Você está na página 1de 35

STRATEGI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN DAN

PERKOTAAN (PBB P2) SERTA EFEKTIVITAS PENERIMAANNYA DI


PEMERINTAH KABUPATEN BATANGHARI
TAHUN 2014-2015

JASASILA,SE.ME
STIE Graha Muara Bulian
E-mail: jasasila@yahoo.co.id
Web : www.jasasila.com

Abstrak

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Bumi dan


Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) merupakan salah satu
pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah. Pemerintah Kabupaten
Batanghari mulai memberlakukan PBB P2 sebagai pajak daerah mulai
tanggal 1 Januari 2011. Kabupaten Batanghari merupakan salah satu
kabupaten di Provinsi Jambi yang memiliki potensi pajak yang besar
terutama dibidang pertanian dan perkebunan. Besarnya tunggakan
pajak menjadi tantangan bagi pemerintah Kabupaten Batanghari dalam
mengoptimalkan penerimaan PBB P2. Penelitian ini mendeskripsikan
mengenai kendala yang dialami oleh pemerintah Kabupaten Batanghari
dalam penerapan PBB P2, menjelaskan mengenai strategi yang
digunakan, serta mengetahui tingkat efektivitas penerimaan PBB P2
sebagai pajak daerah.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan teknik


pengumpulan data berupa wawancara dan dokumentasi. Pemilihan
informan menggunakan teknik purposive. Teknis analisis data yang
digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kendala yang dialami oleh


pemerintah Kabupaten Batanghari adalah karena PBB P2 merupakan
pajak baru sehingga pemda mengalami kesulitan dalam pengelolaannya,
aplikasi SISMIOP yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak tidak
berjalan dengan baik, sarana dan prasarana yang kurang memadai serta
membutuhkan biaya yang besar, serta sumber daya manusia yang tidak
optimal dalam memberikan pelayanan. Pemerintah Kabupaten
Batanghari melakukan tiga tahapan strategi yaitu tahap perencanaan
strategi, pelaksanaan strategi, dan evaluasi strategi. Penerimaan PBB P2
Kabupaten Batanghari tergolong sangat efektif dengan presentase di
atas seratus persen.

Kata Kunci: PBB P2, Pajak Daerah, Strategi, Efektivitas

Abstract

According to the Constitution No. 28 in 2009 the rural and urban


property taxes becomes one of the taxes policy managed by the local
government. Denpasar local government had just started to implement
this rural and urban property taxes policy since January 2013. Denpasar
is the capital city of Bali Province having very high potential of taxe
revenue, because every apect of economic activity is found in this area.
The amount of tax arrears could become potential challenges for the
local government of Denpasar. This study would describe about the
constraints encountered by the local government of Denpasar in
optimizing the ruraland urban property tax revenue, explaining about
the strategies
implemented, as well as finding out the level of effectiveness of property
tax revenue as the local taxes.

It was a descriptive type of study, using interview and documentation


record in collecting the data. Purposive technique was used as a basis for
selecting the informants, while the data was analyzed by using qualitative
and quantitative methods.

The results indicated that since the policy of tax revenue was relatively new
the problems encountered by the local government of Denpasar was in the
management, the application of SISMIOP provided by tax Directorate
General “Direktorat Jenderal Pajak” could not be implemented well,
restricted number of facilities and infrastructure, and lack of human
resources capabilities to provide the services. The local government of
Denpasar had conducted three stages of strategies involving stage of
planning, implementation, and evaluation strategies. The rural and urban
property taxes revenue in Denpasar city was found very effective with more
than 100 % revenue.

Keywords: rural and urban property taxes revenue, local taxes, strategy,
effectiveness
PENDAHULUAN

Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, seperti yang


diatur dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 bahwa Penyelenggaraan
Otonomi Daerah menggunakan tiga asas Antara lain sebagai berikut ini :

1. Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh


pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka NKRI
2. Asas dekosentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada
gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat pusat daerah
3. Asas tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan
desa, dan dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang
disertai pembiayaan, sarana, dan prasarana serta sumber daya manusia
dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan
mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan.
Mariun (2015) berpendapat bahwa Otonomi daerah adalah kebebasan
(kewenangan) yang dimiliki oleh pemerintah daerah yang memungkinkan mereka
untuk membuat inisiatif sendiri dalam rangka mengelola dan mengoptimalkan
sumber daya yang dimiliki oleh daerahnya sendiri. Otonomi daerah merupakan
kebebasan untuk dapat berbuat sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Optimalilasi sumber daya yang dimaksud dapat berupa pengelolaan keuangan
yang sumbernya berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan,
pinjaman daerah, dan penerimaan lain-lain yang sah. Pendapatan Asli
Daerah (Marihot P. Siahaan 2005 : 15), yaitu pendapatan yang diperoleh
daerah dan dipunggut berdasarkan perturan daerah sesuai dengan perturan
perundang-undangan, meliputi :
1. Pajak daerah;
2. Retribusi Daerah, termasuk hasil dan pelayanan badan umum (BLU) daerah;
3. Hasil pengelolaan kekayaan pisahkan, antara lain bagian laba dari BUMD, hasil
kerja sama dengan pihak ketiga dan
4. Lain-lain PAD yang sah.
Seperti yang dijelaskan di atas, salah satu penerimaan daerah adalah pajak.
Secara umum, pajak sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dampak pemungutan pajak sekilas terlihat akan mengurangi kekayaan wajib
pajak. Namun sebenarnya pajak yang diterima tersebut, digunakan untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran negara guna meningkatkan pembangunan di
segala sektor dimana dalam hal ini pajak sebagai fungsi budgeter. Mardiasmo
(2011) menjelaskan bahwa fungsi budgeter merupakan fungsi pajak sebagai
sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran pengeluarannya.
Tetapi selain itu pajak juga mempunyai fungsi mengatur (regulered) yang artinya
sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam
sosial dan ekonomi dalam hal membiayai pengeluaran pemerintah pusat seperti
belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, serta untuk pembayaran bunga
hutang negara.
Mardiasmo (2011) mengklasifikasikan pajak menurut lembaga pemungutnya
membagi menjadi dua jenis pajak, yaitu pajak pusat yaitu pajak yang dipungut
oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara dan
pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah untuk membiayai
rumah tangga daerah. Pajak daerah merupakan iuran wajib pajak yang dilakukan
oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan yang seimbang yang
dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
pembangunan.
Sumber-sumber penerimaan pajak daerah menurut Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009 adalah Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame,
Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan,
Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan
dan Perkotaan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dikenakan oleh
pemerintah kepada wajib pajak atas kepemilikan hak atas bumi dan bangunan
yang ada di atasnya yang nilainya di atas Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
(NJOPTKP) (Suprianto: 2011). Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai
pajak daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Tahapan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan
diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Keuangan (PMK) Nomor
213/PMK.07/2010 serta Permendagri Nomor 58 Tahun 2010 tentang Tahapan
Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan sebagai
Pajak Daerah.
Hartono (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Evaluasi Pelaksanaan
Pengalihan Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan (PBB-P2) Sebagai
Salah Satu Sumber Pendapataan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo menyatakan
bahwa pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan menjadi pajak daerah berpengaruh
postif terhadap Pendapatan Asli Daerah. Semakin tinggi pencapaian penerimaan
PBB, maka Pendapatan Asli Daerah juga akan meningkat. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Adelina (2013) mengemukakan bahwa penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan telah melampaui target yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Gresik.
Meskipun dilihat dari hasil kedua penelitian terdahulu menunjukkan pencapaian
yang positif terhadap penerimaan PBB, namun tidak mencerminkan bahwa hasil
dari penerimaan PBB tersebut sama dengan daerah lain, hal ini dikarenakan
potensi dari setiap wilayah berbeda-beda.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dapat dijelaskan
bahwa PBB berpengaruh terhadap penerimaan daerah. Pengelolaan yang tepat
dapat mengoptimalkan pencapaian target penerimaan pajak. Pengelolaan tersebut
dapat berupa penggunaan sistem pemungutan pajak yang tepat. Seperti yang
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Batanghari yang telah menjadikan Pajak
Bumi dan Bangunan sebagai pajak daerah.
Berdasarkan data yang diperoleh Pemerintah Kabupaten Batanghari dapat
digambarkan jumlah wajib pajak yang aktif di Kabupaten Batanghari pada tahun
2013 berjumlah .................... wajib pajak, dengan potensi kurang lebih ........
miliar dari 8 kecamatan yang terdiri dari 124 desa atau kelurahan di Kabupaten
Batanghari, selain data tersebut, diberikan pula jumlah tunggakan pajak yang
dimiliki oleh wajib pajak itu sendiri. Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa
jumlah tunggakan yang dimiliki adalah sebesar ?????????????? dari tahun 2000
sampai dengan tahun 2013. Untuk sementara Pemerintah Kabupaten Batanghari
menerima tunggakan tersebut untuk diperiksa oleh BPKP untuk mendapatkan
arahan yang jelas mana tunggakan yang kadaluarsa mana yang kemungkinan bisa
ditagih untuk menghindari agar tidak terjadi permasalahan di kemudian hari.
Besarnya tunggakan yang terjadi tentu akan berpengaruh terhadap
efektivitas penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten Batanghari,
mengingat pajak merupakan penerimaan terbesar yang diperoleh pemerintah
daerah. Tentunya pemerintah daerah mempunyai strategi tertentu yang dapat
digunakan untuk mengoptimalkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, terlebih
lagi pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan telah
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
Dari potensi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yang dimiliki oleh
pemerintah Kabupaten Batanghari serta jumlah tunggakan pajak yang cukup
besar, diharapkan strategi yang tepat mampu mengoptimalkan penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan. Dari strategi yang diterapkan tersebut, kita juga bisa melihat
apakah ada pengaruhnya terhadap efektivitas penerimaan PBB yang telah
ditentukan sebelumnya.
Berdasarkan kondisi tersebut, ada beberapa permasalahan yang didapat
antara lain:
1. Apa kendala yang dialami oleh Pemerintah Kabupaten Batanghari dalam
pelaksanaan pemungutan PBB P2 ?
2. Bagaimanakah mekanisme strategi yang dilakukan dalam pemungutan PBB P2
?
3. Bagaimanakah efektivitas penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Pemerintah
Kabupaten Batanghari setelah ditetapkan sebagai pajak daerah ?
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kendala yang dialami oleh Pemerintah Kabupaten
Batanghari dalam pelaksanaan pemungutan PBB P2 ?
2. Untuk mengetahui mekanisme strategi yang dilakukan dalam pemungutan PBB
P2 ?
3. Untuk mengetahui efektivitas penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Pemerintah Kabupaten Batanghari setelah ditetapkan sebagai pajak daerah ?

