Você está na página 1de 27

Setelah dilakukan pengamatan pada warna, struktur, serta tekstur pada

batuan, dapat ditentukan penamaan pada batuan tersebut menggunakan


klasifikasi Grabau (1904), Folk (1959), Folk (1962), Dunham (1962), dan
Embry-Klovan (1971). Klasifikasi Grabau (1904) ditentukan menurut ukuran
butirnya, yaitu pasir sangat kasar yaitu dengan ukuran 1 – 2 mm, sehingga
diketahui nama batuan tersebut calcarenite (Grabau, 1904). Klasifikasi Folk
(1959) ditentukan dari keterdapatan semen sparit serta jenis fragmen klastik
karbonat, intrasparite (Folk, 1959).

Gambar 4.2 Batuan Peraga A-1 pada klasifikasi Folk, 1959


Klasifikasi Folk (1962) ditentukan menurut ukuran butir penyusunnya serta
apakah diketahui bahwa butiran tersebut tertransportasi atau terbentuk di
tempat pengendapannya, kemudian apakah batuan ini terdiri dari >2/3 matriks
micrite, >2/3 semen spharite, atau seimbang antara keduanya. Karena pada
batuan ini terdiri dari semen spharite, maka dilihat kembali apakah fragmen
penyusunnya tersortasi dengan buruk, baik, atau sangat baik. Pada batuan ini,
materialnya terdiri dari fragmen yang tersortasi dengan cukup baik, sehingga
penamaannya adalah sorted biospharite (Folk, 1962) yang jika dianalogikan
dengan batuan

Gambar 4.3 Batuan Peraga A-1 pada klasifikasi Folk, 1962


sedimen klastik berupa batupasir yang telah matang. Klasifikasi Dunham
(1962) dan Embry and Klovan (1971) ditentukan menurut tempat
terdeposisinya, persentase jenis allocherm lebih banyak dibandingkan jenis
orthochermnya yang berupa spharite, sehingga diketahui nama batuannya
adalah grainstone (Dunham, 1962; Embry and Klovan, 1971).
Gambar 4.3 Batuan Peraga A-1 pada klasifikasi Dunham, 1962

Gambar 4.3 Batuan Peraga A-1` pada klasifikasi Dunham, 1962


Berdasarkan penamaannya yang berupa intrasparit (Folk, 1959) dan
memiliki fragmen berupa klastika karbonat jenis intraclast, maka dapat
diketahui bahwa batuan ini merupakan hasil dari erosi batugamping purba di
daratan atau erosi terhadap batuan sedimen karbonat yang terlitifikasi kembali
di dalam cekungan pengendapan. Adanya klastika karbonatan pada batuan ini
yakni pertama karena adanya proses sedimentasi yang menyebabkan batuan
ini mengalami pelapukan secara fisika yang kemudian tertransport, dan
terdeposisi pada suatu lingkungan pengendapan. Selain itu pengaruh iklim
garis lintang yang terbentuk juga memengaruhi banyak material detritus
klastik yang tertransport menurut Scoffin (1987) garis lintang yang paling
baik detritus klastik mengalami proses sedimentasi yakni berkisar 0° – 25°
atau disebut dengan iklim tropis (Scoffin, 1987). Serta proses tektonisme
dalam pembentukan cekungan juga diperlukan, karena pada dasarnya batuan
sedimen ini terbentuk sebagai akumulasi dari detritus – detritus klastik yang
telah tertransport yang kemungkinan besar berasal dari sistem fluvial.
Berdasarkan ditemukannya jenis klastika karbonat yang memiliki macam-
macam jenis dan seperti kuning, kuning pucat, kuning kecokelatan, dan
terdapat mineral lain pada batuan, maka dapat diketahui bahwa butiran-
butiran ini tidak hanya berasal dari tempat pengendapannya, namun juga
berasal dari hasil erosi batuan lain di luar tempat pengendapan. Sehingga,
jenis klastikanya berupa extraclast. Diinterpretasikan saat batuan induk berada
pada provenance-nya mengalami pelapukan karena adanya proses fisika
berupa repeating wetting and drying dan kemudian detritus tertransport dalam
jarak yang dekat. Detritus tersebut mengalami transportasi pada jarak yang
dekat dengan intensitas abrasi yang kecil dilihat dari materialnya yang masih
berukuran besar dan fragmennya yang kebundarannya masih menyudut.
Kemudian detritus – detritus tersebut mengalami deposisi dengan energi
pengendapan yang kecil, serta mengalami proses diagenesis. Diinterpretasikan
batuan ini telah pembebanan oleh material diatasnya sehingga mengurangi
porositas dari batuan tersebut atau dapat disebut kompaksi. Lalu dari rongga –
rongga yang masih tersisa terisi oleh material perekat berupa karbonat
sehingga disebut proses sementasi. Genesa batuan juga dapat dilihat dari
warnanya yang cerah serta komposisi orthocherm yang berupa kristal-kristal
kalsit atau spharite, bukan lumpur-lumpur karbonatan berupa micrite.
Orthocherm spharite terbentuk karena adanya kristal-kristal kalsit yang
mengalami pencucian yang disebabkan gelombang menghantam bagian depan
laut. Karena allocherm merupakan klastika karbonat dimana jenis tersebut
merupakan sisaan dari batuan karbonat lainnya, maka dapat diketahui bahwa
fasies terumbu dari batuan peraga ini adalah fasies reef flat (James, 1979) dan
reef core (Pomar, 2004). Diinterpretasikan bahwa batuan ini tidak mengalami
proses diagenesis lainnya, seperti berupa lubang-lubang hasil pelarutan oleh
air meteoric, karena secara tampak megaskopis, pelarutan ditandai dengan
adanya lubang-lubang pada permukaan batuan. Untuk pengamatan lebih lanjut
mengenai pelarutan dibutuhkan pengamatan sayatan petrografi. Batuan ini
juga tidak mengalami proses neomorfisme dikarenakan tidak ada tanda-tanda
mengenai penggantian kristal mineral. Selain itu, batuan ini tidak mengalami
proses diagenesis mikritisasi karena tidak terdapat tanda-tanda mud atau
lumpur karbonatan berupa micrite yang menandakan proses aktivitas algae,
fungi, dan bakteri.

