Você está na página 1de 74

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses
kelahirannya. Ancaman jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti
walaupun denagn bantuan alat-alat medis modern sekalipun,sering kali
memberikan gambaran berbeda terhadap kondisi bayi saat lahir.

Kualitas dari pelayanan kesehatan saat ini di tuntut untuk semakin


meningkat ke arah pelayanan yang lebih optimal. Hal tersebut didorong oleh
berbagai perubahan mendasar di masyarakat baik ekonomi, pendidikan,
teknologi dan informasi serta berbagai perubahan lainnya. Terlebih lagi
tuntutan dari pemerintah yang memberikan kemudahan-kemudahan bagi
masyarakat untuk menerima pelayanan kesehatan termasuk perubahan
tuntutan masyarakat pada peningkatan pelayanan kebidanan. Salah satu
pelayanan kebidanan yang juga memerlukan peningkatan kualitas adalah
pelayanan asuhan kebidanan terhadap bayi hipotermia.

WHO memperkirakan hampir sekitar 98% dari lima juta kematian


neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu
terjadi pada periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan
infeksi seperti: sepsis, tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare
(Imral chair, 2007).

Peran bidan sangat diperlukan untuk mencengah terjadinya risiko


hipotermia pada bayi. Seorang bidan itu harus memiliki pengetahuan yang
luas, sikap dan keterampilan dalam melakukan asuhan untuk mencegah
terjadinya hal yang tidak diinginkan. Pentingnya pengetahuan dari seorang
bidan tersebut dalam pemberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
melatarbelakangi penulis dalam pembuatan makalah ini.
Oleh karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang
menangani kelahiran bayi mutlak sangat dibutuhkan, tetapi tidak semua tenaga
medis memiliki kemampuan dan keterampilan standar walaupun mereka itu
memiliki latar belakang pendidikan sebagai profesional ahli.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari resiko tinggi bayi baru lahir?

2. Apa saja yang termasuk kategori bayi baru lahir dengan resiko tinggi?

3. Bagaimana penatalaksanaan dalam bayi baru lahir resiko tinggi?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari resiko tinggi bayi baru lahir.

2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk kategori bayi baru lahir dengan
resiko tinggi.

3. Untuk mengetahui penatalaksanaan dalam bayi baru lahir resiko tinggi.


BAB II

PEMBAHASAN

A. NEONATUS RESIKO TINGGI DAN PENATALAKSANAAN-NYA

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan


pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian
fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini
dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus.
Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa
neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan
berbagai perubahan biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari ibu,
maka terjadilah awal proses fisiologik.

Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan


dengangangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang
disebabkanoleh prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang
baikdalam kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir.

Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik


terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi
juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu,
perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak
tepat dan tidak bersih, kurangnya perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu
meninggal pada waktu melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan hidup
yang kecil. Yang termasuk neonatus resiko tinggi yaitu diantaranya sebagai
berikut:

1. BBLR

2. asfiksia neonatorum

3. Sindrom gangguan pernafasan

4. Ikterus

5. Perdarahan tali pusat

6. Kejang

7. Hipotermi
8. Hipertermi

9. Hipoglikemia

10. Tetanus neonatorum

11. Penyakit yang diderita ibu selama kehamilan.

A. BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

PrinsipDasar

BayiBeratLahirrendah (BBLR) ialahbayibarulahir yang


beratbadannyasaatlahirkurangdari 2500 gram (sampaidengan 2499
gram).Berkaitandenganpenanganandanharapanhidupnya,
bayiberatlahirrendahdibedakandalam :

1. Bayi beratlahirrendah (BBLR), beratlahir 1500 – 2500 gram.


2. Bayiberatlahirsangatrendah (BBLSR), beratlahir< 1500 gram.
3. Bayiberatlahirekstremrendah (BBLER), beratlahir< 1000 gram.

Bayiberatlahirrendahmungkin premature (kurangbulan),


mungkinjugacukupbulan (dismatur).

Beberapapenyakit yang berhubungandenganprematuritas.

1. Sindromgangguanpernapasanidiopatik (Penyakit membrane hialin)


2. Pneumonia aspirasi, karenarefleksmenelandanbatukbelum sempurna

MASALAH BAYI BARU LAHIR

1. Perdarahan spontan dalam vertikel otak lateral, akibat anoksia otak (erat
kaitannya dengan gangguan pernafasan).

2. Hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang.

3. Hipotermia

Beberapa penyakit yang berhubungan dengan dismaturitas:

1. Sindrom aspirasi mekoneum

2. Hipoglikemia

3. Hiperbilirubinemia
4. Hipotermia

Oleh karena itu bayi berat lahir rendah mempunyai resiko kematian tinggi.

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mungkin prematur (kurang bulan),


mungkin juga cukup bulan BBLR sangat rentan terhadap hipotermia dan
infeksi.

PENILAIAN

Penilaian dilakukan dengan cara menimbang bayi baru lahir dan sesuai dengan
beratnya, maka bayi akan digolongkan dalam BBLR ( bayi berat lahir rendah )
atau BBLSR ( bayi berat lahir sangat rendah) dan bayi berat lahir ekstrem rendah
(BBLER).

PENANGANAN

1. Mempertahankan suhu dengan ketat.

BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat

2. Mencegah infeksi dengan ketat

BBLR sangat rentan akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi


termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.

3. Pengawasan nutrisi /ASI.

Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi harus
dilakukan dengan cermat.

4. Penimbangan ketat

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi / nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan cermat.

5. Penimbangan ketat
Perubahan berat baadan mencerminkan kondisi gizi/ nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat baadaan
harus dilakukan dengan ketat.

Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg/hari atau 100-120
cal/kg/hari.pemberian dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan baayi untuk
sesegera mungkin mencukupi kebutuhan cairan/kalori.

MASALAH BAYI BARU LAHIR

Kapasitas lambung BBLR sangat kecil sehingga minum harus sering, diberikan tiap
jam. Perhatikan apakah selama pemberiaan minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi
biru atau perut membesar/kembung.

BAGAN PENANGANAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

Kriteria Berat lahir bayi < 2500 gram

Kategori Bayi berat lahir Bayi berat lahir


sangat rendah rendah (BBLR)
(BBLSR)

Penilaian Berat Lahir <1500 Berat lahir 1500-


gram 2500 gram

Penanganan

Puskesmas 1. keringkan secepatnya dengan handuk hangat

2. Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang


kering dan hangat .

3. Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak


kulit ke kulit dan/ bungkus BBLSR dengan kain
hangaat.
4. Beri lampu 60 watt, dengan jarak minimal 60 cm
dari bayi.

5. Kepala bayi ditutup topi.

6. Beri oksigen.

7. Tali pusat dalam keadaan bersih

a. Tetesi ASI bila a. Beri ASI.


dapat menelan. Bila tidak dapat
Bila tidak dapat menghisap, bisa
menelan, langsung
menelan langsung
dirujuk.
b. Rujuk ke rumah tetesi langsung dari
sakit. puting.
b. Bila tidak dapat
menelan, langsung
dirujuk.

Rumah Sakit 1. Sama dengan di atas


2. Beri minum dengan
sonde / tetesi ASI
( lihat tabel I BBLR)
3. Bila tidak mungkin,
infus Dekstrose 10% +
Bicarbonas Natricus
1,5% = 4:1
Hari I = 60cc/kg/hari
Hari II = 70 cc/kg/hari
4. Antibiotika (lihat
anjuran antibiotika
dalam Bab Infeksi).
5. Bila tidak dapat
menghisap puting susu
atau tidak dapat
menelan langsung atau
sesak atau biru atau
tanda-tanda hipotermia
berat, terangkan
kemungkinan akan
meninggal.
B. ASFIKSIA NEONATORUM

A. PRINSIP DASAR ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR


Saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera sesudah tali pusat
dijepit bayi menangis yang merangsang pernafasan. Denyut jantung akan
menjadi stabil pda frekuensi 120 sampai 140 permenit dan sisanosis
sentral menghilang dengan cepat. Akan tetapi beberapa bayi mengalami
depresi saat dilahirkan dengan menunjukkan gejala tonus otot yang
menurun dan mengalami kesulitan mempertahankan pernafasan yang
wajar. Bayai-bayi ini dapat mengalami apnu atau menunjukkan upaya
pernafasan yang tidak cukup untuk kebutuhan ventilasi paru-paru. Kondisi
ini menunjukkan kurangnya pengambilan oksigen dan pengeluaran CO2.
Penyebab depresi bayi pada saat lahir ini mencakup:
a. Asfiksia intrauterin.
b. Bayi kurang bulan.
c. Obat-obat yang diberikan atau diminum oleh ibu.
d. Penyakit neuromuskular bawaab (kongenital).
e. Cacat bawaan.
f. Hipoksia intrapartum.
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan
asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan
kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi
organ vital lainnya.
Pada bayi yang mengaklami kekurangan oksigen akan terjadi
pernafasan yang cepat dalam periode yang singkat. Apabila asfiksia
berlanjut, gerakan penafasan akan berhenti denyut jantung juga mulai
menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat
lemas (flaccid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi
memasuki periode apnu yang disebut apnu sekunder. Selama apnu
sekunder ini, denyut jantung, tekanan darah dan dan kadar oksigen di
dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap
rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan.
Kematian akan terjadi kecualiapabila resusitasi dengan pernafasan buatan
dan pemberian oksigen dimulai dengan segera.
Sangat penting untuk diperhatikan bahwa sebagai akibat hipoksia
janin, janin dapat pulih dari apnu primer ke apnu sekunder di dalam rahim.
Urutan perkembanga apnu, termasuk apnu primer dan apnu sekunder dapat
dimulai intrauterin dan berkelanjutan sesudah bayi dilahirkan. Dengan
demikian bayi mungkin akan dilahirkan dalam apnu primer atau apnu
sekunder. Dalam kenyataannya, apnu primer dan apnu sekunder sulit
sekali untuk dibedakan. Pada kedua kedaan tersebut, bayi tidak bernafas
dan denyut jantung dapat menurun sampai <100 denyut per menit.
Pada saat bayi dilahirkan, alveoli bayi diisi “cairan paru-paru
janin”. Cairan paru-paru janin harus dapat dibersihkan terlebih dahulu
apabila udara harus masuk kedalam paru-paru bayi baru lahir. Dalam
kondisi demikian, paru-paru memerlukan tekanan yang cukup besar untuk
mengeluarkan cairan tersebut agar alveoli dapat berkembang untuk
pertama kalinya. Untuk mengembangkan paru-paru, upaya pernafasan
pertama memerlukan tekanan 2 sampai 3 kali lebih tinggi daripada tekanan
berikutnya agar berhasil. Menghadapi bayi yang tidak pernah mengambil
nafas pertama dapat diasumsikan bahwa pengembangan alveoli tidak
terjadi dan paru-paru tetap berisi cairan. Melakukan pernafasan buatan
pada bayi seperti ini diperlukan tekanan tambahan untuk membuka alveoli
dan mengeluarkan cairan paru-paru.
Masalah yang dihadapi dalam mengeluarkan cairan dari paru-paru
adalah :
1. Bayi sudah menderit apnu saat dilahirkan.
2. Bayi dengan upaya pernafasan yang lemah dan tidak efektif seperti
pada :
a. Bayi kurang bulan.
b. Bayi yang dilahirkan dengan depresi karena asfiksia, pengaruh
obat-obatan pada ibu, anestesia dan lain-lain sebab.

Upaya pernafasan seperti pernafasan megap-megap atau tidak


teratur tidak cukup untuk mengembangkan paru-paru. Hal ini berarti
bahwa anda tidak bisa mengandalkan pada upaya pernafasan spontan
sebagai indikasi pernafasan efektif bayi baru lahir. Pergerakan dada tidak
dapat dipakai sebagai satu-satunya indikator untuk pernafasan yang
efektif.

Pada kelahiran, peredaran darah di paru-paru harus meningkat


untuk memungkinkan proses oksigenasi yang cukup. Keadaan ini akan
dicapai dengan terbukanya arterioli dan diisi darah yang sebelumnya
dialirkan dari paru-paru melalui duktus arteriosus. Bayi dengan asfiksia,
hipoksia dan asidosis akan mempertahankan pola sirkuasi janin dengan
menurunnya peredaran darah paru-paru.

Pada awal asfiksia, darah lebih banyak dialirkan ke otak dan


jantung. Dengan adanya asfiksia dan asidosis maka fungsi miokardium
menurun, curah jantung menurun dan aliran darah ke alat-alat vital juga
berkurang.

2. PENILAIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah
menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya
melaksanakan tindakan tadi. Penilaian selanjutnya merupakan dasar
untuk menentukan kesimpulan dan tindakan berikutnya. Upaya resusitasi
yang efisien dan efektif berlangsung melalui tindakan, yaitu penilaian,
pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan. Rangkaian tindakan ini
merupakan suatu siklus. Misalnya pada saat-saat anda melakukan
rangsangan taktil anda sekaligus menilai pernafasan bayi. Atas dasar ini
anda akan menentukan langkah-langkah selanjutnya.

Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak


bernafas atau bahwa pernafasan tidak adekuat, anda sudah menentukan
dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan berikutnya yaitu
memberikan ventilasi dengan tekanan positif (VTP). Sebaliknya apabila
pernafasanya normal, maka tindakan selanjutnya adalah menilai denyut
jantung bayi. Segera sesudah memulai suatu tindakan anda harus menilai
dampaknya pada bayi. Segera sesudah memulai suatu tindakan anda
harus menilai dampaknya pada bayi dan memulai kesimpulan untuk
tahap berikutnya.

Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata


ditentukan oleh tiga tanda yang penting, yaitu :

1. Pernafasan
2. Denyut jantung
3. warna

Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan kita


memulai resusitasi atau untuk membuat keputusan
mengenai jalannya resusitasi

Nilai apgar pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan 5


menit sesudah bayi lahir. Akan tetapi, penilaian bayi harus dimulai segera
setelah bayi lahir. Apabila bayi memerlukan intervensi berdasarkan
penilaian pernafasan, denyut jantung atau warna bayi, maka penilaian ini
harus dilakukan segera. Intervensi yang dilakukan jangan sampai
terlambat karena menunggu hasil penilaian Apgar selama satu menit.
Keterlambatan tindakan sangat membahayakan terutama pada bayi yang
mengalami depresi berat.

