Você está na página 1de 23

REFERAT

PENGELOLAAN MIGREN
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Saraf

Pembimbing
dr. Iman Budiarto, Sp.S

Disusun oleh :
Lisa Sriaji Purboningrum, S.Ked
J510170061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU SARAF


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
REFERAT
PENGELOLAAN MIGREN

Yang diajukan Oleh :

Lisa Sriaji Purboningrum, S.Ked


J510170061

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Ilmu Saraf Program
Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing
Nama : dr. Iman Budiarto, Sp.S (.................................)

Dipresentasikan di hadapan
Nama : dr. Iman Budiarto, Sp.S (.................................)
BAB I
PENDAHULUAN
Cephalgia atau nyeri kepala merupakan gejala yang paling sering dijumpai
dalam kehidupan sehari - hari, sekitar 90% dari setiap individu pernah mengalami
minimal 1 kali per tahun. Nyeri kepala menduduki komposisi jumlah pasien
terbanyak yang datang berobat jalan ke dokter saraf, Migren adalah nyeri kepala
heterogen dengan nyeri hebat dan durasi lama dibandingkan dengan nyeri kepala
lain. Migren dialami oleh lebih dari 28 juta orang di seluruh dunia. Diperkirakan
prevalensinya di dunia mencapai 10%; wanita lebih banyak daripada pria.1
Beberapa studi menunjukkan bahwa prevalensi seumur hidup (lifetime
prevalence) pada wanita sebesar 25%, sedangkan pada pria hanya sebesar 8%.
Usia penderita terbanyak sekitar 25-55 tahun.1 World Health Organization (WHO)
menyatakan bahwa migren adalah salah satu dari 20 penyakit terbanyak
yangmenimbulkan beban biaya yang cukup tinggi setelah epilepsi, stroke,
sindrom Parkinson, sklerosis multipel dan penyakit Alzheimer.2 Total biaya
langsung dan tak langsung (direct and indirect costs) diperkirakan 5,6 hingga 17,2
milyar dolar Amerika berdasarkan hilangnya waktu kerja dan produktivitas akibat
migren.1
Migren menduduki peringkat ke-19 di antara semua penyakit penyebab
hendaya (disability) atau cacat di dunia, dan peringkat ke-12 di antara wanita di
seluruh dunia. Di Inggris, migren diderita oleh lebih dari 14% (7,6% pria dan
18,3% wanita) populasi; lebih dari 6 juta orang. Sekitar 5,7 hari efektif kerja
hilang per tahun untuk setiap pekerja atau pelajar penderita migren, dan pada
setiap hari kerja hingga 90.000 orang tidak masuk kerja atau sekolah karena
migren. Di Amerika Serikat, sekitar 18% wanita dan 6% pria menderita migren,
prevalensinya meningkat tajam.1
Di Inggris dan Amerika Serikat, diperkirakan sekitar dua pertiga penderita
migren tidak pernah berkonsultasi ke dokter, tidak diberi tahu diagnosis yang
tepat, dan hanya diobati dengan (atau dibeli sendiri) obat-obat bebas tanpa resep
dokter. Tujuan utama pengobatan akut adalah onset cepat, cukup efektif, secara
konsisten dapat menurunkan nyeri tanpa menimbulkan serangan ulang nyeri
kepala dan bermanfaat sebagai obat penolong saat serangan.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Migren
1. Definisi
Migrain merupakan gangguan nyeri kepala berulang, dengan serangan
berlangsung selama 4–72 jam dengan karakteristik berlokasi unilateral,
nyeri berdenyut (pulsating), intensitas sedang atau berat, diperberat oleh
aktivitas fisik rutin, dan berhubungan dengan mual dan/atau fotofobia serta
fonofobia.3
2. Klasifikasi
Secara garis besar migraine di klasifikasikan menjadi dua oleh International
