Você está na página 1de 24

Naskah Modul Elektronik

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK


(MPK4102)

MODUL 1
MANUSIA MENGGAPAI TUJUAN HIDUPNYA

Oleh:
RM. E. EKO PUTRANTO, O. CARM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Tahun 2017

i|Halaman
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Katolik
Kode Mata Kuliah : MPK4102
Modul 1/ Pokok Bahasan 1 : Manusia, Agama, Iman.
Nama Penulis Utama/NIP : Rm. E. Eko Putranto, O. Carm
Alamat Email : eeputranto@gmail. com
No. Tel./HP : 0341-55724/0818384195

ii | P a g e
DAFTAR ISI

MODUL I: MANUSIA MENGGAPAI TUJUAN HIDUPNYA

SUB POKOK BAHASAN I: MANUSIA, AGAMA,IMAN

MATERI: 1. PENGANTAR UMUM

2.Quo Vadis Manusia?

3. Manusia: Puncak Ciptaan.

4. Manusia Jatuh ke dalam dosa.

5. Manusia ditebus.

6. Arti Agama.

7. Agama dan Religiositas

8. Pluralitas Agama dan Kebebasan Agama.

9. Iman

TEST FORMATIF

DAFTAR PUSTAKA

PENUTUP

iii | P a g e
MANUSIA MENGGAPAI
TUJUAN HIDUPNYA

I. Tujuan Instruksional Umum

Mahasiswa memahami dan mengenal persoalan dasar hidupnya dan


sarana mencapai tujuan hidupnya.

II. Pendahuluan

Modul 1 ingin meletakkan dasar untuk memahami agama Katolik.


Pertama-tama dijelaskan apa yang menjadi tujuan hidup manusia. Kemudian
modul ini membawa kearah pertanyaan mengapa manusia perlu beragama.
Agama tidak lepas dari iman. Sikap dasar seorang beragama adalah iman.
Namun arti iman tidak sama dalam semua agama. Maka perlu dimengerti arti
iman menurut faham katolik. Dari situ sumber dan pedoman iman katolik
menjadi titik tolak pengenalan wahyu kristiani..

1|Halaman
Sub Pokok Bahasan I :
MANUSIA, AGAMA,IMAN

A.Tujuan Instruksional Khusus

Setelah menyelesaikan sub pokok bahasan pada modul ini peserta didik
diharapkan mampu:

1. Menjelaskan apa yang menjadi tujuan hidup manusia.


2. Menjelaskan persoalan dasar manusia.
3. Memahami martabat manusia.
4. Menghargai hakikat dan tanggung jawab manusia
5. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian dan motivasi agama.
6. Mahasiswa dapat menjelaskan macam-macam pengalaman
religious.
7. Mahasiswa dapat berbagi pengalaman dicintai Allah dan
menunjukkan sikap menghargai umat beragama lain.
8. Mahasiswa dapat menghayati agama sebagai aktualisasi iman.

B.Pengantar

Dalam hidupnya manusia digelisahkan pertanyaan-pertanyaan yang


sangat mendasar sifatnya:

 Dari mana asal manusia dan seluruh alam ini dan bagaimana
akhirnya?

2|Page
 Apa makna keberadaan dari dirinya dan seluruh alam semesta ini?

 Apa yang harus dibuat supaya hidup dengan sesama di bumi ini
bisa bermakna dan bahagia ?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut membawa permenungan manusia ke arah


sumber dan tujuan hidupnya yaitu : Yang Maha Tinggi.. Semua ke arah yang
satu yaitu Allah. Dalam peredaran jaman, Allah menyelenggarakan semuanya
bagi manusia. Rencana dan bukti kebaikanNya ditujukan dan mencakup semua
orang dengan maksud agar sekali kelak semua manusia dipersatukan dalam
Allah, semua bangsa berada dalam kediamanNya.

Agama merupakan sarana mencapai tujuan yang didambakan manusia.


‘Semua Agama sama saja!’ Demikian ungkapan sehari-hari dalam pergaulan.
Semua agama mengajarkan kebajikan. Agama-agama memberi ajaran,
pedoman, petunjuk bagaimana berhubungan dengan ‘Yang Ilahi’, apapun
namanya, apa arti hidup, bagaimana mengatasi penderitaan. Semua agama
memberikan penawaran yang baik. Manusia dengan kehendak bebasnya
memilih dan memutuskan arah hidupnya. Iman dapat bertumbuh berbuah
dalam dirinya. Namun tidak dapat disangkal bahwa agama memunculkan
keberanekaragaman. Itupun dapat dipandang sebagai rahmat. Maka
membangun pluralitas merupakan fakta kehidupan yang memperkaya wawasan
dalam hidup dan membangun masyarakat.

3|Page
C.Materi (MANUSIA)

