya
adalah positif sehingga substitusi diantara barang yang ada terjadi pada barang-barang yang
sama-sama halal (kandungan berkah minimum).
Kemampuan untuk saling menggantikan antara barang yang satu dengan barang
lainnya bisa dilihat dari nilai absolut dari slope kurva iso-mashlahah di atas. Secara aljabar,
kurva iso-mashlahah bisa diekspresikan sebagai berikut :
M=m(X,Y, )
Tingkat kemampuan barang X menggantikan fungsi barang Y bisa dirumuskan
sebagai perbandingan antara perubahan Y dan perubahan X untuk mendapatkan mashlahah
yang sama, Kemampuan substitusi Y terhadap X adalah = ∆Y/∆X ≡ ōY/ōX
Dengan melakukan dirivasi parsial dan mengaitkan dengan konsep mashlahah pada
bab IV, maka akan diperoleh (penurunan formula terdapat pada lampiran bab ini):
| ōY/ōX | = M /M
Dimana M dan M adalah mashlahah marginal untuk barang X dan barang Y.
Dengan melihat ekspresi pada persamaan diatas, maka bisa ditentukan bahwa
besarnya kemampuan dari barang X untuk mensubstitusi barang Y bergantung pada besarnya
kandungan manfaat dan berkah dari kedua barang tersebut. Perlu diingat lagi bahwa marginal
manfaat fisik nilainya selalu menurun, hal ini mengikuti hukum kebosanan yang ada dalam
perilaku agen. Di sisi lain berkah marginal mempunyai sifat yang non decreasing. Hal ini
memberi implikasi bahwa mashlahah marginal mempunyai beberapa kemungkinan sifat
konstan, meningkat, ataupun menurun.
a. Kemampuan Substitusi yang Menurun (Decreasing)
Jika berkah marginal (MB) bersifat Increasing dengan tingkat pertumbuhan yang
lebih rendah dari tingkat penurunan marginal manfaat duniawi (MF), maka mashlahah
marginal akan mengalami decreasing. Bentuk kurva iso-mashlahah yang merepresentasikan
sifat ini digambarkan berikut ini.

IM

X
Kurva Iso-Mashlahah dengan Substitusi yang
Menurun
b. Kemampuan Substitusi yang Konstan
Jika berkah marginal (MB) bersifat
increasing dengan tingkat pertumbuhan yang sama dengan tingkat penurunan marginal
manfaat duniawi (MF), maka mashlahah marginal akan konstan. Hal ini digambarkan berikut
ini.

IM

X
Kurva Iso-mashlahah dengan Substitusi yang
Konstan
c. Kemampuan Substitusi yang Meningkat
(Increasing)
jika marginal berkah (MB) bersifat increasing
dengan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dari tingkat penurunan marginan manfaat fisik
(MF), maka mashlahah marginal akan increasing. Hal ini ditunjukkan oleh gambar berikut
ini.
Y

IM
X
Kurva Iso-Mashlahah dengan Substitusi yang Meningkat

4. Batasan Individu dan Etika dalam Konsumsi

Preferensi bukan satu-satunya penentu dalam mekanisme pilihan konsumen.


Konsumen akan menghadapi berbagai kendala atau batasan yang harus diperhatikan dalam
menentukan pilihan konsumsi. Berbagai batasan ini antara lain : barangnya harus halal,
dikonsumsi tidak dalam jumlah berlebih-lebihan (israf), memerhatikan kebutuhan orang lain
dan menyesuaikan dengan kemampuan anggaran karena kehalalan merupakan batasan
minimal dalam konsumsi, maka diasumsikan seluruh barang yang dikonsumsi adalah halal
sehingga terdapat tiga kendala utama yang harus dipenuhi.
a. Kendala Anggaran (Budget)
Pengertian anggaran disini tidak sebatas pendapatan yang diperoleh oleh seorang konsumen,
namun sejumlah uang tertentu yang sengaja disisihkan guna membiayai kegiatan konsumsi.
Seorang muslim dilarang untuk mengalokasikan seluruh pendapatan yang mereka terima
hanya untuk konsumsi ini saja. Jika memungkinkan, maka pendapatan harus dialokasikan
pula untuk sedekah atau amal saleh (zakat, jika telah memenuhi syarat), serta investasi atau
tabungan.
1. Penurunan Kurva Anggaran (Allocated Budget)
Jika seluruh pendapatan konsumen adalah I, maka pendapatan yang siap dikonsumsikan (Ic)
merupakan suatu bagian dari pendapatan total. Sementara terdapat alokasi lain dari
pendapatan, yaitu untuk menabung atau investasi (Is) dan amal saleh (IA) sehingga
I = Ic + Is + IA
AB ≥ Ic
Jumlah bersih yang bisa dikonsumsikan merupakan bagian dari pendapatanyang siap
konsumsi. Selanjutnya, jumlah pendapatan yang sudah disisihkandisebut sebagai AB atau
anggaran yang sudah dialokasikan, untuk konsumsi.