Headache Society (IHS) 1988, yaitu migren tanpa aura atau common migraine
dan migren dengan aura atau classic migraine. Yang paling sering terjadi
adalah migren tanpa aura yaitu sekitar 80% dari semua pengidap migren.4
a. Migrain dengan aura atau classic migraine diawali dengan adanya
deficit neurologi fokal atau gangguan fungsi saraf/aura, terutama visual
dan sensorik bebauan seperti melihat garis bergelombang, cahaya
terang, bintik gelap, diikuti nyeri kepala unilateral, mual dan kadang
muntah kejadian ini umumnya berurutan dan manifestasi nyeri biasanya
tidak lebih dari 60 menit.
b. Migrain tanpa aura atau common migraine
Nyeri pada salah satu bagian sisi kepala dan bersifat pulsatile dengan
disertai mual, fotofobi dan fonofobi, intensitas nyeri sedang sampai
berat, nyeri diperparah saat aktivitas dan berlangsung selama 4 sampai
72 jam.
3. Epidemiologi
Migren dialami oleh lebih dari 28 juta orang di seluruh dunia.
Diperkirakan prevalensinya di dunia mencapai 10%, wanita lebih banyak
daripada pria. Beberapa studi menunjukkan bahwa prevalensi seumur hidup
(lifetime prevalence) pada wanita sebesar 25%, sedangkan pada pria hanya
sebesar 8%.6 Usia penderita terbanyak sekitar 25-55 tahun. Total biaya
langsung dan tak langsung (direct and indirect costs) diperkirakan 5,6
hingga 17,2 milyar dolar Amerika berdasarkan hilangnya waktu kerja dan
produktivitas akibat migren.2
Migren menduduki peringkat ke-19 di antara semua penyakit
penyebab hendaya (disability) atau cacat di dunia, dan peringkat ke-12
diantara wanita di seluruh dunia. Di Inggris, migren diderita oleh lebih dari
14% (7,6% pria dan 18,3% wanita) , lebih dari 6 juta orang. Sekitar 5,7 hari
efektif kerja hilang per tahun untuk setiap pekerja atau pelajar penderita
migren, dan pada setiap hari kerja hingga 90.000 orang tidak masuk kerja
atau sekolah karena migren.7 Di Amerika Serikat, sekitar 18% wanita dan
6% pria menderita migren, prevalensinya meningkat tajam.2
4. Anatomi
Cranium atau tulang tengkorak adalah sekumpulan tulang yang
saling berhubungan satu sama lain yang didalamnya terdapat cavum cranii
yang berisi otak atau encephalon. Cranium dibagi menjadi neurocranium
dan viscerocranium, yang melindungi otak adalah neurocranium dan yang
membentuk tulang wajah adalah viscerocranium. Disebelah profunda dari
cranium terdapat lembaran jaringan ikat yang juga berfungsi melindungi
otak disebut mening yang terdiri dari atas 3 lapis yaitu duramater,
arachnoidmater, dan piamater. Selain itu kulit kepala, otot, tendon, dan
jaringan ikat atau fascia kepala yang letaknya lebih superficial juga ikut
berperan dalam melindungi otak.5
Dari semua struktur cranium diatas ada yang memiliki reseptor peka
nyeri dan ada yang tidak memiliki reseptor nyeri. Yang memiliki reseptor
nyeri dibagi menjadi struktur peka nyeri ekstrakranial dan intracranial.
Struktur peka nyeri ekstrakranial antara lain, kulit kepala, otot kepala,
tendon, fascia kepala, periosteum, sinus paranasalis, gigi geligi, telinga luar,
nervus cervicalis C2 C3, dan arteri ekstrakranial. Struktur peka nyeri
intracranial antara lain, mening, sinus venosus duramater, arteri meningea,
nervus cranialis. Sedangkan struktur yang tidak peka nyeri antara lain,
tulang kepala, parenkim otak, ventrikel dan plexus choroideus.5
Apabila terjadi rangsangan yang melibatkan reseptor peka nyeri
