Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Untuk mengetahui angka kejadian penyakit KLB pengolahan dan analisis data
dilakukan dengan melakukan penerapan teknik-teknik atau metode-metode statistik
tertentu. Statistika telah mengembangkan teknik-teknik untuk mengklasifikasikan
data dan menyajikan data yang sangat membantu para peneliti salah satunya untuk
mengetahui angka kejadian KLB. Dengan menggunakan teknik-teknik penyajian
data seperti yang dikembangkan dalam statistika, misalnya dalam bentuk tabel,
grafik, maka data itu akan mudah dimengerti dan dapat dianalisis dengan mudah.
B. Persiapan administrasi
Dalam kategori ini tim kesehatan harus mempersiapkan aspek administratif dari
investigasi seperti: penyediaan perijinan, surat-surat atau dokumen formal/
legal dalam melakukan investigasi, penyediaan dana yang memadai,
transportasi yang dapat diandalkan, kerapian dalam dokumentasi, pembagian
tugas dan koordinasi dalam tim kesehatan, dll.
C. Persiapan konsultasi
Pada tahap ini sudah harus dipikirkan peran dan posisi tim kesehatan dalam
proses investigasi. Sebelum melakukan investigasi harus jelas, apakah tim
kesehatan memiliki peran langsung memimpin investigasi, atau hanya mitra
dari pejabat/ petugas kesehatan setempat (misalnya staf dinas kesehatan
setempat), atau berperan memberikan bantuan konsultasi terhadap pejabat/
petugas lokal. Mengenal dan menjalin kerjasama dengan petugas/ staf / kontak
lokal serta otoritas setempat adalah sangat penting.
3. Verifikasi Diagnosis
Definisi kasus adalah kumpulan (set) yang standar tentang kriteria klinis untuk
menentukan apakah seseorang dapat diklasifikasikan sebagai penderita penyakit
tsb. Definis kasus dalam konteks KLB/ wabah haruslah dibatasi oleh karateristik
tertentu dari, orang tempat dan waktu. Sekali ditetapkan maka definisi kasus ini
harus dipakai secara konsisten pada semua situasi dalam investigasi.
KLB/ wabah dapat digambarkan secara epidemiologis dengan melakukan tabulasi data
frekuensi distribusi kasusnya menurut karakteristik orang, tempat dan waktu.
Penggambaran ini disebut epidemiologi deskriptif.
Tabulasi data frekuensi distribusi kasus berdasarkan karateristik orang dilakukan untuk
melihat apakah karakteristik orang/ populasi tertentu memberikan tingkat risiko
tertentu untuk terjadinya penyakit. Karateristik orang yang lazim diteliti adalah
karakteristik demografis, klinis dan pajanan.
a) Mengetahui besarnya skala KLB/ wabah dan kecenderungan waktu (time trend) dari
kejadian KLB/ wabah tsb. Untuk mempermudah tercapainya tujuan ini KLB/ wabah
dapat digambarkan menggunakan kurva epidemik (epi) ini.
c) Mengenal pola epidemi yang terjadi, apakah common source (berasal dari
sekelompok orang yang terpajan dengan agen berbahaya yang sama)
atau propagated (menyebar bertahap dari orang ke orang) atau campuran keduanya.
Proses pengujian hipotesis bergantung pada bukan hanya pendekatan/ uji statistik yang
dipakai tapi juga desain studi epidemiologi analitik yang dipakai untuk menyelidiki etiologi
atau determinan penyakit yang menimbulkan KLB/ wabah.
Desain studi epidemiologi analitik yang boleh dipertimbangkan untuk digunakan dalam
investigasi wabah adalah studi kasus kontrol dan kohort.
Studi kasus kontrol secara praktis lebih efisien (mudah, murah, hemat waktu dengan
jumlah kasus yang sedikit) sehingga lebih sering diterapkan pada situasi KLB/ wabah.
Kumpulan/ serial kasus yang sudah diidentifikasi dinyatakan sebagai kelompok kasus,
sehingga tugas selanjutnya adalah mengidentifikasi dan menseleksi dengan baik kelompok
kontrol yaitu populasi yang tidak menderita penyakit penyebab KLB/ wabah. Dari kedua
kelompok ini, informasi tentang satu atau beberapa status pajanan, faktor-faktor risiko atau
etiologi dapat digali mundur ke belakang (backward). Kuatnya hubungan antara pajanan/
etiologi dengan penyakit penyebab KLB dapat diestimasi menggunakan ukuran OR (odds
ratio) beserta interval kepercayaannya (confidence interval). Ukuran OR dari studi kasus
kontrol klasik dipakai sebagai estimasi RR yang memadai dengan syarat incidence rate
penyakitnya rendah.
a). Pasien lain yang berobat atau dirawat di fasilitas kesehatan dengan diagnosis yang
berbeda dengan kasus, namun tidak berbagi pajanan (sharing exposure) dengan kasus
b). Keluarga kasus, misal istri/suami, anak/ orang tua, atau saudara kasus
c). Tetangga kasus
Penerapan studi kohort didalam situasi KLB/ wabah mungkin lebih sulit, karena
untuk melakukan studi kohort dibutuhkan kemampuan mengidentifikasi populasi orang
sehat yang berisiko untuk sakit (population at risk) dan mengikuti/ menindaklanjutinya
(melakukan follow-up) terhadap populasi tersebut sampai periode waktu tertentu. Dengan
bergerak kedepan (forward), masing-masing kategori dari kelompok pajanan (misalnya
kelompok terpajan dan kelompok tidak terpajan) diamati dan diikuti sampai munculnya
satu atau beberapa penyakit yang diteliti. Karena studi ini membutuhkan adanya
proses follow-up dengan risiko terjadinya drop-out dari subyek yang diamati, maka studi
ini relatif menjadi lebih kompleks (lebih menghabiskan waktu, biaya dan tenaga) dibanding
studi kasus kontrol. Namun demikian studi ini secara umum lebih baik dari kasus kontrol
klasik dalam aspek validitasnya. Kuatnya hubungan antara pajanan/ etiologi dengan
penyakit penyebab KLB dapat langsung diestimasi menggunakan ukuran RR (Relative
Risk) beserta interval kepercayaannya (confidence interval). Relative Risk yang dipakai
dapat berupa Cummulative Incidence Risk Ratio (Risk Ratio) atau berupa Incidence
Density Rate Ratio (Rate Ratio), bergantung dari jenis ukuran frekuensi yang dipakai dan
jenis populasi kohortnya.