Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses
kelahirannya. Ancaman jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti
walaupun denagn bantuan alat-alat medis modern sekalipun,sering kali
memberikan gambaran berbeda terhadap kondisi bayi saat lahir.
B. Rumusan Masalah
2. Apa saja yang termasuk kategori bayi baru lahir dengan resiko tinggi?
C. Tujuan
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk kategori bayi baru lahir dengan
resiko tinggi.
PEMBAHASAN
1. BBLR
2. asfiksia neonatorum
4. Ikterus
6. Kejang
7. Hipotermi
8. Hipertermi
9. Hipoglikemia
A. BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
PrinsipDasar
1. Perdarahan spontan dalam vertikel otak lateral, akibat anoksia otak (erat
kaitannya dengan gangguan pernafasan).
3. Hipotermia
2. Hipoglikemia
3. Hiperbilirubinemia
4. Hipotermia
Oleh karena itu bayi berat lahir rendah mempunyai resiko kematian tinggi.
PENILAIAN
Penilaian dilakukan dengan cara menimbang bayi baru lahir dan sesuai dengan
beratnya, maka bayi akan digolongkan dalam BBLR ( bayi berat lahir rendah )
atau BBLSR ( bayi berat lahir sangat rendah) dan bayi berat lahir ekstrem rendah
(BBLER).
PENANGANAN
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat
Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi harus
dilakukan dengan cermat.
4. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi / nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan cermat.
5. Penimbangan ketat
Perubahan berat baadan mencerminkan kondisi gizi/ nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat baadaan
harus dilakukan dengan ketat.
Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg/hari atau 100-120
cal/kg/hari.pemberian dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan baayi untuk
sesegera mungkin mencukupi kebutuhan cairan/kalori.
Kapasitas lambung BBLR sangat kecil sehingga minum harus sering, diberikan tiap
jam. Perhatikan apakah selama pemberiaan minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi
biru atau perut membesar/kembung.
Penanganan
6. Beri oksigen.
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah
menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya
melaksanakan tindakan tadi. Penilaian selanjutnya merupakan dasar
untuk menentukan kesimpulan dan tindakan berikutnya. Upaya resusitasi
yang efisien dan efektif berlangsung melalui tindakan, yaitu penilaian,
pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan. Rangkaian tindakan ini
merupakan suatu siklus. Misalnya pada saat-saat anda melakukan
rangsangan taktil anda sekaligus menilai pernafasan bayi. Atas dasar ini
anda akan menentukan langkah-langkah selanjutnya.
1. Pernafasan
2. Denyut jantung
3. warna
Bayi baru lahir dalam apnu primer dapat memulai pola pernafasan
biasa, walaupun mungkin tidak teratur dan tidak efektif, tanpa intervensi
khusus. Bayi baru lahir dalam apnu sekunder tidak akan bernafas sendiri.
Pernafasan buatanatau tindakan ventilasi dengan tekanan positif (VTP)
dan oksigen diperlukan untuk membantu bayi memulai pernafasan pada
bayi baru lahir dengan apnu sekunder.
B = Memulai pernafasan
PERSIAPAN RESUSITASI
Mengantisipasi bayi lahir dengan deprsi/asfiksia
Persiapan alat
1. Alat pemanas siap pakai
2. Oksigen
Dibutuhkan sumber oksigen 100% bersama pipa oksigen dan alat
pengukurannya.
3. Alat penghisap
Penghisap lendir kaca
Penghisap mekanis
Kateter penghisap no 5F atau 6F, 8F, 10F.
Sonde lambung no. 8F dan semprit 20 ml.
Penghisap mekomeum.
4. Alat sungkup dan balon resusitasi
Sungkup berukuran untuk bayi cukup bulan dan kurang bulan/prematur
(sungkup mempunyai pinggir yang lunak seperti bantal)
Balon resusitasi neonatus dengan katup penurun tekanan. Balon harus
mampu untuk memberikan oksigen 90-100%. Pipa saluranpernafasan
berukuran untuk bayi cukup bulan dan kurang bulan. Oksigen dilengkapi
alat pengukur aliran oksigen dan pipa-pipanya.
5. Alat itubasi
Laringoskop dengan lidah lurus no. 0 (untuk bayi kurang bulan) dan no.1
(untuk bayi cukup bulan)
Lampu dan baterai ekstra untuk laringoskop
Pipa endotrakeal uuran 2,5;3,0;3,5;4,0 mm
Stilet
Gunting
Sarung tangan
6. Obat-obat
Epinerefin 1:10.000 dalam ampul 3 ml atau 10 ml
Nalokson hidroklorit 0,4 mg/ml dalam ampul 1 ml atau 1 mg/mldalam
ampul 2 ml
Volume expander, satu dari yang berikut ini:
5% larutan Albumin Saline
Larutan NaCl 0,9%
Larutan Ringer Laktat
Bikarbonas natrikus 4,2% (5mEq/10 ml) dalam ampul 10 ml
Larutan Dekstrose 5%, 10%, 250 ml
Aquadest steril 25 ml
Larutan NaCl 0,9%, 25 ml
7. Lain-lain
Stetoskop bayi
Plester ½ atau ¾ inci
Semprit untuk 1, 3, 5, 10, 20, 50 ml
Jarum berukuran 18, 21, 25
Kapas alkohol
Baki untuk katerisasi arteria umbilikalis
Kateter umbilikus berukuran 3, 5F; 5F
Three-way stopcocks
Sonde lambung berukuran 5F
Paling sedikit satu orang siap di kamar bersalin yang terampil dalam
melakukan resusitasi bayu baru lahir dan dua orang lainnya untuk membatun
dalam keadaan resusitasi darurat.
Bayi diletakkan terlentang di alas yang datar, kepala lurus dan leher sedikit
tengadah (ekstensi)
Untuk mempertahankan agar leher tetap tengadah, letakkan handuk atau
selimut yang digulung di bawah bahu bayi, sehingga bahu terangkat ¾
sampai 1 inci (2-3 cm)
Kepala bayi miringkan agar cairan berkumpul di mulut dan tidak di faring
bagian belakang.
Mulut dibersihkan terlebih dahulu dengan maksud:
Cairan tidak teraspirasi
Hisap pada hidung akan menimbulkan pernafasan megap-megap
(gaspin)
Apabila mekoneum kental dan bayi mengalami depresi harus dilakukan
penghisapan dari trakea dengan menggunakan pipa endotrakea (pipa ET)
Menilai bayi
Usaha bernafas
Frekuensi denyut jantung
Warna kulit
a) Frekuensi denyut jantung bayi dinilai setelah selesai ventilasi 15-20 detik
pertama.
b) Frekuensi denyut jantung dihitung dengan cara menghitung jumlah denyut
jantung dalam 6 detik dikalikan 10, sehingga diperoleh frekuensi jantung per
menit.
c) Frekuensi denyut jantung bayi dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
⁻ Lebih dari 100 kali/menit.