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dimana dalam penelitian ini
akan menjelaskan mengenai kendala yang dialami oleh Pemerintah Kabupaten
Batanghari dalam pemungutan PBB P2 serta strategi yang digunakan dalam
pemungutan PBB P2. Selain itu penelitian ini menjelaskan mengenai bagaimana
efektivitas penerimaan PBB P2 dengan menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data yaitu wawancara, dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan
melalui berbagai teknik tersebut kemudian dianalisis.
Informan dalam penelitian ini dipilih secara purposive. Pemilihan ini ditunjuk
berdasarkan sejauh mana mereka memahami kondisi yang sebenarnya dari objek
yang akan diteliti sesuai dengan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini.
Raco (2010) menyatakan bahwa pemilihan mereka berdasarkan atas kredibilitas
dan juga kekayaan informasi yang mereka miliki.
Teknik analisis yang dilakukan terdiri dari teknis analisis data kualitatif dan
kuantitatif. Teknis analisis data kualitatif digunakan untuk menjawab rumusan
masalah yang datanya berupa pernyataan yang tidak berupa angka-angka, yang
kemudian disusun secara naratif dengan pola atau susunan tertentu. Teknik
analisis data ini digunakan untuk menjawab permasalahan mengenai kendala
serta realisasi strategi dalam penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Pemerintah
Kabupaten Batanghari.
Teknis analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui efektivitas
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan setelah ditetapkan sebagai pajak daerah.
Analisis tersebut menggunakan rasio efektivitas keuangan daerah sesuai dengan
Keputusan Mendagri.

Berikut di bawah ini disajikan tabel dari Kepmendagri yang dikutip Maryana
(2005) dalam Tarigan (2013) untuk mengukur efektifitas keuangan daerah
otonom:
Tabel 1. Kriteria Efektivitas Keuangan Daerah

Kemampuan Efektivitas Rasio

Sangat Efektif >100


Efektif 90-100
Cukup Efektif 80-90
Kurang Efektif 60-80
Tidak Efektif <60
Sumber: Depdagri, Kepmendagri Nomor 690.900.327 Tahun 1996. Pedoman
Kinerja Keuangan

PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Batanghari merupakan salah satu Kabupaten Di Provinsi Jambi,
yang terdiri dari delapan kecamatan dan 124 Desa/Kelurahan.
Dinas Pendapatan (Dispenda) Kabupaten Batanghari merupakan salah satu
Satuan Kerja Perangkat Deerah pada Pemerintah Deerah Kabupaten Batanghari.
Salah satu tugas pokok Dispenda Kabupaten Batanghari adalah mengelola pajak-
pajak daerah dengan cara-cara tertentu sesuai dengan peraturan dan norma yang
berlaku. Visi Dinas Pendapatan Kabupaten Batanghari adalah Menjadikan KKDS
(Kemampuan Keuangan Daerah Sendiri) sebagai sumber pendanaan yang utama
dalam menunjang pembangunan Kabupaten Batanghari yang berwawasan budaya
dengan keharmonisan dan keseimbangan secara berkelanjutan. Sedangkan visi
dispenda Kabupaten Batanghari yaitu: 1) Menjaga hubungan yang positif dengan
wajib pajak selaku mitra kerja pemerintah dalam pemungutan pajak. 2)
Mewudjudkan penegakan perda serta sanksi hukum yang tegas. 3) Mewujudkan
pelayanan prima kepada masyarakat. 4) Menggali sumber-sumber pendapatan. 5)
Mewujudkan sumber daya manusia yang normal.
Dalam menjalankan tugasnya dalam mengelola pajak daerah, terutama PBB
P2, dispenda Kabupaten Batanghari memiliki sub bidang yang bertugas
menjalankan program pemungutan PBB P2 yaitu sub bidang pendataan dan
penilaian, sub bidang penetapan, sub bidang penagihan, serta sub bidang
keberatan dan pengurangan.