1) PENGANTAR UMUM
Pendidikan Agama Katolik menjadi salah satu mata kuliah umum yang
diajarkan di Universitas. Sasaran utamanya adalah agar terbentuk
cendekiawan yang sanggup membaktikan diri kepada masyarakat dan
Negara sesuai dengan panggilan khasnya. Dengan pendidikan agama
Katolik diharapkan mahasiswa diharapkan memliki kesanggupan
menghayati kekatolikannya sesuai dengan tuntutan kesarjanaannya.
Demikian sebaliknya mahasiswa dapat menghayati kesarjanaannnya sesuai
dengan tuntutan imannya.
Dunia pendidikan sekarang telah mengintegrasikan Intellegence
Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient
(SQ)..Pengetahuan yang bersifat intelektual saja tidak cukup. Masyarakat
tidak hanya menghargai gelar akademis saja. Masyarakat melihat sikap
yang seimbang dengan pencapaian akademis yang diraihnya. Semakin tinggi
gelar akdemis, semakin tinggi tuntutan dan harapan masyarakat.
Salah satu aspek Pendidikan Katolik adalah pengetahuan. Penambahan
pengetahuan yang bersifat informatif saja tidak cukup. Pendidikan Agama
Katolik pun bukan sekedar hafalan ajaran Agama Katolik. Lebih penting
adalah segi reflektif untuk mampu menghayati agama. Sikap reflektif adalah
salah satu ciri karakter kecendikiawanan.
Tanpa sikap reflektif, agama akan menjadi formalitas pemeluknya sehingga
mengakibatkan:
 Pemeluk tidak bisa membedakan mana yang bersifat ajaran resmi
dan mana yang tidak resmi.
 Mudah membentengi diri dalam keeksklusifan kelompok.
 Sulit untuk bisa terbuka untuk berdialog dengan pandangan
lain.Padahal ke-Indonesiaan tidak lepas dari Kebhinekaan dan
Pluralitas Agama dan pandangan lain.
 Mudah terjebak pada fanatisme sempit.
Ada istilah: ‘ Fides Quaerens Intellectum” yang artinya iman mencari
pengertian. Sebagai calon cendekiawan, mahasiswa diharapkan mempunyai
sikap kritis, analitis dan sanggup menentukan dengan bijaksana apa yang
baik dan benar.
Berkaitan dengan keilmuan, Pendidikan Agama Katolik tidak lepas dari
Teologi. Teologi biasa disebut ilmu iman. Sebagai ilmu iman, teologi adalah
usaha pemahaman secara ilmiah dan metodes mengenai keseluruhan wahyu
4|Page
yang diberikan Tuhan dalam sejarah manusia. Dasar utama adalah sikap
kritis manusia yang mau memahami apa yang diimani.
Secara metodologis (meta-hodos=jalan, cara), sumber positif dari
Pendidikan Agama Katolik adalah:
 Kitab Suci.
 Tradisi Gereja.
 Dokumen-dokumen ketentuan gereja.
 Sejarah Agama.
2) QUO VADIS MANUSIA ?

‘Selamat pagi!’.’Salam sejahtera!’.’ Assalam Mualaikum!’ .’Om


Swastiastu!’ Horas!’Masih ada banyak aneka sapaan di Indonesia yang
menunjukkan salam. Salam memperlihatkan kesadaran bahwa hidup itu baik
dan keyakinan bahwa Yang Maha Kuasa sungguh memberkati semua. Salam
menunjukkan bahwa kehidupan bersama mempunyai makna dan arti. Salam
juga menyadarkan betapa semua manusia dicintai dan dipelihara oleh Nya.

Berbeda dengan situasi kritis yang dihadapi umat manusia. Bencana


gunung berapi, tsunami, sakit, penderitaan, peristiwa kematian membuat
manusia mempertanyakan dirinya. Untuk apa kehidupan ini? Dari mana semua
berasal dan kemana semua pergi? Bahkan manusia mempertanyakan dirinya:
siapa saya?Mengapa saya ada di sini?

Jawaban dari iman Kristiani berawal dari kesimpulan sederhana: kita


semua adalah ciptaan dan Allah adalah Sang Pencipta.Jika ingin mengenal
siapa diri saya dan mengapa saya disini, mulailah melihat Pewahyuan Pencipta
dalam Kitab Suci dan Tradisi.

Iman Katolik menjawab pertanyaan tersebut bertitik tolak dari Kitab


Kejadian. Kisah pertama menceriterakan bagaimana Allah menciptakan
semesta dalam tujuh hari(Kej 1,1 -2,4). Sesungguhnya hanya 6 hari,karena hari
ke tujuh Allah beristirahat. Bagaimana mungkin semesta diciptakan dalam
waktu sesingkat itu? Alkitab bukanlah sains yang menceriterakan evolusi atau
revolusi semesta.

Kata kunci terjadi pada hari keenam.Pada hari itu Allah menciptakan
pria dan wanita. Ciptaan ini sangat khusus, berbeda dengan sebelumnya karena
‘ Allah menciptakan manusia sesuai citranya, dalam gambarannya ia
menciptakan mereka; pria danwanita’ ( Kej 1,27). Manusia adalah mahkota
ciptaan Allah.Gambar Allah menunjukkan kemampuan ciptaan khusus ini
5|Page
melebihi yang lain. Manusia mempunyai kesadaran diri dan kenal diri. Manusia
sendiri mampu mengenal Allah dan bebas mengenali cintaAllah.

Dalam kisah ciptaan , ditunjukkan kepada kita bahwa manusia tidak


sendirian. Tetapi dua: Sejak awal Allah menghendaki adanya komunitas.
Pasangan pria dan wanita adalah bentuk pertama komunitas manusiawi.
Akhirnya, Ciptaan pertama mengajarkan kita bahwa Allah memberikan
manusia tanggungjawab atas ciptaan:’ Bertambah banyaklah, isilah bumi dan
taklukkan dia; berkuasalah atas ikan di laut dan burung-burung di udara (Kej 1,
28). Keberanekaragaman diciptakan untuk kebaikan.

Meskipun Alkitab menggunakan kata ‘taklukkan dan berkuasalah’, tidak


berarti bahwa Allah ingin manusia menggunakan alam dan ciptaan semau-
maunya. Ungkapan tersebut mengajak untuk bertanggung jawab dan hormat
dan memelihara ciptaan.

3) MANUSIA : PUNCAK CIPTAAN


Bersumberkan inpirasi Kitab Kejadian , kita dibawa kepada refleksi jati
diri manusia:

 Manusia sebagai ‘ CITRA ALLAH’’ (Imago Dei)

◦ Kejadian 1:27 , "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut


gambar dan rupa Kita”.