Walaupun nilai Apgar tidak penting dalam pengambilan


keputusan pada awal resusitasi, tetapi dapat menolong dalam upaya
penilaian keadaan bayi dan penilaian efektivitas upaya resusitasi. Jadi
nilai Apgar perlu dinilai pada 1 menit dan 5 menit. Apabila nilai Apgar
kurang dari 7 penilaian tambahan masih diperlukan yaitu tiap 5 menit
sampai 20 menit atau sampai dua kali penilaian menunjukkan nilai 8 dan
lebih.
3. PENANGANAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
(RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR)

Bayi baru lahir dalam apnu primer dapat memulai pola pernafasan
biasa, walaupun mungkin tidak teratur dan tidak efektif, tanpa intervensi
khusus. Bayi baru lahir dalam apnu sekunder tidak akan bernafas sendiri.
Pernafasan buatanatau tindakan ventilasi dengan tekanan positif (VTP)
dan oksigen diperlukan untuk membantu bayi memulai pernafasan pada
bayi baru lahir dengan apnu sekunder.

Apabila kita dapat membedakan bayi dengan apnu primer dari


bayi dengan apnu sekunder, maka kita dengan mudah dapat membedakan
bayi yang hanya membutuhkan rangsangan sederhana dan pemberian
oksigen dengan bayi-bayi yang memerlukan pernafasan buatan dengan
tekanan positif (VTP). Akan tetapi secara klinis apabila bayi lahir dalam
keadaan apnu sulit dibedakan apakah bayi itu mengalami apnu primer
atau apnu sekunder. Hal ini berarti bahwa menghadapi bayi yang
dilahirkan dengan apnu, kia harus beranggapan bahwa kita berhadaoan
dengan bayi apnu sekunder dan harus segera melakukan resusitasi.

Menganggap seorang bayi menderita apnu primer dan


memberikan stimulasi yang kurang efektif hanya akan memperlambat
pemberian oksigendan meningkatkan resiko kerusakan otak. Sangat
penting disadari bahwa pada bayi yang mengalami apnu sekunder
semakin lama kita menunda upaya pernafasan buatan, semakin lama bayi
melakukan upaya pernafasan spontan. Penundaan dalam melakukan
upaya pernafasan buatan, walaupun singkat, dapat berakibat
keterlambatan pernafasan yang spontan dan teratur. Perhatikanlah bahwa
semakin lama bayi berada pada apnu sekunder semakin besar
kemungkinan terjadinya kerusakan otak.

Penyebab apapun yang merupakan latar belakang depresi ini,


segera setelah tali pusat dijepit, bayi yang mengalami depresi dan tidak
mampu memulai pernafasan spontan yang memadai akan mengalami
hipoksia yang semakin berat dan secara progresif menjadi asfiksia.
Resusitasi yang efetif dapat merangsang pernafasan awal dan mencegah
asfiksia progresif. Resusitasi bertujuan memberikan ventilai yang
adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk
menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya.

Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan


yang dikenal sebagai ABC Resusitasi.

A = Memastikan saluran nafas terbuka.

B = Memulai pernafasan

C = Mempertahankan sirkulasi (peredaran) darah

Bagian-bagian dari tatalaksana resusitasi yang dikaitkan dengan


ABC Resusitasi dapat dilihat dibawah ini

a. A = Memastikan saluran nafas terbuka

 Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi: bahu diganjal


 Menghisap mulut, hidung dan kadang-kadang trakea
 Bila perlu, masukkan pipa indotrakeal (pipa ET) untuk memastikan
saluran pernafasan terbuka
b. B = Memulai pernafasan
 Memakain rangsangan taktil untuk memulai pernafasan
 Memakai VTP bila perlu, seperti :
o Sungkup dan balon
o Pipa ET dan balon
o Mulut ke mulut (hindari paparan infeksi)

c. C = Mempertahankan sirkulasi darah

 Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara :


o Kompresi dada
o Pengobatan

PERSIAPAN RESUSITASI
Mengantisipasi bayi lahir dengan deprsi/asfiksia

 Meninjau riwayat antepartum


 Meninjau riwayat intrapartum

Persiapan alat
1. Alat pemanas siap pakai
2. Oksigen
Dibutuhkan sumber oksigen 100% bersama pipa oksigen dan alat
pengukurannya.
3. Alat penghisap
 Penghisap lendir kaca
 Penghisap mekanis
 Kateter penghisap no 5F atau 6F, 8F, 10F.
 Sonde lambung no. 8F dan semprit 20 ml.
 Penghisap mekomeum.
4. Alat sungkup dan balon resusitasi
 Sungkup berukuran untuk bayi cukup bulan dan kurang bulan/prematur
(sungkup mempunyai pinggir yang lunak seperti bantal)
 Balon resusitasi neonatus dengan katup penurun tekanan. Balon harus
mampu untuk memberikan oksigen 90-100%. Pipa saluranpernafasan
berukuran untuk bayi cukup bulan dan kurang bulan. Oksigen dilengkapi
alat pengukur aliran oksigen dan pipa-pipanya.
5. Alat itubasi
 Laringoskop dengan lidah lurus no. 0 (untuk bayi kurang bulan) dan no.1
(untuk bayi cukup bulan)
 Lampu dan baterai ekstra untuk laringoskop
 Pipa endotrakeal uuran 2,5;3,0;3,5;4,0 mm
 Stilet
 Gunting
 Sarung tangan
6. Obat-obat
 Epinerefin 1:10.000 dalam ampul 3 ml atau 10 ml
 Nalokson hidroklorit 0,4 mg/ml dalam ampul 1 ml atau 1 mg/mldalam
ampul 2 ml
 Volume expander, satu dari yang berikut ini:
 5% larutan Albumin Saline
 Larutan NaCl 0,9%
 Larutan Ringer Laktat
 Bikarbonas natrikus 4,2% (5mEq/10 ml) dalam ampul 10 ml
 Larutan Dekstrose 5%, 10%, 250 ml
 Aquadest steril 25 ml
 Larutan NaCl 0,9%, 25 ml
7. Lain-lain
 Stetoskop bayi
 Plester ½ atau ¾ inci
 Semprit untuk 1, 3, 5, 10, 20, 50 ml
 Jarum berukuran 18, 21, 25
 Kapas alkohol
 Baki untuk katerisasi arteria umbilikalis
 Kateter umbilikus berukuran 3, 5F; 5F
 Three-way stopcocks
 Sonde lambung berukuran 5F

Paling sedikit satu orang siap di kamar bersalin yang terampil dalam
melakukan resusitasi bayu baru lahir dan dua orang lainnya untuk membatun
dalam keadaan resusitasi darurat.

URUTAN PELAKSANAAN RESUSITASI

Mencegah kehilangan panas dan mengeringkan tubuh bayi

 Alat pemancar panas telah diaktifkan sebelumnya sehingga tempat


meletakkan bayi hangat.
 Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas, tubuh dan kepala bayi
dikeringkan dengn menggunakan handuk atau selimut hangat (apabila
diperlukan penghisapan mekomeum, dianjurkan untuk menunda
pengeringan tubuh yaitu setelah mekoneum dihisap dari trakea).
 Untuk bayi sangat kecil (berat badan kurang dari 1500 gram) atau apabila
suhu rungan sangat dingin dianjurkan menutup bayi dengan sehelai plastik
tipis yang tembus pandang.

Meletakkan bayi dalam posisi yang benar

 Bayi diletakkan terlentang di alas yang datar, kepala lurus dan leher sedikit
tengadah (ekstensi)
 Untuk mempertahankan agar leher tetap tengadah, letakkan handuk atau
selimut yang digulung di bawah bahu bayi, sehingga bahu terangkat ¾
sampai 1 inci (2-3 cm)

Membersihkan jalan nafas

 Kepala bayi miringkan agar cairan berkumpul di mulut dan tidak di faring
bagian belakang.
 Mulut dibersihkan terlebih dahulu dengan maksud:
 Cairan tidak teraspirasi
 Hisap pada hidung akan menimbulkan pernafasan megap-megap
(gaspin)
 Apabila mekoneum kental dan bayi mengalami depresi harus dilakukan
penghisapan dari trakea dengan menggunakan pipa endotrakea (pipa ET)

Menilai bayi

Penilaian bayi dilakukan berdasarkan 3 gejala yang sangat penting bagi


kelanjutan hidup bayi.

 Usaha bernafas
 Frekuensi denyut jantung
 Warna kulit

Minilai usaha bernafas

 Apabila bayi bernafas spontan dan memadai, lanjutan dengan menilai


frekuensi denyut jantung.
 Apabila bayi mengalami apnu atau sukar bernafas (megap-megap atau
gaspin) dilakukan rangsangan taktil dengan menepuk nepuk atau
menyentil telapak kaki bayi atau menyentil telapak kaki bayi atau
menggosok-gosok punggung bayi sambil memberikan oksigen.
 Apabila setelah beberapa detik tidak terjadi reaksi atas rangsangan taktil,
mulailah pemberian vtp (ventilasi tekanan positif)
 Pemberian aliran oksigen harus berkonsentrasi 100% (yang diperoleh dari
tabung oksigen). Kecepatan aliran oksigen paling sedikit 5 liter/menit.
Apabila sungkup tidak tersedia oksigen 100% diberikan melalui pipa yang
dtutupi tangan di atas muka bayi dan aliran oksigen tetap terkonsentrasi
pada muka bayi. Untuk mecegah kehilangan panas dan pengeringkan
mukosa saluran nafas, oksigen yang diberikan perlu dihangatkan dan
dilembabkan melalui pipa berdiameter besar

Menilai frekuensi denyut jantung bayi

 Segera setelah menilai usaha bernafas dan melakukan tindakan yang


diperlukan, tanpa memperhatikan pernafasan apakah spontan normal atau
tidak, segera dilakukan penilaian frekuensi denyut jantung bayi .
 Apabila frekuensi denyut jantng lebih dari 100/menit dan bayi bernafas
spontan, dilanjutkan dengan menilai warna kulit.
 Apabila frekuensi denyut jantung kurangdari 100/menit , walaupun bayi
bernafas spontan, menejadi indikasi untuk dilakukan VTP.
 Apabila detak jantung tidak dapat dideteksi,epinefrin harus segera
diberikan dan pada saat yang sama VTP dan kompresi dada dimulai.

Menilai warna kulit


 Penilaian warna kulit dilakukan apabila bayi bernafas spontan dan
frekuensi denyut jantung bayi lebih dari 100/menit.
 Apabila terdapat siaosis sentral, oksigen tetap diberikan.
 Apabila terdapat sianosis perifer, oksigen tidak perlu diberikan. Sianosis
perifer disebabkan oleh karena peredaran darah yang masih lamban, antara
lain karena suhu ruang bersalin yang dingin, bukan akibat hipoksemia.

Ventilasi tekanan positif (VTP)

Urutan langkah berikutnya adalah urutan langkah bagi fasilitas pelayanan


kesehatan yang mempunyai alat sungkup dan balon resusitasi.bagi fasilitas
pelayanan kesehatan yang tidak mempunyai alat tersebut seperti Puskesmas
atau Bidan, dapat melakukan resusitasi dengan alat sungkup dan tabung yang
diuraikan pada bagian akhir Bab ini.

 Pastikan bayi diletakkan dalam posisi yang benar.


 Agar VTP efektif, kecepatan memopa (kecepatan ventilasi) dan tekanan
ventilasi harus sesuai.
 Kecepatan ventilasi
Tekanan ventilasi sebaiknya 40-60 kali/menit
 Tekanan ventilasi
Tekanan ventilasi yang dibutuhkan sebagai berikut. Nafas pertama setelah
lahir, membutuhkan: 30-40 cm H2o. Setelah nafas pertama, membutuhkan
15-20 cm H2O. Bayi dengan kondisi/penyakit paru-paru yang berakibat
turunnya compliance, membutuhkan: 20-40 cm H2O. Tekanan ventilasi
hanya dapat diatur apabila digunakan balon yang mempunyai pengukur
tekanan.
 Observasi gerak dada bayi
Adanya gerakan dada bayi turun naik merupakan bukti bahwa sungkup
terpasang dengan baik dan paru-paru mengembang. Bayi seperti menarik
nafas dangkal. Apabila dada bergerak maksimum, bayi seperti menarik
nafas panjang, menunjukkan paru-paru terlalu mengembang, yang berarti
tekanan diberikan terlalu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan
pneumotoraks.
 Observasi gerak perut bayi
Gerak perut bayi tidak dapat dipakai sebagai pedoma ventilasi yang
efektif. Gerak perut mungkin disebabkan masuknya udara ke dalam
lambung.
 Penilaian suara naas bilateral
Suara nafas didengar dengan menggunakan stetoskop. Adanya suara nafas
di kedua paru-paru merupakan indikasi bahawa bayi mendapat ventilasi
yang benar.
 Observasi pengembangan dada bayi
Apabila dada terlalu berkembang, kurangi tekanan dengan mengurangi
meremas balon. Apabila dada kurang berkembang, mungkin disebabka
oleh salah satu penyebab berikut:
 Pelekatan sungkup kurang sempurna
 Arus udara terhambat
 Tidak cukup tekanan

Apabila dengan tahapan di atas ada bayi masih tetap kurang


berkembang sebaiknya dilakukan intubasi endotrakea dan ventilasi
pipa-balon!

Menilai frekuensi denyut jantung bayi pada saat VTP

a) Frekuensi denyut jantung bayi dinilai setelah selesai ventilasi 15-20 detik
pertama.
b) Frekuensi denyut jantung dihitung dengan cara menghitung jumlah denyut
jantung dalam 6 detik dikalikan 10, sehingga diperoleh frekuensi jantung per
menit.
c) Frekuensi denyut jantung bayi dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
⁻ Lebih dari 100 kali/menit.
⁻ Antara 60-100 kali/menit.
⁻ Kurang dari 60 kali/menit.
 Apabila frekuensi denyut jantung bayi >100 kali/menit.
Bayi mulai benafas spontan.Dilakukan rangsangan taktil untuk merangsang
frekuensi dan dalamnya pernafasan.VTP dapat dihentikan, oksigen arus bebas
diberikan.Kalau wajah bayi tampak merah, oksigen dapat dikurangi secara
bertahap.
Apabila pernafasan spontan dan adekuat tidak terjadi, VTP dilanjutkan.
 Apabila frekuensi denyut jantung bayi antara 60-100 kali/menit.
VTP dilanjutkan dengan memantau denyut jantung bayi.
Apabila frekuensi denyut jantung bayi <80 kali/menit, dimulai kompresi dada
bayi.
 Apabila frekuensi denyut jantung bayi < 60 kali/menit.
VTP dilanjutkan.Periksa ventilasi apakah adekuat dan oksigen yang diberikan
benar 100%?
Segera dimulai kompresi dada bayi.