Proses Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB P2) sebagai Pajak
Daerah
Ada tiga tahapan dalam proses pengalihan PBB sebagai pajak daerah yaitu:
1. Persiapan rancangan Peraturan daerah (Perda PBB), Perbup, dan Tupoksi yang
berkaitan dengan PBB.
2. Tahap awal Persiapan SDM yaitu dengan mengadakan Pelatihan Petugas
Pemungut PBB dan BPHTB yang dilaksanakan selama ....bulan pada setiap
tahun.
3. Tahap kedua tahun anggaran 2011 dilanjutkan dengan kerjasama lanjutan yaitu
Kerjasama Pendampingan persiapan Pendaerahan PBB dengan Pusat Study dan
Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada. Perjanjian Kerjasama ini bertujuan
untuk memantapkan Sistem Manajemen Pajak Bumi dan Bangunan (SIM PBB)
penginputan data, pengisian data SPOP dan LSPOP, Program Argis/Pemetaan
dan simulasi pencetakan, dengan melatih ..... orang operator yang akan
disiapkan untuk mengakses data dalam system manajemen PBB tersebut.
Kerjasama yang dilakukan Dinas Pendapatan Kabupaten Batanghari dengan
Pusat Study dan Kebijakan Publik selama kurun waktu 5 tahun terakhir
diantaranya:
1. Tahun 2010 kerjasama dalam hal pelatihan petugas Pajak Bumi dan Bangunan
Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) dalam rangka persiapan pelaksanaan undang-undang
nomor 28 tahun 2009 (a) Menyiapkan pegawai yang mempunyai pemahaman
tentang PBB dalam kaitannya dengan pembiayaan daerah, (b) Menyiapkan
pegawai yang mempunyai kemampuan untuk mengelola PBB dan BPHTB di
daerah (c) Menyiapkan pegawai yang mempunyai kemampuan untuk menilai
objek pajak, dan (d) Menyiapkan pegawai yang mempunyai kemampuan untuk
mengelola basis data PBB
2. Tahun 2011 kerjasama pendampingan persiapan pendaerahan pajak bumi dan
bangunan sektor perkotaan dalam bentuk

(a) Memberikan kajian akademis terhadap Rancangan Peraturan Daerah


sebagai dasar pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan.(b) Perencanaan struktur
organisasi dan tata kerja pemungut Pajak Bumi dan Bangunan, (c) Persiapan
aparat pemungut Pajak Bumi dan Bangunan, (d) Penyediaan sistem manajemen
Pajak Bumi dan Bangunan (SiM-PBB PP), (e) Memfasilitasi transfer basis data
Pajak Bumi dan Bangunan, (f) Data entry untuk SiM-PBB, (g) Penyusunan draft
Peraturan Walikota tentang NJOP tahun 2013, dan

(h) Simulasi Pencetakan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT).


3. Tahun 2012 kerjasama pendampingan persiapan pendaerahan pajak bumi dan
bangunan sektor perkotaan kegiatan sama dengan tahun 2011
4. Tahun 2013 kerjasama pendampingan pemuktahiran data PBB sektor pedesaan
dan perkotaan Kabupaten Batanghari meliputi :
a. Pendampingan dalam melakukan Penjaringan Aspirasi Masyarakat.
b. Pendampingan Pemutakhiran Data PBB yang meliputi Data Obyek pajak,
Data Wajib pajak, Data NJOP, Data Pemetaan serta Data Eksisting Tahun
2014 kerjasama pendampingan pemuktahiran data untuk kepentingan
PBB P2 dan BPHTB Kabupaten Batanghari meliputi: (1) Pendampingan
penyusunan Draft NJOP untuk tahun 2015, (2) Pendampingan
Pencetakan SPPT Tahun 2015, dan (3) Pendampingan penyusunan Buku
Panduan Peta Indikasi Nilai Pasar

Tanah untuk kepentingan BPHTB Kabupaten Batanghari yang berlaku


sampai dengan Tahun 2016.

Proses dijalinnya kerjasama dengan Pihak ketiga, dalam hal ini Universitas
Gadjah Mada yaitu untuk tahap awal dibuatkan MoU sebagai payung hukum
antara Pemerintah Kabupaten Batanghari dengan Universitas Gadjah Mada,
selanjutnya dilanjutkan dengan Perjanjian Kerjasama antara Dinas Pendapatan
Kabupaten Batanghari dengan Program magister PSEKP (Pusat Studi Ekonomi dan
Kajian Publik ) Universitas Gadjah Mada, yang kemudian kerjasama ini dibuat
setiap tahun dengan poin-poin kerjasama seperti yang dijelaskan sebelumnya..

Tentang sarana dan prasarana yang telah disiapkan pada tahun anggaran
2011 dan 2012 adalah computer server dan kelengkapannya, UPS, dan Hight
speed printer (printonik) untuk pencetakan SPPT.

