Você está na página 1de 7

a. Apa saja komponen dalam surveilans?

Komponen Surveilans yaitu :


1. Pengumpulan/pencatatan kejadian (data) yang dapat dipercaya.
2. Pengelola data untuk dapat memberikan keterangan yang berarti.
3. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan.
4. Perencanaan penanggulangan khusus dan program pelaksanaannya.
5. Evaluasi/penilaian hasil kegiatan

b. Apa peran statistik dalam angka kejadian penyakit KLB?

Untuk mengetahui angka kejadian penyakit KLB pengolahan dan analisis data
dilakukan dengan melakukan penerapan teknik-teknik atau metode-metode statistik
tertentu. Statistika telah mengembangkan teknik-teknik untuk mengklasifikasikan
data dan menyajikan data yang sangat membantu para peneliti salah satunya untuk
mengetahui angka kejadian KLB. Dengan menggunakan teknik-teknik penyajian
data seperti yang dikembangkan dalam statistika, misalnya dalam bentuk tabel,
grafik, maka data itu akan mudah dimengerti dan dapat dianalisis dengan mudah.

c. Bagaimana cara membuktikan penyebab KLB secara statistik di puskesmas?

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian


kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus
pada terjadinya wabah. Disamping penyakit menular, penyakit yang juga dapat
menimbulkan KLB adalah penyakit tidak menular, dan keracunan. Keadaan
tertentu yang rentan terjadinya KLB adalah keadaan bencana dan keadaan
kedaruratan.
Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB, apabila memenuhi salah satu
kriteria sebagai berikut:
a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal pada suatu daerah.
b. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam
jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya.
d. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam
tahun sebelumnya.
e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah
kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya.
f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun
waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih
dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama.

d. Bagaimana cara investigasi KLB menggunakan epidemiologi deskriptif?


Langkah-langkah investigasi KLB/wabah (CDC, 1992; Dwyer dan Groves, dalam
Nelson, dkk, 2005) meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan lapangan :
Pada tahap ini harus dipersiapkan 3 kategori:
A. Persiapan Investigasi
Termasuk dalam kategori ini adalah mempersiapkan:
 Pengetahuan tentang berbagai penyakit yang potensial menjadi KLB/ wabah.

 Pengetahuan tentang dan ketrampilan melakukan investigasi lapangan,


termasuk pengetahuan & teknik pengumpulan data dan manajemen specimen.

 Pengetahuan dan ketrampilan melakukan analisis data dengan komputer.

 Dukungan tinjauan kepustakaan ilmiah yang memadai.

 Material dan instrumen investigasi, seperti kuesioner, bahan/ sediaan


spesimen dan tes laboratorium.

B. Persiapan administrasi

 Dalam kategori ini tim kesehatan harus mempersiapkan aspek administratif dari
investigasi seperti: penyediaan perijinan, surat-surat atau dokumen formal/
legal dalam melakukan investigasi, penyediaan dana yang memadai,
transportasi yang dapat diandalkan, kerapian dalam dokumentasi, pembagian
tugas dan koordinasi dalam tim kesehatan, dll.

C. Persiapan konsultasi

 Pada tahap ini sudah harus dipikirkan peran dan posisi tim kesehatan dalam
proses investigasi. Sebelum melakukan investigasi harus jelas, apakah tim
kesehatan memiliki peran langsung memimpin investigasi, atau hanya mitra
dari pejabat/ petugas kesehatan setempat (misalnya staf dinas kesehatan
setempat), atau berperan memberikan bantuan konsultasi terhadap pejabat/
petugas lokal. Mengenal dan menjalin kerjasama dengan petugas/ staf / kontak
lokal serta otoritas setempat adalah sangat penting.

2. Konfirmasi kejadian KLB/wabah dan verifikasi diagnosis

A. Konfirmasi kejadian KLB/wabah

 Pada situasi KLB/ wabah, umumnya diasumsikan bahwa semua kasus-kasus


yang muncul saling terkait satu sama lain dan terjadi akibat hal atau sebab
yang sama. Oleh karena itu harus dipastikan bahwa:
 Kumpulan kejadian kesakitan (cluster) tersebut memang merupakan
peningkatan tidak wajar dari kasus-kasus yang saling berhubungan dan
memiliki sebab yang sama dan bukannya cluster sporadis kasus-kasus penyakit
yang sama tapi tidak saling berhubungan atau bahkan kumpulan kasus-kasus
yang mirip yang sebenarnya berasal dari beberapa penyakit yang berbeda.
 Jumlah kasus memang melebihi yang diperkirakan (expected). Bagaimana
mengetahui jumlah kasus yang diperkirakan? Biasanya perkiraan dapat
dilakukan dengan membandingkan dengan jumlah kasus pada minggu atau
bulan sebelumnya, atau dengan bulan yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.
Data tentang jumlah kasus sebelumnya tentu harus diperoleh dari berbagai
sumber-sumber data yang tersedia di wilayah tersebut baik dari sistem
surveilens lokal, pencatatan dan pelaporan yang rutin di komunitas atau di
berbagai fasilitas kesehatan lokal, kegiatan survei atau asesmen yang
bersifat ad-hoc, dll.
 Peningkatan jumlah kasus yang melebihi yang diperkirakan tersebut bukan
disebabkan oleh faktor-faktor lain yang artifisal (diluar peningkatan insiden
penyakit yang sesungguhnya), seperti misalnya peningkatan karena: perubahan
definisi kasus
 Peningkatan kegiatan penemuan kasus (case finding)
 Peningkatan sistem/ prosedur pelaporan lokal
 Peningkatan kesadaran masyarakat untuk mecari pengobatan
 Penambahan besar populasi