AB/PY

AB/PX X
Kurva Anggaran
Misalkan terdapat dua barang yang akan dikonsumsi, yaitu X dan Y dengan harga masing-
masing adalah PX dan PY. Jika seluruh anggaran AB ini dipergunakan untuk membeli X,
maka akan mendapatkan X sejumlah AB/PX. Demikian pula sebaliknya, jika anggaran ini
seluruhnya dipergunakan untuk membeli Y, maka akan diperoleh Y sejumlah AB/PY. Oleh
karena itu, jika konsumen menginginkan kombinasi pembelian X dan Y, maka akan diperoleh
anggaran sebagaimana dilukiskan pada gambar dengan persamaan berikut:
AB = PX X + PY Y
Kurva AB mempunyai slope yang menurun, yang bisa dilacak dari hubungan antara jumlah
barang Y yang dibeli dalam kaitannya dengan barang X yang dibeli. Semakin banyak barang
X yang dibeli, maka semakin sedikit jumlah barang Y yang bisa dibeli. Inilah latar belakang
dibalik menurunnya slope dari kurva anggaran. Secara aljabar, slope dari kurva anggaran ini
bisa diperoleh dari ekspresi diatas. Persamaan ini dapat diekspresikan dalam bentuk lain:
AB/PY – (PX/PY)X = Y
Slope dari garis ini diperoleh dengan mengambil turunan pertama dari Y terhadap X, maka
akan diperoleh dY/dX = slope AB + -(PX/PY)
Sementara AB/PY merupakan konstanta (titik potong kurva dengan sumbu Y) dari kurva
anggaran.
2. Efek Perubahan Pendapatan pada Kurva Anggaran
Pendapatan mempunyai dampak langsung pada kemampuan untuk mengonsumsi barang. Jika
pendapatan naik, maka besarnya anggaran yang dialokasikan untuk tujuan konsumsi pun
akan naik.
3. Efek Perubahan Harga dan Kurva Alokasi Anggaran
Ada beberapa kemungkinan akibat yang terjadi menurut penyebabnya.
a) Penurunan harga pada salah satu barang
Dalam kasus ini dapat diasumsikan bahwa harga barang yang turun adalah barang X. harga
barang X turun dari Px menjadi PʹX. dengan adanya perubahan yang terjadi, maka slope dari
kurva budget berubah menjadi:
dY/dX = -(Pʹx/Py).
b) Penurunan harga pada kedua barang
Asumsikan di sini bahwa penurunan harga untuk kedua barang adalah sebesar δ sehingga:
AB = (1-δ)Px X + (1-δ)Py Y
Jika persamaan disederhanakan, maka diperoleh:
AB/(1-δ)Py – (Px/Py)X = Y
dY/dX = slope AB = -(Px/Py)
intercept = AB/(1-δ)Px
dengan demikian, efek yang ditimbulkan oleh penurunan harga pada kedua barang, dengan
jumlah penurunan yang sama, adalah kenaikan intercept dari AB/Py menjadi AB/(1-δ)Py.
4. Efek Perubahan Harga dan Pendapatan secara Simultan pada Kurva Anggaran
Untuk mengetahui efek adanya kenaikan pendapatan dan harga semua barang, diasumsikan
terlebih dahulu bahwa tingkatkenaikan pada harga dan pendapatan adalah sama. Asumsikan
kenaikan pada masing-masing variabel adalah sebesar ᵟ. Untuk mengetahui hal ini, maka
kembali disini akan kita modifikasi persamaan (5.3) dengan perubahan-perubahan yang
terjadi. Asumsikan disini bahwa penurunan allocated budget dan harga untuk kedua barang
adalah sebesar ᵟ sehingga modifikasi atas persamaan (5.3) adalah sebagai berikut:
AB(1-ᵟ)PX X + (1-ᵟ)PY Y
Jika persamaan kita selesaikan untuk Y, maka diperoleh:
AB(1-ᵟ)/(1-ᵟ)PY-[(1-ᵟ)PX/(1-ᵟ)PY]X = Y
AB/PY-[PX/PY]X = Y
b. Kendala Israf
Dalam ajaran Islam, seseorang mempunyai pendapatan banyak tidak serta merta mereka
diperbolehkan untuk mempergunakan uangnya untuk apa saja dan dalam jumlah berapa pun
yang mereka inginkan. Batasan anggaran memang harus dipenuhi. Salah satu batasan lain
yang harus diperhatikan adalah tidak boleh berlebih-lebihan atau israf.
Agar terhindar dari israf, maka terdapat prinsif-prinsif yang terus dipegang yaitu dalam
mengkonsumsi sejumlah barang, maka harus bisa menciptakan mashlahah. Adapun indicator
yang bisa digunakan untuk menilai apakah konsumsi barang tersebut
menciptakan mashlahahatau tidak, antara lain:
1) Untuk barang lama (non-durable), maka konsumsinya tidak menimbulkan hal yang sia-
sia.
2) Untuk barang habis pakai (durable), maka tingkat utilisasi tinggi.
3) Mencapai tingkat kelayakan yang standar atau lebih besar.
4) Menimbulkan opportunity cost yang tinggi jika tidak dikonsumsi.
5) Adanya mashlahah yang tidak bisa dikategorikan pada keempat poin diatas. Misalnya,
mengkonsumsi sesuatu barang dalam rangka memenuhi hobby yang halal atau mubah yang
sifatnya spesifik.
6) Kelima poin diatas tidak boleh dilandasi ataupun terkontaminasi dengan tujuan-tujuan
yang batil.
c. Mempertimbangkan Kebutuhan Orang Lain
Islam juga menuntun agar kita peduli kepada orang lain, terutama sanak kerabat, tetangga,
fakir miskin, anak yatim ataupun konsumen lainnya. Tingkat kepedulian ini akan
mempengaruhi seberapa barang yang dibeli. Kepedulian ini dimaknai sebagai amal saleh,
yaitu kemauan konsumen membelanjakan barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan orang lain.
5. Keseimbangan Konsumen

Y X maksimal

A
E
Y maksimal

Y*1
B

C
IM
F

AB1 AB2 AB3


X*1
X

Gambar: keseimbangan konsumen dengan kendala Anggaran dan Israf


Pada gambar di atas menunjukkan situasi seorang konsumen yang ingin mencapai
tingkat mashlahah tertentu yang ditunjukkan oleh IM. Konsumen tersebut menginginkan
jumlah pengeluaran yang minimum dalam rangka mencapai mashlahah tersebut. Situasi
anggaran konsumen ditunjukkan oleh kurva anggaran, sementara kendala israf ditunjukkan
oleh kedua garis vertical X = β dan garis horizontal Y = α. Daerah seluas segiempat AECF
merupakan daerah yang memungkinkan untuk dikonsumsi oleh konsumen.
Tampak pada gambar, bahwa titik D berada di luar kurva iso-mashlahah yang berarti titik D
tidak mampu menjangkau tingkat mashlahah yang di inginkan. Kemudian, setelah seberapa
besar jumlah biaya yang harus dikeluarkan, maka titik B merupakan satu-satunya titik yang
menghasilkan tingkat tingkat pengeluaran terendah karena titik B berada pada kurva
anggaran yang lebih rendah yaitu (AB)2. Sementara titik-titik lainnya, A dan C berada pada
kurva anggaran yang lebih tinggi yaitu (AB)3. Dengan demikian, maka titik B menghasilkan
pengeluaran yang optimal bagi konsumen yang bersangkutan.
Jika dianalisa secara matematis, maka: Dx =
Ini menunjukkan fungsi permintaan, di mana jumlah barang yang diminta (Dx) memiliki
korelasi negative dengan harga barang tersebut. Jika harga suatu barang meningkat, maka
permintaan barang tersebut akan menurun, jika kandungan berkah pada barang tersebut dan
barang lain tidak berubah.

B. Efek Berkah pada Pilihan Optimal


Kandungan berkah sangat memengaruhi preferensi konsumen. Disini akan kita lihat suatu
situasi perubahan kandungan berkah setelah konsumen mencapai optimalnya.
Merepresentasikan kembali keseimbangan konsumen yang telah tercapai sebagaimana
ditunjukkan sebelumnya, setelah mencapai kombinasi barang yang bisa mencapai mashlahah
yang optimum (X1, Y1), anggaplah bahwa konsumen yang bersangkutan menghadapi
perubahan kandungan berkah yang terjadi pada barang X : barang X mengalami peningkatan
kandungan berkah. Hal ini jelas memengaruhi preferensi konsumen. Konsumen yang tadinya
netral terhadap keduanya, sekarang “terpaksa” harus lebih menyukai barang X. Perubahan
preferensi ini ditunjukkan oleh perubahan bentuk kurva iso-mashlahah dari IM0 menjadi IM1.
Adanya kenaikan kandungan berkah pada barang X menyebabkan kurva iso-mashlahah
menjadi lebih curam sehingga berdampak pada tingkat konsumsi terhadap barang X yang
lebih tinggi. Subscript Q dan R pada kurva iso-mashlahah menunjukkan kurva yang
menunjukkan tingkat mashlahah masing-masing sebesar Q dan R (R˃Q).