Dalam melaksanakan tahapan-tahapan persiapan pengalihan PBB tidak


terlepas dari berbagai kendala yang dihadapi. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak
Sastra Wibawa sebagai berikut:

“PBB merupakan pajak baru tentunya mebanyak kendala yang dihadapi,


seperti teknis aplikasi yang diserahkan tidak berjalan dengan baik,
pengadaan hardware yang membutuhkan anggaran
besar, serta sumber daya manusia yang masih membutuhkan bimbingan
teknis untuk melaksanakan pelayanan yang optimal.”

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, diketahui bahwa Dinas


Pendapatan Kabupaten Batanghari menemui beberapa kendala yang dialami
dalam pelaksanaan pemungutan PBB, yang pertama yaitu karena Pajak Bumi dan
Bangunan merupakan pajak baru dimana yang sebelumnya merupakan pajak
pusat yang kemudian pemerintah daerah diberikan wewenang untuk mengelola
sendiri PBB daerahnya tanpa campur tangan pemerintah pusat lagi. Yang kedua
yaitu bahwa SISMIOP atau aplikasi yang dimanfaatkan dalam pemungutan PBB
yang diserahkan oleh KPP Pratama tersebut tidak bisa berjalan sebagaimana
mestinya karena software yang diserahkan kurang lengkap, sehingga Dinas
Pendapatan membangun aplikasi baru dengan menjalin kerjasama dengan
Universitas Gadjah Mada yang diberi nama SIM PBB. Yang ketiga yaitu pengadaan
perangkat yang kurang memadai. Hal ini dikarenakan bahwa untuk melakukan
pengadaan hardware, dibutuhkan anggaran biaya yang cukup besar. Kendala
terakhir yang dialami yaitu bahwa sumber daya manusia yang dimiliki tidak
mampu menguasai teknologi komputer yang ada, sehingga pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat tidak optimal. Sehingga untuk mengatasi hal
tersebut, Dinas Pendapatan harus mengadakan bimbingan teknis secara intens
agar sumber daya manusia yang dimiliki dapat mengoptimalkan pelayanannya
dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan.

Strategi Penerimaan PBB P2 Kabupaten Batanghari


Strategi merupakan komitmen terhadap semua kegiatan yang direncanakan
maupun yang ada dalam lingkup suatu organisasi saat ini. Kegiatan tersebut
dilaksanakan secara optimal dengan cara memanfaatkan segala sumber daya yang
dimiliki oleh
organisasi tersebut. Juwono (2011) mengemukakan tiga proses pelaksanaan
strategi, yaitu perencanaan strategi, pelaksanaan strategi, serta evaluasi strategi.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap Dinas Pendapatan


Kabupaten Batanghari mengenai proses pelaksanaan strategi penerimaan PBB.
Bapak Sastra Wibawa menyatakan bahwa:

“Dalam proses pelaksanaan strateginya, tahap awal yang dilakukan


tentu merencanakan sistem yang akan digunakan dalam pemungutan
PBB, implementasinya tentu saja pelaksanaan teknisnya di lapangan,
untuk evaluasi, belum dilakukan suatu evaluasi karena ini golongan
pajak baru di pemkot Denpasar”

Dari pernyataan yang diperoleh dari proses wawancara tersebut diketahui


bahwa dalam proses penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, dilakukan tiga
tahapan proses strategi, yaitu:

1. Perencanaan strategi.
Perencanaan strategi yang dilakukan

berupa menentukan sistem pembayaran yang akan digunakan dalam memungut


PBB. Pemerintah Kabupaten Batanghari menerapkan sistem official assessment.
Pembayarannya melalui bank atau yang disebut dengan Payment Online. Bank
yang ditunjuk dalam pemungutan PBB adalah Bank Pembangunan Daerah Bali
(Bank BPD). Alasannya karena Bank BPD merupakan bank yang telah ditunjuk
oleh Pemerintah Kabupaten Batanghari untuk memegang kas daerah pemkot
Denpasar. Perencanaan yang kedua yaitu dengan menyiapkan sumber daya
manusia yang memadai yang bisa memanfaatkan teknologi yang digunakan dalam
pemungutan PBB sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada
wajib pajak yang akan melakukan pembayaran PBB.
2. Pelaksanaan Strategi

Dalam pelaksanaan strategi,

sebelumnya dilakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada wajib pajak dalam


pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan. Sosialisasi tersebut bertujuan untuk
menyadarkan wajib pajak mengenai pentingnya mereka dalam berpartisipasi
membayar pajak yang menjadi tanggungjawabnya bukan semata-mata iuran yang
tanpa imbal jasa, namun merupakan sebuah investasi yang diberikan kepada
pemerintah agar dapat menyediakan fasilitas publik yang lebih baik. Seperti yang
dijelaskan oleh Bapak Sastra Wibawa yang menyatakan bahwa sosialisasi
dilakukan melalui media cetak, media elektronik serta aparat yang ditugaskan
untuk terjun langsung untuk memberikan sosialisasi PBB. Sosialisasi ini sangat
penting dilakukan mengingat kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar
pajak

Selanjutnya yaitu pelaksanaan pemungutan pajak di lapangan. Dalam hal ini


wajib pajak dapat melakukan pembayaran PBB kepada Bank Pembangunan
Daerah Bali. Prosedurnya yaitu Dalam melakukan pembayaran PBB yang
diperlukan adalah adanya Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan Pajak Bumi dan
Bangunan (SPPT PBB). Surat inilah yang akan mencantumkan seberapa besar
pajak yang harus dibayarkan.