⁻ Antara 60-100 kali/menit.
⁻ Kurang dari 60 kali/menit.
Apabila frekuensi denyut jantung bayi >100 kali/menit.
Bayi mulai benafas spontan.Dilakukan rangsangan taktil untuk merangsang
frekuensi dan dalamnya pernafasan.VTP dapat dihentikan, oksigen arus bebas
diberikan.Kalau wajah bayi tampak merah, oksigen dapat dikurangi secara
bertahap.
Apabila pernafasan spontan dan adekuat tidak terjadi, VTP dilanjutkan.
Apabila frekuensi denyut jantung bayi antara 60-100 kali/menit.
VTP dilanjutkan dengan memantau denyut jantung bayi.
Apabila frekuensi denyut jantung bayi <80 kali/menit, dimulai kompresi dada
bayi.
Apabila frekuensi denyut jantung bayi < 60 kali/menit.
VTP dilanjutkan.Periksa ventilasi apakah adekuat dan oksigen yang diberikan
benar 100%?
Segera dimulai kompresi dada bayi.
Indikasi
a) VTP dengan balon dan sungkup lebih lama dari 2 menit harus
dipasang kateter orogastrik dan tetap terpasang selama ventilasi,
oleh karena selama ventilasi udara dari orofaring dapat masuk
kedalam esophagus dan lambung yang dapat mengakibatkan:
⁻ Lambung yang terisi udara akan membesar dan menekan
diafragma menghalangi paru-paru berkembang.
⁻ Udara dalam lambung dapat menyebabkan regurgitasi isi
lambung yang mungkin menimbulkan aspirasi.
⁻ Udara dalam lambung dapat masuk ke usus, menyebabkan perut
kembung yang akan menekan diafragma.
b) Alat yang dipakai adalah pipa orogastrik nomor 8F. semprit 20 ml.
c) Ukur panjang pipa yang akan dimasukkan dengan cara mengukur
panjangnya mulai dari pangkal hidung kedaun telinga bayi dan dari
daun telinga ke prosesus sifoideus (ujung bawah tulang dada) bayi.
d) Masukkan pipa melalui mulut (hidung untuk ventilasi).
e) Setelah pipa dimasukkan sesuai panjang yang diinginkan (sesuai
pengukuran sebelumnya), sambung dengan semprit 20 ml dan hisap
isi lambung dengan cepat dan halus.
f) Lepaskan semprit dari pipa. Biarkan ujung pipa terbuka agar ada
lubang udara ke lambung. Plester pipa ke pipi bayi untuk fiksasi
ujung pipa.
Kompresi dada
a) Kompresi dilakukan apabila setelah 15-30 detik melakukan VTP
dengan oksigen 100% frekuensi denyut jantung bayi adalah
kurang dari 60 kali/menit, atau 60-80 kali/menit dann tidak
bertambah.
b) Pelaksana menghadap ke dada bayi dengan kedua tangannya
dalam posisi yang benar.
c) Kompresi dilakukan di 1/3 bagian bawah tulang dada dibawah
garis khayal yang menghubungkan kedua puting susu bayi .hati-
hati jajngan menekan prosesus sifoideus.
d) Dengan posisi jari dan tangan yang benar, gunakan tekanan yan
cukup untuk menekan tulang dada ½-3/4 inci (kurang lebih 1,25-
2 cm), kemudian tekanan dilepaskan untuk memungkinkan
pengisian jantung. Yang dimaksud dengan 1 kompresi (1
tekanan) ialah tekanan kebawah ditambah pembebasan
tekanan.
e) Rasio kompresi dada dan ventilasi dalam 1 menit ialah 90
kompresi dada dan 30 ventilasi (rasio 3:1). Dengan demikian
kkompresi dada dilakukan 3 kali dalam 1 ½ detik dan ½ detik
untuk ventilasi 1 kali. Ibu jari atau ujung-ujung jaris tetap kontak
dengan tempat kompresi dada sepanjang waktu, baik pada saat
penekanan maupun pada saat pelepasan penekanan.
f) Yang terpenting adalah menjaga agar dalam dan kecepatan
penekanan tetap konsisten untuk memastikan sirkulasi yang
cukup. Setiap interupsi penekanan akan menyebabkan
penurunan tekanan darah karena peredaran darah terhenti.
g) Untuk mengetahui apakah darah mengalir secara efektif , nadi
harus dikontrol secara periodic dengan meraba nadi, misalnya di
tali pusat, karotis, brakhialis, dan femoralis.
h) Evaluasi frekuensi denyut jantung bayi. Pada awal, setelah 30
detik tindakan kompresi dada frekuensi denyut jantung bayi
harus dikontrol, oleh karena setelah frekuensi denyut jantung
mencapai 80 kali/menit atau lebih tindakan kompresi dada
dihentikan. Frekuensi denyut jantung bayi atau nadi dikontrol
tidak lebih dari 6 detik.
i) Keputusan untuk menghentikan resusitasi kardiopulmonal.
Resusitasi kardiopulmonal dihentikan apabila setelah 30 menit
tindakan resusitasi dilakukan tidak ada respon.
Intubasi endotrakeal
Indikasi
⁻ Apabila dipelukan VTP agak lama
⁻ Apabila ventilasi dengan balon dan sungkup tidak
efektif
⁻ Apabila perlu melakukan penghisapan trakea
⁻ Apabila dicurigai ada hernia diafragmatika
⁻ Bayi lahir kurang bulan dengan berat badan < 1.000 g
a) Masukan daun laringoskop antara palatum dan lidah.
Ujung daun laringoskop dimasukkan menyusuri lidah
secara perlahan ke pangkal lidah sampai di vallecula
(lekuk antara pangkal lidah dan epiglottis).
b) Sewaktu memasukan daun laringoskop, jikalau
terdapat secret/lendir menutupi jalan nafas,
dilakukan penghisapan lendir menggunakan kateter
sampai epiglottis tampak dan untuk menghindarkan
aspirasi apabila bayi gasping.
c) Tindakan intubasi dibatasi 20 detik untuk menegah
hipoksia. Pada waktu berhenti, bayi di stabilkan
dengan memompa balon dan sungkup.
d) Masukkanlah pipa ET diantara pita suara, sampai
sebatas garis tanda pita suara, agar ujung pipa terletak
dalam trakea di tengah antara pipa suara dan carina.