◦ Mazmur 8.

◦ Sebagai citra Allah, manusia mampu mengenal dan mencintai


Penciptanya dan oleh Allah manusia ditetapkan sebagai tuan atas
semua makhluk di dunia ini, untuk menguasainya dan
menggunakannya sambil meluhurkan Allah. Sebagai citra Allah
manusia mewarisi enam sifat dasar: rohani, bermoral, rasional,
menguasai namun tidak diskriminatif, relasional dan komunal.

 JASMANI-ROHANI

◦ "Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan


napas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu
menjadi makhluk yang hidup" (Kej 2:7). Manusia seutuhnya
dikehendaki Allah.

6|Page
 JIWA DAN BADAN

◦ Jiwa" adalah prinsip hidup rohani dalam manusia.

◦ Badan manusia mengambil bagian pada martabat keberadaan


"menurut citra Allah": ia adalah tubuh manusiawi karena ia
dijiwai oleh jiwa rohani

◦ Kesatuan jiwa dan badan menunjukkan totalitas atau


keutuhannya sebagai ciptaan Allah yang unik. Kesatuan jiwa dan
badan begitu mendalam, sehingga jiwa harus dipandang sebagai
"bentuk" badan, artinya jiwa rohani menyebabkan, badan yang
dibentuk dari materi menjadi badan manusiawi yang hidup.

◦ Hidup manusiawi tidak lain sekaligus jasmani dan rohani.


Dimensi jasmani dan rohani dalam pribadi manusia bukan dua
kodrat yang tergabungkan melainkan persatuan keduanya
merupakan satu kodrat.Dengan itu dapat dikatakan bahwa tubuh
manusia merupakan manifestasi yang kelihatan dari seluruh
kediriannya (rohani dan jasmani). Melalui dan di dalam tubuh,
pribadi manusia mencapai kenyataan konkretnya.

◦ "Manusia, yang satu jiwa maupun raganya, melalui kondisi


badaniahnya sendiri menghimpun unsur-unsur dunia jasmani
dalam dirinya, sehingga melalui dia unsur-unsur itu mencapai
tarafnya tertinggi, dan melambungkan suaranya untuk dengan
bebas memuliakan Sang Pencipta. Oleh karena itu manusia tidak
boleh meremehkan hidup jasmaninya; tetapi sebaliknya, ia wajib
memandang baik serta layak dihormati badan-nya sendiri, yang
diciptakan oleh Allah dan harus dibangkitkan pada hari terakhir"
(GS 14,1).

 PRIA-WANITA

◦ Manusia (laki-laki dan perempuan) diciptakan dalam kesetaraan


martabat, maka baik perempuan maupun laki-laki memiliki hak
dan kewajiban yang sama untuk berperan aktif dalam proses
pengambilan keputusan yang menyangkut hidup berkeluarga,
menggereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

 KELUHURAN HIDUP MANUSIA

7|Page
◦ Pernyataan sedunia tentang Hak Asasi Manusia dan Kongregasi
Ajaran Iman menyatakan bahwa hak pertama dan dasariah bagi
manusia adalah hak untuk hidup. Karena itu, hidup manusia
harus diperjuangkan dan dilindungi. “Hidup manusia berasal dari
Allah. Hidup itu karunia-Nya, gambar dan meterai-Nya,
keikutsertaan dalam nafas kehidupan-Nya. Oleh karena itu Allah
satu-satunya Tuhan hidup itu; manusia tidak dapat
memperlakukannya sesuka hatinya”.Hidup manusia luhur dan
tidak ada sesuatupun yang bisa menggantikan dan memberikan
hidup (Mrk 8:37). Agar manusia hidup, Allah
memberikan/menjamin segala hal bagi kelangsungan hidup
manusia (Mat 6:25-32). Ini mengungkapkan bahwa manusia
tergantung secara total kepada penyelenggaraan Allah. Hidup
sebagai anugerah dan ketergantungan manusia kepada Allah
memuat panggilan sekaligus tugas manusia untuk melindungi
kehidupan.

 KONSEKUENSI MARTABAT MANUSIA

◦ Dalam dokumen Gaudium et Spes para Bapa Konsili Vatikan II


mengatakan bahwa semua orang diciptakan dalam citra Allah.
Mereka memiliki kodrat dan asal-usul yang sama. Mereka
memiliki kesetaraan dasariah. Kesetaraan tersebut harus
semakin diakui. Oleh karenanya, “segala bentuk diskriminasi
yang menyangkut hak-hak asasi manusia, entah yang bersifat
sosial atau budaya, berdasarkan jenis kelamin, suku, warna kulit,
kondisi sosial, bahasa atau agama, harus diatasi dan disingkirkan,
karena bertentangan dengan rencana Allah” (GS, 29).

4) MANUSIA JATUH KE DALAM DOSA

Kisah kedua dalam Kitab Kejadian (2,4-3-24)mengisahkan Adam dan Hawa


dalam Taman Firdaus.Berbeda dengan cerita pertama, manusia diciptakan
pertama, kemudian binatang dan terakhir wanita. Allah juga memberikan nafas
sebagai kehidupan ke pada Adam (2,7).Ini juga mengajarkan agar pria dan
wanita saling melengkapi (2,23), dan manusia memelihara ciptaan (2,15).