3. Verifikasi Diagnosis

Tujuan verifikasi diagnosis adalah:

 Memastikan bahwa penyakit/ masalah kesehatan yang muncul memang telah


didiagnosis secara tepat dan cermat.
 Menyingkirkan kemungkinan kesalahan pemeriksaan lab sebagai pendukung
diagnostik.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan:


 Ketrampilan klinis yang memadai dari tim kesehatan
 Kualitas pemeriksaan lab yang baik dan memenuhi standar tertentu yang
diharapkan
 Komunikasi yang baik antara tim kesehatan dan pasien, untuk menggali
secara lebih akurat riwayat penyakit dan pajanan potensial

4. Penentuan definisi kasus, identifikasi dan penghitungan kasus dan


pajanan

A. Penentuan definisi kasus

Definisi kasus adalah kumpulan (set) yang standar tentang kriteria klinis untuk
menentukan apakah seseorang dapat diklasifikasikan sebagai penderita penyakit
tsb. Definis kasus dalam konteks KLB/ wabah haruslah dibatasi oleh karateristik
tertentu dari, orang tempat dan waktu. Sekali ditetapkan maka definisi kasus ini
harus dipakai secara konsisten pada semua situasi dalam investigasi.

Berdasarkan derajat ketidakpastiannya diagnosis kasus dapat dibagi menjadi:

1. Kasus definitif/ konfirmatif (definite/ confirmed case) adalah diagnosis kasus


yang dianggap pasti berdasarkan verifikasi laboratorium.
2. Kasus sangat mungkin (probable case) adalah diagnosis kasus yang ditegakkan
berdasarkan berbagai gambaran klinis yang khas tanpa verifikasi laboratorium
3. Kasus mungkin/ dicurigai (possible/ suspected case) adalah diagnosis kasus
yang ditegakkan berdasarkan sedikit gambaran klinis yang khas tanpa
verifikasi laboratorium.

B. Identifikasi dan penghitungan kasus dan pajanan

Dalam rangka menghitung kasus, terlebih dahulu harus dipikirkan mekanisme


untuk mengidentifikasi kasus dari berbagai sumber kasus yang mungkin, seperti
dari/di:

1. Fasilitas kesehatan, seperti Puskesmas, klinik, RS, dll.


2. Pemukiman/ tempat tinggal
3. Tempat perhelatan/ pertemuan
4. Jalanan

5. Tabulasi data epidemiologi deskriptif berdasarkan orang, tempat dan waktu

KLB/ wabah dapat digambarkan secara epidemiologis dengan melakukan tabulasi data
frekuensi distribusi kasusnya menurut karakteristik orang, tempat dan waktu.
Penggambaran ini disebut epidemiologi deskriptif.
Tabulasi data frekuensi distribusi kasus berdasarkan karateristik orang dilakukan untuk
melihat apakah karakteristik orang/ populasi tertentu memberikan tingkat risiko
tertentu untuk terjadinya penyakit. Karateristik orang yang lazim diteliti adalah
karakteristik demografis, klinis dan pajanan.

Deskripsi data frekuensi distribusi kasus berdasarkan karateristik tempat dimaksudkan


untuk memperkirakan luasnya masalah secara geografis dan menggambarkan
pengelompokkan (clustering) dan pola penyebaran (spreading) penyakit berdasarkan
wilayah kejadian yang nantinya dapat dijadikan petunjuk untuk mengidentifikasi
etiologi penyakit tsb. Peta bintik (spot map) dan Peta area (area map) merupakan
bentuk penyajian data deskriptif menurut tempat yang sangat berguna. Penerapan
sistem informasi geografis (geografic information system atau GIS) berikut piranti
lunaknya dapat mendukung tercapainya tujuan tersebut di atas.