Sewaktu memasukan pipa ET, jangan kenai pita suara
dengan ujung pipa, karena dapat menyebabkan
spasme pita suara.
e) Laringoskop dikeluarkan dengan tangan kiri tanpa
mengganggu atau merusak pipa ET.
f) Cabut stilet dari pipa ET.
g) Sambil memegang pipa ET, pasang sambungan pipa
balon resusitasi dan lakukan ventilasi sambil
memperhatikan dada dan perut bayi. Apabila letak
pipa ET betul akan terliht dada mengembang dan
perut tidak mengembung sewaktu vetilasi. Mintalah
kepada orng lain (pebantu) untuk mendengarkan
suara nafas menggunakan stetoskop.
h) Tanda pipa ET terletak ditengah trakea.
i) Kedua sisi dada mengembang ketika dilakukan
ventilasi. Suara nafas terdengar sama dikedua sisi
dada. Tidak terdengar suara lambung. Perut tidak
kembung.
j) Tanda pipa ET terletak di bronkus.
Suara nafas hanya terdengar di satu sisi paru-paru.
Suara nafas terdengar tidak sama keras. Tidak
terdengar suara lambung.Perut tidak kembung.
Tindakan: tarik pipa ET kurang lebih 1 cm.
k) Tanda pipa ET terletak di esophagus.
Tidak terdengar suara nafas.Terdengar suara udara
masuk ke lambung.Perut tampak kembung. Tindakan:
cabut pipa ET, diberi oksigen melalui balon dan
sungkup, masukkan lagi pipa ET.
l) Fiksasikan pipa ET ke wajah bayi dengan plesteratau
dengan pemegang pipa yang dapat di tempelkan ke
wajah bayi. Sebelumya wajah bayi harus dikeringkan.
Larutan benzoin dapat digunakan untuk melindungi
kulit dan mempermudah letaknya plester.
Memberikan Obat-Obatan
⁻ Stimulasi jantung
⁻ Meningkatkan perfusi jaringan
⁻ Memperbaiki keseimbangan asam basa
⁻ Vena umbilikalis
⁻ Vena perifer
⁻ Pipa endotrakeal
Epinefrin
Indikasi
Cara pemberian
Intraven (IV) atau melalui pipa endotrakeal
Efek :
Frekuensi jantung harus naik sampai 100 kali per menit atau
lebih dalam 30 detik setelah epinefrin diberikan melalui infus.
Tindak lanjut
Indikasi
Pemberian
Dosis 10ml/kg.
Efek
Tindak lanjut
Natrium bikarbonat
Tidak ada bukti bahwa obat ini berguna pada fase akut
resusitasi bayi baru lahir.
Indikasi
Dosis
Dosis 2 mEq/kg.
Cara pemberian
Intravena (IV)
Efek
Frekuensi jantun harus meningkat sampai 100 kali atau lebih per
menit dalam 30 detik setelah obat diberikan.
Tindak lanjut
Peringatan
Nalakson hidroklorid
Indikasi
Dosis
Cara pmberian
Efek
Antagonis narkotik
Pernafasan spontan
Tindak lanjut
Pantau pernafasan dan frekuensi jantung dengan ketat.Nalakson
ulang diberikan apabila depresi pernafasan timbul lagi.
Catatan
IV/ET Dapat
diencerkan
dengan
larutan
garam
fisiologis
sampai 1-2
ml apabila
diberikan
melalui
pipa ET
IM, SC
1,0 1 ml 0,1 mg/kg dapat
mg/ml
( 0,1 dilakukan.
ml/kg )
Resusitasi bayi baru lahir dengan sungkup dan tabung resusitator merupakan cara baru
menoling pernafasan bayi baru lahir dengan cepat. Alat ini hanya digunakan untuk
meniupkan udara paru-paru bayi baru lahir. Alat ini tidak menggantikan dan tidak boleh
mengubah langkah-langkah resusitasi yang benar. Tindakan membersihkan jalan nafas
dan langkah-langkah selanjutnya tetap tidaj boleh ditinggalkan.
Dengan alat ini, pertolongan resusoitasi akan lebih baik dan didapatkan beberapa
keuntungan yaitu penolong dapat melihat pergerakan dada bayi dengan lebih jelas, dan
kemungkinan penularan penyakit dari bayi kepada peniolong dapat dicegah.
Komponen alat sungkup dan tabung tampak pada gambar dibawah ini berikut dengan
cara pemangsangannya.
Cara pemeliharaan
1. Alat ini sebaiknya disimpan di tempat kering
2. Alat ini dapat dicuci dengan air hangat dengan sabun.
3. Bagian sungkup silikon dan katup karet dapat direbus atau disterilisasikan pipa
dan peralatan plastik lainnya cukup dicuci dengan sabun.
Cara penggunaan
Tatalaksana resuditasi bayi baru lahir di rumah atau di polindes dengan sungkup dan
tabung .
1. Letakkan bayi dalam sikap terlrntang dan taruhlah sepotong kain yang digulung
dibawah bahu bayi.
2. Penolong berdiri di belakang kepala bayi agar dapat melihat pergerakan dada
bayidan menentukan apakah pergerakan berlangsung berlangsung simestris.
3. Melalui sungkup lihat bahwa hidung dan mulut keduanya tertutup oleh sungkup
dan tidak ada udara yang keluar di sisi sungkup.
4. Pada tiupan pertama perhatian bahwa tidak terjadi perlrbaran (distensi) leher
bayi, bila ada berita terlalu tengadah.
5. Amati pergerakan dada bayi pada saat meniup, upayakan agar seluruh dada juga
bagian pinggir kiri-kanan dada ikut bergerak.
6. Pada kebanyakkan bayi, pernafasan pertama dilakukan dengan tiupan
berkekuatan paling tinggi 20-30 cm air (untuk membiasakan dengan kekuatan
tiupan sebaiknya dilakukan latihan dengan menggunakan botol limun).
7. Segera bayi telah memperlihatkan nafas pertama, tekanan peniupan dapat
dikurangi sampai 20 cm air.
8. Kecepatan bantuan pernafasan 30 kali/menit.
9. Hentikan pernafasan buatan setiap 20-30 kali tiupan untuk memberikan
kesempatan bayi menarik nafas spontan.
10. Bila reaksi terhadap peniupan kurang baik atau tidak terjadi pergerakan dada
bagian atas, periksalah sungkup dan tabung terhadap kebocoran udara dan
perhatikan sikap atau posisi kepala bayi yang sedikit tengadah.