8|Page
Taman firdaus adalah lambang hubungan yang ideal Allah dan
manusia.Adam dan Hawa melihat Allah secara langsung. Mereka dalam
keadaan sempurna, kudus. Tetapi hal yang buruk terjadi. Hawa dicobai ular
untuk makan buah dari pengetahuan yang baik dan buruk (3,1-6).Perintah
Allah hanya agar manusia tidak makan buah terlarang(2,16-17). Hawa
memberikan kepada Adam, dan Adam juga memakannya. Mereka tidak taat
dan jatuh dalam dosa. Mereka kehilangan kepercayaan Allah. Pohon
pengetahuan yang baik dan yang jahat melambangkan keterbatasan manusia
sebagai ciptaan. Manusia tidak mau menerima keterbatasan itu. Ia ingin lebih.
Maka manusia jatuh dalam dosa.

Adam dan Hawa merasakan akibat dosa. Mereka menjadi malu dengan
tidak taat kepada Allah dan berusaha menutupi diri dan menyembunyikan diri
dari Allah. Mereka mulai bermain api. Mereka saling menyalahkan diri. Mereka
juga menyalahkan ular. Allah memberitahu akibatnya.Kelahiran bayi menjadi
buktinya. Hubungan manusia pun diwarnai tekanan dan kekuasaan (3,16).Bumi
tidak lagi bebas, manusia harus bekerja keras untuk makan (3,17-19).Akhirnya ,
Adam, Hawa dan keturunannya akan mengalami kematian: manusia dari debu
dan akan kembali ke debu (3,19). Harmoni yang ada antara manusia, manusia
dengan alam, bahkan dnegan Allah menjadi terluka. Gereja Katolik
mengajarkan akibat dosa Adam dan Hawa sebagai dosa asal.KisahPerjanjian
Lama menunjukkan pengaruh dosa, mulai dari Kain membunuh Abel.

Sebagai ciptaan, manusia jatuh dalam dosa. Akibatnya, manusia kehilangan


kemuliaan dan tidak dapat bertatap muka lagi dengan Allah yang disimbolkan
dengan pengusiran manusia dari Taman Eden (Kej 3:23).

DOSA ASAL

Dosa asal adalah nama fakta bahwa Adam dan Hawa meneruskan
kepada keturunannya kodrat yang terluka oleh pelanggaran dari kekudusan
awal (KGK, 417).Gereja tidak menerangkan bagaimana terjadi. Kita
menerimanya sebagai misteri dan tidak sepenuhnya mengerti.Kita hanya tahu
bahwa Adam dan Hawa telah tidak menerima kekudusan yang mereka terima
sejak awal dan meneruskan ke pada umat manusia.

Namun dosa asal tidak membuat kita kehilangan kebaikan . Dosa asal
memang memperlemah kekuatan kita berhubungan dengan Allah dan daya
memilih hal yang baik. Akibat dosa adalah kecenderungan tidak tahu,
kecenderungan dikuasai oleh nafsu.

9|Page
Ajaran tentang dosa asal dari Alkitab dan Tradisi: Karena kejatuhan
Adam dan Hawa, bangsa manusia terlibat dalam peperangan yang baik dan
yang jahat. Setan selalu berusaha mempengaruhi manusiwa melawan Allah dan
hukum Allah. Namun Allah menjanjikan menolong lewat Yesus Kristus yang
karena kematian dan wafat dan Kebangkitannya memenangkan peperangan.
Dari pewahyuan Allah lewat YesusKristus, kabar Injili diteruskan lewat gereja .
Berkat Roh Kudus gereja berziarah mewartakan warta Injili dengan senantiasa
peka terhadap tanda-tanda jaman.

5) MANUSIA DITEBUS

Dosa menyebabkan manusia menderita. Dan penderitaan manusia itu


memuncak dalam penderitaan Kristus yang mengandung nilai eskatologis demi
penebusan manusia. Penebusan itu sendiri terjadi sebagai buah komunikasi
personal manusia yang solider dengan penderitaan Kristus. Penebusan inilah
yang menjadikan kita sebagai manusia baru yang berpengharapan, manusia
baru yang berhasil melampaui kegelapan dosa menuju terang kabangkitan
Kristus.

Kemuliaan sebagai tujuan akhir.

Yohanes 1:3, Kolose 1:16, Roma 11:36, Ibrani 11:3

Segala sesuatu dijadikan oleh Dia


dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah
dijadikan.
Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Segala sesuatu adalah dari
Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia.
Alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kelihatan
telah jadi dari apa yang tidak kelihatan.

Kisah Adam dan Hawa memunculkan beberapa pertanyaan. Mengapa Adam


dan Hawa dibiarkan dicobai?Mengapa akibat satu perbuatan mengakibatkan
yang fatal?Mengapa Allah tidak memberi kita kekuatan pada tempat pertama

Yang luar biasa adalah Allah memberikan manusia anugerah istimewa:


kebebebasan untuk memilih. Dengan kehendak bebasnya manusia dapat
memilih menerima atau memberikan cintanya. Bila anugerah ini digunakan
sesuai dengan kehendak Allah maka akan terjadi keharmonisan, kebahagiaan,

10 | P a g e
kreativitas dan kedalaman. Sebaliknya bila digunakan untuk diri sendiri akan
menyebabkan ketidak harmonisan, putus asa, kekerasan dan kebencian.

Kabar baik kasih Allah ditunjukkan bahwa Allah menghendaki manusia


bahagia. KehendakNya tidak bisa menghentikan dosa manusia. (Rm 8,35-
39).Kehendaknya adalah manusia kembali kepangkuanNya dalam Kerajaan
Allah.

6.ARTI AGAMA

Etimologis : Agama (religion) :

1. a – gam – a : a (negasi = tidak : atheis, amoral), Gam = pergi, a (sifat = kekal)


Agama : tidak pergi (kekal) : Perjalanan menuju yang abadi

2. Religion (Latin: religio : relegere = membaca kembali; religare = ,mengikat


Religius (kata sifat. religositas = kata benda) : sikap hidup yang mencerminkan
kedekatan hubungan dengan Allah..