pada struktur cranium diatas maka akan menyebabkan nyeri kepala atau
cephalgia. Jika nyeri kepala melibatkan struktur di 2/3 fossa cranium
anterior atau supratentorial maka nyeri akan diproyeksikan ke daerah
frontal, temporal dan parietal yang diperantarai oleh nervus trigeminal, dan
jika nyeri kepala melibatkan struktur di daerah fossa cranii posterior atau
infratentorial maka nyeri akan diproyeksikan ke daerah occipital, leher dan
belakang telinga yang diperantarai oleh nervus cervicalis atas C1, C2 dan
C3.5
5. Etiologi
Pemicu serangan migren akut bersifat multifaktorial, meliputi faktor:1
a. hormonal (menstruasi, ovulasi, kontrasepsi oral, penggantian
hormon)
b. diet (alkohol, daging yang me-ngandung nitrat, monosodium
glutamat, aspartam, cokelat, keju yang sudah lama/basi, tidak
makan, puasa, minuman mengandung kafein)
c. psikologis (stres, kondisi setelah stres/liburan akhir minggu, cemas,
takut,depresi)
d. lingkungan fisik (cahaya menyilaukan, cahaya terang, stimulasi
visual, sinar berpendar/ berpijar, bau yang kuat, perubahan cuaca,
suara bising, ketinggian, mandi keramas).
e. Faktor yang berkaitan dengan tidur (kurang tidur, terlalu banyak
tidur), faktor yang berkaitan dengan obat-obatan (atenolol, kafein,
simetidin, danazol, diklofenak, estrogen, H2-receptor blockers,
histamin, hidralazin, indometasin, nifedipin, nitrofurantoin,
nitrogliserin, etinil estradiolranitidin, reserpin).
f. faktor lainnya (trauma kepala, latihan fi sik, kelelahan)
6. Patofisiologi
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa yang
menyebabkan terjadinya sakit kepala migraine. Tetapi dalam beberapa
tahun belakangan ini telah banyak penelitian yang menjelaskan
patomekanisme terjadinya migraine. Paling tidak ada 3 teori yang
diyakini dapat menjelaskan mekanisme migraine.
a. Teori Vascular
Teori vaskular, adanya gangguan vasospasme menyebabkan
pembuluh darah otak berkonstriksi sehingga terjadi hipoperfusi otak
yang dimulai pada korteks visual dan menyebar ke depan.
Penyebaran frontal berlanjutan dan menyebabkan fase nyeri kepala
dimulai.
b. Teori Neurovascular-Neurokimia (Trigeminovascular)
Adanya vasodilatasi akibat aktivitas NOS dan produksi NO akan
merangsang ujung saraf trigeminus pada pembuluh darah sehingga
melepaskan CGRP (calcitonin gene related). CGRP akan berikatan
pada reseptornya di sel mast meningens dan akan merangsang
pengeluaran mediator inflamasi sehingga menimbulkan inflamasi
neuron. CGRP juga bekerja pada arteri serebral dan otot polos yang
akan mengakibatkan peningkatan aliran darah. Selain itu, CGRP
akan bekerja pada post junctional site second order neuron yang
bertindak sebagai transmisi impuls nyeri. Teori sistem saraf simpatis,
aktifasi sistem ini akan mengaktifkan lokus sereleus sehingga terjadi
peningkatan kadar epinefrin. Selain itu, sistem ini juga mengaktifkan
nukleus dorsal rafe sehingga terjadi peningkatan kadar serotonin.
Peningkatan kadar epinefrin dan serotonin akan menyebabkan
konstriksi dari pembuluh darah lalu terjadi penurunan aliran darah di
otak. Penurunan aliran darah di otak akan merangsang serabut saraf
trigeminovaskular. Jika aliran darah berkurang maka dapat terjadi
aura. Apabila terjadi penurunan kadar serotonin maka akan
menyebabkan dilatasi pembuluh darah intrakranial dan ekstrakranial
yang akan menyebabkan nyeri kepala pada migren.

