Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK II
KURNIA HARIANI
NAZAMUDIN
RISKA WIJAYANTI
SYAHRONI SAJALI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
Keperawatan Jiwa 2 dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Kasus Khusus : Post
Partum Blues”. Kami berterima kasih kepada Ibu Ni Made Sumartyawati,
S.Kp.,M.Kep Selaku pembimbing yang telah memberikan arahan kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saat ini dalam setiap menit, setiap hari, seorang ibu meninggal
disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, kematian,
persalinan dan nifas. Organisasi Kesehatan dunia ( WHO ) melaporkan bahwa
kematian ibu diperkirakan sebanyak 500.000 kematian disetiap tahun
diantaranya 99% di negara berkembang. Indikator derajat kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat adalah menurunkan angka kematian maternal dan
perinatal. Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih tinngi.
Angka kejadian baby blues atau postpartum blues di Asia cukup tinggi
dan bervariasi antara 26-85%, sedangkan di Indonesia angka kejadian baby
blues atau postpartum blues antara 50-70% dari wanita pasca persalinan
(Munawaroh, 2008).
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
3. Letting go
a. Terjadi setelah ibu pulang kerumah dan sangat berpengaruh
terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga
b. Ibu mengambil tangguang jawab terhadap perawatan bayi. Ia
harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat
tergantung, yang menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam
kebebasan dan berhubungan sosial
c. Pada periode ini umumnya terjadi depresi postpartum
(Bahiyatun, 2009 : 64-65)
C. ETIOLOGI
1. Faktor hormonal berupa perubahan kadar esterogen, progeteron,
prolaktin dan estriol yang terlalu rendah. Kadar esterogen turun secara
bermakna setelah melahirkan, ternyata esterogen memiliki efek supresi
aktifitas enzim nonadrenalin maupun serotin yang berperan dalam
suasana hati dan depresi.
2. Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan
pada emotional seperti payudara bengkak, nyeri jahitan, rasa mules.
3. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional
yang kompleks
4. Faktor umur dan paritas (jumlah anak)
5. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
6. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat
pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat
gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi
7. Kecukupan dukungan dari lingkungannya ( suami, keluarga dan reman ).
Apakah suami mendukung kehamilan ini, apakah suami mengerti
perasaan istri, apakah suami/keluarga/teman memberikan dukungan fisik
dan moril misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tangga,
membantu mengurus bayi, mendengarkan keluh kesah ibu
8. Stress dalam keluarga missal faktor ekonomi memburuk, peroalan
dengan uami, problem dengan mertua atau orang tua
9. Stress yang dialami wanita itu sendiri misalnya ASI tidak keluar, frustasi
karena bayi tidak mau tidur, nangis dan gumoh, stress melihat bayi sakit,
rasa bosan dengan hidup yang dijalani
10. Kelelahan pasca melahirkan
11. Perubahan peran yang diambil ibu. Sebelumnya ibu adalah seorang istri
tetapi sekarang sekaligus berperan sebagai ibu dengan bayi yang sangat
tergantung padanya
12. Rasa memiliki bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut yang
berlebihan akan kehilangan bayinya
13. Problem anak, setelah kelahiran bayi, kemungkinan timbul rasa cemburu
dari anak sebelumnya sehingga hal tersebut cukup menggangu emosional
ibu. ( Suherni ett all, 2009 : 93-94 )
D. PATHWAYS
Perubahan psikologi
Sensitivitas
Penambahan keluarga baru
Perubahan emosi
Kebutuhan bertambah
menangis
G. PENATALAKSANAAN
( http://www.ibudanbalita.com/pojokcerdas/depresi-pasca-melahirkan-
dan-baby-blues/5 )
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diluar negri skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah
merupakan acuan pelayanan pasca persalinan yang rutin dilakukan. Untuk
melakukan skrining ini dapat dipergunakan alat bantu berupa Edineburgh Postnatal
Depression Scale (EDPS) yaitu kuesioner yang dengan validita yang teruji yang
dapat mengukur intensitas perubahan suasana depresi selam 7 hari pasca persalinan.