11. Pernafasan buatan dihentikan bila tidak terjadi pernafasan spontan sesudah 20
menit pernafasan buatan dilakukan dan telah dilakukan dan telah dilakukan
penilaian kembali. Bila terdapat denyut jantung dan usaha untuk bernafas
(merintih) lakukan pernafasan buatan untuk 20 menit lagi, tetapi dengan
tekanan yang lebih rendah yaitu 10-20 cm air.
12. Bayi dengan frekuensi denyut jantung rendah disertai upaya bernafas, harus
segera dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan denganm fasilitas yang sesuai.
13. Untuk bayi yang tidak memperlihatkan denyut jantung sesudah 30 menit
pernafasan buatan dilakukan kemungkinan besar sudah meninggal.
Dalam prosedur resusitasi bayi baru lahir prinsip pencegahan infeksi (universal
precaution) harus selalu di pegang teguh. Mengingat cairan tubuh bayi potensial
untuk menularkan penyakit infeksi khususnya hiv (virus AIDS), maka penolong
apabila melakukan resusitasi mulut ke mulut, hati-hati terhadap kemungkinan
infeksi.
1. Prinsip dasar
Gangguan pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh
berbagai sebab. Apabila gangguan pernafasan tersebut di sertrai dengan
tanda-tanda hipoksia (kekurangan O2), maka prognosisnya buruk dan
merupakan penyebab kematian bayi baru lahir, atau seandainya bayi
selamat dan tetap hidup akan beresiko tinggi terjadinya kelainan
neurologis dikemudian hari. Banyak gangguan pernafasan pada bayi baru
lahir yang ditandai dengan distres pernafasan.
Penyebab gangguan pernafasan pada bayi baru lahir antara lain
sebagai berikut :
a) Obstruksi jalan nafas, misalnnya atresia khoana, makroglosia, higroma
koli kistik, trakeomalasia.
b) Penyakit parenkim paru-paru, misalnya penyakit membran
hialain,MAS, atelektasis, transient tachypneu of the new born(TNN),
BPD, pneumonia.
c) Kelainan perkembanagan organ, misalnya agenesis paru-paru, hernia
diagfragmatik, kista intratoraks, TOF, perdarahan paru-paru.
d) Diluar paru-paru (non pulmonary), misalnya payah jantung, kelainan
susunan syaraf pusat, asidosis metabolik, dan asfiksia.
2. Penilaian
Gejala gangguan pernafasan pada bayi baru lahir secara mudah
dapat diketahui dengan cara menghitung frekuiensi pernafasan dan melihat
tarikan dinding iga serta warna kulit bayi (sianosis atau pucat) dan
merintih. Diagnosis banding dapat ditegakan dengan pemeriksaaan
radiologi.
3. Penanganan
a) Menjaga jalan nafas teteap bebas
b) Pencegahan terjadinya hipoksi/asidemia
c) Penanganan/tindakan
d) Pengobatan
e) Rujukan
4. Diagnosis banding gangguan pernafasan bayi baru lahir
D. IKTERUS
PRINSIP DASAR
Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih
tinggi lagi pada neonatus kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat
merupakan suatu gejala fisiologis atau dapat merupakan hal yang patologis,
misalnya pada inkompatibilitas Rhesus dan ABO, sepsis, penyumbatan saluran
empedu, dan sebagainya.
PENILAIAN
Menilai kira – kira kadar bilirubin
Pengamatan ikterus kadang – kadang agak sulit apalagi dalam cahaya
buatan. Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dan
dengan menekan sedikit kulit yang akan diamatai untuk menghilangkan
warna karena pengaruh sirkulasi darah.
Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang merupakan
resiko terjadinya kern-icterus, misalnya kadar bilirubin bebas : kadar
bilirubin 1 dan 2, atau secara klinis ( kramer lihat lampiran penilaian
ikterus ) dilakukan di bawah sinar biasa ( daylight).
Sebaiknya penilaian ikterus dilakukan secara laboratoris, apabila fasilitas
tidak memungkinkan dapat dilakukan secara klinis.
Gambar : daerah kulit bayi yang berwarna kuning untuk penerapan rumus
kramer
PENANGANAN
Mencegah terjadinya kern-icterus (ensefalopati biliaris)
1. Dalam hal ini yang penting ialah pengamatan yang ketat dan cermat
perubahan peningkatan kadar ikterus/ bilirubin bayi baru lahir,
khususnya ikterus yang kemungkinan besar menjadi patologis, yaitu:
2. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama.
3. Ikterus dengan kadar bilirubin > 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan
atau > 10 mg% pada neonatus kurang bulan.
4. Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin > 5 mg%/hari.
Mengatasi hiperbilirubinemia
10 - Transf Terap
14 usi i
tukar* sinar
bila
hemol
isis
>20 Trans Tu
fusi kar
*
TANDA – Warna kuning pada kulit dan sklera mata ( tanpa hepatomegali, perdarahan ku
TANDA dan kejang - kejang
KATEGORI
NORMAL Fisiologik Patologik
PENILAIAN
1
1. Daerah ikterus sampai 1 samp
( rumus Kramer) 1 1+2 4 1 sampai 5 5
2. kuning hari
ke: 1-2 >3 >3 >3 >3
11 - 15 > 20 m
3. kadar bilirubin ≤ 5 mg% 5 - 9 mg % mg% > 15 - 20 mg% %
PENANGANAN
Bidan atau Terus 1. Jemur di matahari pagi jam 7 - 9 selama 10 menit. 1. ruju
Puskesmas diberi ASI ke rum
2. Badan bayi telanjang, mata ditutup sakit
3. terus di beri ASI 2. bany
4. Banyak minum minum
Rumah Sakit Sama
dengan di Sama dengan di Terapi
atas atas sinar Terapi sinar
1. Periksa golongan darah ibu dan bayi.
2. Periksa kadar bilirubin.
Nasihat bila Waspadai bila kadar
semakin kuning, Tuka
bilirubin naik > 0,5 mg/jam
kembali darah
coomb's test
Perdarahan tali pusat adalah perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul
sebagai akibat dari pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses
pembentukan trombus normal. Selain itu, perdarahan pada tali pusat juga bisa
sebagai petunjuk adanya penyakit pada bayi.
Perdarahan tali pusat dapat terjadi karena robekan umbilkus, robekan pembuluh
darah, setelah plcenta previa, dan abrupsio placenta.
a. Partus presipitatus
a. Pembuluh darah abdomen yang mudah pecah karena dindingnya tipis dan
tidak ada perlindungan jely wharton.
b. Insersi velamentosa tali pusat, yaitu pecanya pembuluh darah pada
percabangan tali pusat sampai ke membran tempat masuknya plasenta.