Y1
IMR

Y2 IMQ

X1 X2 X
Efek Perubahan Kandungan Berkah
Pengaruh Kepedulian Sosial Perusahaan terhadap Pembelian
Kepedulian masyarakat terhadap tanggung jawab sosial semakin mendapatkan
perhatian, bahkan oleh perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan semakin
memandang penting terhadap perlunya perhatian merekaterhadap aspek
lingkungan, dan hal inilah yang kemudian melahirkan konsep tanggung jawab
sosial perusahaan (Corporate Sosial Responsibility). Bentuk kegiatan CSR ini
semakin bervariasi dan berkembang, dari penerapan teknologi yang ramah
lingkungan, pemberian beasiswa studi kepada siswa kurang mampu, pemberian
bantuan kepada korban bencana alam, dan sebagainya. Islam mengajarkan
pentingnya kepedulian sosial ini tidak hanya ketika manusia dalam kondisi
berkecukupan, bahkan ketika manusia dalam kondisi kesulitan.

C. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan dari


Perubahan Harga
Pada dasarnya perubahan dapat diuraikan menjadi tiga hal, yaitu sebagai berikut:

1. Efek Pendapatan

Efek pendapatan adalah perubahan jumlah barang yang diminta sebagai akibat
adanya perubahan pendapatan rill konsumen. Pendapatan perubahan rill bisa terjadi karena
adanya perubahan suatu harga barang maupun perubahan pendapatan nominal yang diterima.
Misalnya, terjadi kenaikan harga barang X, sedangkan harga barang lain tidak berubah, maka
konsumen memiliki kemampuan untuk membeli barang Ydalam jumlah yang besar.

2. Efek Substitusi

Efek substitusi adalah perubahan jumlah barang X yang diminta sebagai akibat
adanya perubahan permintaan terhadap barang lain. Sebagai missal, jika harga barang X,
maka konsumen akan menambah konsumsi barang X dengan menurunkan konsumsi terhadap
barang lainnya. Seorang konsumen muslim akan berpindah mengkonsumsi dari suatu barang
ke barang lainnya, jika mashlahah total yang diharapkannya meningkat.
Meningkatnya mashlahah total ini hanya akan terjadi jika kandungan mashlahah salah satu
barang meningkat, baik mashlahahyang berbentuk manfaat (duniawi) maupun kandungan
berkahnya. Secara umum, adanya kenaikan harga suatu barang akan memiliki beberapa
kemungknan efek substitusi, yaitu:
a. Kenaikan harga barang tanpa adanya perubahan kandungan mashlahah
Adanya kenaikan harga beras local, akan mendorong konsumen untuk berpindah dari
membeli beras local menuju beras impor. Hal ini dilakukan karena kualitas dan kandungan
berkah pada kedua jenis beras tersebut tidak berubah. Artinya, konsumen melakukan proses
substitusi antara beras local menuju beras impor untuk mendapatkan mashlahah total
tertinggi.
b. Kenaikan harga barang disertai dengan penurunan kandungan mashlahahnya
Jika hal ini terjadi, maka konsumen muslim dipastikan akan menurunkan jumlah
pembelian barang untuk menghindari terjadinya penurunan mashlahah yang ia peroleh.
Sebagai missal, naiknya harga kayu karena semakin langkanya pohon bisa jadi diikuti oleh
penebangan pohon secara liar oleh para pedagang. Dan itu menurunkan keberkahan pada
kayu, dan juga tidak dibenarkan dalam Islam.
c. Kenaikan harga barang disertai dengan kenaikan kandungan mashlahah
Disisi lain, jika harga suatu barang naik. Misalnya, ketika harga beras local naik
disertai dengan pengunaan pupuk organic yang tidak mencemari lingkungan (semula
digunakan pupuk kimiawi), maka konsumen muslim tidak langsung akan menurunkan jumlah
pembelian beras local, bahkan mungkin ia akan membeli beras dalam jumlah yang tetap.

D. Analisa Elastisitas Permintaan


Analisa permintaan telah menduduki posisi yang sangat penting dalam bangunan teori
ekonomi. Bahkan analisa elatisitas permintaan telah banyak memberikan tuntunan kepada
para meneger perusahaan dalam menentukan strategi pemasaran, pemilihan teknik promosi,
maupun penentuan harga (pricing). Konsep dasar elastisitas permintaan adalah alat untuk
mengukur seberapa peka permintaan akan berubah sebagai respon terhadap perubahan
variable lain. Seperti harga barang, selera, pendapatan konsumen, dan sebagainya.

1. Elastisitas Harga Permintaan

Elastisitas harga permintaan adalah perubahan jumlah dari barang yang diminta sebagai
akibat dari adanya perubahan harga, yang diukur dalam presentase.
a. Pengukuran Elastisitas
Untuk menyederhanakan perhitungan, elaastisitas dapat diukur dengan dua cara, yaitu:
1) Elastisitas Busur
Elastisitas busur (arc elasticity) menghitung besarnya nilai elastisitas pada busur
(lengkungan) atau rentang waktu tertentu. Berdasarkan defenisi yang dikemukakan di atas,
maka bisa diperoleh eksprei aljabar:
Di mana secara berturut-turut adalah perubahan dalam presentase dari kuantitas dan harga.
Ekspresi di atas bisa dituliskan dalam bentuk lain menjadi ekspresi berikut:
Di mana P dan Q menunjukkan P dan Q rata-rata.
2) Elastisitas Titik
Secara fundamental, tidak ada perbedaan antara konsep elastisitas titik (point elasticity)
dengan elastisitas busur. Perbedaannya hanya terjadi pada pendekatan terhadap unit yang
digunakan sebagai basis perhitungan. Secara spesifik bisa dikatakan bahwa konsep point
elasticity mendekati elastisitas berdasarkan kejadian yang ada pada satu waktu/ keadaan
tertentu pada suatu kurva demand. Formulasi ini pada akhirnya terlihat pada ekspresi berikut:
Dengan melihat formula di atas, maka kita bisa melihat perbedaan yang mendasar diantara
keduanya. Dalam formula dari elastisitas titik di atas bisa dilihat, bahwa perubahan kuantitas
maupun harga didekati dengan perubahan sesaat ehingga komponen ratio perubahan dalam
konsep elastisitas busur tidak lain adalah slope dari kurva permintaan.
b. Makna Angka Elastisitas
Makna yang lebih umum dari angka elastisitas, ambil di sini -2 berarti jumlah barang diminta
akan naik sebesar 2 persen manakala terjadi penurunan harga sebanyak 1 persen. Criteria
mengenai elatisitas:
Jika nilai │Eh│< 1, inelastic
Jika nilai │Eh│= 1, unit elastic
Jika nilai │Eh│> 1, elatis
c. Elastisitas Permintaan Konsumen Islami
Elastisitas permintaan konsumen Islami diartikan adalah sebagai nilai elastisitas yang
dipunyai oleh konsumen yang memperdulikan mashlahah. Meskipn tidak ada ajaran yang
eksplisit mengenai besarnya nilai elastisitas, namun nilai elastisitas ini mengimplikasikan
berlakunya ajaran islam. Untuk hal ini, kita dapatkan nilai elastisitas dari fungsi permintaan
yang telah diperoleh sebelumnya:
Angka elastisitas yang besarnya sama dengan -1 menunjukkan nilai yang unit elastic.
Implikasi dari nilai elastisitas yang seperti ini adalah hasil yang diperoleh ketika penjual
melakukan pemotongan ataupun peningkatan harga akan memperoleh hasil yang netral.