• Agama : kesatuan kompleks dari ajaran, kepercayaan, ungkapan dan


penghayatan terhadap yang ilahi, yang kuasa, yang menakutkan dan sekaligus
memikat (tremendum et fascinosum), yang mengatasi (transenden) dan
sekaligus menjiwai (imanen), yang diakui sebagai asal, penyelenggara dan
tujuan hidup.

Setiap agama memiliki dua dimensi:

1. Dimensi vertikal: menyangkut hubungan manusia dengan yang kuasa


(Allah).

2. Dimensi horisontal: menyangkut hubungan manusia dengan alam


sekitarnya (termasuk sesamanya).

Agama menurut asalnya: ada ungkapan:’ kepercayaan dari gunung, agama dari
laut!’

• Agama asli (pribumi): Berkaitan dengan adat/kebudayaan setempat. Hanya


dikenal di lingkungan penganutnya.

• Agama luar : Biasanya bercorak universal. Disebarkan oleh penganutnya,


atau dipaksakan oleh penakluk.

Agama menurut pewahyuannya:


11 | P a g e
• Agama samawi (: agama yang diwahyukan oleh Allah melalui para Nabi. Ciri
: Konsep keTuhanannya disampaikan melalui utusan Nabi .Memiliki Kitab
Suci, yang merupakan wahyu Allah Tidak terpengaruh perubahan masyarakat .

• Agama wadi , atau agama kodrati, agama asli. - Muncul dari


perjalanan/perkembangan kesadaran dan per- menungan dalam memahami
misteri kehidupan dan dalam menghadapi yang ilahi. - Muncul secara alami
melalui kebudayaan. - Tidak mempunyai nabi, tetapi pemimpin spiritual. Ciri :
Konsep keTuhanannya samar dan tidak selalu monoteistis Tidak diturunkan
melalui utusan/nabi, meski memiliki tokoh atau pemimpin spiritual. Tidak
tentu memiliki Kitab Suci Pegangannya berkembang bisa melalui budaya dan
sastra. Dapat berubah sesuai perubahan masyarakat

Unsur dasar agama:

• Iman/kepercayaan

• Ajaran agama (disarikan dalam syahadat)

• Peraturan yang mengikat (anjuran dan larangan)

• Kitab suci

• Jemaat

 Ritus/ibadat

• Stratifikasi peran penganutnya

• Amal bakti (moralitas)

Mengapa perlu beragama ? :

 Theologi: Rahmat Tuhan (Allah sendiri yang menghendaki).


Pembimbing/pengarah kehidupan religius
 Psikologi: untuk mengatasi frustrasi karena : alam, sosial, moral, maut.
‘Untuk menjaga kesusilaan dan ketertiban masyarakat Untuk
memuaskan intelek yang ingin tahu Untuk mengatasi ketakutan .
Pengasah jiwa & kemanusiaan • Sarana/alat untuk menyempurnakan
diri • Pengerem nafsu hewani/duniawi •
 Edukatif : pengajaran dan bimbingan pribadi yang dewasa.
 Sosiologi: Memperoleh rasa aman (dari ancaman & ketakutan) Mencari
perlindungan Menemukan penjelasan; memperoleh pembenaran praktik
12 | P a g e
kehidupan ; meneguhkan tata nilai (jujur, adil, dsb) Memuaskan
kerinduan mistik (harapan eskatologis)
 Soial:
o Penyelamatan : jaminan keselamatan dunia akhirat melalui -
pembebasan dan penyucian - kelahiran kembali - persatuan
dengan yang transendens .
o Pengawasan sosial (social control) - menyeleksi norma-norma -
meneguhkan norma-norma .
o memberikan larangan - memberikan sangsi - mengkritisi
pelaksanaannya .
o Memupuk persaudaraan : mempersatukan orang dari berbagai
latar belakang.
o Transformatif : merubah cara hidup lama baru.

7. AGAMA DAN RELIGIOSITAS

Agama merupakan pelembagaan dari pengalaman religius untuk mengantar


manusia kepada kehidupan religius (orang beragama belum tentu religius).
Agama lebih banyak berurusan dengan aspek lahiriah (ritus, pewartaan, dogma,
dst). Agama lebih bersifat sosial/kolektif, terlebih dikarenakan mempunyai
kelompik/umat..Melalui religiositutas manusia berusaha menemukan jati
dirinya dengan kebersamaan dengan manusia lain.

• Religiositas merupakan sikap batin/corak hidup yang mencerminkan


kedalaman hidup/intensitas relasi manusia dengan Allah.

• Religiositas merupakan gejala universal (manusia = homo religiosus).

• Religiositas ditanamkan dalam diri setiap orang, dan tidak bisa diobok-obok
oleh kepentingan duniawi.

• Cakupan religiositas lebih luas dari agama (banyak orang menjadi religius
tanpa mengenal agama). • Religiositas berasal dari Allah sendiri

• Religiositas lebih bersifat personal/individual.