Pertanyaan-pertanyaan berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan
bersalah serta mencakup hal-hal yang terdapat pada postpartum blues atau baby
blues. Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan dimana setiap pertanyaan memiliki 4
pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dam harus dip[ilih satu sesuai dengan
gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin aat ini. Pertanyaan harus dijawab
sendiri oleh ibu dan rat-rata dapat diselesaiakan dalam waktu 5 menit. Alat ini juga
telah diuji validitasinya di beberapa Negara seperti Belanda, Swedia, Australia,
Italia, dan Indonesia. Edinburgh Postnatal Depression Scale dapat dipergunakan
dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan dpat diulangi
pengisiannya 2 minggu kemudian. (Suherni ett all, 2009 : 96)
I. PENCEGAHAN
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko baby blues :
9. Dukungan emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga akan membantu
Anda dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada
mereka bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan Anda, hingga
Anda merasa lebih baik
10. Dukungan kelompok depresi post partum
Dukungan terbaik dating dari orang-orang yang ikut mengalami dan
merasakan hal yang sama dengan Anda. Carilah informai menganai
adanya kelompok depresi postpartum yang bias Anda ikuti, sehingga
Anda tidak merasa sendirian menghadapi persoalan ini.
(Siti saleha, 2009 : 67-69)
BAB III
A. PENGKAJIAN
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk
dilakukan oleh perawat perinatal. Rencana keperawatan harus
merefleksikan respons perilaku yang diharapkan dari gangguan tertentu.
Rencana individu didasarkan pada karakteristik wanita dan keadaannya
yang spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga dapat mengalami
gangguan emosional akibat perilaku wanita tersebut.
Pengkajian klien post-partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat
dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang baru.
Pengkajiannya meliputi :
1. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, medical record, dan lain-lain.
2. Dampak pengalaman melahirkan ;
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk
memeriksa proses kelahiran itu sendiri dan melihat kembali perilaku
mereka saat hamil dalam upaya retropeksi diri (Kondrat, 1987).
Selama hamil ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu
rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang
mencakup kelahiran pervaginam dan beberapa intervensi medis.
Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari
yang diharapkan ( misalnya induksi, anastesi epidural, kelahiran
sesar ), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai
yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua
tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi
adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
3. Citra diri ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri. Citra tubuh
dan seksualitas ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan
tubuhnya selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku dan
adaptasinya dalam menjadi orangtua. Konsep diri dan citra tubuh ibu
juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan-perasaan yang
berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah seringkali
menimbulkan kekahwatiran pada orang tua baru. Ibu yang
melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai hubungan seksual
karena merasa takut nyeri atau takut bahwa hubungan seksual akan
menganggu penyembuhan jaringan perineum.
4. Interaksi Orang Tua – Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi
evvaluasi interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua
terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku
maladaptive. Baik ibu maupun ayah menunjukan kedua jenis
perilaku. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi
orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik. Kualitas
keibuan ataau kebapaan pada perilaku orang tua membantu
perawatan dan perlindungan anak. Tanda-tanda yang menunjukan
ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan,
saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan
proses untuk menegakkan hubungan mereka.
5. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi
realistis orang tua terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir
dengan keterbatasan kemampuan mereka, respon social yang tidak
matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukan perilaku
yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran
bayinya dank arena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan
bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya
melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan kemudian
menenangkan bayinya dan ketika mereka dapat membaca gerakan
bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi.
Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orangtua tidak
sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak dapat merasakan
kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi-bayi ini
cendrung akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa
teratrik untuk melihat anaknya. Tugas merawat anak seperti
memandikan atau menganti pakaian dipandang sebagai sesuatu yang
menyebalkan. Orang tua tidak mampu membedakan cara berespon
terhadap tanda yang disampaikan oleh bayi, seperti rasa lapar, lelah
keinginan untuk berbicara dan kebutuhan untuk dipeluk dan
melakukan kontak mata, tampaknya sukar bagi mereka untuk
menerima anaknya sebagai anak yang sehat dan gembira.
6. Struktur dan Fungsi Keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pasa pasien post
aprtum blues ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga.
Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu sangat
dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan
keluarga lain, dan anak-anak lain. Perawat/bidan dapat membantu
meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji
kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga
dan membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah
tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Koping individu tidak efektif
2. Ansietas
3. Gangguan pola tidur
4.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnose Tujuan dan Intervensi
keperawatan kriteria hasil
1. Koping individu tidak NOC
efektif · Decision making
Definisi ·: Role inhasmet
Ketidakmampuan untuk
· Sosial support
membentuk penilaian
valid tentang stressor, Kriteria hasil :
ketidakadekuatan 1. Mengidentifikasi