Memasang kateter orogastrik

Indikasi
a) VTP dengan balon dan sungkup lebih lama dari 2 menit harus
dipasang kateter orogastrik dan tetap terpasang selama ventilasi,
oleh karena selama ventilasi udara dari orofaring dapat masuk
kedalam esophagus dan lambung yang dapat mengakibatkan:
⁻ Lambung yang terisi udara akan membesar dan menekan
diafragma menghalangi paru-paru berkembang.
⁻ Udara dalam lambung dapat menyebabkan regurgitasi isi
lambung yang mungkin menimbulkan aspirasi.
⁻ Udara dalam lambung dapat masuk ke usus, menyebabkan perut
kembung yang akan menekan diafragma.
b) Alat yang dipakai adalah pipa orogastrik nomor 8F. semprit 20 ml.
c) Ukur panjang pipa yang akan dimasukkan dengan cara mengukur
panjangnya mulai dari pangkal hidung kedaun telinga bayi dan dari
daun telinga ke prosesus sifoideus (ujung bawah tulang dada) bayi.
d) Masukkan pipa melalui mulut (hidung untuk ventilasi).
e) Setelah pipa dimasukkan sesuai panjang yang diinginkan (sesuai
pengukuran sebelumnya), sambung dengan semprit 20 ml dan hisap
isi lambung dengan cepat dan halus.
f) Lepaskan semprit dari pipa. Biarkan ujung pipa terbuka agar ada
lubang udara ke lambung. Plester pipa ke pipi bayi untuk fiksasi
ujung pipa.

Kompresi dada
a) Kompresi dilakukan apabila setelah 15-30 detik melakukan VTP
dengan oksigen 100% frekuensi denyut jantung bayi adalah
kurang dari 60 kali/menit, atau 60-80 kali/menit dann tidak
bertambah.
b) Pelaksana menghadap ke dada bayi dengan kedua tangannya
dalam posisi yang benar.
c) Kompresi dilakukan di 1/3 bagian bawah tulang dada dibawah
garis khayal yang menghubungkan kedua puting susu bayi .hati-
hati jajngan menekan prosesus sifoideus.
d) Dengan posisi jari dan tangan yang benar, gunakan tekanan yan
cukup untuk menekan tulang dada ½-3/4 inci (kurang lebih 1,25-
2 cm), kemudian tekanan dilepaskan untuk memungkinkan
pengisian jantung. Yang dimaksud dengan 1 kompresi (1
tekanan) ialah tekanan kebawah ditambah pembebasan
tekanan.
e) Rasio kompresi dada dan ventilasi dalam 1 menit ialah 90
kompresi dada dan 30 ventilasi (rasio 3:1). Dengan demikian
kkompresi dada dilakukan 3 kali dalam 1 ½ detik dan ½ detik
untuk ventilasi 1 kali. Ibu jari atau ujung-ujung jaris tetap kontak
dengan tempat kompresi dada sepanjang waktu, baik pada saat
penekanan maupun pada saat pelepasan penekanan.
f) Yang terpenting adalah menjaga agar dalam dan kecepatan
penekanan tetap konsisten untuk memastikan sirkulasi yang
cukup. Setiap interupsi penekanan akan menyebabkan
penurunan tekanan darah karena peredaran darah terhenti.
g) Untuk mengetahui apakah darah mengalir secara efektif , nadi
harus dikontrol secara periodic dengan meraba nadi, misalnya di
tali pusat, karotis, brakhialis, dan femoralis.
h) Evaluasi frekuensi denyut jantung bayi. Pada awal, setelah 30
detik tindakan kompresi dada frekuensi denyut jantung bayi
harus dikontrol, oleh karena setelah frekuensi denyut jantung
mencapai 80 kali/menit atau lebih tindakan kompresi dada
dihentikan. Frekuensi denyut jantung bayi atau nadi dikontrol
tidak lebih dari 6 detik.
i) Keputusan untuk menghentikan resusitasi kardiopulmonal.
Resusitasi kardiopulmonal dihentikan apabila setelah 30 menit
tindakan resusitasi dilakukan tidak ada respon.

Intubasi endotrakeal

Indikasi
⁻ Apabila dipelukan VTP agak lama
⁻ Apabila ventilasi dengan balon dan sungkup tidak
efektif
⁻ Apabila perlu melakukan penghisapan trakea
⁻ Apabila dicurigai ada hernia diafragmatika
⁻ Bayi lahir kurang bulan dengan berat badan < 1.000 g
a) Masukan daun laringoskop antara palatum dan lidah.
Ujung daun laringoskop dimasukkan menyusuri lidah
secara perlahan ke pangkal lidah sampai di vallecula
(lekuk antara pangkal lidah dan epiglottis).
b) Sewaktu memasukan daun laringoskop, jikalau
terdapat secret/lendir menutupi jalan nafas,
dilakukan penghisapan lendir menggunakan kateter
sampai epiglottis tampak dan untuk menghindarkan
aspirasi apabila bayi gasping.
c) Tindakan intubasi dibatasi 20 detik untuk menegah
hipoksia. Pada waktu berhenti, bayi di stabilkan
dengan memompa balon dan sungkup.
d) Masukkanlah pipa ET diantara pita suara, sampai
sebatas garis tanda pita suara, agar ujung pipa terletak
dalam trakea di tengah antara pipa suara dan carina.
Sewaktu memasukan pipa ET, jangan kenai pita suara
dengan ujung pipa, karena dapat menyebabkan
spasme pita suara.
e) Laringoskop dikeluarkan dengan tangan kiri tanpa
mengganggu atau merusak pipa ET.
f) Cabut stilet dari pipa ET.
g) Sambil memegang pipa ET, pasang sambungan pipa
balon resusitasi dan lakukan ventilasi sambil
memperhatikan dada dan perut bayi. Apabila letak
pipa ET betul akan terliht dada mengembang dan
perut tidak mengembung sewaktu vetilasi. Mintalah
kepada orng lain (pebantu) untuk mendengarkan
suara nafas menggunakan stetoskop.
h) Tanda pipa ET terletak ditengah trakea.
i) Kedua sisi dada mengembang ketika dilakukan
ventilasi. Suara nafas terdengar sama dikedua sisi
dada. Tidak terdengar suara lambung. Perut tidak
kembung.
j) Tanda pipa ET terletak di bronkus.
Suara nafas hanya terdengar di satu sisi paru-paru.
Suara nafas terdengar tidak sama keras. Tidak
terdengar suara lambung.Perut tidak kembung.
Tindakan: tarik pipa ET kurang lebih 1 cm.
k) Tanda pipa ET terletak di esophagus.
Tidak terdengar suara nafas.Terdengar suara udara
masuk ke lambung.Perut tampak kembung. Tindakan:
cabut pipa ET, diberi oksigen melalui balon dan
sungkup, masukkan lagi pipa ET.
l) Fiksasikan pipa ET ke wajah bayi dengan plesteratau
dengan pemegang pipa yang dapat di tempelkan ke
wajah bayi. Sebelumya wajah bayi harus dikeringkan.
Larutan benzoin dapat digunakan untuk melindungi
kulit dan mempermudah letaknya plester.

Memberikan Obat-Obatan

Obat-obatan diperlukan untuk bayi baru lahir yang tidak


memberikan respon terhadap ventilasi yang adekuat dengan
oksigen 100% dan kompresi dada.

Obat-obat diperlukan apabila :

⁻ Frekuensi jantung bayi tetap di bawah 80 per menit


walaupun telah dilakukan ventilasi adekuat (dengan
oksigen 100%) dan kompresi dada paling sedikit 30 detik
atau
⁻ Frekuensi jantung nol.

Obat-obat dan volume expanders diberikan selama prosedur


resusitasi untuk:

⁻ Stimulasi jantung
⁻ Meningkatkan perfusi jaringan
⁻ Memperbaiki keseimbangan asam basa

Obat-obat spesifik dan kebutuhan untuk mengulangi dosis


tersebut ditentukan oleh kondisi bayi setelah pemberian setiap
obat atau volume expanders.

Dosis obat didasarkan pada berat bayi.Di kamar bersalin


resusitasi selalu dilakukan sebelum bayi ditimbang.Dalam hal ini
berat badan harus ditaksir dengan melihat bayi tersebut atau
dari prakiraan berat bayi sebelum lahir. Setiap orang yang
terlibat dalam resusutasi bayi baru lahir harus membiasakan diri
dengan cara pemberian obat yang digunakan.

Obat dapat diberikan melalui:

⁻ Vena umbilikalis
⁻ Vena perifer
⁻ Pipa endotrakeal

Vena umbilikalis adalah tempat yang dipilih untuk pemberian


obat dikamar bersalin karena mudah dicari dan mudah dipasang
kateter. Kateter umbilikalis 3,5 F atau 5 F dengan satu lubang di
ujungnya dan petanda radio-opak hrus digunakan. Untuk
penggunaan darurat kateter dimasukkan kedalam vena
umbilikalis sampai ujung kateter sedikit dibawah batas kulit,
tetapi aliran darah tetap lancer.Apabila insersi kateter terlalu
dalam, terdapat resiko masuknya cairan ke dalam hati dan dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan.

Epinefrin

Epinefrin adalah obat pertama yang di berikan. Apabila respons


terhadap epinefrin tidak adekuat, volume expanders atau
natrium bikarbonat diperlukan. Epinefrin hidroklorid (kadang-
kadang disebut sebagai adrenalin klorid) adalah suatu stimulant
jantung.Epinefrin meningkatkan kekuatan dan kecepatan
kontraksi jantung dan menyebabkan vasokontriksi perifer, yang
berperan penting dalam peningkatan aliran darah melulai arteri-
arteri coroner dan aliran darah ke jaringan otak.

Indikasi

Epinefrin harus diberikan apabila:

⁻ Frekuensi jantung tetap dibawah 80 per menit


walaupun telah paling sedikit 30 detik VTP adekuat
dengan oksigen 100% dan kompresi dada; atau
⁻ Frekuensi jantung nol
Apabila detak jantung tidak dapat di deteksi, epinefrin
harus segera di berikan dan pada saat yang sama VTP
dan kompresi dada dimulai.
Dosis

Dosis 0,1 – 0,3 ml/kg untuk larutan 1:10.000.

Kadar dalam yang dianjurkan 1:10.000. epinefrin secara


komersial terdapat dalam larutan berkadar 1:10.000, sehingga
tidak perlu mengencerkan lagi. Obat di siapkan 1ml dalam
semprit.

Sebagian anak dan orang dewasa yang tidak memberikan


respons , dengan dosis standar eoinefrin akan memberikan
respon dengan dosis 0,2 mg/kg (2ml/kg), tetapi dat ini tidak
cukup untuk mengevaluais efikasi dan keamanan dosis tersebut
pada bayi baru lahir.

Cara pemberian
Intraven (IV) atau melalui pipa endotrakeal

Pertimbangkan pemberian dosis yang lebih tinggi yaitu 0,1-


0,2mg/kg (1-2 ml/kg epinefrin melalui ppa ET apabila secara
intravena tidak memungkinkan dan apabila bayi baru lahir tidak
memebrikan respon terhadap dosis standar. Apabila diberikan
melalui pipa ET, epinefrin diencerkan dengan cairan garam
fisiologis sampai volume 1-2 ml dan diberikan dengan cepat.

Efek :

 Meningkatkan kekuatan dn kecepatan kontraksi jantung


 Menyebabkan vasokontriksi perifer.

Tanda tanda yang diharapkan

Frekuensi jantung harus naik sampai 100 kali per menit atau
lebih dalam 30 detik setelah epinefrin diberikan melalui infus.

Tindak lanjut

Apabila frekuensi jantng tetap dibawah 100 kali per menit,


diprtimbngaka pemberian:

 Epinefrin diberikan lagi, dapat diulang setiap 3-5 menit


apabila diperlukan.
 Volume expanders, apabila terdapat kehilangan darah
akut dengan tanda-tanda hipovolemia
 Natrium bikarbonat, untuk apnu yang lama yang tidak
emmeberikan respon terhadap terapi lain.

volume expanders digunakan untuk menanggulangi efek


hipovolemia denan meningkatkan volume vaskuler dan
kemudian perfusi jaringan. Hipovolemia perlu dipertimbangkan
pada setiap bayi yang membutuhkan resusitsi.Penting untuk
disadari bahwa tanda tanda hpovolemia karena kehilangan
darah pada bayi sering tidak tampak. Bayi dapat menderita
kehilangan 10%-15% dari volume darah total dan menunjukkan
tidak lebih dari penurunan sedikit pada tekanan darah sistemik
yang pada umumnya tidak tampak dikamar bersalin. Kehilangan
20% atau lebih volume darah total menyebabkan tanda tanda
berikut:
 Pucat yang menetap setelah oksigenasi
 Nadi yan lemah dengan fungsi jantung yang baik
 Respon yang buruk terhadap usaha resusitasi
 Penurunan tekanan darah (mungkin ditemukan )

Pada kehilangan darah akut, penentuan kdar hemoglobin dan


hematocrit dapat disalah artikan karena nilai-nilai ini pada
awalnya mungkin normal.

Indikasi

Volume expanders digunakan dalam resusitasi apabila terdapat


kejadian atau diduga adanya kehilangan darah akut dengan
tanda-tanda hypervolemia.

Empat jenis expanders yang dapat diberikan:

 Darah /whole blood (darah O yang telah diperiksa silang


dengan darah ibu)
 Cairan albumin-salin 5% (atau penggant plasma yang
lain)
 Larutan garam fisiologis (NaCl fisiologis)
 Cairan ringer laktat.

Walaupun darah yang cocok merupakan volume expenders yang


terbaik, tetapi kemungkinan darah ini sulit didapatkan dengan
segera. Kenalilah setiap volume expenders dalam kemasannya.
Setiap volume expenders disiapkan untuk diberikan. Beberpa
jenis membutuhkan filter.Masukkan 40 ml kedalam semprit atau
perangkat infus.

Pemberian

Dosis 10ml/kg.

Cara peberian intra vena

Kecepatan pemberian selama 5- 10 menit.

Efek

Meningkatkan volume vaskuler


Menurunkan asidosis metabolic dengan meningkatkan perfusi
jaringan

Tanda tanda yang diharapkan

Tekanan darah meningkat, nadi menjadi kuat, da warna pucat


menghilang.

Tindak lanjut

 Dapat diulang apabila tanda tanda hipovolemia


menetap
 Apabila perbaikan hanya sedikit atau tidak ada:
- Dipertimbnagkan adanya asidosis metabolic dan
perlunya natrium bikarbonat
- Dengan menurunnya tekanan darah yang menetap,
dipertimbnagkan penggunaan dopamine.