Umbilikus dengan kelainan insersi ini sering terdapat pada kehamilan ganda.
a. Ikatan tali pusat lepas atau klem pada tali pusat lepas tapi masih menempel
pada tali pusat.
c. Ada cairan yang keluar dari tali pusat. Cairan tersebut bisa berwarna kuning,
hijau, atau darah.
4. Faktor Resiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya PDVK antara lain ibu yang selama
kehamilan mengkonsumsi obat-obatan yang mengganggu metabolisme vitamin
K seperti, obat antikoagulan oral (warfarin), obat-obat antikonvulsan
(fenobarbital, fenitoin, karbamazepin), obat-obat antituberkulosis (INH,
rifampicin), sintesis vitamin K yang kurang oleh bakteri usus (pemakaian
antibiotik, khususnya pada bayi kurang bulan), gangguan fungsi hati (kolestasis),
kurangnya asupan vitamin K dapat terjadi pada bayi yang mendapat ASI
eksklusif, karena ASI memiliki kandungan vitamin K yang rendah yaitu <20 ug/L
bila dibandingkan dengan susu sapi yang memiliki kandungan vitamin K 3 kali
lipat lebih banyak (60 ug/L). Selain itu asupan vitamin K yang kurang juga
disebabkan sindrom malabsorpsi dan diare kronik.
1. Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi pada tali
pusat.
a. Jaga agar tali pusat tetap kering setiap saat. Kenakan popok di bawah tali
pusat.
b. Biarkan tali pusat terbuka, tidak tertutup pakaian bayi sesering mungkin.
c. Bersihkan area di sekitar tali pusat. Lakukan setiap kali Anda mengganti
popok. Gunakan kapas atau cotton bud dan cairan alkohol 70% yang dapat dibeli
di apotek.
d. Angkat tali pusat dan bersihkan tepat pada area bertemunya pangkal tali
pusat dan tubuh. Tidak perlu takut hal ini akan menyakiti bayi Anda. Alkohol
yang digunakan tidak menyengat. Bayi akan menangis karena alkohol terasa
dingin. Membersihkan tali pusat dengan alkohol dapat membantu mencegah
terjadinya infeksi. Hal ini juga akan mempercepat pengeringan dan pelepasan
tali pusat.
e. Jangan basahi tali pusat sampai tidak terjadi pendarahan lagi. Tali pusat
akan terlepas, dimana seharusnya tali pusat aka terlepas dalam waktu 1-2
minggu. Tapi, yang perlu diingat adalah jangan menarik tali pusat, walaupun
sudah terlepas setengah bagian.
f. Hindari penggunaan bedak atau losion di sekitar atau pada tali pusat.
2. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien untuk
dilakukan rujukan. Hal ini dilakukan bila terjadi gejala berikut:
F. KEJANG
PrinsipDasar
Kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena bentuknya berbeda
dengan kejang pada anak atau orang dewasa. Hal ini disebabkan karena
ketidakmatangan organisasi korteks pada bayi baru lahir. Kejang umum tonik-
klonik jarang pada bayi baru lahir. Manifestasi kejang padabayi baru lahir dapat
berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang, tiba-tiba menangis melengking, tonus
otot hilang disertai atau tidak dengan hilangnya, kesadaran, gerakan yang tidak
menentu (involuntary movements), nystagmus atau mata mengedip-ngedip
proksimal, gerakan seperti mengunyah dan menelan (fenomena oral dan bukal),
bahkan apnu. Oleh karena manifestasi klinik yang berbeda-beda dan bervariasi,
seingkali kejang pada bayi baru lahir tidak dikenali oleh yang belum
berpengalaman. Dalam prinsip, setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru
lahir apabila berlangsung berulang-ulang dan periodik, harus dipikirkan
kemungkinan merupakan manifestasi kejang.
Etiologi
a. Komplikasi perinatal
b. Kelainan metabolism
1) Hipoglikemia
2) Hipokalsemia
3) Hypomagnesemia
4) Hyponatremia
5) Hypernatremia
6) Hyperbilirubinemia
7) Ketergantungan piridoksin
8) Kelainan metbolisme asam amino
c. Infeksi
Dapat disebabkan oleh bakteri dan virus termasuk TORCH
d. Ketergantungan obat
e. Polisitemia
f. Penyebab yang tidak diketahui (3 – 25%)
Penilaian
Penilaian untuk membuat diagnosis antara lain dilakukan dengan urutan sebagai berikut
a. Anamnesis yang teliti tentang keluarga, riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan
kelahiran
1) Riwayat kehamilan
a) Bayi kecil untuk masa kehamilan
b) Bayi kurang bulan
c) Ibu tidak disuntik toksoid tetanus
d) Ibu menderita diabetes mellitus
2) Riwayat persalinan
a) Persalinan pervaginam dengan tindakan (cunnam, ekstraktorvakum)
b) Persalinan presipitatus
c) Gawat janin
3) Riwayat kelahiran
a) Trauma lahir
b) Lahir asfiksia
c) Pemotongan tali pusat dengan alat
b. Pemeriksaan kelainan fisik bayi baru lahir
1) kesadaran (normal, apatis, somnolen, spoor, koma)
2) suhu tubuh (normal, hipertermia, atau hipotermia)
3) tanda-tanda infeksi lainnya
c. Penilaian kejang
1) Bentuk kejang
Gerakan bola mata yang abnormal, nystagmus, kedipan mata paroksismal,
gerakan mengunyah, gerakan otot-otot muka, timbulnya apnu yang episode,
adanya kelemahan umum yang periodik, tremor, jitterness, gerakan klonik
sebagai ekstremitas, tubuh kaku
2) Lama kejang
3) Apakah pernah terjadi sebelumnya
d. Pemeriksaan laboratorium
1) Punksi lumbal
2) Punksi subdural
3) Gula darah
4) Kadar kalsium (Ca++)
5) Kadar magnesium
6) Kultur darah
7) TORCH
Tabel : Kelainan fisik dan diagnosis banding kejang pada bayi baru lahir
Kelainan fisik Diagnosis banding
Penanganan
Prinsip dasar tindakan mengatasi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut :
1. Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang (misalnya Diazepam,
Fenobarbital, Fenitoin/Dilantin)
2. Menjaga jalan nafas tetap bebas (perhatikan ABCD resusitasi)
3. Mencari faktor penyebab kejang (perhatikan riwayat kehamilan, persalinan dan
kelahiran, kelainan fisik yang ditemukan, bentuk kejang, dan hasil laboratorium)
4. Mengobati penyebab kejang (mengobati hipoglikemia, hipokalsemia, dan lain-lain)
Prognosis
Prognosis akibat kejang pada bayi baru lahir tergantung dari penyebabnya yang dapat
dilihat dalam tabel.