c. Teori Cortical Spreading Depresion


Dimana pada orang migrain nilai ambang saraf menurun sehingga
mudah terjadi eksitasi neuron lalu berlaku short-lasting wave
depolarization oleh pottasium-liberating depression (penurunan
pelepasan kalium) sehingga menyebabkan terjadinya periode depresi
neuron yang memanjang. Selanjutnya, akan terjadi penyebaran
depresi yang akan menekan aktivitas neuron ketika melewati korteks
serebri.
7. Gejala Klinis
Migren adalah gangguan neurologis kronis yang ditandai
dengan episode nyeri kepala paroksismal dan gejala penyerta yang
berlangsung 4-72 jam. Migren dapat digambarkan sebagai kejadian
neurologis akibat kerentanan otak terhadap serangan dan berbagai
pemicu dari lingkungan. Penderita migren bereaksi terhadap
stimulinormal, yang terjadi akibat keadaan neuronal yang
hipereksitabel.6
Dapat terjadi tumpang tindih fase migren yang terdiri dari: fase
prodromal, aura, nyeri kepala dan postdromal. Serangan migren dapat
dipicu adanya faktor pencetus baik eksogen maupun endogen.
Mekanisme pencetus serangan ini belum jelas diketahui, sebagian besar
diduga berdasarkan fenomena kortikal. Faktor pencetus eksogen adalah
cuaca, sinar, gerakan, suara bising, makanan, minuman (alkohol), atau
hal lain yang dapat mengaktivasi substansi-substansi di otak. Faktor
pencetus endogen, antara lain, adalah gangguan tidur, turunnya kadar
estrogen pada wanita, stres mental, dan ketakutan.6
a. Fase prodomal
Gejala prodomal atau gejala yang menjadi pertanda migren,
dapat dijumpai pada 60% penderita, yang dimulai satu dua
jam sampai dua hari sebelum rasa nyeri kepala atau gejala
aura bermula. Gejala prodomal dapat muncul pada migren
dengan aura maupun tidak, gejala ini dapat berupa :6
1) Perasaan tidak menentu
2) Euforia
3) Rasa lapar
4) Nafsu makan kurang
5) Mengantuk
6) Depresi
7) Mudah tersinggung
8) Tegang
9) Sulit tidur
b. Fase aura
Aura dapat bersifat visual, sensorik atau motorik.
Pada beberapa penderita dapat mengalami lebih dari satu.
Aura visual adalah yang paling sering terjadi pada lebih dari
99% kasus dan secara khusus pada lebih dari setengah
jumlah kasus yang terjadi. Sering berupa scintillating
scotoma (suatu daerah dalam lapang pandang yang berkelip-
kelip). Beberapa penderita kehilangan sebagian lapang
pandang mereka dan disebut sebagai hemianopsia sementara
pasien yang lain mengalami pandangan kabur.6
Aura sensorik adalah nomor dua paling umum
muncul pada 30-40 % penderita yang mengalami aura.
Sering disertai dengan rasa tertusuk-tusuk yang dimulai dari
salah satu tangan dan lengan lalu menyebar ke area hidung-
mulut pada sisi yang sama. Gejala-gejala lain fase aura
antara lain: gangguan bicara atau bahasa, rasa berputar-
putar, dan gangguan motorik yang lebih jarang muncul.
Gejala motorik menandakan bahwa migren yang terjadi
merupakan jenis hemiplegik, rasa lemas biasanya
berlangsung lebih dari satu jam tidak seperti aura lainnya.6
Aura dapat muncul sebelum atau selama nyeri
kepala. Aura dapat muncul selama lebih dari beberapa menit
dan biasanya berakhir kurang dari 60 menit.6
c. Fase nyeri kepala
Pada umumnya nyeri kepala ini bersifat unilateral,
berdenyut-denyut dan intensitasnya ringan hingga parah,
biasanya rasa nyerinya terjadi secara bertahap dan semakin
parah seiring dengan bertambahnya aktifitas fisik, meski
demikian, pada lebih dari 40 % kasus, sakit kepala yang
terjadi bersifat bilateral, dan sering terjadi pada penderita
migren tanpa aura. Kadangkala, sakitnya terutama terasa
dibagian kepala belakang dan atas. Pada orang dewasa, sakit
biasanya berlangsung selama 4-72 jam sementara pada anak-
anak, seringkali berlangsung kurang dari 1 jam. Frekuensi
serangan bervariasi, dari hanya beberapa kalisaja seumur
hidup hingga beberapa kali seminggu, dengan rata-rata satu
kali sebulan.6
Sakit kepala seringkali disertai dengan rasa mual,
muntah, sensitif terhadap cahaya, sensitif terhadap suara,
sensitif terhadap bau, lemas dan mudah tersinggung. Pada
migrain basilar, migran dengan gejala neurologis yang
berhubungan dengan batang otak atau dengan gejala
neurologis pada kedua sisi tubuh, dampak yang biasanya
terjadi antara lain: suatu sensasi dunia berputar, kepala
terasa ringan dan kebingungan. Mual terjadi pada hampir
90% pasien, dan muntah terjadi pada sepertiganya. Oleh
sebab itulah kebanyakan pasien ingin berada diruangan yang
gelap dan tenang.6
d. Postdromal
Gejala dapat berlamgsung selama bebrapa hari
setelah sakit kepala ini berakhir. Beberapa penderita
melaporkan rasa nyeri dibagian yang terserang migren,
sedangkan penderita lain juga melaporkan tidak dapat
berpikir dengan normal selama beberapa hari setelah sakit
kepala berakhir. Penderita mungkin mengalami keluhan atau
hungover, gangguan kognitif, gejala gastrointestinal,
perubahan suasana hati, dan lemah. Berdasarkan sebuah
ikhtisar yang mengatakan sebagian pasien secara ganjil tiba-
tiba merasa segar atau senagn bukan main setelah serangan,
sementara sebagian yang lain merasakan depresi gelisah.6