Natrium bikarbonat

Pada afiksia yang lama, brkurangbya oksigenasi haringan akan


menyebabkan timbuknya asam laktat, yang menyebabkan
terjadinya sidosis metabolic. Meningkatnya asidosis metabolic
secara progesif akan diperlambat dengan memastikan adanya
oksigenasi dalam darah, menghilangkan karbon dioksida, dan
menimbulkan perfusi jaringan yang adekuat. Walaupun natrium
bikarbonat berguna dalam mengatasi asidosis metabolic,
efeknya dipengaruhi oleh adanya ventilasi dan perfusi yang
adekuat.

Tidak ada bukti bahwa obat ini berguna pada fase akut
resusitasi bayi baru lahir.

Penggunaan natrium bikarbonat tidak menguntungkan dalam


resusitasi jantung paru yang cepat, tetapi mungkin
menguntungkan dalam apnu yang lama yang tidak memberikan
respon terhadap terapi lain.

Indikasi

Natrium bikarbonat digunakan apabila terdapat apnu yang lama


yang tidak memebrikan respon terhadap terapi lain.

Natrium bikarbonat haya diberikan apabila VTP sudah dilakukan.

Dosis
Dosis 2 mEq/kg.

Kadar dalam larutan yang dianjurkan 0,5 mEq/ml = 4,2% cairan.


Airan 4,2% natriu bikarbonat terdapat dalam semprit 10 ml.

Cara pemberian

Intravena (IV)

Masukkan 20 ml natrium bikarbonat kedalam semprit atau


siapan 2 sempit berisi masing-masing 10 ml natrium bikarbonat.
Kecepatan pemberian perlahan lahan, paling cepat dalam waktu
2 menit ( 1 mEq/kg per menit )

Efek

- Memperbaiki asidosis metabolic dengan


meningkatkan pH darah apabila ventilasi adekuat.
- Menimbulkan penambahan volume disebabkan oleh
cairan garam hipertonik.

Tanda-tanda yang diharapkan

Frekuensi jantun harus meningkat sampai 100 kali atau lebih per
menit dalam 30 detik setelah obat diberikan.

Tindak lanjut

 Apabila frekuensi jantung dibawah 100 kali


permenit, dipertimbangkan pemberian lang
epinefrin dan dilanjutkan dengan volume expanders,
VTP dan kompresi dada.
 Apabila terdapat hipotensi yang menetap
dipertimbngkanpemberian dopamine

Peringatan

 VTP yang efetif harus mendaului dan menyertai


pemberian natium bikarbonat.
 Untuk mengurangi resiko perdarahan
intraventrikuler, natrium bikarbonat diberikan dalam
kadar dan kecepatan yang dianjurkan.
 Natriu bikarbonat dapat berguna pada resusitasi
yang lama untuk membantu mengatasi asidosis
metabolic yang diketahui atau mungkin
terjadi,tetapi penggunaannya kurang berhasil pada
henti jantung untuk waktu singkat atau episode
bradikardia yang tidak lama.

Nalakson hidroklorid

Nalakson hidroklorid, dikenal dengan nama narcan, adalah suatu


antagonis narkotika yang melawan depresi pernafasan yang
disebabkan oleh beberapa obat narkotika. Pada bayi baru lahir,
deprsi pernaasan akibat narkotika paling sering terjadi apabila
ibumendapatkan narkotika daam 4 jam sebelum persalinan.
Pada bayi baru lahir dengan depresi pernafasan akibat narkotika
ibu, apabila ventilasi diberikan tepat pada waktu dan efektif,
nalokson seringkali merupakan satu satunyaobat lain yang
diperlukan.

Indikasi

 Depresi pernafasan yang berat atau,


 Riwayat pemberian nrkotika pada inu dalam4 jam
sebelum persalinan.

Dosis

Dosis 0,1 mg/kg

Kadar 0,4 mg/ml atau 1,0 mg/ml cairan. Siapkan 1 ml dalam


semprit.

Cara pmberian

Diutamakan melalui ipa ET atau IV.

Dapat diberikan IM atau SC tetapi mulai bekerjanya


lambat.Disuntikkan dengan cepat.

Efek

Antagonis narkotik

Tanda tanda yang diharapkan

Pernafasan spontan

Tindak lanjut
Pantau pernafasan dan frekuensi jantung dengan ketat.Nalakson
ulang diberikan apabila depresi pernafasan timbul lagi.

Catatan

Lama kerja nalakson 1 jam sampai 4 jam. Lama kerja narkotika


sering lebih lama aripada nalakson, sehingga memerlukan dosis
ulangan nalakson.

Hati-hti dalam memberikan nalakson kepada bay dari ibu


pecandu narkotika, karena dapat mengakibatkan kejang kejang
berat.

Obat obat yang diperlukan bayi baru lahir

obat kadar persiapan Dosis/cara catatan

epinefrin 1: 1 ml 0.1-0.3 Diberikan


10.0000 ml/kg cepat

IV/ET Dapat
diencerkan
dengan
larutan
garam
fisiologis
sampai 1-2
ml apabila
diberikan
melalui
pipa ET

volume Darah 40 ml 10 ml/kg Diberikan


expanders lengkap selama 5-
( KRISTALOID) albumin IV 10menit.
salin 5%
Diberikan
Larutan melalui
garam semprit
fisiologis atau
RL tetesan
intravena.

Natrium 0,5 20 ml 2 mEq/kg Diberikan


bikarbonat atau 2 pelan pelan
mEq/ml buah IV ( 4 dalam
spuit ml/kg ) waktu
( cairan 10ml paling
4,2% ) yang sedikit 2
telah menit.
diisi.
Diberikan
apabila bayi
sudah
dalam
ventilasi
efektif.

Nalakson 0,4 0, mg/kg IV, ET, IM, Diberikan


hidroklorit mg/ml SC cepat
( 0,25
ml/kg ) Diutamakan
IV, ET

IM, SC
1,0 1 ml 0,1 mg/kg dapat
mg/ml
( 0,1 dilakukan.
ml/kg )

IV, ET, IM,


SC

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR DIRUMAH DENGAN SUNGKUP DAN


TABUNG

Sungkup dan tabung resusitator

Esusitator bayi baru lahir dengan sungkup dan tabung


resuscitator merupakan cara baru menolong pernafasan bayi
baru lahir dengan cepat. Alat ini hanya digunakan untuk
meniupkan udara ke paru-paru bayi baru lahir.Alat ini tidak
menggantikan dan tidak boleh mengubah langkah-langkah
resusitasi yang benar.Tindakan membersihkan jalan lahir nafas
dan langkah-langkah resusitasi yang benar.Tindakan
memebersihkan jalan lahirnafas dan langkah-langkah
selanjutnya tetap tiak boleh ditinggalkan.

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR DI RUMAH DENGAN SUNGKUP DAN TABUNG


Sungkup dan tabung resusitor

Resusitasi bayi baru lahir dengan sungkup dan tabung resusitator merupakan cara baru
menoling pernafasan bayi baru lahir dengan cepat. Alat ini hanya digunakan untuk
meniupkan udara paru-paru bayi baru lahir. Alat ini tidak menggantikan dan tidak boleh
mengubah langkah-langkah resusitasi yang benar. Tindakan membersihkan jalan nafas
dan langkah-langkah selanjutnya tetap tidaj boleh ditinggalkan.

Dengan alat ini, pertolongan resusoitasi akan lebih baik dan didapatkan beberapa
keuntungan yaitu penolong dapat melihat pergerakan dada bayi dengan lebih jelas, dan
kemungkinan penularan penyakit dari bayi kepada peniolong dapat dicegah.

Komponen dan pasangan

Komponen alat sungkup dan tabung tampak pada gambar dibawah ini berikut dengan
cara pemangsangannya.

Cara pemeliharaan
1. Alat ini sebaiknya disimpan di tempat kering
2. Alat ini dapat dicuci dengan air hangat dengan sabun.
3. Bagian sungkup silikon dan katup karet dapat direbus atau disterilisasikan pipa
dan peralatan plastik lainnya cukup dicuci dengan sabun.

Latihan dengan bola

1. Sebelum mempraktekkan upaya bantuan pernafasan pada bayi baru lahir,


lakukanlah latihan dengan meniup sungkup pada bola yang dihubungkan dengan
pipa dan botol limun (soft drink) yang berisi air penuh( kurang lebih 30 cm air).
2. Berlatihlah dengan meniup sampai pipa penuh teisi udara sehingga air meluber
(tumpah).

Cara penggunaan

Tatalaksana resuditasi bayi baru lahir di rumah atau di polindes dengan sungkup dan
tabung .

1. Letakkan bayi dalam sikap terlrntang dan taruhlah sepotong kain yang digulung
dibawah bahu bayi.
2. Penolong berdiri di belakang kepala bayi agar dapat melihat pergerakan dada
bayidan menentukan apakah pergerakan berlangsung berlangsung simestris.
3. Melalui sungkup lihat bahwa hidung dan mulut keduanya tertutup oleh sungkup
dan tidak ada udara yang keluar di sisi sungkup.
4. Pada tiupan pertama perhatian bahwa tidak terjadi perlrbaran (distensi) leher
bayi, bila ada berita terlalu tengadah.
5. Amati pergerakan dada bayi pada saat meniup, upayakan agar seluruh dada juga
bagian pinggir kiri-kanan dada ikut bergerak.
6. Pada kebanyakkan bayi, pernafasan pertama dilakukan dengan tiupan
berkekuatan paling tinggi 20-30 cm air (untuk membiasakan dengan kekuatan
tiupan sebaiknya dilakukan latihan dengan menggunakan botol limun).
7. Segera bayi telah memperlihatkan nafas pertama, tekanan peniupan dapat
dikurangi sampai 20 cm air.
8. Kecepatan bantuan pernafasan 30 kali/menit.
9. Hentikan pernafasan buatan setiap 20-30 kali tiupan untuk memberikan
kesempatan bayi menarik nafas spontan.
10. Bila reaksi terhadap peniupan kurang baik atau tidak terjadi pergerakan dada
bagian atas, periksalah sungkup dan tabung terhadap kebocoran udara dan
perhatikan sikap atau posisi kepala bayi yang sedikit tengadah.
11. Pernafasan buatan dihentikan bila tidak terjadi pernafasan spontan sesudah 20
menit pernafasan buatan dilakukan dan telah dilakukan dan telah dilakukan
penilaian kembali. Bila terdapat denyut jantung dan usaha untuk bernafas
(merintih) lakukan pernafasan buatan untuk 20 menit lagi, tetapi dengan
tekanan yang lebih rendah yaitu 10-20 cm air.
12. Bayi dengan frekuensi denyut jantung rendah disertai upaya bernafas, harus
segera dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan denganm fasilitas yang sesuai.
13. Untuk bayi yang tidak memperlihatkan denyut jantung sesudah 30 menit
pernafasan buatan dilakukan kemungkinan besar sudah meninggal.

Apabila sungkup dan tabung tidak tersedia

Dalam prosedur resusitasi bayi baru lahir prinsip pencegahan infeksi (universal
precaution) harus selalu di pegang teguh. Mengingat cairan tubuh bayi potensial
untuk menularkan penyakit infeksi khususnya hiv (virus AIDS), maka penolong
apabila melakukan resusitasi mulut ke mulut, hati-hati terhadap kemungkinan
infeksi.

C. SINDROM GANGGUAN PERNAFASAN

1. Prinsip dasar
Gangguan pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh
berbagai sebab. Apabila gangguan pernafasan tersebut di sertrai dengan
tanda-tanda hipoksia (kekurangan O2), maka prognosisnya buruk dan
merupakan penyebab kematian bayi baru lahir, atau seandainya bayi
selamat dan tetap hidup akan beresiko tinggi terjadinya kelainan
neurologis dikemudian hari. Banyak gangguan pernafasan pada bayi baru
lahir yang ditandai dengan distres pernafasan.
Penyebab gangguan pernafasan pada bayi baru lahir antara lain
sebagai berikut :
a) Obstruksi jalan nafas, misalnnya atresia khoana, makroglosia, higroma
koli kistik, trakeomalasia.
b) Penyakit parenkim paru-paru, misalnya penyakit membran
hialain,MAS, atelektasis, transient tachypneu of the new born(TNN),
BPD, pneumonia.
c) Kelainan perkembanagan organ, misalnya agenesis paru-paru, hernia
diagfragmatik, kista intratoraks, TOF, perdarahan paru-paru.
d) Diluar paru-paru (non pulmonary), misalnya payah jantung, kelainan
susunan syaraf pusat, asidosis metabolik, dan asfiksia.
2. Penilaian
Gejala gangguan pernafasan pada bayi baru lahir secara mudah
dapat diketahui dengan cara menghitung frekuiensi pernafasan dan melihat
tarikan dinding iga serta warna kulit bayi (sianosis atau pucat) dan
merintih. Diagnosis banding dapat ditegakan dengan pemeriksaaan
radiologi.
3. Penanganan
a) Menjaga jalan nafas teteap bebas
b) Pencegahan terjadinya hipoksi/asidemia
c) Penanganan/tindakan
d) Pengobatan
e) Rujukan
4. Diagnosis banding gangguan pernafasan bayi baru lahir

1. Penyakit membran Terjadi pada bayi prematur. Biasanya terjadi


hialin sesudah lahir dann secara progresif menjadi
beat dalam 72 jam
Paru-paru menguncup dapat disebabkan
karena adanya sumbatan dalam saluran
nafas,misalnya lendir sangat kental, atau
2. Atelektasis paru-paru/
tersedak susu, demikianjuga pneumotoraks.
peneumotoraks
Misalnya karena tersedak cairan ketuban,
terutama yang hijau kental
Dapat terjadi akibat asfiksia, menimbulkan
hipoksia otak
3. Pneumonia aspirasi Dapat menyebabkan terjadinya hipoksia di
seluruh tubuh dan pada bayi baru lahhir
mudah terjadi pneumonia
4. Kelainan susunan
saraf pusat
5. Sepsis

6. Bagan penanganan gangguan pernafasan bayi baru lahir

TANDA-TANDA Pernafasan cuoing hidung, sianosis atau pucat, tarik


kedalam dinding iga bagian bawah, merintih,
pernafasan cepat > 60/menit, aktivitas menurun
disertai atoni atau hipotoni.
Gangguan Pernafasan Gangguan Pernafasan
KATAGORI
Sedang Berat
PENILAIAN
 Pernafasan  > 60/ menit  0 (apnu) - < 40/menit
 Biru (sianosis)  Biru disekitar mulut  Biru sentral (lidah
biru)
PENANGANAN UPAYA
 Bersihkan jalan nafas  Bersihkan jalan nafas
 Pertahankan tetap  Pertahankan tetap
hangat hangat
 Beri O2, kalau perlu  Ventilasi tekanan
dengan masker positif dengan
 Lanjutkan pemberian pernafasan dari mulut
ASIdengan cara ke mulut atau
diteteskan atau menggunakan balon
dengan sonde bila dan sungkup dengan
tidak mau menelan oksigen\
 Beri antibiotika  Bila perlu pijat
ampisilin dan jantung luar
Puskesmas gentamisin  Beri antibiotika
 Perawatan tali pusat ampisilin dan
bersih gentamisin
 Amati terhadap  Perawatan tali pusat
tanda-tanda bersih
kegawatan/ sakit  Mati terhadap tanda-
berat (rujuk kerumah tanda kegawatan/sakit
sakit) berat (rujuk kerumah
sakit)
Bila Terpaksa Tidak Dapat Dirujuk
 Beri antibiotika
 Bila perlu di beri oksigen
 ASI diteruskan
 Infus bila ada masalah minum
 X-ray toraks  X-ray toraks
 Infus  VTP: balon-sungkup
 Cegah hipotermia
Rumah Sakit ventilator
 Oksigen  Infus
 Antibiotik  Cegah hipotermia
 Antibiotik

D. IKTERUS
PRINSIP DASAR

Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih
tinggi lagi pada neonatus kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat
merupakan suatu gejala fisiologis atau dapat merupakan hal yang patologis,
misalnya pada inkompatibilitas Rhesus dan ABO, sepsis, penyumbatan saluran
empedu, dan sebagainya.