Kelainan Saraf Perkembangan Normal
G. HIPOTERMIA
A. HIPOTERMIA
1. Prinsip Dasar
Suhu normal byi baru lahir berkisar 36,5°C-37,5°C (suhu ketiak).
Gejala awal hipotermia apabila suhu < 36,5°C atau kedua kaki atau
tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi
sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32°C-36°C). Disebut
hipotermia kuat bila suhu tubuh < 32°C. Untuk mengukur hipotermia
diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang
dapat mengukur sampai 25°C. Disamping sebagai suatu gejala ,
hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan
kematian. Hipotermia menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh
darah, yang menyebabkan terjadinya metabolik anerobik, meningkatkan
kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoksemia dan berlanjut dengan
kematian
2. Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir
a) Radiasi : Dari objek ke panas bayi.
Contoh : timbangan bayi dingin tanpa alas
b) Evaporasi : Karena penguapan cairan yang melekat pada kulit.
Contoh : air ketuban pada tubuh bayi baru lahir,
tidak cepat dikeringkan
c) Konduksi : Panas tubuh diambil dari suatu permukaan yang
melekat ditubuh
Contoh : pakaian bayi yang basah tidak cepat
diganti
d) Konveksi : Penguapan dari tubuh ke udara
Contoh : angin disekitar tubuh bayi baru lahir
3. Gejala hipotermi bayi baru lahir
a) Bayi tidak minum/menetek
b) Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
c) Tubuh bayi teraba dingin
d) Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh
bayi mengeras (sklerema).
4. Tanda-tanda hipotermia
a) Tanda-tanda hipotermia sedang (stres dingin)
1) Aktivitas berkurang, letargis
2) Tangisan lemah
3) Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)
4) Kemampuan menghisap lemah
5) Kaki teraba dingin
b) Tanda-tanda hipotermia berat (cedera dingin)
1) Sama dengan hipotermia sedang
2) Bibir dan kuku kebiruan
3) Pernafasan lambat
4) Pernafasan tidak teratur
5) Bunyi jantung lambat
6) Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemi dan asidosis metabolik
c) Tanda-tanda stadium lanjut hipotermi
1) Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
2) Bagian tubuh lainnya pucat
3) Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada
punggung, kaki dan tangan (sklerema)
5. Penanganan hipotermia bayi baru lahir
a) Bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali meninggal.
Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi
didalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
b) Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap
orang adalah menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi
diletakkan telungkup di atas dada ibu agar terjadi kontak kulit
langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh
ibu dan bayi harus berada dalam satu pakaian (merupakan
ertttttteknologi tepat guna baru) disebut sebagai Metode Kanguru.
Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar berkancing depan,
c) Bial tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang
disetrika terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi
dan ibu. Lakukan berulangkali sampai tubuh bayi hangat
d) Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi
harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak
menghisap, diberi infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.
H.HIPERTERMIA
1. Prinsip dasar
Lingkungan yang panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini
terjadi bila bayi diletakkan didekat api atau dalam ruangan yang berudara
panas.
2. Penilaian hipertermia bayi baru lahir
Gejala hipertermia bayi baru lahir :
a) Suhu tubuh bayi > 37,5°C
b) Frekuensi pernafasan bayi > 60/menit
c) Tanda-tanda dehidrasi, yaitu berat badan menurun, turgor kulit
kurang, banyaknya air kemih berkurang.
3. Penanganan hipertermia bayi baru lahir
a) Bayi dipindahkan keruangan yang sejuk dengan suhu kamar seputar
26°C - 28°C
b) Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu tubuh bayi
normal (jangan menggunakan air es)
c) Berikan cairan dekstrose : NaCl = 1 : 4 secara intravena sampai
dehidrasi teratasi
d) Antibiotika diberikan apabila ada infeksi
4. Bagan penanganan hipotermia neonatorum
PRNANGANANA
Keringkan bayi daengan handuk hangat
Memberikan lingkungan hangat dengan cara
kontak kulit ke kulit (metode kanguru) dan/
bungkus bayi baru lahir dengan kain hangat
Kepala bayi ditutupi topi
Kain yang basah secepatnya diganti dengan
Bidan atau Puskesmas
yang kering dan hangat
Sering disusui
Hipotermia berat
rujuk kerumah
sakit
Hipotermia beart
infus Dekstrose
10%
I.HIPOGLIKEMIA
Untuk setiap neonatus manapun, kadar glukosa <40-45mg/dL dianggap tidak normal
Menurut WHO hipoglikemi adalah bila kadar glukosa/gula darah <47 mg/dL
Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah konsekuensi yang serius
Penyebab dan mekanisme hipoglikemia
Janin yang mengalami pertumbuhan janin terhambat(PJT) atau kecil masa kehamilan
Malposisi kateter UA
Lain-lain
Insufisiensi adrenal
Sepsis
Transfusi tukar
Insiden
Prematuritas, hal ini terkait dengan penyimpanan glikogen hati, protein otot rendah,
asuoan tidak adekuat, hipotermi, asfiksia dan lemak badan yang tidak cukup
Ibu DM (75%)
Batasan
Timbul bila kadar glukosa serum lebih rendah daripada kisaran bayi normal sesuai usia
pasca lahir
Bayi atterm BB 2500 gr : gula darah <30 mg/dl : 72 jam, selanjutnya 40mg/dl
Faktor resiko
BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen hati dan lemak
tubuh
Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi cadangan
kalori
Neonatus puasa
Diagnosis
Pemantauan glukosa di tempat tidur adalah tindakan tepat untuk penapisan dan deteksi
awal
Hipoglikemia harus dikonfirmasi oleh nilai serum dari laboratorium jika memungkinkan
Anamnesis
Manifestasi klinis
Kasus bisa menunjukan gejala ataupun tidak. Kecurigaan tinggi harus selalu diterapkan
dan selalu antisipasi hipoglikemia pada neonatus dengan faktor risiko
Tremor
Sianosis
Apatis
Kejang
Apnea intermitten
Tangisan lemah/melengking
Letargi
Kesulitan minum
Keringat dingin
Pucat
Hipotermi
Muntah
Penatalaksanaan
Kemudian setiap 2-4 jam selama 48 jam atau sampai pemberian minum berjalan baik
dan kadar glukosa normal tercapai
Pencegahan hipoglikemia
Neonatus yang berisiko tinggi harus dipantau nilai glukosanya sampai asupannya penuh
dan 3x pengukuran normal sebelum pemberian minum berada diatas 45 mg/dL
Jika ini gagal, terapi intravena dengan glukosa 10% harus dimulai dan kadar glukosa
dipantau
Perawatan hipoglikemia
Koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg dengan dekstrosa 10% = 2 cc/kg dan diberikan
melalui intravena selama 5 menit dan diulang sesuai keperluan
Infus tak terputus (continual) glukosa 10% dengan kecepatan 6-8 mg/kg/menit harus
dimulai
6x berat (Kg)
Pemantauan glukosa ditempat tidur (bed side) secara sering diperlukan untuk
memastikan bahwa neonatus mendapatkan glukosa yang memadai
Ketika pemberian makan telah dapat ditoleransi dan nilai pemantauan glukosa di tempat
tidur (bed side) sudah normal maka infus dapat diturunkan secara bertahap. Tindakan ini
mungkin memerlukan waktu 24-48 jam atau lebih untuk menghindari kambuhnya
hipoglikemia
J.TETANUS NEONATORUM
A.Prinsip Dasar
Penyakit Tetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi
berusia kurang dari 1 bulan) yang disebabkan oleh Clostridium Tetani,yatu kuman yang
mengeluarkan toksin atau racun yang menyerang sistem saraf pusat.