2. Elastisitas Pendapatan Permintaan

Elastisitas pendapatan permintaan (income elasticity of demand) merupakan varian lain dalam
kelompok elastisitas permintaan. Secara teknis elastisitas, didefenisikan sebagai perubahan
jumlah barang yang diminta, dalam persentase, sebagai respon terhadap perubahan
pendapatan konsumen, dalam persentase. Maka bisa dibentuk persamaan aljabar:
Elastisitas ini mengukur seberapa besar kenaikan jumlah barang yang diminta sebagai akibat
dari kenaikan pendapatan.
Sementara untuk angka elastisitas yang menggunakan pendekatan elastisitas titik (point
elasticity) bisa diperoleh melalui formula:
Berbeda dengan elastisitas harga permintaan, elastisitas pendapatan permintaan tidak
menngenal istilah elastic maupun tidak elastic. Namun dari sini justru bisa didapatkan
kategori suatu barang, yaitu:
Barang inferior, jika E1 < 0
Barang normal, jika 0 ≤ E1 ≤ 1
Barang superior, jika E1 > 1
Barang inferior adalah jumlah barang yang diminta justru berkuranng ketika konsumen
mengalami peningkatan pendapatan, barang yang masuk dalam kategori ini adalah barang-
barang yang mempunyai kualitas rendah. Barang normal adalah jumlah barang yang diminta
naik sejalan dengan kenaikan pendapatan, namun kenaikan barang tersebut maksimum adalah
proporsional. Yakni jumlah barang yang diminta naik satu persen jika kenaikan pendapatan
satu persen juga. Barang superior adalah jumlah barang yang diminta akan naik dengan
persentase yang lebih besar disbanding persentase kenaikan pendapatan, barang sejenis ini
juga sering disebut sebagai jenis barang yang luxurious.

Mengenai elastisitas pendapatan islam, mari kita bawa ke dalam fungsi permintaan:
Nilai elastisitas pendapatan adalah satu. Hal ini menunjukkan, bahwasanya barang yang
dikonsumsi konsumen muslim adalah barang normal.

3. Elastisitas Berkah Permintaan

Secara teknis, elastisitas berkah permintaan didefenisikan sebagai perubahan, dalam


persentase, yang terjadi dalam kuantitas dibandingkan dengan perubahan berkah, dalam
persentase. Hal ini ditulis dalam bentuk aljabar:
Besarnya elastisitas berkah secara teoritis bisa diturunkan dari kurva permintaan yang ada,
yaitu:
Dari hasil yang didapat menunjukkan bahwa elastisitas berkah permintaan adalah positif yang
menunjukkan bahwa peningkatan kandungan berkah akan mampu meningkatkan jumlah
barang yang dijual.
A. Pilihan Konsumen: Pendekatan Iso-Mashlahah
Dalam hal ini sebenarnya terdapat dua pendekatan untuk mengetahui
perilaku konsumen,yaitu pendekatan mashlahah marjinal dan pendekatan iso
mashlahah.Pendekatan pertama di dasarkan pada pandangan bahwa manfaat
maupun berkah atas suatu kegiatan konsumsi bisa di rasakan dan di ukur oleh
konsumen.Sementara pendekatan ke dua di dasarkan pada pandangan bahwa
mashlahah,terutama berkah hanya bisa di rasakan,namun tidak bisa di ukur
seberapa besarnya.
1. Karakteristik iso mashlahah
Kurva iso mashlahah menunjukan kombinasi dua barang atau jasa yang
memberikan mashlahah yang sama.Untuk mengetahui proses penurunan dari kurva
iso mashlahah.
Kurva iso-mashlahah
2. Bentuk kurva iso mashlahah
Kandungan berkah dalam masing-masing baran sangat menentukan pilihan
konsumen.konsumen yang rasional akan memiliki kecenderungan pilihan pada
penggunaan barang-barang dengan kandungan berkah yang tinggi di bandingkan
dengan barang yang kandungan berkahnya rendah.
3. Kemampuan subtitusi antar barang
Kemampuan untuk saling menggantikan antara barang satu dengan baang lainya
bisa di lihat dari nilai absolut dari slope iso mashlahah.
4. Batasan individu dan etika dalam konsumsi
Konsumen akan menghadapi berbagai kendala atau batasan yang harus di
perhatikan dalam menentukan pilihan konsumsi.Berbagai batasan ini antara lain:
brangnya harus halal, di konsumsi tidak dalam jumlah berlebih-lebihan (israf)
memperhatkan kebutuhan orang lain dan menyesuaikan dengan kemampuan
anggaran karena kehalalan merupakan batasan minmal dalam konsumsi, maka di
ansumsikan seluruh barang yang di konsumsi adalah halal.
5. Keseimbangan konsumen
Setelah mendiskusikan elemen-elemen pembentuk dari skema pilihan
konsumen,maka sekarang ini saatnya menggabungkan kedua argumen tersebut
untuk menentukan pilihan konsumen.
Keseimbangan konsumen dengan kendala anggaran dan israf

B. Efek Berkah pada Pilihan Optimal


Efek berkah terjadi setelah konsumen mencapai suatu kemaslahatan yang
optimal maka kandungan berkah itu sangat mempengaruhi kecenderungan
konsumen dalam memilih atau menentukan suatu barang yang akan dikonsumsinya
karena para konsumen akan lebih memilih barang yang memiliki manfaat banyak
bagi dirinya sehingga para konsumen akan merasakan efek berkah secara optimal
dari barnag yang dikonsumsi tersebut.
Efek berkah yang berpengaruh pada kepedulian sosial perusahaan terhadap
pembelian. Karena perusahaan semakin memandang penting terhadap perlunya
mereka dalam memperhatikan aspek lingkungan. Islam juga mengajarkan kalau
keperdulian sosial ini sangat penting tidak hanya dalam keadaan berkecukupan
tetapi meskipun dalam keadaan kesulitan.
Kepedulian perusahaan terhadap lingkungan ini adalah salah satu sumber
peningkatan keberkahan karena ketika konsumen mengetahui bahwa kandungan
berkah pada suatu barang meningkat maka ia akan meningkatkan pembelian atas
barang tersebut dan akan mengurangi pembelian terhadap barang yang memiliki
kandungan berkahnya yang lebih rendah. Oleh sebab itu disimpulkan bahwa
peningkatan kandungan berkah suatu barang akan mempengaruhi peningkatan
jumlah barang yang di minta oleh para komsumen.