Ikterus fisiologis ialah :

1. Ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga


2. Tidak mempunyai dasar patologis.
3. Kadarnya tidak melampaui kadar yang membahayakan
4. Tidak mempunyai potensi men jadi kern-icterus.
5. Tidak menyebabkan menyebabkan suatu mobiditas pada bayi.

Ikterus patologis ialah :

1. Ikterus yang mempunyai dasar patologis


2. Kadar bilirubinnya mencapai nilai hiperbilirubinemia.

Ikterus baru dapat dikatakan fisiologis apabila sesudah pengamatan dan


pemeriksaan selanjutnya tidak menunjukkan dasar patologis dan tidak
mempunyai potensi berkembang menjadi kern-icterus.
Kern-icterus (ensefalopati biliaris) ialah suatu kerusakan otak akibat
perlekatan bilirubin indirec pada otak.

PENILAIAN
Menilai kira – kira kadar bilirubin
Pengamatan ikterus kadang – kadang agak sulit apalagi dalam cahaya
buatan. Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dan
dengan menekan sedikit kulit yang akan diamatai untuk menghilangkan
warna karena pengaruh sirkulasi darah.
Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang merupakan
resiko terjadinya kern-icterus, misalnya kadar bilirubin bebas : kadar
bilirubin 1 dan 2, atau secara klinis ( kramer lihat lampiran penilaian
ikterus ) dilakukan di bawah sinar biasa ( daylight).
Sebaiknya penilaian ikterus dilakukan secara laboratoris, apabila fasilitas
tidak memungkinkan dapat dilakukan secara klinis.

Gambar : daerah kulit bayi yang berwarna kuning untuk penerapan rumus
kramer

MASALAH BAYI BARU LAHIR


Tabel : Rumus Kramer
DAERAH (lihat LUAR IKTERUS KADAR BILIRUBIN
gambar) (mg%)
1 Kepala dan leher 5
2 Daerah 1 (+) badan 9
bagian atas
3 Daerah 1,2 (+) Badan 11
bagian bawah dan
tungkai
4 Daerah 1,2,3 (+) 12
Lengan dan kaki di
bawah dengkul
5 Daerah 1, 2, 3, 4 (+) 16
Tangan dan kaki
Contoh 1. Kulit bayi kuning di kepala, leher dan badan bagian atas,
berarti bilirubin kira-kira 9 mg%
Contoh 2. Kulit bayi kuning seluruh badan sampai kaki dan tangan,
berarti jumlah bilirubin ≥ 15 mg%
Pada kern-icterus, gejala klinis pada permulaan tidak jelas, antara lain
dapat disebutkan yaitu bayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar,
gerakan tidak menentu ( involuntary movements), kejang, tonus otot
meninggi, leher kaku dan akhirnya opistotonus.

PENANGANAN
Mencegah terjadinya kern-icterus (ensefalopati biliaris)
1. Dalam hal ini yang penting ialah pengamatan yang ketat dan cermat
perubahan peningkatan kadar ikterus/ bilirubin bayi baru lahir,
khususnya ikterus yang kemungkinan besar menjadi patologis, yaitu:
2. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama.
3. Ikterus dengan kadar bilirubin > 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan
atau > 10 mg% pada neonatus kurang bulan.
4. Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin > 5 mg%/hari.

Mengatasi hiperbilirubinemia

1. Melakukan dekomposisis bilirubin dengan fototerapi.


2. Transfusi tukar darah.

Indikasi transfusi tukar darah

1. Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek ≥ 20mg %.


2. Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 0,3 – 1 mg% per
jam.
3. Anemia yang berat pada bayi baru lahir dengan gejala gagal jantung.
4. Kadar Hb tali pusat < 14 mg% dan Uji Cooms direk positif.

Ikterus disertai kotoran (tinja) warna dempul, segera


dirujuk.

Tabel : Pedoman pengelolaan Ikterus menurut waktu timbulnya dan kadar


bilirubin (modifikasi dari Maisels 1972)

Bilir < 24 24 – 49 – >


ubin jam 48 72 7
(mg jam jam
2
%)
j
a
m
<5 Pemb Maka dini
erian nan
yang

5-9 Terapi Kalor


sinar i
bila cuku
hemol p
isis

10 - Transf Terap
14 usi i
tukar* sinar
bila
hemol
isis

15- Transf Trans Ter +


19 usi fusi api
tukar* tukar sin
bila ar*
hemo
lisis

>20 Trans Tu
fusi kar
*

*sebelum dan sesudah transfusi tukar beri tanda sinar


+bila tak berhasil transfusi tukar
Bila < 5mg% selalu observasi
bila >5mg% penyebab ikterus perlu diselidiki
MASALAH BAYI BARU LAHIR

BAGAN PENANGANAN IKTERUS BAYI BARU LAHIR

TANDA – Warna kuning pada kulit dan sklera mata ( tanpa hepatomegali, perdarahan ku
TANDA dan kejang - kejang
KATEGORI
NORMAL Fisiologik Patologik
PENILAIAN
1
1. Daerah ikterus sampai 1 samp
( rumus Kramer) 1 1+2 4 1 sampai 5 5
2. kuning hari
ke: 1-2 >3 >3 >3 >3
11 - 15 > 20 m
3. kadar bilirubin ≤ 5 mg% 5 - 9 mg % mg% > 15 - 20 mg% %
PENANGANAN
Bidan atau Terus 1. Jemur di matahari pagi jam 7 - 9 selama 10 menit. 1. ruju
Puskesmas diberi ASI ke rum
2. Badan bayi telanjang, mata ditutup sakit
3. terus di beri ASI 2. bany
4. Banyak minum minum
Rumah Sakit Sama
dengan di Sama dengan di Terapi
atas atas sinar Terapi sinar
1. Periksa golongan darah ibu dan bayi.
2. Periksa kadar bilirubin.
Nasihat bila Waspadai bila kadar
semakin kuning, Tuka
bilirubin naik > 0,5 mg/jam
kembali darah
coomb's test

E. PERDARAHAN TALI PUSAT


1. Pengertian

Perdarahan tali pusat adalah perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul
sebagai akibat dari pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses
pembentukan trombus normal. Selain itu, perdarahan pada tali pusat juga bisa
sebagai petunjuk adanya penyakit pada bayi.

2. Penyebab Perdarahan Tali Pusat

Perdarahan tali pusat dapat terjadi karena robekan umbilkus, robekan pembuluh
darah, setelah plcenta previa, dan abrupsio placenta.

 Robekan umbilikus normal, yang biasanya terjadi karna :

a. Partus presipitatus

b. Adanya trauma ataulilitan tali pusat

c. Umbilikus pendek, sehingga menyebabkan terjadinya tarikan yang


berlebihan pada saat persalianan.

d. Kelalaian penolong persalinan yang dapat menyebabkan tersayatnya


dinding umbilikus atau plasenta sewaktu SC.

 Robekan pembuluh darah abnormal

Pada kasus robekan pembuluh darah umbilikus tanpa adanya trauma,


hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya kelainan anatomi pembuluh darah
seperti berikut ini :

a. Pembuluh darah abdomen yang mudah pecah karena dindingnya tipis dan
tidak ada perlindungan jely wharton.
b. Insersi velamentosa tali pusat, yaitu pecanya pembuluh darah pada
percabangan tali pusat sampai ke membran tempat masuknya plasenta.
Umbilikus dengan kelainan insersi ini sering terdapat pada kehamilan ganda.

c. Plasenta multilobularis, perdarahan terjadi pada pembuluh darah yang


menghubungkan masing – masing lobus dengan jaringan plasenta karena bagian
tersebut sangat rapuh dan mudah peceah.

 Perdarahan akibat plasenta previa dan aprupsio plasenta

Perdarahan akibat placenta previa dan abrupsio plasenta dapat membahayakan


bayi. Plasenta previa cendrung menyebabkan anemia, sedangkan pada kasus
abrupsio plasenta lebih sering mengakibatkan kematian intrauterin karena dapat
terjadi anoreksia. Lakukan pengamatan plasenta dengan teliti untuk menentukan
adanya perdarahan pada bayi baru lahir dan lakukan pemeriksaan hemoglobin
secara berkala pada bayi barui lahir dengan kelainan placenta atau dengan SC.

3. Gejala perdarahan tali pusat

a. Ikatan tali pusat lepas atau klem pada tali pusat lepas tapi masih menempel
pada tali pusat.

b. Kulit di sekitar tali pusat memerah dan lecet.

c. Ada cairan yang keluar dari tali pusat. Cairan tersebut bisa berwarna kuning,
hijau, atau darah.

d. Timbul sisik di sekitar atau pada tali pusat.

4. Faktor Resiko

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya PDVK antara lain ibu yang selama
kehamilan mengkonsumsi obat-obatan yang mengganggu metabolisme vitamin
K seperti, obat antikoagulan oral (warfarin), obat-obat antikonvulsan
(fenobarbital, fenitoin, karbamazepin), obat-obat antituberkulosis (INH,
rifampicin), sintesis vitamin K yang kurang oleh bakteri usus (pemakaian
antibiotik, khususnya pada bayi kurang bulan), gangguan fungsi hati (kolestasis),
kurangnya asupan vitamin K dapat terjadi pada bayi yang mendapat ASI
eksklusif, karena ASI memiliki kandungan vitamin K yang rendah yaitu <20 ug/L
bila dibandingkan dengan susu sapi yang memiliki kandungan vitamin K 3 kali
lipat lebih banyak (60 ug/L). Selain itu asupan vitamin K yang kurang juga
disebabkan sindrom malabsorpsi dan diare kronik.

5. Penatalaksanaan Perdarahan Tali Pusat


Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan tali pusat yang
terjadi.

1. Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi pada tali
pusat.

a. Jaga agar tali pusat tetap kering setiap saat. Kenakan popok di bawah tali
pusat.

b. Biarkan tali pusat terbuka, tidak tertutup pakaian bayi sesering mungkin.

c. Bersihkan area di sekitar tali pusat. Lakukan setiap kali Anda mengganti
popok. Gunakan kapas atau cotton bud dan cairan alkohol 70% yang dapat dibeli
di apotek.

d. Angkat tali pusat dan bersihkan tepat pada area bertemunya pangkal tali
pusat dan tubuh. Tidak perlu takut hal ini akan menyakiti bayi Anda. Alkohol
yang digunakan tidak menyengat. Bayi akan menangis karena alkohol terasa
dingin. Membersihkan tali pusat dengan alkohol dapat membantu mencegah
terjadinya infeksi. Hal ini juga akan mempercepat pengeringan dan pelepasan
tali pusat.

e. Jangan basahi tali pusat sampai tidak terjadi pendarahan lagi. Tali pusat
akan terlepas, dimana seharusnya tali pusat aka terlepas dalam waktu 1-2
minggu. Tapi, yang perlu diingat adalah jangan menarik tali pusat, walaupun
sudah terlepas setengah bagian.

f. Hindari penggunaan bedak atau losion di sekitar atau pada tali pusat.

2. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien untuk
dilakukan rujukan. Hal ini dilakukan bila terjadi gejala berikut:

a. Tali pusat belum terlepas dalam waktu 3 minggu.

b. Klem pada pangkal tali pusat terlepas.

d. Timbul garis merah pada kulit di sekitar tali pusat.

e. Bayi menderita demam.

f. Adanya pembengkakan atau kemerah-merahan di sekitar tali pusat.

g. Timbul bau yang tidak enak di sekitar tali pusat.

h. Timbulnya bintil-bintil atau kulit melepuh di sekitar tali pusat.


i. Terjadi pendarahan yang berlebihan pada tali pusat. Pendarahan
melebihi ukuran luasan uang logam.

j. Pendarahan pada tali pusat tidak berhenti walaupun sudah di tekan.

F. KEJANG
PrinsipDasar

Kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena bentuknya berbeda
dengan kejang pada anak atau orang dewasa. Hal ini disebabkan karena
ketidakmatangan organisasi korteks pada bayi baru lahir. Kejang umum tonik-
klonik jarang pada bayi baru lahir. Manifestasi kejang padabayi baru lahir dapat
berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang, tiba-tiba menangis melengking, tonus
otot hilang disertai atau tidak dengan hilangnya, kesadaran, gerakan yang tidak
menentu (involuntary movements), nystagmus atau mata mengedip-ngedip
proksimal, gerakan seperti mengunyah dan menelan (fenomena oral dan bukal),
bahkan apnu. Oleh karena manifestasi klinik yang berbeda-beda dan bervariasi,
seingkali kejang pada bayi baru lahir tidak dikenali oleh yang belum
berpengalaman. Dalam prinsip, setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru
lahir apabila berlangsung berulang-ulang dan periodik, harus dipikirkan
kemungkinan merupakan manifestasi kejang.