8. Diagnosis
Diagnosis migren menurut International Headache Society dapat
dilakukan berdasarkan kriteria berikut:4
a. Migren tanpa aura
1) Nyeri kepala berlangsung 4-72 jam (tidak diobati atau tidak
berhasil diobati)
2) Nyeri kepala yang memiliki dua gejala dibawah ini :
a) Menyebabkan penghindaran aktivitas sehari-hari (
misalnya berjalan, menaiki tangga)
b) Intensitas nyeri kepala sedang atau berat
c) Berdenyut-denyut
d) Unilateral
3) Terjadi satu atau lebih gejala berikut ini:
a) Mual dan atau muntah
b) Fotofobia dan fonofobia
4) Tidak disebabkan oleh gangguan penyakit lain
5) Setidaknya lima serangan atau lebih yang memenuhi kriteria
diatas
b. Migren dengan aura
1) Aura terdiri dari setidaknya satu dari gejala berikut, tetapi
tidak ada kelemahan motorik:
a) Gangguan bicara dysphasia sepenuhnya reversibel
b) Gejala sensorik yang sepenuhnya reversibel, termasuk
fitur positif (pin dan jarum) dan / atau fitur negatif (mati
rasa)
c) Gejala visual yang sepenuhnya reversibel, termasuk fitur
positif (kerlip lampu, bintik, garis) dan / atau fitur negatif
(kehilangan penglihatan)
2) Setidaknya dua dari yang berikut:
a) Gejala visual homonim dan / atau gejala sensorik
unilateral
3) Setidaknya satu gejala aura berkembang secara bertahap
selama lima menit atau gejala aura yang berbeda terjadi
berturut-turut selama lima menit
4) Setiap gejala berlangsung setidaknya lima menit, tetapi tidak
lebih dari 60 menit
5) Sakit kepala memenuhi kriteria untuk migrain tanpa aura
dimulai selama aura atau aura berikut dalam 60 menit
6) Tidak dikaitkan dengan gangguan lain
7) Setidaknya dua serangan memenuhi kriteria di atas
9. Penatalaksanaan
Penting sekali mengetahui tujuan klinis dan harapan sebelum
mengobati migren akut. The International Headache Society (IHS)
menetapkan efi kasi pengobatan migren akut dengan respons bebas
nyeri pada 2 jam pertama. Penderita harus mengerti tentang migren dan
cara penanganan saat serangan, menghindari faktor pencetus, misalnya
dengan teratur tidur, makanan, latihan dan menghindari stres. Harapan
pasien dalam pengobatan migren akut adalah (a) bebas nyeri, (b) tidak
berulang, (c) onset cepat. Catatan harian nyeri kepala/kalender perlu
dalam membantu identifikasi serangan migren, faktor pencetus, dan
keberhasilan pengobatan. Pengobatan terbaik adalah efi kasi tinggi,
efek samping minimal, dan harga murah.2
Prinsip terapi farmakologis akut serangan migren adalah :2
a. menurunkan frekuensi, beratnya dan durasi serangan nyeri kepala
b. menghindari meningkatnya nyeri kepala
c. mencegah nyeri kepala yang komplet
d. menurunkan disabilitas
e. secara cepat dapat mengembalikan aktivitas normal
f. memperbaiki kualitas hidup
g. menghindari terjadinya medication overuse,
h. edukasi pasien tentang manajemen diri terkait penyakitnya (misalnya,
menghindari faktor pencetus, hati-hati menggunakan pengobatan akut,
perubahan gaya hidup seperti tepat waktu tidur, makan dan latihan teratur)
i. Pengobatan yang tepat pada awal serangan (stratifi ed care) dengan
golongan triptan dalam dosis yang tepat biasanya memberikan hasil signifi
kan pada kasus-kasus migren tertentu, ketimbang pemberian pengobatan
non-spesifi k.
Terdapat dua pendekatan pengobatan akut serangan migren, yaitu stepped care
dan stratifi ed care.2
a. Stepped Care
Terdapat dua langkah yaitu, step care across attacks dan step care within attack.
Stepped care across attack dimulai dengan pengobatan non spesifik (pengobatan
sederhana atau kombinasi), apabila tidak memuaskan dosis ditingkatkan sampai
hasilnya memuaskan. Sedangkan pada stepped care within attacks, pada saat
serangan dimulai dengan pemberian pengobatan non spesifi k. Setelah 2 jam bila
perlu diberi obat migren spesifik.
b. Stratified Care
Pemilihan awal pengobatan berdasarkan pengobatan yang dibutuhkan oleh pasien
dengan mengevaluasi beratnya disabilitas dari serangan migrennya dan kemudian
diberikan pengobatan spesifi k untuk menghindari kelanjutan disabilitasnya.
Pendekatan disabilitas ini sebagai petanda beratnya suatu penyakit.
Obat migren abortif dibagi menjadi dua bagian yaitu: golongan non spesifik dan
spesifik.2
a. Abortif nonspesifik
Digunakan sebagai lini pertama pengobatan migren untuk serangan ringan
sampai sedang atau serangan berat atau berespons baik terhadap obat yang
sama, dapat dipakai golongan analgesik yang dijual bebas.2