C. Efek Subtitusi dan Efek Pendapatan dari Perubahan Harga


1. Efek subtitusi
Adanya gerakan dari satu titik keseimbangan yang lain dapat di pisahkan
menjadi efek subsitusi dan efek pendapatan.
Efek aubaitusi mengatakan bahwa bila suatu komoditi turun individu akan
menggantikan komoditi lain (jika harganya tetap) dengan komoditi lain.Efek subsituai
ini mengakibatkan kenaikan jumlah yang di minta atas komodiiti yang harganya
turun.
Adanya kennaikan harga suatu barang bisa di pandang sebagai penurunan
mashlahah total karena dengan anggaran yang sama konsumen akan mendapatkan
manfaat yang lebih rendah atas barang yang di belinya.Adapun dengan adanya
kenaikan harga suatu barang akan memiliki beberapa kemungkinan efek subsitusi
yaitu:
a. Kenaikan harga suatu barang tanpa adanya perubahan kandungan mashlahah.
Adanya kenaikan harga beras lokal akan mendorong konsumen untuk
berpindah dari membeli beras lokal menuju beras impor.Hal ini di lakukan konsumen
jika kebutuhan mereka tidak berubah.
b. Kenaikan harga barang di sertai dengan penurunan kandungan mashlahah
Jika hal ini terjadi maka konsumen akan menurunkan jumlah pembelian
barang untuk menghindari terjadinya penurunan mashlahah.Sebagai misal naiknya
harga kayu akan semakin langlangkanya pohon,bisa juga di ikuti oleh penebangan
secara liar oleh para pedagang.Jika hal ini terjadi penurunan berkah pada kayu
tersebut karena kayu di peroleh melalui proses yang titak di benarkan islam.
c. Kenaikan harga barang di sertai dengan kenaikan kandungan mashlahah
Jika kenaikan harga suatu barang ini terjadi,sebagai misal ketika harga beras
lokal naik di sertai dengan penggunaan pupuk organik yang tidak mencemari
lingkungan (semula di gunakan pupuk kimiawi) maka konsumen muslim tidak
langsung akan menurunkan jumlah pembelian beras lokal bahkan mungkin ia
membeli beras dalam jumlah tetap.

2. Efek pendapatan
Efek pendapatan mengakatan bahwa jika suatu komoditi turun (cateris
parebus),Daya beli paendapatan uang yang tetap dari individu tersebut naik
(pendapatan nik) jika hal ini terjadi konsumen cenderung membeli lebih banyak
komoditi yang harganya turun jika barang tersebut adalah barang yang normal dan
lebih sedikit jika barang tersebut inferior,sebagai misal apabila harga suatu komoditi
normal turun efek pendapatan memperkuat efek subsitusi dalam menyebabkan liku
permntaan individu akan komoditi tersebut berlereng negative (individu membeli
banyak komoditi yang harganya turun) sebaliknya bila harga suatu barang inferior
turun efek pendapatan berggerak arah berlawanan dengan efek subsit
D. Analisis Elastisitas Permintaan
Analisa permintaan telah menduduki posisi yang sangat penting dalam
bangunan teori ekonomi. Bahkan analisa elatisitas permintaan telah banyak
memberikan tuntunan kepada para meneger perusahaan dalam menentukan
strategi pemasaran, pemilihan teknik promosi, maupun penentuan harga (pricing).
Konsep dasar elastisitas permintaan adalah alat untuk mengukur seberapa peka
permintaan akan berubah sebagai respon terhadap perubahan variable lain. Seperti
harga barang, selera, pendapatan konsumen, dan sebagainya.
1. Elastisitas harga permintaan
Elastisitas harga permintaan adalah perubahan jumlah dari barang yang diminta
sebagai akibat dari adanya perubahan harga, yang diukur dalam presentase
a. Pengukuran elastisitas
Untuk menyederhanakan perhitungan, elaastisitas dapat diukur dengan dua
cara, yaitu:

1) Elastisitas busur
Elastisitas busur (arc elasticity) menghitung besarnya nilai elastisitas pada busur
(lengkungan) atau rentang waktu tertentu. Berdasarkan defenisi yang dikemukakan
di atas, maka bisa diperoleh eksprei aljabar:
Di mana secara berturut-turut adalah perubahan dalam presentase dari kuantitas
dan harga.
Ekspresi di atas bisa dituliskan dalam bentuk lain menjadi ekspresi berikut:
Di mana P dan Q menunjukkan P dan Q rata-rata
2) Elastisitas titik
Secara fundamental, tidak ada perbedaan antara konsep elastisitas titik (point
elasticity) dengan elastisitas busur. Perbedaannya hanya terjadi pada pendekatan
terhadap unit yang digunakan sebagai basis perhitungan. Secara spesifik bisa
dikatakan bahwa konsep point elasticity mendekati elastisitas berdasarkan kejadian
yang ada pada satu waktu/ keadaan tertentu pada suatu kurva demand. Formulasi
ini pada akhirnya terlihat pada ekspresi berikut:
Dengan melihat formula di atas, maka kita bisa melihat perbedaan yang
mendasar diantara keduanya. Dalam formula dari elastisitas titik di atas bisa dilihat,
bahwa perubahan kuantitas maupun harga didekati dengan perubahan sesaat
ehingga komponen ratio perubahan dalam konsep elastisitas busur tidak lain adalah
slope dari kurva permintaan.
b. Makna angka elastisitas
Makna yang lebih umum dari angka elastisitas, ambil di sini -2 berarti jumlah
barang diminta akan naik sebesar 2 persen manakala terjadi penurunan harga
sebanyak 1 persen. Criteria mengenai elatisitas:
Jika nilai │Eh│< 1, inelastic
Jika nilai │Eh│= 1, unit elastic
Jika nilai │Eh│> 1, elatis
c. Elastisitas permintaan konsumen islami
Elastisitas permintaan konsumen Islami diartikan adalah sebagai nilai
elastisitas yang dipunyai oleh konsumen yang memperdulikan mashlahah. Meskipn
tidak ada ajaran yang eksplisit mengenai besarnya nilai elastisitas, namun nilai
elastisitas ini mengimplikasikan berlakunya ajaran islam. Untuk hal ini, kita dapatkan
nilai elastisitas dari fungsi permintaan yang telah diperoleh sebelumnya:
Angka elastisitas yang besarnya sama dengan -1 menunjukkan nilai yang unit
elastic. Implikasi dari nilai elastisitas yang seperti ini adalah hasil yang diperoleh
ketika penjual melakukan pemotongan ataupun peningkatan harga akan
memperoleh hasil yang netral.
2. Elastisitas pendapatan permintaan
Elastisitas pendapatan permintaan (income elasticity of demand) merupakan
varian lain dalam kelompok elastisitas permintaan. Secara teknis elastisitas,
didefenisikan sebagai perubahan jumlah barang yang diminta, dalam persentase,
sebagai respon terhadap perubahan pendapatan konsumen, dalam persentase.
Maka bisa dibentuk persamaan aljabar:
Elastisitas ini mengukur seberapa besar kenaikan jumlah barang yang diminta
sebagai akibat dari kenaikan pendapatan.
Sementara untuk angka elastisitas yang menggunakan pendekatan elastisitas titik
(point elasticity) bisa diperoleh melalui formula:
Berbeda dengan elastisitas harga permintaan, elastisitas pendapatan permintaan
tidak menngenal istilah elastic maupun tidak elastic. Namun dari sini justru bisa
didapatkan kategori suatu barang, yaitu:
Barang inferior, jika E1 < 0
Barang normal, jika 0 ≤ E1 ≤ 1
Barang superior, jika E1 > 1
Barang inferior adalah jumlah barang yang diminta justru berkuranng ketika
konsumen mengalami peningkatan pendapatan, barang yang masuk dalam kategori
ini adalah barang-barang yang mempunyai kualitas rendah. Barang normal adalah
jumlah barang yang diminta naik sejalan dengan kenaikan pendapatan, namun
kenaikan barang tersebut maksimum adalah proporsional. Yakni jumlah barang yang
diminta naik satu persen jika kenaikan pendapatan satu persen juga. Barang
superior adalah jumlah barang yang diminta akan naik dengan persentase yang
lebih besar disbanding persentase kenaikan pendapatan, barang sejenis ini juga
sering disebut sebagai jenis barang yang luxurious.
Mengenai elastisitas pendapatan islam, mari kita bawa ke dalam fungsi
permintaan:
Nilai elastisitas pendapatan adalah satu. Hal ini menunjukkan, bahwasanya barang
yang dikonsumsi konsumen muslim adalah barang normal.
3. Elastisitas berkah permintaan
Secara teknis, elastisitas berkah permintaan didefenisikan sebagai perubahan,
dalam persentase, yang terjadi dalam kuantitas dibandingkan dengan perubahan
berkah, dalam persentase. Hal ini ditulis dalam bentuk aljabar:
Besarnya elastisitas berkah secara teoritis bisa diturunkan dari kurva permintaan
yang ada, yaitu:
Dari hasil yang didapat menunjukkan bahwa elastisitas berkah permintaan adalah
positif yang menunjukkan bahwa peningkatan kandungan berkah akan mampu
meningkatkan jumlah barang yang dijual.
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Permintaan Konvensional dan Teori Permintaan Menurut Pandangan
Ekonomi Islam
1. Pengertian Permintaan Konvensional
Pengertian permintaan secara umum adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta
pada suatu harga dan waktu tertentu. Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi terhadap
permintaan secara umum antara lain:1[1]
a. Harga barang itu sendiri
Jika harga suatu barang semakin murah maka permintaan terhadap barang itu
bertambah. Begitu juga sebaliknnya. Inilah yang disebut Hukum Permintaan yang
menyatakan “Bila harga suatu barang naik,cateris paribus, maka jumlah permintaan
terhadap barang tersebut akan berkurang, dan sebaliknya”
b. Harga barang lain
Permintaan akan dipengaruhi juga oleh harga barang lain. Dengan catatan barang lain
itu merupakan barang substitusi (pengganti) atau pelengkap (komplementer). Apabila barang
substitusi naik, maka permintaan terhadap barang itu sendiri akan meningkat. Sebaliknya,
apabila harga barang substitusi turun, maka permintaan terhadap barang itu sendiri akan
turun.
c. Tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan konsumen akan menunjukkan daya beli konsumen. Semakin
tinggi tingkat pendapatan, daya beli konsumen kuat, sehingga akhirnya akan mendorong
permintaan terhadap suatu barang.
d. Selera, kebiasaan, mode
Selera, kebiasaan, mode atau musim juga akan memengaruhi permintaan suatu
barang. Jika selera masyarakat terhadap suatu barang meningkat, permintaan terhadap barang
itu pun akan meningkat.
e. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk mencerminkan jumlah pembeli. Sifat hubungan jumlah penduduk
dengan permintaan suatu barang adalah positif, apabila jumlah penduduk meningkat, maka
konsumen terhadap barangpun meningkat.
f. Perkiraan harga dimasa datang
Apabila kita memperkirakan harga suatu barang di masa mendatang naik, kita lebih
baik membeli barang tersebut sekarang guna menghemat belanja di masa mendatang, maka
permintaan terhadap barang itu sekarang akan meningkat. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa hubungan antara permintaan dan perkiraan harga di masa mendatang adalah positif.