Etiologi

a. Komplikasi perinatal

1) Hipoksi-iskhemi kense falopati. Biasanya kejang timbul pada 24 jam pertama


kelahiran
2) Trauma susunan sarafpusat. Dapat terjadi pada persalinan presentasi bokong,
ekstraksi cunam atau ekstraksi vakum berat
3) Perdarahan intracranial

b. Kelainan metabolism
1) Hipoglikemia
2) Hipokalsemia
3) Hypomagnesemia
4) Hyponatremia
5) Hypernatremia
6) Hyperbilirubinemia
7) Ketergantungan piridoksin
8) Kelainan metbolisme asam amino

c. Infeksi
Dapat disebabkan oleh bakteri dan virus termasuk TORCH
d. Ketergantungan obat
e. Polisitemia
f. Penyebab yang tidak diketahui (3 – 25%)

Penilaian
Penilaian untuk membuat diagnosis antara lain dilakukan dengan urutan sebagai berikut
a. Anamnesis yang teliti tentang keluarga, riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan
kelahiran
1) Riwayat kehamilan
a) Bayi kecil untuk masa kehamilan
b) Bayi kurang bulan
c) Ibu tidak disuntik toksoid tetanus
d) Ibu menderita diabetes mellitus
2) Riwayat persalinan
a) Persalinan pervaginam dengan tindakan (cunnam, ekstraktorvakum)
b) Persalinan presipitatus
c) Gawat janin
3) Riwayat kelahiran
a) Trauma lahir
b) Lahir asfiksia
c) Pemotongan tali pusat dengan alat
b. Pemeriksaan kelainan fisik bayi baru lahir
1) kesadaran (normal, apatis, somnolen, spoor, koma)
2) suhu tubuh (normal, hipertermia, atau hipotermia)
3) tanda-tanda infeksi lainnya

c. Penilaian kejang
1) Bentuk kejang
Gerakan bola mata yang abnormal, nystagmus, kedipan mata paroksismal,
gerakan mengunyah, gerakan otot-otot muka, timbulnya apnu yang episode,
adanya kelemahan umum yang periodik, tremor, jitterness, gerakan klonik
sebagai ekstremitas, tubuh kaku
2) Lama kejang
3) Apakah pernah terjadi sebelumnya

d. Pemeriksaan laboratorium
1) Punksi lumbal
2) Punksi subdural
3) Gula darah
4) Kadar kalsium (Ca++)
5) Kadar magnesium
6) Kultur darah
7) TORCH

Pada jitterness dapat dibedakan dari kejang :


a) Tidak didapatkan kelaianan pandang dan pergerakan mata
b) Timbulnya karena stimulasi, sedangkan kejang biasanya spontan
c) Gerakan berupa tremor, bukan hentakan klonik
d) Biasanya menghilang apabila dilakukan fleksi pasif
e) Pada umumnya disebabkan oleh hipokalsemia, hypoglikemia, hipoksi-iskhemik
ensefalopati, drug withdrawal

Tabel : Kelainan fisik dan diagnosis banding kejang pada bayi baru lahir
Kelainan fisik Diagnosis banding

Kejang dengan kondisi :


a. Biru, gagal nafa a) Anoksia susunan saraf pusat
b. Trauma lahir pada kepala bayi b) Perdarahan otak
c. Mikrosefall c) Cacat bawaan
d. Perut buncit d) Sepsis
e. Hepatosplenomegali e) Sepsis
f. Mulut mecucu f) Tetanus

Penanganan
Prinsip dasar tindakan mengatasi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut :
1. Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang (misalnya Diazepam,
Fenobarbital, Fenitoin/Dilantin)
2. Menjaga jalan nafas tetap bebas (perhatikan ABCD resusitasi)
3. Mencari faktor penyebab kejang (perhatikan riwayat kehamilan, persalinan dan
kelahiran, kelainan fisik yang ditemukan, bentuk kejang, dan hasil laboratorium)
4. Mengobati penyebab kejang (mengobati hipoglikemia, hipokalsemia, dan lain-lain)

Obat anti kejang


1. Diazepam
Dosis 0,1-0,3 mg/kgbb i.v. disuntikkan perlahan-lahan sampai kejang berhenti.
Dengan diulangi pada kejang berulang, tetapi tidak dianjurkan untuk digunakan
pada dosis pemeliharaan
2. Fenobarbitol
Dosis 5-10 mg/kgbb i.v. disuntikkan perlahan-lahan selama beberapa menit.
Apabila kejang berlanjut, fenobarbitol dapat diulangi dengan dosis maksimal
20mg/kgbb. Dosis pemeliharaan ialah 5-8mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
3. Fenitoin (Dilantin)
Dosis 5-10 mg/kgbb i.v. disuntikkan dalam 5-10 menit. Dapat diulangi lagi dalam 5-
10 menit. Fenitoin diberikan apabila kejang tidak dapat diatasi dengan fenobarbital
dosis 10-20 mg/kgbb. Sebaiknya fenitoin diberikan 10-15 mg/kgbb i.v. pada hari
pertama, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 4-7 mg/kgbb i.v. atau oral dalam
2 detik
Penanganan kejang pada bayi baru lahir
a. Bayi diletakkan dalam tempat yang hangat. Pastikan bahwa bayi tidak kedinginan.
Suhu bayi dipertahankan 36,5 C-37 C
b. Jalan nafas bayi dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir di seputar mulut,
hidung sampai nasofaring
c. Bila bayi apnea, dilakukan pertolongan agar bayi bernafas lagi dengan alat bantu
balon dan sungkup, diberi O2 (oksigen) dengan kecepatan 2 liter/menit
d. Dilakukan pemasangan infus intra vena di pembuluh perifer; ditangan, kaki atau
kepala. Bila bayi diduga dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes mellitus, dilakukan
pemasangan infus melalui vena umbilikalis
e. Bila infus sudah terpasang, diberi obat anti kejang Diazepam 0,5 mg/kg
supositoria/i.m. setiap 2 menit sampai kejang teratasi. Kemudian ditambah luminal
(fenobarbital) 30 mg i.m./i.v.
f. Nilai kondisi bayi selama 15 menit. Perhatikan kelainan fisik yang ada
g. Bila kejang sudah teratasi, diberi cairan infus Dekstrose 10% dengan kecepatan 60
ml/kgbb/hari
h. Dilakukan anamnesis mengenai keadaan bayi untuk mencari faktor penyebab kejang
(perhatikan riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran)
a) Apakah kemungkinan bayi dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes mellitus
b) Apakah kemungkinan bayi prematur
c) Apakah kemungkinan bayi mengalami asfiksia
d) Apakah kemungkinan ibu bayi pengidap/menggunakan bahan narkotika
i. Bila kejang sudah teratasi, diambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk
mencari faktor penyebab kejang, misalnya :
a) Darah tepi
b) Elektrolit darah
c) Gula darah
d) Kimia darah (kalsium, magnesium)
e) Kultur darah
f) Pemeriksaan TORCH, dan lain-lain
j. Bila ada kecurigaan ke arah sepsis, dilakukan pemeriksaan pungsi lumbal
k. Obat diberikan sesuai dengan hasil penilaian ulang
l. Apabila kejang masih berulang, Diazepam dapat diberikan lagi sampai 2 kali
a) Bila masih kejang terus, diberi Fenitoin (Dilantin) dalam dosis 15 mg/kgbb
sebagai bolus i.v. diteruskan dalam dosis 2 mg/kgbb i.v. setiap 12 jam
b) Untuk hipoglikemia (hasil dextrosix/gula darah <49 mg%) diberi infus Dekstrose
10%
c) Untuk hipokalsemia (hasil kalsium darah <8 mg%) diberi kalsium glukonas 10% 2
ml/kgbb dalam waktu 5-10 menit
d) Apabila belum teratasi juga, diberi piridoksin 25-50 mg i.v.

Prognosis
Prognosis akibat kejang pada bayi baru lahir tergantung dari penyebabnya yang dapat
dilihat dalam tabel.
Kelainan Saraf Perkembangan Normal

a. Hipoksi-iskhemik ensefalopati 50%


b. Perdarahan subarakhnoid primer 90%
c. Perdarahan intraventrikular < 10%
d. Hipokalsemia
- Dini 50%
- Lanjut 80-100%
e. Hipoglikemia 50%
f. Meningitis bakterialis 20-50%
g. Cacat perkembangan 0%

G. HIPOTERMIA

PRINSIP DASAR MEMPERTAHANKAN SUHU TUBUH BAYI BARU LAHIR


DAN MENCEHAG HIPOTERMIA
a. Mengeringkan bayi baru lahir segera setelah lahir
Bayi lahir dengan tubuh basah air ketuban. Aliran udara melalui
jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan dan bayi
lebih cepat kehilangan panas tubuh. Akibatnya dapat timbul serangan dingin
(cold stres) yang merupakan gejala awal hipotermia. Bayi kedinginan
biasanya tidak memperlihatkan gejala menggigil oleh karena kontrol suhunya
belum sempurna. Hal ini menyebabkan gejala awal hipotermias seringkali
tidak terdeteksi oleh ibu/keluarga atau penolong persalinan. Gejala hipotermia
terjadi bila suhu tubuh (aksila) bayi turun dibawah 36°C. Nilai normal
36,5°C-37,5°C.
Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, setiap bayi lahir harus
segera dikeringkan dengan handuk yang kering dan bersih (sebaiknya handuk
tersebut dihangatkan terlebih dahulu). Mengeringkan tubuh bayi harus
dilakukan dengan cepat mulai dari kepala keseluruh tubuh. Handuk yang
basah harus diganti dengan handuk lain yang kering dan hangat. Setelah
tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut, diberi topi/tutup kepala,
kaus tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakan dengan telungkup diatas
dada untuk mendapat kehangatan dari dekapan ibu.
Penilaiaan derajat vitalitas bayi segera lahir hendaknya dilakukan
di bawah lampu agar terang dan sinar lampu dapat memanasi tubuh bayi.
b. Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil
Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan
penolong persalinan harus menunda memandikan bayi.
1) Pada bayi baru lahir sehat yaitu lahir cukup bulan, berat > 2.500 gram,
langsung menangis kuat, maka memandikan bayi ditunda selama ± 24
jam setelah kelahiran. Pada saat memamndikan bayi gunakan air hangat.
2) Pada bayi lahir dengan resiko (tidak termasuk kriteria diatas), keadaan
umum bayi lemah atau bayi dengan berat < 2.000 gram, sebaiknya bayi
jangan dimandikan, ditunda beberapa hari sampai keadaan umum
membaik yaitu bila suhu tubuh bayi stabil, bayi sudah lebih kuat dan
dapat menghisap ASI dengan baik.

A. HIPOTERMIA
1. Prinsip Dasar
Suhu normal byi baru lahir berkisar 36,5°C-37,5°C (suhu ketiak).
Gejala awal hipotermia apabila suhu < 36,5°C atau kedua kaki atau
tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi
sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32°C-36°C). Disebut
hipotermia kuat bila suhu tubuh < 32°C. Untuk mengukur hipotermia
diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang
dapat mengukur sampai 25°C. Disamping sebagai suatu gejala ,
hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan
kematian. Hipotermia menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh
darah, yang menyebabkan terjadinya metabolik anerobik, meningkatkan
kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoksemia dan berlanjut dengan
kematian
2. Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir
a) Radiasi : Dari objek ke panas bayi.
Contoh : timbangan bayi dingin tanpa alas
b) Evaporasi : Karena penguapan cairan yang melekat pada kulit.
Contoh : air ketuban pada tubuh bayi baru lahir,
tidak cepat dikeringkan
c) Konduksi : Panas tubuh diambil dari suatu permukaan yang
melekat ditubuh
Contoh : pakaian bayi yang basah tidak cepat
diganti
d) Konveksi : Penguapan dari tubuh ke udara
Contoh : angin disekitar tubuh bayi baru lahir
3. Gejala hipotermi bayi baru lahir
a) Bayi tidak minum/menetek
b) Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
c) Tubuh bayi teraba dingin
d) Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh
bayi mengeras (sklerema).
4. Tanda-tanda hipotermia
a) Tanda-tanda hipotermia sedang (stres dingin)
1) Aktivitas berkurang, letargis
2) Tangisan lemah
3) Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)
4) Kemampuan menghisap lemah
5) Kaki teraba dingin
b) Tanda-tanda hipotermia berat (cedera dingin)
1) Sama dengan hipotermia sedang
2) Bibir dan kuku kebiruan
3) Pernafasan lambat
4) Pernafasan tidak teratur
5) Bunyi jantung lambat
6) Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemi dan asidosis metabolik
c) Tanda-tanda stadium lanjut hipotermi
1) Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
2) Bagian tubuh lainnya pucat
3) Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada
punggung, kaki dan tangan (sklerema)
5. Penanganan hipotermia bayi baru lahir
a) Bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali meninggal.
Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi
didalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
b) Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap
orang adalah menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi
diletakkan telungkup di atas dada ibu agar terjadi kontak kulit
langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh
ibu dan bayi harus berada dalam satu pakaian (merupakan
ertttttteknologi tepat guna baru) disebut sebagai Metode Kanguru.
Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar berkancing depan,
c) Bial tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang
disetrika terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi
dan ibu. Lakukan berulangkali sampai tubuh bayi hangat
d) Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi
harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak
menghisap, diberi infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.