8. PLURALITAS AGAMA DAN KEBEBASAN AGAMA

Pluralitas berkaitan dengan pertanyaan mengapa ada begitu banyak agama di


dunia. Manusia adalah makhluk berakal budi, berhati nurani, dan merdeka. Ia
13 | P a g e
bertanya mengenai berbagai macam hal, seperti halanya pertanyaan tentang
manusia di atas: mengapa ada di dunia, dari mana asalnya, kapan mulainya,
mengapa manusia menderita dan mati, manakah jalan untuk memperoleh
kebahagiaan yang sejati dan berbagai pertanyaan lain. Pertanyaan tersebut ada
yang dapat dijawab sendiri , ada yang tidak dapat dijawab. Yang tidak dapat
dijawab mengenai dirinya, manusia membuat proyeksi ke atas. Agama
mencakup gejala-gejala yang berkaitan dengan hubungan antara manusia
dengan ‘yang mengatasi manusia’. Terhadap yang melampaui manusia itu, ada
perasaan’takut’, sekaligus ‘terpesona ( Tremendum et fascinosum) Berkaitan
dengan agama wahyu, ‘Yang di atas’ pada suatu ketika mewahyukan dirinya
kepada para pendiri agama-agama. Arti wahyu sendiri berbeda menurut
keyakinan agama berbeda-beda. Wahyu ini ditanggapi manusia dengan
iman.Karena wahyu mempunyai arti (dan isi) yang berbeda-beda, maka
tanggapan imanpun berbeda-beda. Tanggapan iman yang berbeda-beda
berdampak pada bangunan institusinya juga, dalam hal ini agama.

Indonesia dengan Undang-undangnya menghargai kebebasan beragama.


Jaminan tersebut menjadi landasan memeluk dan menjalankan Ibadah dan
kepercayaannya sesuai dengan agama masing-masing. Aktualisasi nya memang
dalam proses berjalan bersama di wilayah Republik Indonesia. Berikut
pernyatanaan Gereja Katolik mengenai kebebasan beragama (Dekret Dignitatis
Humanae/DH):

 Hak pribadi dan masyarakat atas kebebasan sosial dan sipil dalam
hal keagamaan.
Martabat pribadi manusia semakin disadari oleh manusia jaman
sekarang. Pertambahan jumlah penduduk menuntut supaya dalam
bertindak manusia sepenuhnya menggunakan pertimbangannya sendiri
serta kebebasannya yang bertanggung jawab, bukannya terdorong oleh
paksaan, melainakan karena menyadari tugasnya, begitu pula mereka
menuntut supaya wewenang pemerintah dibatasi secara yuridis, supaya
batas-batas kebebasan yang sewajarnya baik pribadi-pribadi maupun
kelompok jangan dipersempit. Dalam masyarakat manusia, kebebasan
itu terutama menyangkut harta-nilai rohani manusia teristimewa
berkenaan dengan pengalaman agama secara bebas dalam masyarakat
(art.1 DH).
 Obyek dan Dasar Kebebasan Beragama.
Konsili Vatikan II menyatakan, bahwa pribadi manusia berhak atas
kebebasan beragama. Kebebasan itu berarti, bahwa semua orang harus