Sepora kuman terebut masuk kedalam tubuh bayi melalui pintu masuk satu
satunya,yaitu tali pusat,yang dapat terjadi pada saat pemotongan tali pusat ketika bayi
lahir maupun pada saat perawatannya sebelum puput (terlepasnya tali pusat).Maka
inkubasi 3 sampai 28 hari,rata-rata 6 hari.Apabila masa inkubasi kurang dari 7
hari,biasanya penyakit lebih parah dn angka kematian tinggi.
Angka kematian kasus (Case Fatality Rate atau CFR) sangat tinggi.Pada kasus Tetanus
Neonatorum yang tidk di rawat,angka nya mendekati 100%,terutama yang mempunyai
masa inkubasi kurang dari 7 hari.Angka kematian kasus tetanus neonatorum yang di
rawat di rumah sakit Indonesia berfariasi dengan kisaran 10,8-55%.
1. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoit (TT) pada ibu hamil tidak di lakukan,atau
tidak lengkap,atau tidak sesuai dengan ketentuan program.
2. Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat-syarat “3 Bersih”.
3. Perawatan tali pusat tidak memenuhi persyaratan kesehatan.
Kekebalan terhadap tetanus hanya dapat di peroleh melalui imunisasi TT.Sembuh dari
penyakit tetanus tidak berarti dari seorang bayi selanjutnya kebal terhadap
tetanus,toksin tetanus dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit
tetanus,tidak cukup untuk merangsang tubuh penderita dalam membentuk zat anti
(antibody) terhadap tetanus.Itulah sebabnya seorang bayi penderita tetanus harus
menerima imunisasi TT pada saat diagnosis dan atau setelah sembuh.
Imunisasi TT pada ibu hamil di berikan 2 kali (2 dosis),jarak pemberian TT pertama dan
kedua,serta jarak TT kedua dengan saat kelahiran,sangat menentukan kadar antibody
tetanus dalam darah bayi.Semakin lama interval antara pemberian TT pertama dan
kedua,serta antara TT kedua dengan kelahiran bayi,maka kadar antibody tetanus dalam
darah bayi akan semakin tiggi karena interval yang panjang akan mempertinggi respon
imunologik dan diperoleh cukup waktu untuk menyeberangkan antibody tetanus dalam
jumlah yang cukup dari tubuh ibu hamil ke tubuh bayinya.
TT adalah antigen yang sangat aman dan jug aman untuk wanita hamil.Tidak ada bahaya
bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT.Pada ibu hamil yang
mendapatkan imunisasi TT tidak di dapatkan perbedaan resiko cacat bawaan ataupun
abortus dengan mereka yang tidak mendapatkan imunisasi.
PENILAIAN
1. Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang otot
rahang dan faring (tenggorokan).
2. Mulut bayi mencucu seperti mulut ikan
3. Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya,suara dan sentuhan
4. Kadang-kadang di sertai sesak nafas dan wajah bayi membiru
1. Bayi lahir hidup,dapat menangis dan menetek dengan normal minimal 2 hari.
2. Pada bulan pertama kehidupan timbul gejala sulit menetek disertai kekakuan
dan atau kejang otot.
PENANGANAN
Dalam Kehamilan
Hipertensi esensial
Adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ini termasuk juga
hipertensi ringan.
Gejalanya :
Biasanya tidak terasa ada keluhan dan pusing atau berat ditekuk kepala.
Penanganannya :
Memantau tekanan darah apabila diketahui tinggi dan mengurangi segala sesuatu
yang bisa menyebabkan tekanan darah naik seperti : gaya hidup, diet dan
psikologis.
- Diabetes mellitus
- Faktor herediter
- Masalah vaskuker
Penanganan :
Preeklampsia
Proteinuria adalah tanda yang penting pada preeklampsia, tidak adanya tanda ini
akan membuat diagnosa preeklampsia dipertanyakan. Proteinuria jika kadarnya
lebih dari 300 mg dalam urine 24 jam atau lebih dari 100 mg dalam urin 6 jam.
Ibu hamil mana pun dapat mengalami preeklampsia. Tapi,umumnya ada beberapa
ibu hamil yang lebih berisiko, yaitu :
Ibu yang pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya akan ada
kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya
Sayangnya penyebab preeklampsia sampai saat ini masih merupakan misteri. Tak
bisa diketahui dengan pasti, walaupun penelitian yang dilakukan terhadap
penyakit ini sudah sedemikian maju. Yang jelas, preeklampsia merupakan salah
satu penyebab kematian pada ibu hamil, di samping infeksi dan perdarahan.
Kondisi preeklampsia sangat kompleks dan sangat besar pengaruhnya pada ibu
maupun janin. Gejalanya dapat dikenali melalui pemeriksaan kehamilan yang
rutin. Kendati tak jarang si ibu merasa dirinya sehat-sehat saja.
Preeklampsia biasanya muncul pada trimester ketiga kehamilan. Tapi bisa juga
muncul pada trimester kedua. Bentuk nonkompulsif dari gangguan ini terjadi pada
sekitar 7 % kehamilan. Gangguan ini bisa terjadi sangat ringan atau parah.