H.HIPERTERMIA
1. Prinsip dasar
Lingkungan yang panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini
terjadi bila bayi diletakkan didekat api atau dalam ruangan yang berudara
panas.
2. Penilaian hipertermia bayi baru lahir
Gejala hipertermia bayi baru lahir :
a) Suhu tubuh bayi > 37,5°C
b) Frekuensi pernafasan bayi > 60/menit
c) Tanda-tanda dehidrasi, yaitu berat badan menurun, turgor kulit
kurang, banyaknya air kemih berkurang.
3. Penanganan hipertermia bayi baru lahir
a) Bayi dipindahkan keruangan yang sejuk dengan suhu kamar seputar
26°C - 28°C
b) Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu tubuh bayi
normal (jangan menggunakan air es)
c) Berikan cairan dekstrose : NaCl = 1 : 4 secara intravena sampai
dehidrasi teratasi
d) Antibiotika diberikan apabila ada infeksi
4. Bagan penanganan hipotermia neonatorum

Aktivitas berkurang (letargi), tangisan lemah,


TANDA-TANDA kemampuan menghisap leamh, bibir dan kuku
kebiruan, kaki bayi teraba dingin

KATEGORI Hipotermia Sedang Hipotermia Berat

PENILAIAN Suhu aksila 32°C - 36°C Suhu aksila < 32°C

PRNANGANANA
 Keringkan bayi daengan handuk hangat
 Memberikan lingkungan hangat dengan cara
kontak kulit ke kulit (metode kanguru) dan/
bungkus bayi baru lahir dengan kain hangat
 Kepala bayi ditutupi topi
 Kain yang basah secepatnya diganti dengan
Bidan atau Puskesmas
yang kering dan hangat
 Sering disusui

 Hipotermia berat
rujuk kerumah
sakit

 Sama dengan atas


 Beri lampu 60 watt dengan jarak minimal 60
cm dari bayi
 Dalam inkubator
 Penghangatan kembali dengan metode yang
Rumah Sakit sesuai (dalam inkubator, pemanasan perlahan
0,5 - 1°C/jam)

 Hipotermia beart
infus Dekstrose
10%

I.HIPOGLIKEMIA

Hipoglikemia pada neonatus

Untuk setiap neonatus manapun, kadar glukosa <40-45mg/dL dianggap tidak normal

Menurut WHO hipoglikemi adalah bila kadar glukosa/gula darah <47 mg/dL

Gejala sering tidak jelas/asimptomatik, semua tenaga kesehatan perlu mewaspadai


kemungkinan adanya hipoglikemia

Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah konsekuensi yang serius
Penyebab dan mekanisme hipoglikemia

Berkurangnya persediaan dan menurunnya produksi glukosa

Neonatus yang mempunyai resiko untuk keadaan ini :

Janin yang mengalami pertumbuhan janin terhambat(PJT) atau kecil masa kehamilan

Bayi prematur atau pun lebih bulan

Neonatus yang mengalami penundaan pemberian asupan

Neonatus yang menderita asfiksia perinatal

Neonatus dengan hipotermia dan atau stress dingin

Peningkatan pemakaian glukosa (hiperinsulinisme)

Neonatus yang berisiko untuk keadaan ini :

IDM-BMK (besar masa kehamilan)

Neonatus dengan polisitemia

Neonatus yang menderita eritroblastosis fetalis (isoimunisasi Rh-berat)

Neonatus dengan sindrom Beckwith-Wiedemann

Neonatus dengan nesidioblastosis atau adenoma pankretik

Malposisi kateter UA

Kedua mekanisme tersebut

Lain-lain
Insufisiensi adrenal

Sepsis

Penyakit penyimpanan glikogen (glycogen storage)

Transfusi tukar

Penyakit jantung kongenital

Obat untuk ibu (steroid, beta blocker)

Insiden

2-3/1000 kelahiran hidup

Kejadian meningkat pada :

Prematuritas, hal ini terkait dengan penyimpanan glikogen hati, protein otot rendah,
asuoan tidak adekuat, hipotermi, asfiksia dan lemak badan yang tidak cukup

Ibu DM (75%)

Batasan

Timbul bila kadar glukosa serum lebih rendah daripada kisaran bayi normal sesuai usia
pasca lahir

Bayi atterm BB 2500 gr : gula darah <30 mg/dl : 72 jam, selanjutnya 40mg/dl

BBLR : GD <25 mg/dl

Faktor resiko

Bayi dari ibu dengan dibetes melitus (IDM)

Neonatus yang besar untuk massa kehamilan (BMK)

Bayi prematur dan lebih bulan

BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen hati dan lemak
tubuh
Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi cadangan
kalori

Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat napas, hipotermia)

Bayi dengan kelainan genetik/gangguan metabolik (penyakit cadangan glikogen,


intoleransi glukosa)

Neonatus puasa

Neonatus dengan polisitemia

Neonatus dengan eritroblastosis

Obat-obat maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta blocker

Diagnosis

Untuk mencegah abnormalitas perkembangan syaraf, identifikasi dan pengobatan tepat


waktu untuk hipoglikemia adalah sangat penting

Pemantauan glukosa di tempat tidur adalah tindakan tepat untuk penapisan dan deteksi
awal

Hipoglikemia harus dikonfirmasi oleh nilai serum dari laboratorium jika memungkinkan

Anamnesis

Riwayat bayi asfiksia, hipotermi, hipertemi, gangguan pernafasan, prematur

Riwayat bayi dengan ibu DM

Manifestasi klinis

Kasus bisa menunjukan gejala ataupun tidak. Kecurigaan tinggi harus selalu diterapkan
dan selalu antisipasi hipoglikemia pada neonatus dengan faktor risiko

Tremor

Sianosis
Apatis

Kejang

Apnea intermitten

Tangisan lemah/melengking

Letargi

Kesulitan minum

Gerakan mata berputar/nistagmus

Keringat dingin

Pucat

Hipotermi

Refleks hisap kurang

Muntah

Penatalaksanaan

Memantau kadar glukosa darah

Semua neonatus berisiko tinggi harus ditapis :

Pada saat lahir

30 menit setelah lahir

Kemudian setiap 2-4 jam selama 48 jam atau sampai pemberian minum berjalan baik
dan kadar glukosa normal tercapai

Pencegahan hipoglikemia

Menhindari faktor resiko yang dapat dicegah, contohnya hipotermia

Pemberian makan enteral merupakan tindakan preventif tunggal paling penting


Jika bayi tidak mungkin menyusui, mulailah pemberian minum dengan menggunakan
sonde dalam waktu 1-3 jam setelah lahir

Neonatus yang berisiko tinggi harus dipantau nilai glukosanya sampai asupannya penuh
dan 3x pengukuran normal sebelum pemberian minum berada diatas 45 mg/dL

Jika ini gagal, terapi intravena dengan glukosa 10% harus dimulai dan kadar glukosa
dipantau

Perawatan hipoglikemia

Koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg dengan dekstrosa 10% = 2 cc/kg dan diberikan
melalui intravena selama 5 menit dan diulang sesuai keperluan

Infus tak terputus (continual) glukosa 10% dengan kecepatan 6-8 mg/kg/menit harus
dimulai

Kecepatan infus glukosa (GIR) dihitung menurut formula berikut :

GIR (mg/kg/min)= kecepatan cairan (cc/jam) x konsenterasi dextrose(%)

6x berat (Kg)

Pemantauan glukosa ditempat tidur (bed side) secara sering diperlukan untuk
memastikan bahwa neonatus mendapatkan glukosa yang memadai

Ketika pemberian makan telah dapat ditoleransi dan nilai pemantauan glukosa di tempat
tidur (bed side) sudah normal maka infus dapat diturunkan secara bertahap. Tindakan ini
mungkin memerlukan waktu 24-48 jam atau lebih untuk menghindari kambuhnya
hipoglikemia

J.TETANUS NEONATORUM

A.Prinsip Dasar

Penyakit Tetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi
berusia kurang dari 1 bulan) yang disebabkan oleh Clostridium Tetani,yatu kuman yang
mengeluarkan toksin atau racun yang menyerang sistem saraf pusat.
Sepora kuman terebut masuk kedalam tubuh bayi melalui pintu masuk satu
satunya,yaitu tali pusat,yang dapat terjadi pada saat pemotongan tali pusat ketika bayi
lahir maupun pada saat perawatannya sebelum puput (terlepasnya tali pusat).Maka
inkubasi 3 sampai 28 hari,rata-rata 6 hari.Apabila masa inkubasi kurang dari 7
hari,biasanya penyakit lebih parah dn angka kematian tinggi.

Angka kematian kasus (Case Fatality Rate atau CFR) sangat tinggi.Pada kasus Tetanus
Neonatorum yang tidk di rawat,angka nya mendekati 100%,terutama yang mempunyai
masa inkubasi kurang dari 7 hari.Angka kematian kasus tetanus neonatorum yang di
rawat di rumah sakit Indonesia berfariasi dengan kisaran 10,8-55%.

Faktor Resiko Untuk Terjaddinya Tetanus Neonatorum

1. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoit (TT) pada ibu hamil tidak di lakukan,atau
tidak lengkap,atau tidak sesuai dengan ketentuan program.
2. Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat-syarat “3 Bersih”.
3. Perawatan tali pusat tidak memenuhi persyaratan kesehatan.

Kekebalan terhadap tetanus hanya dapat di peroleh melalui imunisasi TT.Sembuh dari
penyakit tetanus tidak berarti dari seorang bayi selanjutnya kebal terhadap
tetanus,toksin tetanus dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit
tetanus,tidak cukup untuk merangsang tubuh penderita dalam membentuk zat anti
(antibody) terhadap tetanus.Itulah sebabnya seorang bayi penderita tetanus harus
menerima imunisasi TT pada saat diagnosis dan atau setelah sembuh.

TT akan merangsang pembentukan antibody spesifik yang mempunyai peranan penting


dalam perlindungan terhadap tetanus.Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT dalam
tubuhnya akan membentuk antibody tetanus.Seperti difteri,antibody tetanus termasuk
dalam golongan IgG yang mudah melewati sawar plasenta,masuk dan menyebar melalui
aliran darah janin keseluruh tubuh janin,yang akan mencegah terjadinya tetanus
neonatorum.

Imunisasi TT pada ibu hamil di berikan 2 kali (2 dosis),jarak pemberian TT pertama dan
kedua,serta jarak TT kedua dengan saat kelahiran,sangat menentukan kadar antibody
tetanus dalam darah bayi.Semakin lama interval antara pemberian TT pertama dan
kedua,serta antara TT kedua dengan kelahiran bayi,maka kadar antibody tetanus dalam
darah bayi akan semakin tiggi karena interval yang panjang akan mempertinggi respon
imunologik dan diperoleh cukup waktu untuk menyeberangkan antibody tetanus dalam
jumlah yang cukup dari tubuh ibu hamil ke tubuh bayinya.

Imuniasi TT pada kehamilan sedini mungkin akan memberikan cukup waktu


antara dosis pertama dan dosis kedua,serta antara dosis kedua dengan saat
kelahiran.
Interval imuniasi TT dosis pertama dengan dosis kedua minimal 4 minggu.

TT adalah antigen yang sangat aman dan jug aman untuk wanita hamil.Tidak ada bahaya
bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT.Pada ibu hamil yang
mendapatkan imunisasi TT tidak di dapatkan perbedaan resiko cacat bawaan ataupun
abortus dengan mereka yang tidak mendapatkan imunisasi.

PENILAIAN

Gejala klinik tetanus neonatorum antara lain sebagai berikut :

1. Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang otot
rahang dan faring (tenggorokan).
2. Mulut bayi mencucu seperti mulut ikan
3. Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya,suara dan sentuhan
4. Kadang-kadang di sertai sesak nafas dan wajah bayi membiru

Sering timbul komplikasi terutama bronkopneumonia,asfiksia dan sianosis akibat


obstruksi jalan nafas oleh lendir atau sekret ,dan sepsis.

Tetanus Neonatorum harus memenuhi kriteria berikut

1. Bayi lahir hidup,dapat menangis dan menetek dengan normal minimal 2 hari.
2. Pada bulan pertama kehidupan timbul gejala sulit menetek disertai kekakuan
dan atau kejang otot.

PENANGANAN

1. Mengatasi kejang dengan memberikan suntikan anti kejang.


2. Menjaga jalan nafa tetap bebas dengan membersihkan jalan nafas.Pemasangan
spatel lidah yang di bungkus kain untuk mencegah lidah tergigit
3. Mencari tempat masuknya sepora tetanus,umumnya di tali pusat atau telinga.
4. Mengobati penyebab tetanus dengan anti tetanus serum (ATS) dan antibiotika.
5. Perawatan yang adekuat : kebutuhan oksigen,makanan,keseimbangan cairan dan
elektrolit.
6. Penderita atau bayi di tempatkan di kamar yang tenang dengan sedikit sinar
mengingat penderita sangat peka akan suara dan cahaya yang dapat merangsang
kejang.
BAGAN PENANGANAN TETANUS NEONATORUM

TANDA-TANDA Tiba-tiba bayi panas atau demam,mendadak bayi


tidak mau atau bisa menetek (mulut tertutup atau
trimus),mulut mencucu seperti ikan,mudah sekali
kejang (misalnya kalau di pegang,kena sinar atau
kaget-kaget),disertai sianosis,kuduk kaki,posisi
punggung melengkung,kepala mendongak keatas
(opistotonus).

KATEGORI TETANUS TETANUS


NEONATORUM NEONATORUM
SEDANG BERAT

PENILAIAN  7 hari 0-7 hari


Kadang-kadang Sering

a. Mulut mencucu a. Mulut mencucu


b. Trismus kadang- b. Trismus terus
kadang menerus
c. Kejang merangsang c. Kejang rangsang (+)
(+) Selalu opistotonus
Opistotonus kadang- Masih sadar
kadang.
Masih sadar. a. Tali pusat kotor
b. Lubang telinga
a. Tali pusat kotor bersih/kotor
b. Lubang telinga
bersih/kotor
PENANGAN

Puskesmas a. Bersihkan jalan nafas


b. Masukkan sendok tau spatel di bungkus kain untuk
menekan lidah
c. Beri oksigen
d. Atasi kejang dengan :
1. Diazepam 0,5 mg/kg/i.m. atau supositoria
2. Apabila masih kejang,ulangi tiap 30 menit.
3. Di tambah luminal 30 mg i.m. sampai kejang
berhenti
e. Infus glukose 10% sebanyak 80ml/kg/hari.
f. Antibiotika 1 kali (penicilin prokain 50.000
U/kg/hari i.m).
g. Bersihkan tali pusat
h. Rujuk ke rumah sakit
Rumah Sakit Sama seperti di atas Sama seperti di atas

1. Umur >24 jam di tambah bikarbonas natrikus 1,5%


(4:1).
2. Dosis anti kejang i.v dengan dosis rumat
3. Diazepam 8-10 mg/kg i.v. di ganti tiap 6 jam
4. ATS 10.000 U/hari i.m.
5. Ampicilin 100mg/kg i.v. atau prokain penicilin
50.000 U/kg i.m. selama 3 hari
6. Ruang perawatan tenang

J.PENYAKIT YANG DIDERITA IBU SELAMA KEHAMILAN

Dalam Kehamilan

 Hipertensi esensial

Adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ini termasuk juga
hipertensi ringan.

Gejalanya :

 Biasanya tidak terasa ada keluhan dan pusing atau berat ditekuk kepala.

Tekanan darah sistolenya antara 140-160 mmhg

Tekanan darah diastolenya antara 90-100 mmhg

Tekanan darahnya sukar diturunkan

Penanganannya :

Memantau tekanan darah apabila diketahui tinggi dan mengurangi segala sesuatu
yang bisa menyebabkan tekanan darah naik seperti : gaya hidup, diet dan
psikologis.