2. Permintaan Menurut Ekonomi Islam


Menurut Ibnu Taimiyyah, permintaan suatu barang adalah hasrat terhadap sesuatu,
yang digambarkan dengan istilah raghbah fil al-syai.2[2] Diartikan juga sebagai jumlah
barang yang diminta. Secara garis besar, permintaan dalam ekonomi islam sama dengan
ekonomi konvensional, namun ada prinsip-prinsip tertentu yang harus diperhatikan oleh
individu muslim dalam keinginannya.
Islam mengharuskan orang untuk mengkonsumsi barang yang halal dan thayyib.
Aturan islam melarang seorang muslim memakan barang yang haram, kecuali
dalam keadaan darurat dimana apabila barang tersebut tidak dimakan, maka akan
berpengaruh terhadap nya muslim tersebut. Di saat darurat seorang muslim dibolehkan
mengkonsumsi barang haram secukupnya.
Selain itu, dalam ajaran islam, orang yang mempunyai uang banyak tidak serta merta
diperbolehkan untuk membelanjakan uangnya untuk membeli apa saja dan dalam jumlah
berapapun yang diinginkannya. Batasan anggaran (budget constrain) belum cukup dalam
membatasi konsumsi. Batasan lain yang harus diperhatikan adalah bahwa seorang muslim
tidak berlebihan (israf), dan harus mengutamakan kebaikan (maslahah).
Islam tidak menganjurkan permintaan terhadap suatu barang dengan tujuan
kemegahan, kemewahan dan kemubadziran. Bahkan islam memerintahkan bagi yang sudah
mencapai nisab, untuk menyisihkan dari anggarannya untuk membayar zakat, infak dan
shadaqah.3[3]
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan menurut Misanam, dkk (2008 : 312-
314), yaitu: 4[4]
a. Harga barang yang bersangkutan
Harga barang yang bersangkutan merupakan determinan penting dalam permintaan.
Pada umumnya, hubungan antara tingkat harga dan jumlah permintaan adalah negatif.
Semakin tinggi tingkat harga, maka semakin rendah
b. Harga barang lain yang terkait
Harga barang lain yang terkait menentukan permintaan suatu barang. Yang dimaksud
harga barang lain yang terkait adalah substitusu dan komplementer dari barang tersebut. Jika
harga barang substitusinya menurun, maka permintaan terhadap barang tersebut juga turun,
sebab konsumen mengalihkan permintaannya pada barang substitusi, dan sebaliknya.
Sementara itu, jika harga barang komplementer naik, maka permintaan terhadap barang
tersebut turun. Sebaliknya jika harga barang komplememter turun, maka permintaan terhadap
barang tersebut naik.
c. Pendapatan konsumen
Perubahan pendapatan selalu menimbulkan perubahan permintaan permintaan
berbagai jenis barang. Semakin tinggi pendapatan konsumen, maka semakin tinggi daya
belinya sehngga permintaan tehadap barang akan meningkat. Sebaliknya, semakin rendah
pendapatan, maka semakin rendah pula daya belinya dan permintaan terhadap barang pun
rendah.
d. Ekspektasi (Pengharapan)
Ekspektasi bisa berupa ekspektasi positif maupun negatif. Dalam kasus ekspektasi
positif, konsumen akan lebih terdorong untuk membeli suatu barang, sememtara ekspektasi
negatif akan menimbulkan akibat yang sebaliknya.
e. Maslahah
Maslahah merupakan tujuan utama dalam mengkonsumsi barang, sebab maksimasi
maslahah meripakan cara untuk mencapai falah. Pengaruh maslahah terhadap permintaan
tidak bisa dijelaskan secara sederhana, sebagaimana pengaruh faktor-faktor lainnya, sebab ia
akan tergantung pada tingkat keimanan. Jika mereka melihat barang dengan kandungan
berkah yang tinggi, cateris paribus, maka mereka akan meninggalkan barang dengan
kandungan berkah yang rendah dan menggantinya dengan barang dengan kandungan
berkahnya lebih tinggi. Dengan demikian, jika maslahah relatif turun, cateris paribus, maka
jumlah barang yang diminta akan turun juga, begitu juga sebaliknya.

B. Kurva Permintaan
1. Penurunan Kurva Permintaan
Menurut Misanam, dkk (2008: 173), kurva permintaan menggambarkan hubungan
antara harga dan jumlah yang diminta. Dengan kata lain, perubahan jumlah barang yang
diminta disebabkan oleh perubahan harga. Sementara itu, hukum permintaan diturunkan dari
perilaku konsumen yang berorientasi untuk mencapai tingkat maslahah maksimum, yang
berbunyi sebagai berikut: “Jika harga suatu barang meningkat, ceteris paribus, maka jumlah
barang yang diminta turun; demikian juga sebaliknya.”
Pengertian ceteris paribus adalah dengan menganggap hal-hal lain tetap tidak berubah
atau konstan, baik dalam arti tingkat berkah, tingkat manfaat, tingkat pendapatan, preferensi,
dan sebagainya. Jika satu dari hal-hal yang dimaksudkan berubah, maka hukum permintaan
di atas tidak berlaku lagi.
Hubungan yang digambarkan dalam hukum permintaan di atas juga akan menjadi
lebih jelas, jika digambarkan dalam kurva permintaan sebagai berikut:

Kurva di atas menunjukkan bahwa jika harga barang A adalah sebesar 10, maka jumlah
barang A yang diminta adalah 9 unit, sementara ketika harga barang A naik menjadi 18,
maka jumlah barang yang diminta oleh konsumen turun menjadi 8.5[5]
2. Kurva Permintaan Barang Halal
Kurva permintaan diturunkan dari titik persinggungan antara kurva indifference curve
dengan garis anggaran. Katakanlah seorang konsumen memiliki pendaptan I = 1 juta per
bulan dan menghadapi pilihan untuk mengkonsumsi barang X dan barang Y, yang keduanya
adalah barang halal. Misalnya harga barang X Px = Rp.100 ribu dan harga barang Y Py =
Rp.200 ribu. Titik A, A’, A” menunjukan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang X
dan titik B menunjukkan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang Y.
Dengan data ini, dapat dibuat garis anggaran dengan menarik garis lurus antara dua
titik.
X= Y=I/ X at
Kombinasi Income Px Py
I/Px Py tangency
A 1.000.000 100.000 200.000 10 0 3
B 1.000.000 100.000 200.000 0 5 3
Bila terjadi penurunan harga X sebesar Rp.50 ribu, maka kaki garis anggaran pada
sumbu X akan bertambah panjang. Titik perpotongan sumbu Y tidak berubah, sedangkan titik
perpotongan dengan sumbu X berubah.
X= X at
Kombinasi Income Px Py Y=I/Py
I/Px tangency
A’ 1.000.000 50.000 200.000 20 0 4
B 1.000.000 50.000 200.000 0 5 4
Bila harga X menjadi Px = Rp.25.000 maka kaki garis anggaran pada sumbu X akan
bertambah panjang. Titik perpotongan sumbu Y tidak berubah, sedangkan titik perpotongan
sumbu X berubah.
X= X at
Kombinasi Income Px Py Y=I/Py
I/Px tangency
A” 1.000.000 25.000 200.000 40 0 5
B 1.000.000 25.000 200.000 0 5 5
Dengan simulasi harga barang X, akan didapatkan kurva yang menggambarkan antara
harga dengan jumlah barang X yang diminta.
Harga X Jumlah X (X pada saat tangency/jumlah optimal X)
100.000 3
50.000 4
25.000 5
Semakin tinggi harga, semakin sedikit jumlah barang yang diminta. Dengan demikian
didapatkan kemiringan kurva permintaan yang negatif untuk barang halal, sebagaimana
lazimnya kurva permintaan yang dipelajari dalam ekonomi konvensional.6[6]