Gambaran klinik
Dua gejala yang sangat penting preeklampsia adalah hipertensi dan proteinuria
Tekanan darah
Proteinuria
Nyeri kepala
Sering didaerah frontal dan kadang-kadang oksipital yang tidak sembuh dengan
analgetik biasa
Nyeri epigastrium
Gangguan penglihatan
1. Preeklampsia ringan
2. Preeklampsia berat
Oliguria
Hiperrefleksia
Gangguan penglihatan
Nyeri epigastrium
Jika kehamilan < 37 minggu dan tidak ada tanda-tanda perbaikan lakukan
penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :
Diet biasa
- Diet biasa
- Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat oedema paru, dekompensasi kordis
atau gagal ginjal akut
1. Penanganan aktif
- Adanya syndrome HELLP (haemolysis elevated liver enzymes and low platelet)
atau kegagalan penanganan konservatif
2. Penanganan konservatif
Eklampsia
Eklampsia didiagnosa jika kejang yang timbul dari hipertensi yang diinduksi
dengan kehamilan atau hipertensi yang diperberat dengan kehamilan.
Penyebab kematian ibu : Perdarahan otak, dekompensasi kordis dan edema paru
Penanganan Eklampsia
Penanganan kejang :
Janin yang dikandung ibu hamil pengidap preeklampsia akan hidup dalam rahim
dengan nutrisi dan oksigen di bawah normal. Keadaan ini bisa terjadi karena
pembuluh darah yang menyalurkan darah ke plasenta menyempit.
Karena buruknya nutrisi, pertumbuhan janin akan terhambat sehingga terjadi bayi
dengan berat lahir yang rendah. Bisa juga janin dilahirkan kurang bulan
(prematur), biru saat dilahirkan (asfiksia), dan sebagainya.
Pada kasus preeklampsia yang berat, janin harus segera dilahirkan jika sudah
menunjukkan kegawatan. Ini biasanya dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu
tanpa melihat apakah janin sudah dapat hidup di luar rahim atau tidak. Tapi,
adakalanya keduanya tak bisa ditolong lagi.
Dokter tak akan membiarkan penyakit ini berkembang makin parah. Bila perlu,
tanpa melihat usia kehamilan, persalinan dapat dianjurkan atau kehamilan dapat
diakhiri. Tergantung keadaan, persalinan dilakukan dengan induksi atau bedah
caesar.
a. Pengertian
Anemia ialah suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin atau jumlah
eritrosit dalam darah kurang dari nilai standar (normal).
Pada kehamilan jumlah darah bertambah banyak, yang disebut hidremia dan
hipervolemia pertambahan dari sel-sel darah kurang, bila dibanding dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut
berbanding sebagia berikut :
Plasma 30 %, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.
Proses bertambahnya jumlah darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan
umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32-36 minggu.
Seorang wanita hamil yang memiliki Hb < 11gr% dapat disebut penderia anemia
dalam kehamilan. Pemeriksaan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah
rutin selama pengawasan antenatal. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3
bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama pada triwulan pertama
dan sekali lagi pada triwulan akhir
b. Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan, Persalinan dan Nifas
1. Keguguran
2. Partus prematurus
3. Partus lama karena inersia uteri
4. Perdarahan post Jartum karena atonia uteri
5. Syok
6. Infeksi, baik intrapartum maupun postpartum
8. Anemia yang sangat berat adalah Hb dibawah 4 gr% terjadi payah jantung,
yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan bisa fatal
c. Pengaruh Anemia Terhadap Hasil Konsepsi :
Hasil konsepsi (janin, placenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah
untuk pembuatan butir-butir darah merah besar dan pertumbuhannya, yaitu
sebanyak berat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh besi dalam tubuh.
Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan zat besi
dalam hati, limpa, dan sum-sum tulang. Selama masih mempunyai cukup
persediaan zat besi, Hb tidak akan turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan
turun. Ini terjadi pada bulan ke 5-6 kehamilan, pada waktu janin membutuhkan zat
besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap konsepsi ádalah :
1.Kematian mudigah (Keguguran)
2. IUFD
3. Prematuritas
4. Kematian janin waktu lahir (stillbirth)
5. Dapat terjadi cacat-bawaan
d. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan
1. Anemia defisiensi besi (62,3%)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia akibat
kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurangnya masukan
unsur besi dalam makanan karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau
karena terlampau banyaknya besi keluar dari badan, misalnya karena perdarahan.
Kebutuhan zat besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester
terakhir. Apabila masuknya zat besi tidak ditambah, maka akan mudah terjadi
anemia defisiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar
Pencegahan :
Didaerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya wanita hamil
diberi sulfasferosus cukup 1 tablet sehari. Selain itu wanita dinasehatkan pula
untuk makan lebih banyak protein dan sayur –sayur yang banyak mengandung
mineral dan vitamin
2. Anemia megaloblastik (29,0%)
Biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa. Terjadi akibat kekurangan asam
folat, jarang sekali akibat karena kekurangan Vitamin B12. Biasanya karena
malnutrisi dan infeksi yang kronik.
Penanganan :
Pemberian asam folat, biasanya bersamaan dengan pemberian Sulfas ferosus
Ditemukan pada wanita yang tidak mengkonsumsi sayuran segar atau kandungan
protein tinggi
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus
ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar
kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Banyak masalah pada bayi baru lahir yang
berhubungan dengangangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali. Masalah
pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal.
Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul
sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai,
manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya perawatan bayi baru
lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan
hidup yang kecil. Yang termasuk neonatus resiko tinggi yaitu diantaranya BBLR, asfiksia
neonatorum, Sindrom gangguan pernafasan, Ikterus, Perdarahan tali pusat, Kejang,
Hipotermi, Hipertermi, Hipoglikemia, Tetanus neonatorum, dan Penyakit yang diderita
ibu selama kehamilan.
B.Saran
Semoga makalah ini bisa membantu mahasiswa lebih banyak mengerti tentang materi
Neonatus Resiko Tinggi dan Penatalaksanaannya sehingga memudahkan mahasiswa
dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
http://witasurvinasari.wordpress.com/2015/03/30/neonatus-resiko-tinggi-dan-
penatalaksanaan-nya-bblr/amp/
diakses pada hari rabu tanggal 27 September 2017 pukul 15.30 WIB
http
MAKALAH ASKEB NEONATUS
OLEH :
Aisyah Nur Khoti mah (P27224016055) Indah Khakim Y A
(P27224016076)
Amri Khoiroh ( P27224016057) Irma Ratna W
(P27224016078)
Ana Fitriyani (P27224016060) Novita Damayanti
(P27224016086)
Ayuningtyas Risa P (P27224016062) Rahajeng P
(P27224016090)
Chaerina Agustiani (P27224016064) Shilouette Jingga
(P27224016095)
Elisa Prida Krisiani (P27224016068) Siti Gianu Arisma
(P27224016096)
Erny Setyowati (P27224016070) Siti Susilowat I
(P27224016097)
Ike Pujiastuti (P27224016075) Yati Efendi
(P27224016101)
Yuli Afrian SarI (P27224016103)