Deskripsi frekuensi distribusi kasus berdasarkan karateristik waktu dilakukan untuk


beberapa tujuan berikut ini:

a) Mengetahui besarnya skala KLB/ wabah dan kecenderungan waktu (time trend) dari
kejadian KLB/ wabah tsb. Untuk mempermudah tercapainya tujuan ini KLB/ wabah
dapat digambarkan menggunakan kurva epidemik (epi) ini.

b) Memprediksi jalannya KLB/ wabah di waktu-waktu mendatang

c) Mengenal pola epidemi yang terjadi, apakah common source (berasal dari
sekelompok orang yang terpajan dengan agen berbahaya yang sama)
atau propagated (menyebar bertahap dari orang ke orang) atau campuran keduanya.

 Pengumpulan specimen dan analisis laboratorium

Pengumpulan spesimen apabila memungkinkan dan layak (feasible) dapat membantu


konfirmasi diagnosis, bahkan untuk penyakit tertentu merupakan penentu diagnosis,
seperti misalnya pada kasus kolera, salmonelosis, hepatitis dan keracunan logam berat.
Namun harus dipahami bahwa setiap perangkat dan teknik tes laboratorium memiliki nilai
validitas (sensitifitas dan spesifisitas) tertentu yang akan menentukan besarnya false
positif atau false negatif dari diagnosis kasus.

6. Formulasi dan uji hipotesis melalui studi epidemiologi analitik


A. Formulasi hipotesis

Berdasarkan fakta-fakta epidemiologi deskriptif (deskripsi kasus menurut orang tempat


dan waktu), kita dapat mulai membuat dugaan atau penjelasan sementara (hipotesis) yang
lebih fokus tentang faktor-faktor risiko atau determinan yang diperkirakan terlibat dalam
kejadian KLB/wabah tersebut.
Hipotesis yang kita buat haruslah diarahkan untuk mencari penjelasan tentang:

a). Sumber penularan

b). Cara penularan (mode of transmission)

c). Faktor-faktor risiko atau determinan yang mempengaruhi terjadinya KLB/wabah

Proses penalaran dalam membuat hipotesis dapat menggunakan pendekatan berikut:

 Metode perbedaan (difference)


 Metode kecocokan (agreement)
 Metode variasi yang berkaitan (concomitant variation)
 Metode analogi (analogy)

B. Uji hipotesis melalui studi epidemiologi analitik

Proses pengujian hipotesis bergantung pada bukan hanya pendekatan/ uji statistik yang
dipakai tapi juga desain studi epidemiologi analitik yang dipakai untuk menyelidiki etiologi
atau determinan penyakit yang menimbulkan KLB/ wabah.

Desain studi epidemiologi analitik yang boleh dipertimbangkan untuk digunakan dalam
investigasi wabah adalah studi kasus kontrol dan kohort.

Studi kasus kontrol secara praktis lebih efisien (mudah, murah, hemat waktu dengan
jumlah kasus yang sedikit) sehingga lebih sering diterapkan pada situasi KLB/ wabah.
Kumpulan/ serial kasus yang sudah diidentifikasi dinyatakan sebagai kelompok kasus,
sehingga tugas selanjutnya adalah mengidentifikasi dan menseleksi dengan baik kelompok
kontrol yaitu populasi yang tidak menderita penyakit penyebab KLB/ wabah. Dari kedua
kelompok ini, informasi tentang satu atau beberapa status pajanan, faktor-faktor risiko atau
etiologi dapat digali mundur ke belakang (backward). Kuatnya hubungan antara pajanan/
etiologi dengan penyakit penyebab KLB dapat diestimasi menggunakan ukuran OR (odds
ratio) beserta interval kepercayaannya (confidence interval). Ukuran OR dari studi kasus
kontrol klasik dipakai sebagai estimasi RR yang memadai dengan syarat incidence rate
penyakitnya rendah.

Kelompok kontrol dapat dipilih dari beberapa kelompok, seperti:

a). Pasien lain yang berobat atau dirawat di fasilitas kesehatan dengan diagnosis yang
berbeda dengan kasus, namun tidak berbagi pajanan (sharing exposure) dengan kasus

b). Keluarga kasus, misal istri/suami, anak/ orang tua, atau saudara kasus
c). Tetangga kasus

d). Masyarakat umum di sekitar wilayah tempat tinggal.