Gambar. Penurunan kurva permintaan, barang X dan Y adalah halal

3. Kurva Permintaan Barang Halal dalam Pilihan Halal-Haram


Dalam hal pilihan yang dihadapi adalah antara barang halal dengan barang haram,
maka solusi optimalnya adalah corner solution. Katakanlah seorang konsumen mempunyai
pendapatan I = Rp 1 juta per bulan dan menghadapi pilihan untuk mengkonsumsi barangn
halal X dan barang haram Y. Katakan pula harga barang X Px = Rp 100 ribu dan harga
barang Y = Rp.200 ribu. Titik A, A’, A”. menunjukkan konsumsi seluruhnya dialokasikan
pada barang X, dan titik B menunjukkan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang Y.
Simulasi penurunan harga juga dilakukan dari Rp 100 ribu ke tingkat Px = Rp 50 ribu dan Px
= 25 ribu:
Py X= X at
Kombinasi Income Px halal Y=I/Py
haram I/Px tangency
A 1.000.000 100.000 200.000 10 0 10
B 1.000.000 100.000 200.000 0 5 10
Px = Rp 50 ribu
X= X at
Kombinasi Income Px Py Y=I/Py
I/Px tangency
A’ 1.000.000 50.000 200.000 20 0 20
B 1.000.000 50.000 200.000 0 5 20
Px = 25 ribu
X= X at
Kombinasi Income Px Py Y=I/Py
I/Px tangency
A” 1.000.000 25.000 200.000 40 0 40
B 1.000.000 25.000 200.000 0 5 40
Dengan simulasi harga barang X, diperoleh kurva yang menggambarkan antara harga
dengan jumlah barang X yang diminta.

Gambar. Penurunan kurva permintaan, barang X halal dan barang Y haram


Pilihan halal X dan Pilihan halal X dan
haram Y halal Y
Jumlah X (X pada Harga X Jumlah X (X pada saat
Harga X corner solution/atau tangency/atau jumlah
jumlah optimal X) optimal X)
100.000 10 100.000 3
50.000 20 50.000 4
25.000 40 25.000 5
Semakin tinggi harga, semakin sedikit jumlah barang yang diminta. Dengan demikian
kita juga mendapatkan kemiringan kurva permintaan yang negatif untuk barang halal dalam
pilihan halal X dan haram Y. Perbedaannya terletak pada kecuraman kurva atau dalam istilah
ekonominya pada elastisitas harga. Penurunan harga dari Rp.100 ribu ke Rp.50 ribu
meningkatkan permintaan barang X dari 10 ke 20 (bandingkan dengan pilihan halal X – halal
Y yang hanya dari 3 ke 4). Penurunan dari Rp.50 ribu ke Rp.25 ribu meningkatkan
permintaan barang X dari 20 ke 40 (bandingkan dengan pilihan halal X – halal Y yang hanya
naik dari 4 ke 5).7[7]

C. Perbedaan Teori Permintaan Konvensional Dengan Permintaan Islam


Definisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap permintaan, antara
permintaan konvensional dan islam mempunyai kesamaan. Ini dikarenakan bahwa keduanya
merupakan hasil dari penelitian kenyataan dilapangan (empiris) dari tiap-tiap unit ekonomi.
Namun terdapat perbedaan yang mendasar di antara keduanya, diantaranya: 8[8]
1. Perbedaan utama antara kedua teori tersebut tentunya adalah mengenai sumber hukum dan
adanya batasan syariah dalam teori permintaan islami. Permintaan Islam berprinsip pada
entitas utamanya yaitu Islam sebagai pedoman hidup yang langsung dibimbing oleh Allah
SWT. Permintaan Islam secara jelas mengakui bahwa sumber ilmu tidak hanya berasal dari
pengalaman berupa data-data yang kemudian mengkristal menjadi teori-teori, tapi juga
berasal dari firman-firman Tuhan (revelation), yang menggambarkan bahwa ekonomi Islam
didominasi oleh variabel keyakinan religi dalam mekanisme sistemnya.
2. Teori ekonomi yang dikembangkan barat membatasi analisisnya dalam jangka pendek yakni
hanya sejauh bagaimana manusia memenuhi keinginannya saja. Tidak ada analisis yang
memasukkn nilai-nilai moral dan sosial. Analisis hanya dibatasi pada variabel-variabel pasar
semata, seperti harga, pendapatan dan sebagainya. Variabel-variabel lainnya tidak
dimasukkan, seperti variabel nilai moral seperti kesederhanaan, keadilan, sikap
mendahulukan orang lain. Dalam ekonomi konvensional filosofi dasarnya terfokus pada
tujuan keuntungan dan materialme. Hal ini wajar saja karena sumber inspirasi ekonomi
konvensional adalah akal manusia yang tergambar pada daya kreatifitas, daya olah informasi
dan imajinasi manusia. Padahal akal manusia merupakan ciptaan Tuhan, dan memiliki
keterbatasan bila dibandingkan dengan kemampuan.
3. Konsep permintaan dalam Islam menilai suatu komoditi tidak semuanya bisa untuk
dikonsumsi maupun digunakan, dibedakan antara yang halal maupun yang haram. Allah telah
berfirman dalam Surat Al-Maidah ayat 87, 88:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik
yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang
halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah
yang kamu beriman kepada-Nya”
Oleh karenanya dalam teori permintaan Islami membahas permintaan barang halal, barang
haram, dan hubungan antara keduanya. Sedangkan dalam permintaan konvensional, semua
komoditi dinilai sama, bisa dikonsumsi atau digunakan.
4. Dalam motif permintaan Islam menekankan pada tingkat kebutuhan konsumen terhadap
barang tersebut sedangkan motif permintaan konvensional lebih didominasi oleh nilai-nilai
kepuasan (interest). Konvensional menilai bahwa egoisme merupakan nilai yang konsisten
dalam mempengaruhi seluruh aktivitas manusia.
5. Permintaan Islam bertujuan mendapatkan kesejahteraan atau kemenangan akhirat (falah)
sebagai turunan dari keyakinan bahwa ada kehidupan yang abadi setelah kematian yaitu
kehidupan akhirat, sehingga anggaran yang ada harus disisihkan sebagai bekal untuk
kehidupan akhirat.

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan
waktu tertentu. Secara garis besar, permintaan dalam ekonomi islam sama dengan ekonomi
konvensional, namun ada prinsip-prinsip tertentu yang harus diperhatikan oleh individu
muslim dalam keinginannya. Misalnya: Islam mengharuskan orang untuk mengkonsumsi
barang yang halal dan thayyib. Selain itu, dalam ajaran Islam, orang yang mempunyai uang
banyak tidak serta merta diperbolehkan untuk membelanjakan uangnya untuk membeli apa
saja dan dalam jumlah berapapun yang diinginkannya. Batasan lain yang harus diperhatikan
adalah bahwa seorang muslim tidak berlebihan (isyraf), dan harus mengutamakan kebaikan
(maslahah). Selain itu adanya batasan syariah, sudut pandang barangnya, motif dari
permintaan dan tujuannya.

B. Penutup
Demikian makalah yang dapat kami sajikan. Kritik dan saran yang konstruktif sangat
kami harapkan demi perbaikan selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah khasanah pengetahuan,
manfaat untuk kita semua. Amiiinn...

Você também pode gostar