b. Abortif spesifik
bila tidak responsif terhadap analgesik, dipakai obat spesifik, seperti
golongan triptan (naratriptan, rizatriptan, sumatriptan, zolmitriptan),
dihidroergotamin (DHE).2
1) Triptan (agonis 5-HT1B/1D)
Digunakan pada migren sedang sampai berat atau migren ringan
sampai sedang yang tidak responsif terhadap analgesik atau NSAID.
Sumatriptan subkutan lebih efektif karena cepat mencapai efek
terapeutik (±15 menit) pada 70-82% penderita. Penderita harus
mencoba satu macam obat untuk 2-3 kali serangan sebelum menukar
dengan jenis triptan lain. Efek samping yang umum terjadi pada
penggunaan semua jenis triptan: dada rasa tertekan, nausea, parestesi
distal, fatigue. Kontraindikasi umumnya pada hipertensi arterial yang
tidak diobati, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler,
penyakit Raynaud, kehamilan dan laktasi, usia di bawah 18 tahun
(kecuali sumatriptan nasal spray) dan di atas 65 tahun, penyakit hati,
atau gagal ginjal.
2) Alkaloid ergot
Penelitian komparatif melaporkan bahwa efikasi triptan lebih baik
daripada alkaloid ergot. Keuntungan penggunaan alkaloid ergot adalah
rekurensinya lebih rendah pada beberapa pasien. Obat golongan ini
sebaiknya digunakan terbatas pada pasien dengan serangan migren
yang sangat panjang atau dengan rekurensi yang reguler. Senyawa
satu-satunya yang memiliki bukti efi kasi cukup adalah ergotamin
tartrat dan dihydroergotamine 2 mg (oral dan suppositoria). Alkaloid
ergot dapat menginduksi drug overuse headache sangat cepat pada
dosis sangat rendah. Karena itu, penggunaannya dibatasi hanya
sampai 10 hari saja per bulan. Efek samping utama adalah nausea,
muntah, parestesia, dan ergotisme. Kontraindikasi obat ini pada pasien
dengan penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler, penyakit
Raynaud, hipertensi, gagal ginjal, kehamilan dan masa laktasi.