14 | P a g e
kebal terhadap paksaan dari pihak-pihak orang orang perorangan
maupun kelompok-kelompok sosial dan kuasa manusiawi manapun juga,
sedemikian rupa, sehingga dalam hal keagamaan tak seorangpun
dipaksa untuk bertindak melawan suara hatinya, atau dihalang-halangi
untuk dalam batas-batas wajar bertindak menurut suara hatinya, baik
sebagai perorangan maupun di muka umum, baik sendiri maupun
bersama-sama dengan orang-orang lain. Selain itu Konsili menyatakan,
bahwa hak atas kebebasan beragama sungguh didasarkan pada martabat
pribagi manusia, sebagaimana dikenal berkat sabda allah yang
diwahyukan dan dengan akal budi. Hak pribadi manusia atas kebebasan
beragama itu harus diakui dlaam tata hukum maysarakat sedmikian
rupa sehingga menjadi hak sipil (DH, art 2).
 Kebebasan Beragama dan hubungan manusia dengan Allah.
Kebebasan beragama itu menjadi lebih jelas lagi, bila dipertimbangkan
bahwa tolok ukur hidu manusia yang tertinggi adalah hukum ilahi
sendiri yang bersifat kekal serta obyektif, berlaku bagi semua orang,
yakni bahwa menurut keketapan kebijaksanaan dan cinta kasihNya
Allah mengatur, mengarahkan serta memerintahkan alam semesta dan
perjalanan masyarakat manusia. Allah mengikutsertakan dalam
hukumnya itu, sehingga manusia, berkat penyelenggaraan Ilahi yang
secara halus mengatur segalannya, dapat semakin menyelami kebenaran
yang tak dapat berubah. Maka dari itu setiap orang mempunyai tugas
dank arena itu juga hak untuk mencari kebenaran perihal keagamaan,
untuk dnegan bijaksana, melalui upaya-upaya yang memadai,
membentuk pendirian suara hatinya ayng cermat dan benar. (DH, art3).
 Kebebasan jemaat-jemaat keagamaan.
Kebebasan dari paksaan dalam hal keagamaan, yang menjadi hak setiap
pribadi, harus dikaui juga bila orang-orang bertindak bersama. Sebab
kodrat sosial manusia maupun hakekat sosial agama menuntut adanya
jemaat-jemaat keagamaan.Maka asal tuntutan-tuntuan ketertiban
umum yang adil jangan dilanggar, jemaat-jemaat itu berahk atas
kebebasan untuk mengatur diri menurut kaidah-kaidah mereka sendiri
untuk menghormati kuasa ilahi yang tertinggi dengan ibadat umum,
untuk membantu para anggota mereka dalam menghayati hidup
keagamaan serta mendukung mereka dengan ajaran, dan untuk
mengembangkan lembaga-lembaga, tempat para anggota bekerja sama
untuk mengatur hidup mereka sendiri menurut azas-azas keagamaan
mereka (DH,art 4).
 Kebebasan beragama dan keluarga.
15 | P a g e
Setiap keluarga, sebagai rukum hidup dengan hal aslinya sendiri, berhak
untuk dengan bebas mengatur hidup keadagamaan dalam pangkuannya
sendiri di bawah bimbingan orang tua. Nereka berhak menentukan
keyakinan keagamaan mereka sendiri, pendidikan keagamaan manakah
yang akan diberikan keapda anak-anak mereka (DH, art 5)
 Tanggung jawab atas kebebasan beragama
Kesejahteraan umum masyarakat, yakni keseluruhan kondisi-kondisi
hidup sosial, yang memungkinkan ornag-orang mencapai kesempurnaan
mereka secara lebih utuh dan lebih mudah.terutama terletak pada
penegakan hak-hak serta tugas tugas pribadi mereka. Maka ada
kewajiban menjaga hak atas kebebasan beragama pada para warga
Negara, pada kelompok-kelomposk sosial. Pada pemerintah-pemerintah,
pada Gereja dan jemaat-jemaat keagamaan lainnya, masing-masing
menurut caranya sendiri, demi tugas mereka memelihara kesejahteraan
umum
 Batas-batas kebebasan beragama
Hak atas kebebasan beragama dilaksanakan dalam masyarakat
manusia.Maka dari itu penggunaannya harus mematuhi kaidah-kaidah
tertentu yang mengaturnya.Dalam penggunaan semua kebebasan harus
ditaati azas moral tanggung jawab pribadi dan sosial. Dalam meakai
haknya setiap orang maupun kelompok sosial diwajibkan oleh hukum
moral untuk memperhitungkan hak-hak orang lain , dan wajib-wajibnya
sendiri terhadap roang lain, maupun kesejahteraan umum semua orang.
Semua orang harus diperlakukan menurut keadilan dan
perikemanusiaan.
 Pembinaan penggunaan kebebasan
Manusia jaman sekarang menghadapi pelbagi tekanan, dan terancam
bahaya kehilangan kebebasan mengikuti cara berpikirnya sendir. Tetapi
di lain pihak tidak sedikit orang yang agaknya begitu condong untuk
dengan dalih mau bebas menolak setiap kepatuhan dan
meremehkanketaatan ayng sewajarnya. Itulah sebabnya mengapa
Konsisli mengajurkan kepada semua , terutama mereka yang bertugas
sebagi pendidik, supaya berusaha membina orang-orang yang mematuhi
tata kesusilaan mentaati kekuasaan ayng sah, dan mencintai kebebasan
sejati. Dengan kata lain orang-orang yang dengan pertimbangannya
sendiri menilai kenyataan dalam terang kebenaran, mengatur
kegiatannya dengan kesadaran bertanggung jawab, dan berusaha
mencari apapun yang benar dan adil, dengan hati yang rela untuk
bekerja sama dnegan orang-orang lain.
16 | P a g e
Demilianlah termasuk hasil dan tujuan kebebasan beragama jgua bahwa
dalam menunaikan tugas tugasnya sendiri manusia bertindak dalam
hidup memasyarakat dengan tanggung jawab yang lebih besar.
Gereja Katolik sangat menghargai kebebasan beragama sekaligus
menentang semua tindakan yagn menghambat kebebasan
beragama.Kebebasan beragama harus diwujudkan dalam kehidupan
bermasyarakat secara konkret dengan memperhatikan kaidah-kaidah
dan hukum yang adil demi kesejahteraan bersama.(DH)

Pluralitas agama dan kebhinnekaan yang ada di Indonesia menumbuhkan


semangat dialog baik di akar rumput masyarakat ataupun dikalangan institusi
keagamaan.Dialog antar uamt beragama merupakan cara orang beradab yang
saling berbeda keyakinan agamanya untuk berkomunikasi mencari cara hidup
bersama. Dialog tersebut tidaklah mudah, namun dialoga agama yang indah
selalu berangkat dari pencarian titik temu utnuk hidup bersama. Semangat
dialog betumbuh karena adanya upaya dialog, antara lain:

 Dialog kehidupan. Dialog adalah cara bertindak, suatu sikap, semangat


yang membimbing perilaku seseorang. Didalamnya terkandung
perhatian dan keterbukaan untuk menerima orang lain. Dialog
kehidupan ini mencakup segala bentuk pergaulan dan hubungan sosial
antara penganut-penganut agama yagn berbeda. Dialog seperti itu dapat
terjadi dalam keluarga, masyarakat, dan dalam berbagai bidang kerja,
seperti pendidikan, kesenian, ekonomi , politik. Masing-masing pribadi
menghayati hidup dan/atau pekerjaannya berdasarkan keyakinan
imannya sendiri dalam kebersamaan hidup dan/atau pekerjaan tanpa
memusatkan perhatian pada keyakinan iman yang berbeda.
 Dialog karya. Dialog ini berupa kerja sama dengan orang yang
berkeyakinan iman lain untuk tujuan kemanusiaan, sosial, ekonomi,
atau politik yang ditujukan untuk pembebasan atau kemajuan
masyarakat. Dialog jenis ini sering terjadi dalam konteks organisasi
lokal, nasional ataupun internasional dalam rangka menghadapi
masalah-masalah bersama.
 Dialog pakar. Dialog ini dilakukan pada tataran keahlian, baik untuk
memperdalam dan memperkaya warisan religious masing-masing
17 | P a g e
maupun menerapkan keahlian masing-masing pada masalah-masalah
yang harus dihadapi umat manusia sepanjang sejarah Dialog ini pada
umumnya terjadi dimana mitra sudah mempunyai visinya sendiri
mengenai dunia dan menganut agama yang mengilhaminya untuk
bertindak.
 Dialog pengalaman religious. Pada taraf lebih dalam orang-orang yang
berakar dalam tradisi keagamaan masing-masingn dapat berbagi
pengalaman mereka dalam doa, kontemplasi, iman dan kewajiban, dan
juga ungkapan serta jalan mencari Yang Mutlak. Dialog corak ini dapat
menjadi wadah untuk saling memperkaya dan bekerja sama dengan baik
untuk mendukung dan memlihara nila-nilai tertinggi dan cita-cita
rohani.