 Hipertensi Karena Kehamilan

Adalah hipertensi yang disebabkan atau muncul selama kahamilan


 Terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20 minggu, selama persalinan dan
48 jam pasca persalinan.
 Lebih sering pada primigravida

 Risiko meningkat pada :

- Masa plasenta besar (gamelli, penyakit trofoblas)

- Diabetes mellitus

- Faktor herediter

- Masalah vaskuker

 Ditemukan tanpa protein dan oedema, tekanan darah meningkat


 Kenaikan tekanan diastolik 15 mmhg atau > 90 mmhg dalam pengukuran
berjarak 1 jam atau tekanan diastolik sampai 110 mmhg.

Penanganan :

 Pantau tekanan darah, proteinuria, reflek dan kondisi janin


 Jika tekanan darah meningkat tangani sebagai preeklampsia

 Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat,


rawat dan pertimbangan terminasi kehamilan.

 Preeklampsia

Adalah bila ditemukannya hipertensi yang ditambah dengan proteinuria dan


oedema.

Proteinuria adalah tanda yang penting pada preeklampsia, tidak adanya tanda ini
akan membuat diagnosa preeklampsia dipertanyakan. Proteinuria jika kadarnya
lebih dari 300 mg dalam urine 24 jam atau lebih dari 100 mg dalam urin 6 jam.

Ibu hamil mana pun dapat mengalami preeklampsia. Tapi,umumnya ada beberapa
ibu hamil yang lebih berisiko, yaitu :

 Ibu hamil untuk pertama kali


 Ibu dengan kehamilan bayi kembar

 Ibu yang menderita diabetes

 Memiliki hipertensi sebelum hamil

 Ibu yang memiliki masalah dengan ginjal

 Hamil pertama di bawah usia 20 tahun atau di atas 35 tahun.

 Ibu yang pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya akan ada
kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya

Sayangnya penyebab preeklampsia sampai saat ini masih merupakan misteri. Tak
bisa diketahui dengan pasti, walaupun penelitian yang dilakukan terhadap
penyakit ini sudah sedemikian maju. Yang jelas, preeklampsia merupakan salah
satu penyebab kematian pada ibu hamil, di samping infeksi dan perdarahan.

Gejala Yang Muncul :

 Kondisi preeklampsia sangat kompleks dan sangat besar pengaruhnya pada ibu
maupun janin. Gejalanya dapat dikenali melalui pemeriksaan kehamilan yang
rutin. Kendati tak jarang si ibu merasa dirinya sehat-sehat saja.

 Adanya preeklampsia bisa diketahui dengan pasti, setelah pada pemeriksaan


didapatkan hipertensi, bengkak, dan protein dalam urin

 Preeklampsia biasanya muncul pada trimester ketiga kehamilan. Tapi bisa juga
muncul pada trimester kedua. Bentuk nonkompulsif dari gangguan ini terjadi pada
sekitar 7 % kehamilan. Gangguan ini bisa terjadi sangat ringan atau parah.

Aspek Klinik Dari Preeklampsia :

 Gambaran klinik

Dua gejala yang sangat penting preeklampsia adalah hipertensi dan proteinuria

 Tekanan darah

Kelainan dasar pada preeklampsia adalah vasospasme arteriol, peningkatan


tekanan darah adalah tanda peringatan awal dari preeklampsia. Tekanan diastolik
lebih bermakna dari pada tekanan sistolik, tekanan diastolik sebesar 90 mmhg
atau lebih yang menetap menunjukkan keadaan abnormal.

 Kenaikan Berat Badan

Peningkatan berat badan yang tiba-tiba dapat mendahului serangan preeklampsia,


peningkatan BB lebih dari 1 kg perminggu atau 3kg perbulan kemungkinan
terjadinya preeklampsia.

 Proteinuria

Merupakan indikator penting untuk menentukan beratnya preeklampsia

 Nyeri kepala

Sering didaerah frontal dan kadang-kadang oksipital yang tidak sembuh dengan
analgetik biasa

 Nyeri epigastrium

Sering merupakan gejala preeklampsia berat

 Gangguan penglihatan

Disebabkan vasospasme, iskemia dan perdarahan petekie pada korteks oksipital


atau spasme arteriol.

Perbedaan preeklampsia ringan dan preeklampsia berat

1. Preeklampsia ringan

 Kenaikan tekanan diastolik 15 mmhg atau > 90 mmhg dalam 2


pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolik sampai 110 mmhg
 Proteinuria (+)

2. Preeklampsia berat

 Tekanan diastolik > 110 mmhg


 Proteinuria (++)

 Oliguria

 Hiperrefleksia

 Gangguan penglihatan

 Nyeri epigastrium

Penanganan Preeklampsia Ringan

Jika kehamilan < 37 minggu dan tidak ada tanda-tanda perbaikan lakukan
penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :

 Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin.


 Lebih banyak istirahat

 Diet biasa

 Tidak perlu diberi obat-obatan

 Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat dirumah sakit :

- Diet biasa

- Pantau tekanan darah 2 x sehari, proteiuria 1x sehari

- Tidak perlu obat-obatan

- Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat oedema paru, dekompensasi kordis
atau gagal ginjal akut

- Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan

- Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsia

- Kontrol 2 kali seminggu

- Jika tekanan diastolik naik lagi rawat kembali

- Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan tetap dirawat


- Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat pertimbangan terminasi
kembali

- Jika protein meningkat tangani sebagai preeklampsia berat

Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi

Penanganan Preeklampsia Berat

1. Penanganan aktif

Adalah kehamilan diakhiri atau diterminasi bersamaan dengan pemberian obat


kejang (sama dengan pengobatan kejang pada eklampsia). Penderita harus segera
dirawat dan sebaiknya dirawat diruangan khusus di daerah kamar bersalin, tidak
diperlukan ruangan yang gelap tetapi rungan dengan penerangan yang cukup.
Penderita yang ditangani dengan aktif bila didapatkan satu atau lebih keadaan
yaitu :

- Ibu dengan kehamilan 35 minggu atau lebih

- Adanya tanda-tanda impending eklampsia

- Adanya syndrome HELLP (haemolysis elevated liver enzymes and low platelet)
atau kegagalan penanganan konservatif

- Adanya gawat janin atau IUGR

2. Penanganan konservatif

Adalah kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan


kejang (sama dengan penanganan kejang pada eklampsia).

Pada kehamilan < 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia


dengan keadaan janin baik dilakukan penanganan secara konservatif.

 Eklampsia

Eklampsia didiagnosa jika kejang yang timbul dari hipertensi yang diinduksi
dengan kehamilan atau hipertensi yang diperberat dengan kehamilan.

Tanda dan Gejala :


Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan
terjadinya gejala-gejala nyeri kepala dibagian frontal, gangguan penglihatan,
mual, nyeri epigastrium dan hiperrefleksia.

 Penyebab kematian ibu : Perdarahan otak, dekompensasi kordis dan edema paru

Penanganan Eklampsia

Tujuan : Menghentikan dan mencegah kejang, mencegah dan mengatasi


timbulnya penyulit khususnya krisis hipertensi sebagai penunjang untuk stabilisasi
keadaan ibu seoptimal mungkin.

Sikap obstetrik : Mengakhiri kehamilan dengan trauma seminimal mungkin untuk


ibu.

Penanganan kejang :

 Beri obat antikonvulsan


 Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan, masker
oksigen, oksigen).

 Lindungi pasien dari kemungkinan trauma.

 Aspirasi mulut dan tenggorokan.

 Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelenburg untuk mengurangi


resiko aspirasi.

 Beri O2 4-6 liter/ menit

Akibat Hipertensi dalam Kehamilan Pada Janin

 Janin yang dikandung ibu hamil pengidap preeklampsia akan hidup dalam rahim
dengan nutrisi dan oksigen di bawah normal. Keadaan ini bisa terjadi karena
pembuluh darah yang menyalurkan darah ke plasenta menyempit.

 Karena buruknya nutrisi, pertumbuhan janin akan terhambat sehingga terjadi bayi
dengan berat lahir yang rendah. Bisa juga janin dilahirkan kurang bulan
(prematur), biru saat dilahirkan (asfiksia), dan sebagainya.
 Pada kasus preeklampsia yang berat, janin harus segera dilahirkan jika sudah
menunjukkan kegawatan. Ini biasanya dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu
tanpa melihat apakah janin sudah dapat hidup di luar rahim atau tidak. Tapi,
adakalanya keduanya tak bisa ditolong lagi.

Dokter tak akan membiarkan penyakit ini berkembang makin parah. Bila perlu,
tanpa melihat usia kehamilan, persalinan dapat dianjurkan atau kehamilan dapat
diakhiri. Tergantung keadaan, persalinan dilakukan dengan induksi atau bedah
caesar.

2. ANEMIA DALAM KEHAMILAN

a. Pengertian
Anemia ialah suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin atau jumlah
eritrosit dalam darah kurang dari nilai standar (normal).

Ukuran haemoglobin normal :

- Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18 gram

- Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram – 16 gram

Tingkat pada anemia :

- Kadar Hb 8 gram – 10 gram disebut anemia ringan

- Kadar Hb 5 gram – 8 gram disebut anemia sedang

- Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat

Pada kehamilan jumlah darah bertambah banyak, yang disebut hidremia dan
hipervolemia pertambahan dari sel-sel darah kurang, bila dibanding dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut
berbanding sebagia berikut :
Plasma 30 %, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.
Proses bertambahnya jumlah darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan
umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32-36 minggu.
Seorang wanita hamil yang memiliki Hb < 11gr% dapat disebut penderia anemia
dalam kehamilan. Pemeriksaan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah
rutin selama pengawasan antenatal. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3
bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama pada triwulan pertama
dan sekali lagi pada triwulan akhir
b. Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan, Persalinan dan Nifas
1. Keguguran
2. Partus prematurus
3. Partus lama karena inersia uteri
4. Perdarahan post Jartum karena atonia uteri
5. Syok
6. Infeksi, baik intrapartum maupun postpartum
8. Anemia yang sangat berat adalah Hb dibawah 4 gr% terjadi payah jantung,
yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan bisa fatal
c. Pengaruh Anemia Terhadap Hasil Konsepsi :
Hasil konsepsi (janin, placenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah
untuk pembuatan butir-butir darah merah besar dan pertumbuhannya, yaitu
sebanyak berat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh besi dalam tubuh.
Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan zat besi
dalam hati, limpa, dan sum-sum tulang. Selama masih mempunyai cukup
persediaan zat besi, Hb tidak akan turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan
turun. Ini terjadi pada bulan ke 5-6 kehamilan, pada waktu janin membutuhkan zat
besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap konsepsi ádalah :
1.Kematian mudigah (Keguguran)
2. IUFD
3. Prematuritas
4. Kematian janin waktu lahir (stillbirth)
5. Dapat terjadi cacat-bawaan
d. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan
1. Anemia defisiensi besi (62,3%)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia akibat
kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurangnya masukan
unsur besi dalam makanan karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau
karena terlampau banyaknya besi keluar dari badan, misalnya karena perdarahan.
Kebutuhan zat besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester
terakhir. Apabila masuknya zat besi tidak ditambah, maka akan mudah terjadi
anemia defisiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar
Pencegahan :
Didaerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya wanita hamil
diberi sulfasferosus cukup 1 tablet sehari. Selain itu wanita dinasehatkan pula
untuk makan lebih banyak protein dan sayur –sayur yang banyak mengandung
mineral dan vitamin
2. Anemia megaloblastik (29,0%)
Biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa. Terjadi akibat kekurangan asam
folat, jarang sekali akibat karena kekurangan Vitamin B12. Biasanya karena
malnutrisi dan infeksi yang kronik.
Penanganan :
 Pemberian asam folat, biasanya bersamaan dengan pemberian Sulfas ferosus

 Diet makanan yang bergizi (tinggi kalori dan protein)

Ditemukan pada wanita yang tidak mengkonsumsi sayuran segar atau kandungan
protein tinggi

3. Anemia hipoplastik (8,0%)


Disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah merah
baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan darah tepi lengkap,
pemeriksaan pungsi sternal, pemeriksaan retikulosit, dan lain-lain.
Terapi dengan obat-obatan tidak memuaskan, mungkin pengobatan yang paling
baik yaitu tranfusi darah, yang perlu sering diulang.
4. Anemia hemolitik (sel sickle) (0,7%)
Disebabkan penghancuran / pemecahan sel darah merah yang langsung cepat dari
pembuatannya. Misalnya disebabkan karena malaria, racun ular.
Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil. Apabila ia hamil maka
anemianya biasanya menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa
kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak
menderita anemia.
Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan,
kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya, bila
disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obatan
penambah darah. Namun, pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini memberi hasil.
Maka darah berulang dapat membantu penderita ini.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus
ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar
kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Banyak masalah pada bayi baru lahir yang
berhubungan dengangangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali. Masalah
pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal.
Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul
sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai,
manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya perawatan bayi baru
lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan
hidup yang kecil. Yang termasuk neonatus resiko tinggi yaitu diantaranya BBLR, asfiksia
neonatorum, Sindrom gangguan pernafasan, Ikterus, Perdarahan tali pusat, Kejang,
Hipotermi, Hipertermi, Hipoglikemia, Tetanus neonatorum, dan Penyakit yang diderita
ibu selama kehamilan.

B.Saran

Semoga makalah ini bisa membantu mahasiswa lebih banyak mengerti tentang materi
Neonatus Resiko Tinggi dan Penatalaksanaannya sehingga memudahkan mahasiswa
dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

http://witasurvinasari.wordpress.com/2015/03/30/neonatus-resiko-tinggi-dan-
penatalaksanaan-nya-bblr/amp/
diakses pada hari rabu tanggal 27 September 2017 pukul 15.30 WIB
http
MAKALAH ASKEB NEONATUS

NEONATUS RESIKO TINGGI DAN


PENATALAKSANAANNYA
Dosen Pembimbing : RD Rahayu, SsiT, S.Psi., M.Psi

OLEH :
Aisyah Nur Khoti mah (P27224016055) Indah Khakim Y A
(P27224016076)
Amri Khoiroh ( P27224016057) Irma Ratna W
(P27224016078)
Ana Fitriyani (P27224016060) Novita Damayanti
(P27224016086)
Ayuningtyas Risa P (P27224016062) Rahajeng P
(P27224016090)
Chaerina Agustiani (P27224016064) Shilouette Jingga
(P27224016095)
Elisa Prida Krisiani (P27224016068) Siti Gianu Arisma
(P27224016096)
Erny Setyowati (P27224016070) Siti Susilowat I
(P27224016097)
Ike Pujiastuti (P27224016075) Yati Efendi
(P27224016101)
Yuli Afrian SarI (P27224016103)

D III KEBIDANAN REG A SEMESTER 3

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Você também pode gostar