3) Antiemetik
Antiemetik pada serangan migren akut direkomendasikan untuk
pengobatan nausea dan potensi emesis; diasumsikan obat-obat
antiemetik ini meningkatkan resorbsi analgetik. Metoklopramid 20 mg
direkomendasikan untuk dewasa dan remaja. Anak anak sebaiknya
diberi domperidon 10 mg karena kemungkinan efek samping
ekstrapiramidal pada penggunaan metoklopramid.
10. Pencegahan
Beberapa hal diyakini dapat merupakan proteksi timbulnya migren
seperti:6
a. Tidur teratur
b. Makan teratur
c. Olahraga /aktivitas teratur
d. Bio feedback
e. Gaya hidup sehat
Indikasi umum profilaksis migren antara lain (1) nyeri kepala yang
berkaitan dengan disabilitas terjadi tiga hari atau lebih per bulannya,1
(2) durasi migren lebih dari 48 jam,1(3) medikasi migren akut tidak
efektif, dikontraindikasikan, atau dipakai berlebihan (overused),1 (4)
serangan menghasilkan disabilitas berat, aura yang memanjang, atau
nyata terjadi migrainous infarctio,1 (5) serangan lebih dari dua sampai
empat kali per bulan meskipun dengan pemeliharaan/perawatan
memadai,1 (6) pasien lebih memilih terapi preventif,1 Sedangkan obat-
obat yang dapat digunakan sebagai pencegahan seperti topiramate,
divalproat/sodium valproat, propanolol, dan metoprolol mempunyai
ingkat bukti yang tinggi. Rekomendasi untuk gabapentin masih
bervariasi. Timolol juga efektif untuk pencegahan migren dan
mengurangi frekuensi serangan migren serta mengurangi tingkat
keparahannya, sementara frovatriptan bekerja efektif untuk pencegahan
migren saat menstruasi. Amitriptilin dan venlavaksin mungkin juga
efktif.6
11. Diagnosis Banding
a. Glaukoma akut 4
Terkait dengan penglihatan kabur, mual, muntah, dan melihat
lingkaran cahaya di sekitar lampu.
b. Hematoma subdural akut atau kronis 4
Trauma pendahuluan, mungkin memiliki onset subakut, perubahan
tingkat kesadaran atau defisit neurologis mungkin ada Hipertensi
berat.
c. Hipertensi akut4
yang ditandai (sistolik> 210 mm Hg atau diastolik> 120 mm Hg),
mungkin memiliki kebingungan atau iritabilitas.
d. Hipertensi intrakranial (pseudotumor cerebri) 4
Sering terjadi onset mendadak, berhubungan dengan mual, muntah,
pusing, penglihatan kabur, dan papilledema, mungkin memiliki saraf
kranial V1 palsy, diperburuk oleh batuk, mengejan, atau mengubah
posisi.
e. Keracunan karbon monoksida Mungkin berbahaya atau terkait
dengan dyspnea. 4
f. Diseksi karotis Penyebab stroke4
bisa spontan atau mengikuti trauma ringan atau gerakan leher
mendadak; sakit kepala unilateral atau nyeri wajah sindrom Horner
ipsilateral. 4
g. Spondylosis serviks Lebih buruk 4
dengan gerakan leher, distribusi posterior; nyeri bersifat neuralgik
dan kadang-kadang disebut verteks atau dahi, lebih umum pada
pasien yang lebih tua.
h. Sakit kepala klaster Luar biasa4
serangan mendadak; durasi menit hingga jam, mengulangi selama
beberapa minggu, kemudian dapat menghilang selama berbulan-
bulan atau bertahun-tahun, lakrimasi unilateral dan hidung
tersumbat, nyeri unilateral dan periorbital berat, lebih sering terjadi
pada pria, pasien gelisah selama episode
i. Encepalitis4
Kelainan neurologis, kebingungan, perubahan status mental atau
tingkat kesadaran.
j. Sinusitis frontal4
Biasanya lebih buruk ketika berbaring; hidung tersumbat,
kelembutan di atas sinus yang terkena.
k. Neuralgia occipital4
yang lebih besar Lokasi okupasi, kelembutan di dasar tengkorak,
Nyeri bersifat neuralgik dan mengacu pada verteks atau dahi
l. Neoplasma intrakranial4
Lebih buruk saat bangun, umumnya progresif, diperburuk oleh
batuk, mengejan, atau mengubah posisi Sakit kepala yang