9.IMAN

Iman, pengalaman religious adalah aspek dalam hidup orang beriman. Dari segi
manusia, iman menunjukkan tanggapan manusia terhadap wahyu Allah dan
pebyerahan diri kepada Allah. Orang beriman tahun lebih mendalam mengenai
Allah justru dalam penyerahan iman.

Beberapa segi IMAN:

1. Iman sebagai konsepsi:


Iman sebagai konsepsi dirumuskan sebagai: menerima suatu kebenaran
atas kewibawaan pihak lain. Orang yang menerima kebenaran yang
dituturkan kepadanya, tidak melihat sendiri kebenarannya. Alasan
penerimaanya adalah kejujuran pihak lain yang telah melihat sendiri
apa yang dinyatakan. Seluruh pribadi dari pihak lain menjadi jaminan
bagi penerima.
2. Iman sebagai sikap.
Beriman berarti manusia menjawab panggilan Allah. Manusia
menyatakan sikapnya kepada Allah yagn memanggil dan mencari
perlindungan padaNya. Allah yang memanggil, manusia patut menerima
dengan sikap yang postif. Dengan demikian manusia menyerahkan
dirinya kepada Allah dengan pilihan dan keputusan bebas.
Manusia Kristen berarti manusia yang mau menerima sejarah Kristen,
mengikuti teladan dan jalan yang ditempuh Kristus sendiri guna

18 | P a g e
mencapai kesempurnaan kekal. Kristus menjadi pangkal dan arah
seluruh hidupnya.
Beberapa sikap iman:
 Sikap menolak iman: sikap menolak utusan Allah dan menolak
ajaran yang disampakina.
 Sikap menerima iman
3. Iman sebagai pengetahuan.
Iman mengandung arti menerima sejumlah kebenaran yang
diberitahukan Allah. Rasionalitas adalah unsur hakiki kehidupan
manusiwa, maka juga iman tidak mungkin tanpa rasionalitas.
Aspek intelektualitas iman bersandar pada Allah yang maha Tuhan dan
Bijaksana.
4. Iman sebagai tindakan manusia.
Iman mempengaruhi tindakan manusia. Pembangunan pribadi,
pembangunan masyarakat, pembangunan dunia diinspirasi dan
digerakkan oleh iman.
5. Pertanggungan jawab iman.
Beriman bukan hanya tindakan manusia yang emosional tetapi juga
rasional. Manusia yang percaya tidak berhenti pada keadaan menerima
kebenaran. Didorong oleh kesadaran penuh, manusia beriman berefleksi
dan menghayati imannya. Pertanggungan jawab iman bersifat integral
juga melibatkan kemauan dan perasannya yang dikembangkan dan
berbuah.Iman adalah rasional bukan karena dibuktikan, tetapi karena
dipertanggungjawabkan.

19 | P a g e
D.Test Formatif

Jawab pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas.

1. Apakah yang menjadi pertanyaan pertanyaan mendasar manusia?


2. Benarkah bahwa manusia berkewajiban untuk selalu mencari
‘yang benar’? Jelaskan jawaban anda!
3. Untuk apa manusia diciptakan ? Jelaskan dalam perspektif Kitab
Kejadian!
4. Jelaskan pluralitas agama!
5. Bagaimana pemikiran anda untuk menumbuhkan ‘sikap saling
menghormati’ di lingkungan anda?
6. Sebutkan sifat-sifat iman!
7. Bahaya manakah yang dewasa ini paling parah dalam hubungan
dengan iman?
8. Mengapa orang harus berusaha memperdalam imannya?
9. Apa hubungan iman, ilmu, dan amal?
10. Apa yang disebut ‘manusia yang utuh’?

E.Daftar Pustaka

1. Alkitab, Kitab Kitab Kejadian.


2. Franz Daher, Pijar Peradaban Manusia, Yogyakarta, Kanisisus.
3. Gaudium et Spes (GS), Konstitusi Pastoral tentang gereja dalam
dunia modrn, Dokumen Konsili Vatikan II,, Obor, 2002.
4. Ismartono SJ, Kuliah Agama Katolik di Perguruan Tinggi Umum.
5. Komisi Kateketik KWI, Materi Pokok Pendidikan Agama katolik
6. Kompendium (Ikhtisar) Katekismus Gereja Katolik, Dioma 2013
20 | P a g e
7. Leahy Louis, Siapakah Manusia, Yogyakarta, Kanisius.
8. Paus Yohanes Paulus II, Fides et Ratio, Jakarta, Dokpen KWI.
9. Abraham H. Maslow, Agama-Nilai dan Pengalaman Puncak,
LPBAJ, Maumere, 2002.
10. Dokumen Konsili Vatikan II, Nostra aetate, Dokpen KWI dan Obor,
2002.
11. Daniel C.M., The Power of Religion. Penguins Books, 2001.
12. Dokumen Konsili Vatikan II, Dignitate Humanae (DH), Dokpen
KWI dan Obor, 2002.
13. Departemen Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Direktorat Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan,Modul
Acuan Proses Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian, Jakarta, 2003.
14. Adi Ekopriyono, The Spirit of Pluralism, Gramedia, 2005.
15. KWI, Iman Katolik, Kanisisus-Obor, 2000.

21 | P a g e

Você também pode gostar