Penerapan studi kohort didalam situasi KLB/ wabah mungkin lebih sulit, karena
untuk melakukan studi kohort dibutuhkan kemampuan mengidentifikasi populasi orang
sehat yang berisiko untuk sakit (population at risk) dan mengikuti/ menindaklanjutinya
(melakukan follow-up) terhadap populasi tersebut sampai periode waktu tertentu. Dengan
bergerak kedepan (forward), masing-masing kategori dari kelompok pajanan (misalnya
kelompok terpajan dan kelompok tidak terpajan) diamati dan diikuti sampai munculnya
satu atau beberapa penyakit yang diteliti. Karena studi ini membutuhkan adanya
proses follow-up dengan risiko terjadinya drop-out dari subyek yang diamati, maka studi
ini relatif menjadi lebih kompleks (lebih menghabiskan waktu, biaya dan tenaga) dibanding
studi kasus kontrol. Namun demikian studi ini secara umum lebih baik dari kasus kontrol
klasik dalam aspek validitasnya. Kuatnya hubungan antara pajanan/ etiologi dengan
penyakit penyebab KLB dapat langsung diestimasi menggunakan ukuran RR (Relative
Risk) beserta interval kepercayaannya (confidence interval). Relative Risk yang dipakai
dapat berupa Cummulative Incidence Risk Ratio (Risk Ratio) atau berupa Incidence
Density Rate Ratio (Rate Ratio), bergantung dari jenis ukuran frekuensi yang dipakai dan
jenis populasi kohortnya.

Você também pode gostar

  • Anemia Besi
    Anemia Besi
    Documento17 páginas
    Anemia Besi
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • Soal MCQ Final
    Soal MCQ Final
    Documento15 páginas
    Soal MCQ Final
    AL
    Ainda não há avaliações
  • Biodata Penulis Fakultas Kedokteran
    Biodata Penulis Fakultas Kedokteran
    Documento1 página
    Biodata Penulis Fakultas Kedokteran
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • Skenario C Blok 29
    Skenario C Blok 29
    Documento20 páginas
    Skenario C Blok 29
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • PEMERIKSAAN THORAX
    PEMERIKSAAN THORAX
    Documento6 páginas
    PEMERIKSAAN THORAX
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • Skenario C Blok 29
    Skenario C Blok 29
    Documento6 páginas
    Skenario C Blok 29
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • Skill Lab Manajemen Laktasi
    Skill Lab Manajemen Laktasi
    Documento15 páginas
    Skill Lab Manajemen Laktasi
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • Soal DR Sani
    Soal DR Sani
    Documento15 páginas
    Soal DR Sani
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • Case Autisme Bil
    Case Autisme Bil
    Documento37 páginas
    Case Autisme Bil
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • ISTC Edisi 3
    ISTC Edisi 3
    Documento8 páginas
    ISTC Edisi 3
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • MUTU PELAYANAN KESEHATAN
    MUTU PELAYANAN KESEHATAN
    Documento20 páginas
    MUTU PELAYANAN KESEHATAN
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • Cerpen Bebas
    Cerpen Bebas
    Documento16 páginas
    Cerpen Bebas
    munawarah
    Ainda não há avaliações
  • Form Pendaftaran MKB 2018
    Form Pendaftaran MKB 2018
    Documento5 páginas
    Form Pendaftaran MKB 2018
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • Skenario C Blok 29
    Skenario C Blok 29
    Documento6 páginas
    Skenario C Blok 29
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Tutorial 28e
    Laporan Tutorial 28e
    Documento68 páginas
    Laporan Tutorial 28e
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • Skenario F Blok 28 Tahun 2018
    Skenario F Blok 28 Tahun 2018
    Documento5 páginas
    Skenario F Blok 28 Tahun 2018
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Tutorial 28e
    Laporan Tutorial 28e
    Documento10 páginas
    Laporan Tutorial 28e
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • Skenario 29A
    Skenario 29A
    Documento5 páginas
    Skenario 29A
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • Skenario C Blok 28
    Skenario C Blok 28
    Documento12 páginas
    Skenario C Blok 28
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • 2018 Blok 27 Difteri
    2018 Blok 27 Difteri
    Documento46 páginas
    2018 Blok 27 Difteri
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • KERACUNAN KIMIA
    KERACUNAN KIMIA
    Documento82 páginas
    KERACUNAN KIMIA
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • Antimalaria Dr. Teo
    Antimalaria Dr. Teo
    Documento78 páginas
    Antimalaria Dr. Teo
    Mar'atun Sholihah Asysyifa
    Ainda não há avaliações
  • Shiy
    Shiy
    Documento50 páginas
    Shiy
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • LEPTOSPIROSIS
    LEPTOSPIROSIS
    Documento19 páginas
    LEPTOSPIROSIS
    fitrasari
    Ainda não há avaliações
  • Demam Tifoid
    Demam Tifoid
    Documento115 páginas
    Demam Tifoid
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • Sepsis KP
    Sepsis KP
    Documento54 páginas
    Sepsis KP
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • Skenario A Blok 28
    Skenario A Blok 28
    Documento6 páginas
    Skenario A Blok 28
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • Filariasis2
    Filariasis2
    Documento28 páginas
    Filariasis2
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • Filariasis2
    Filariasis2
    Documento28 páginas
    Filariasis2
    Billy Darisma
    Ainda não há avaliações
  • Filariasis2
    Filariasis2
    Documento69 páginas
    Filariasis2
    Archita Wicesa
    Ainda não há avaliações