Dalam pelaksanaan strategi, Dinas Pendapatan Kabupaten Batanghari telah


melakukan pembagian tugas untuk mengoptimalkan kualitas layanan yang
diberikan. Menurut Bapak Satria Wibawa, dikatakan bahwa:

“Pelayanan optimal dilakukan dengan memberikan pembagian tugas


kepada aparat yang berwenang. Pembagian tugas tersebut berupa
bidang pendataan dan penilaian, bidang penetapan, bidang penagihan,
dan bidang keberatan dan pengurangan.”

Dari wawancara yang telah dilakukan, penulis berpendapat bahwa tujuan


dari
dilakukannya pembagian tugas tersebut adalah untuk mempermudah mencapai
tujuan dari organisasi. Dalam hal ini tujuannya adalah untuk memaksimalkan
penyerapan pendapatan yang berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan.

3. Evaluasi strategi

Evaluasi merupakan tahapan terakhir di dalam proses strategi. Menurut


Juwono (2011) evaluasi mencakup tiga hal yaitu meninjau faktor internal dan
eksternal yang menjadi dasar bagi strategi yang berlangsung, mengukur kinerja
yang telah dilakukan, dan mengambil berbagai tindakan yang harus dilakukan
guna memperbaiki hal-hal yang dapat menyebabkan penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan tidak maksimal. Dalam penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di
Kabupaten Batanghari evaluasi telah dilakukan mengingat program pemerintah ini
sudah berjalan selama dua tahun. Dari kegiatan evaluasi yang telah dilakukan,
ditemukan beberapa hal yang menjadi penghambat dalam penyerapan
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Denpasar salah satunya adalah tidak
akuratnya data wajib pajak PBB. Ketidak akuratan ini dikarenakan tidak
maksimalnya pendataan yang dilakukan oleh dinas pendapatan dalam
mendapatkan data wajib pajak yang sebenarnya. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan kepada Bapak Sastra Wibawa, dijelaskan bahwa tindakan yang
dilakukan setelah diadakannya proses evaluasi yang dilakukan dispenda dalam
memaksimalkan penerimaan PBB adalah dengan memutakhirkan data wajib pajak.
Pemutakhiran ini dilakukan dengan cara dispenda turun langsung ke lapangan
guna memperoleh data secara riil mengenai data wajib pajak PBB yang digunakan
sebagai dasar pengenaan PBB kepada wajib pajak. Bentuk tindak lanjut setelah
dilaksanakannya proses evaluasi adalah dengan melakukan analisa ketetapan Nilai
Jual Objek Pajak (NJOP) yang menjadi acuan dalam melakukan penetapan target
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan untuk periode selanjutnya. Analisa
ketetapan Nilai Jual Objek Pajak diatur dalam Peraturan WaliKabupaten
Batanghari Nomor 24 Tahun 2012
Tentang Klasifikasi dan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak sebagai Dasar
Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan di
Kabupaten Batanghari, dimana pada pasal 3 ayat 1 menyebutkan bahwa
penetapan besarnya NJOP dilakukan setiap setahun untuk masing-masing wilayah
kecamatan di Kabupaten Batanghari yang pendelegasiannya diserahkan kepada
Dinas Pendapatan Kabupaten Batanghari.

Efektivitas Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan


Definisi efektivitas menurut Indra Bastian (2006) adalah:

“Efektivitas merupakan hubungan antara output dan tujuan, dimana


efektivitas diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output,
kebijakan, dan prosedur organisasi mencapai tujuan yang telah
ditetapkan”

Berdasarkan pengertian diatas, output yang dimaksud adalah hasil atau


realisasi dari kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Dalam penelitian ini
output tersebut merupakan hasil dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

Menurut penulis, yang dimaksud efektivitas adalah suatu proses guna


mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk mengetahui seberapa
besar tingkat efektivitas penerimaan PBB Kabupaten Batanghari dapat dilakukan
dengan cara membandingkan antara target yang dianggarkan oleh pemerintah
daerah dengan realisasi penerimaan PBB dalam tahun yang sama

Tabel.2. Efektivitas Penerimaan PBB P2 Kabupaten Batanghari tahun


2011-2014

Tahun Tingkat
Target Realisasi Persentase %
Anggaran Efektivitas

2011 Rp. 53.624.000.000 Rp. 70.257.144.399 121.02% Sangat Efektif


2012 Rp. 65.810.000.020 Rp. 73.760.748.997 112.02% Sangat Efektif
2013 Rp. 83.500.000.000 Rp. 92.884.127.307 111.24% Sangat Efektif
2014 Rp. 94.500.000.000 Rp. 98.685.571.472 104.43% Sangat Efektif
Sumber: Data diolah, 2014