disebabkan oleh obat Sakit kepala kronis dengan beberapa fitur
migrain, cenderung terjadi setiap hari
m. terapi hormon dan kontrasepsi hormonal4
sering menjadi penyebab, termasuk rebound analgesik
n. Meningitis4
Demam tanda meningeal
o. Sindroma pasca konklusi4
Trauma kepala : vertigo, lightheadedness; konsentrasi dan ingatan
yang buruk; kekurangan energi; lekas marah dan kecemasan
p. Subarachnoid hemorrhage4
Ledakan onset sakit kepala parah; 10 persen didahului oleh sakit
kepala sentinel Arteritis temporal Hampir secara eksklusif pada
pasien yang lebih tua dari 50 tahun; berhubungan dengan
kelembutan kulit kepala atau arteri temporal dan rahang klaudikasio,
perubahan visual Disfungsi sendi temporomandibula Nyeri
umumnya melibatkan sendi temporomandibular dan area temporal;
dikaitkan dengan gejala saat mengunyah
q. Sakit kepala tipe tegang Umum4
durasi 30 menit hingga tujuh jam, biasanya bilateral, nonpulsating,
intensitas ringan hingga sedang tanpa membatasi aktivitas, tidak ada
mual atau muntah
r. Trigeminal neuralgia4
Episode singkat nyeri tajam, menusuk dan distribusi wajah
trigeminal.
12. KOMPLIKASI
Komplikasi Migren adalah rebound headache, nyeri kepala yang
disebabkan oleh penggunaan obat – obatan analgesia seperti aspirin,
asetaminofen, dll yang berlebihan. Status Migren, yaitu nyeri kepala
yang lebih dari 72 jam walaupun telah diobati sebagaimana mestinya.
Dan meminum obat analgetik yang berlebihan.6
13. PROGNOSIS
Prognosis migren dapat sembuh sempurna dengan menghindari faktor
pencetus dan meminum obat yang teratur. Tetapi berdasarkan penelitian
dalam beberapa tahun terakhir risiko untuk menderita stroke pada
pasien riwayat migren meningkat. Sekitar 19% dari seluruh kasus
stroke terjadi pada orang dengan riwayat migraine.6
BAB III
KESIMPULAN
Migrain merupakan gangguan nyeri kepala berulang, dengan serangan
berlangsung selama 4–72 jam dengan karakteristik berlokasi unilateral, nyeri
berdenyut (pulsating), intensitas sedang atau berat, diperberat oleh aktivitas fisik
rutin, dan berhubungan dengan mual dan/atau fotofobia serta fonofobia.
Migrain secara umum dibagi menjadi 2 yaitu migren tanpa aura atau
common migraine dan migren dengan aura atau classic migraine. Yang paling
sering terjadi adalah migren tanpa aura yaitu sekitar 80% dari semua pengidap
migren.Migren dapat terjadi pada semua usia tetapi biasanya muncul pada usia 10
– 40 tahun dan angka kejadiannya menurun setelah usia 50 tahun.
Diagnosis migraine dapat ditegakkan dengan anamnesis yang cermat
dengan memperhatikan ciri-ciri khusus dari beberapa klasifikasi migraine
menggunakan kriteria diagnosis International Headache Socety.
Penatalaksanaan mencakup penatalaksanaan abortif dan
preventif/profilaktif baik secara farmakologi maupun non farmakologi. Prinsip
pengobatan adalah untuk mengurangi serangan migraine dan mencegah serangan
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Penatalaksanaan Migren. Nugroho, Dito. Palangkaraya : CDK 198, 2012,


Vol. 39.

2. Starategi Pengobatan Akut Migren. Suharjanti, Isti. Surabaya : CDK 201,


2013, Vol. 40.

3. Riyadina, Woro. Riyadina, Woro dan Turana, Yoga. Faktor Resiko dan
Komorbiditas Migren : Buku Penelitian Kesehatan, 2014, Vol. 17.

4. Treatment of Acute Migraine Headache. Gilmore, Benjamin dan Geven,


David. American : American Family Phisician, 2011, Vol. 83. 3.

5. Suwahjo, Ardi dan Antoni, Yohanes. Anatomi klinis. Jakarta : enerbit


Buku Kedokteran EGC, 2012. 1.

6. Suroto, Hartanto, OS dan Soedomo, Agus. Neurologi untuk Kedokteran


Umum. Surakarta : UNS Press, 2014.

Você também pode gostar