Berdasarkan data di atas, diketahui efektivitas penerimaan Pajak Bumi dan


Bangunan Kabupaten Batanghari dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Hal
ini dilihat dari tingkat efektivitas penerimaan tahun 2011 sebesar 131.02% dengan
realisasi sebesar Rp. 70.257.144.399 dan targetnya sebesar Rp. 53.624.000.000.
Namun pada tahun 2012 tingkat efektivitas penerimaan PBB mengalami
penurunan menjadi 112.02 % dengan nilai realisasi sebesar Rp. 73.760.748.997
dan target sebesar Rp. 65.810.000.020. Begitu pula dengan efektivitas tahun 2013
yang mengalami penurunan menjadi 111.24 % dengan jumlah realisasi sebesar
Rp. 92.884.127.307 dan targetnya sebesar Rp. 83.500.000.000. serta
tahun 2014 yang mengalami penurunan efektivitas menjadi 104.43 % dengan
targetnya sebesar Rp. 94.500.000.000 dan jumlah realisasinya sebesar Rp.
98.685.571.472

Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2)
Kabupaten Batanghari dari tahun 2011 hingga 2014 sangat efektif. Hal ini dilihat
dari tingkat efektivitas penerimaan PBB melebihi 100%. Hal ini berarti bahwa
target yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pemerintah selalu tercapai.

Berikut hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Seksi Pajak Bumi dan
Bangunan Bapak Sastra Wibawa:
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi
Program S1 (Volume 3, No.1 Tahun 2015)

“Tercapainya target penerimaan PBB dipengaruhi oleh faktor kesadaran


masyarakat untuk membayar pajak. Pelayanan PBB yang meningkat,
dan pembayaran PBB saat ini dapat dibayar di bank menggunakan
sistem online.”

Dari wawancara yang dilakukan dengan pihak Dinas Pendapatan Kabupaten


Batanghari, dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
tercapainya target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah:
1) Kesadaran Masyarakat

Kesadaran masyarakat ini tidak

terlepas dari sosialisasi yang sudah dilakukan oleh pihak Dinas Pendapatan.
Nadhia (2013) menyatakan bahwa Sosialisasi sangat berguna untuk memberikan
motivasi kepada masyarakat untuk taat membayar pajak. Sosialisasi juga bisa
membuat masyarakat sadar akan betapa pentingnya untuk membayar pajak.
Sosialisasi bisa dilakukan dengan membuat iklan yang berisikan ajakan. Sosialisasi
yang diberikan berupa penjelasan mengenai pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan
yang sebelumnya menjadi pajak pusat dialihkan menjadi pajak daerah yang
seluruh penerimaannya dikelola oleh daerah.

2) Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan meningkat, karena
pelayanan PBB di Kabupaten Batanghari dipusatkan pada satu tempat yaitu pada
Dinas Pendapatan Kabupaten Batanghari, sehingga segala proses pelayanan bisa
dilaksanakan dengan baik dan tepat waktu. Pembayaran PBB sudah menggunakan
sistem online dengan Bank BPD Bali, dan wajib pajak bisa secara langsung bisa
melakukan pembayaran diseluruh cabang dan unit unit BPD terdekat, dan petugas
tidak lagi melakukan pemungutan melainkan wajib pajak sendiri yang datang ke
bank untuk melakukan pembayaran. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nadhia (2013) yang menyatakan pelayanan yang terus meningkat
akan ikut mempengaruhi penerimaan.
Pelayanan yang buruk akan membuat masyarakat enggan untuk melunasi PBB
nya.
Terlampauinya target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tidak terlepas
dari berbagai ancaman yang menyebabkan tidak optimalnya penyerapan potensi
Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten Batanghari. Pak Sastra Wibawa menyatakan
bahwa:

“Memang target sudah tercapai, namun penerimaan pajak tidak bisa


dilakukan secara optimal. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap
jumlah penerimaan pajak yang seharusnya diterima”

Penerimaan pajak yang tidak optimal dikarenakan penyampaian SPPT oleh


petugas tidak sampai kepada wajib pajak sehingga wajib pajak tidak tahu akan
kewajibannya untuk membayar pajak. Dan juga kemungkinan wajib pajaknya
berada diluar daerah karena banyak orang luar daerah memilki tanah dan/atau
bangunan di Kabupaten Batanghari untuk kepentingan investasi saja sehingga
lupa melakukan kewajibannya untuk membayar pajak.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan


Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaaan dan Perkotaan (PBB P2) merupakan
salah satu jenis pajak pusat yang saat ini penerimaannya dikelola oleh pusat.
Sebagai pajak daerah yang baru,tentu dalam persiapannya menimbulkan berbagai
kendala, diantaranya software yang diberikan oleh Dirjen Pajak yang biasanya
digunakan sebagai sistem pemungutan pajak tidak dapat digunkan sehingga
Pemkot Denpasar harus menjalin kerja sama dengan Universitas Gadjah Mada
dalam pembuatan software yang diperlukan dalam penerimaan PBB. Kendala yang
kedua yaitu sarana dan prasarana yang memadai. Pengadaan Hardware sebagai
sarana yang dibutuhkan dalam pengelolaan PBB membutuhkan anggaran biaya
yang sangat mahal, sehingga Pemkot mengalami kesulitan dalam proses
pengadaan hardware tersebut.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi
Program S1 (Volume 3, No.1 Tahun 2015)

Terdapat tiga proses dalam pelaksanaan strategi pemungutan Pajak Bumi


dan Bangunan Pemerintah Kota. Yang pertama yaitu proses perencanaan strategi
berupa menentukan sistem pembayaran yang digunakan. Sistem yang digunakan
yaitu sistem official payment yang berarti wajib pajak membayar sendiri besarnya
pajak yang terutang melalui sistem payment online di Bank BPD selaku pemegang
kas daerah Kabupaten Batanghari. Yang kedua yaitu pelaksanaan strategi, dimana
pemerintah melakukan sosialisasi kepada wajib pajak mengenai pentingnya
masyarakat membayar pajak adalah sebagai salah satu bentuk investasi kepada
pemerintah daerah agar mampu menyediakan fasilitas umum yang memadai
nantinya. Yang ketiga yaitu proses evaluasi, dimana pemerintah belum melakukan
evaluasi terhadap penanganan pemungutan PBB di daerahnya.

Penerimaan PBB P2 Kabupaten Batanghari tergolong sangat efektif. Hal ini


dilihat dari rasio yang berada di atas 100%. Hal ini menunjukkan bahwa realisasi
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan melampaui dari yang telah ditargetkan
sebelumnya.

Saran

Untuk kedepannya penulis berharap bahwa Pemerintah Kabupaten


Batanghari harus terus melakukan penyempurnaan terhadap hal-hal yang
sebelumnya menjadi kendala dalam pemungutan pajak seperti pemutakhiran
software, melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan serta mengupdate
data wajib pajak serta jumlah pajak yang dibayarkan secara berkala.

Setelah melaksanakan suatu strategi seharusnya dilakukan suatu proses


evaluasi mengingat pemungutan PBB sebagai pajak daerah sudah berjalan selama
2 tahun sehingga perlu untuk dilakukan. Suatu evaluasi juga sangat dibutuhkan
jika dilihat berdasarkan efektivitas penerimaan PBB dari tahun ke tahun semakin
menurun. Dengan evaluasi, dapat diketahui faktor-faktor yang menyebabkan
berkurangnya efektivitas penerimaan PBB.
DAFTAR PUSTAKA

Adelina, Rima. 2013. Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) Terhadap

Pendapatam Daerah di Kabupaten Gresik. Jurnal Akuntansi UNESA. Vol 1, No


2

Adisasmita, Rahardjo. 2010. Pengelolaan


Pendapatan dan Anggaran Daerah.

Yogyakarta: GRAHA ILMU

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor

Publik: Suatu Pengantar. Jakarta:

Erlangga

Hartono, Sonny. 2012. Evaluasi Pelaksanaan


Pengalihan Pajak Bumi Dan Bangunan
Perdesaan Dan Perkotaan (Pbb-P2)
Sebagai Salah Satu Sumber
Pendapataan Asli Daerah Kabupaten
Sukoharjo. Skripsi Universitas Sebelas
Maret

Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi


2011. Yogyakarta: ANDI
Nadhia, dkk. 2013. Efektivitas Prosedur Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) dari Pajak Pusat ke Pajak Daerah Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota
Palembang. Jurnal Akuntansi STIE MDP

Raco, J. R. 2010. Metode Penelitian


Kualitatif: Jenis, Karateristik, dan

Keunggulannya. Jakarta: Grasindo

Suprianto, Edy. 2011. Akuntansi Perpajakan.

Yogyakarta: GRAHA ILMU

Tarigan, Khusuma W. 2013. Analisis


Efektivitas dan Kontribusi PBB
Terhadap Penerimaan Pajak di KPP
Pratama Kota Manado. Jurnal EMBA
Vol. 1 No. 3

Juwono, Onny. 2011. Analisis Manajemen


Strategik Perusahaan Waralaba
(Franchise) Studi Kasus
e-Journal S1 Ak Universitas
Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3, No.1 Tahun 2015)

di Restoran Cepat Saji


McDonald’s. Jurnal
Manajemen

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009


Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012

Tentang Pajak Bumi dan Bangunan


Pedesaan dan Perkotaan Kota

Denpasar

http://pendapatan.denpasarkota.
go.id/index.p hp/baca-
berita/5922/Penyerahan-
Data-base-PBB-P2-Di-Kota-
Denpasar (diakses pada
tanggal 18 September 2014)

http://www.balipost.co.id/mediad
etail.php?kat
a=tunggakan+pbb+di+den
pasar&modul e (diakses
pada tanggal 29 September
2014

Você também pode gostar