Gambar 4.4 Batuan Peraga A-1 pada Fasies Terumbu James, 1979
Gambar 4.5 Batuan Peraga A-1 pada Fasies Terumbu Pomar, 2004
DAFTAR ISI
COVER
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................7
1.2 Maksud.................................................................................................... 7
1.3 Tujuan...................................................................................................... 7
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan..............................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian……….....................................................................................8
2.2 Komponen……….................................................................................... 8
2.3 Klasifikasi dan Tatanama......................................................................... 10
2.4 Fasies Terumbu........................................................................................ 13
BAB III HASIL DESKRIPSI
3.1 Batuan Peraga A-1..................................................................................16
3.2 Batuan Peraga A-2..................................................................................18
3.3 Batuan Peraga A-4..................................................................................20
3.4 Batuan Peraga B-1..................................................................................22
3.5 Batuan Peraga B-4..................................................................................24
3.6 Batuan Peraga 34....................................................................................26
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Batuan Peraga A-1..................................................................................28
4.2 Batuan Peraga A-2..................................................................................20
4.3 Batuan Peraga A-4..................................................................................21
4.4 Batuan Peraga B-1..................................................................................22
4.5 Batuan Peraga B-4..................................................................................23
4.6 Batuan Peraga 34.....................................................................................24
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................................54
5.2 Saran……………...................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 57
LAMPIRAN..........................................................................................................58

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Klasifikasi Folk (1959) berdasarkan komposisi utama(a), berdasarkan


tekstur (b), berdasarkan ukuran butir dan kristal penyusun (c)…….... 11

Gambar 2.2 Klasifikasi Dunham (1962)…………………………………..…….... 12

Gambar 2.3 Klasifikasi Embry and Klovan (1971)……………………………….. 13

Gambar 2.4 Fasies Terumbu (Pomar, 2004)…………………………………..….. 14

Gambar 2.5 Fasies Terumbu (James, 1979)…...…………………………..…….... 14

Gambar 4.1 Batuan Peraga A-1…………..…...…………………………..…….... 29

Gambar 4.2 Klasifikasi Folk, 1959 pada Peraga A-1…………...………………… 30

Gambar 4.3 Klasifikasi Folk, 1962 pada Peraga A-1…………...………………… 30

Gambar 4.4 Klasifikasi Dunham, 1962 pada Peraga A-1……..……………….… 31

Gambar 4.5 Klasifikasi Embry and Klovan, 1971 pada Peraga A-1………….…... 31

Gambar 4.6 Fasies Terumbu James, 1959 Peraga A-1…………………………....34

Gambar 4.7 Fasies Terumbu Pomar, 2004 Peraga A-1………………………...… 34


Gambar 4.8 Batuan Peraga A-2…………..…...…………………………..…….... 35

Gambar 4.9 Klasifikasi Folk, 1959 pada Peraga A-2…………...………………… 36

Gambar 4.10 Klasifikasi Folk, 1962 pada Peraga A-2…………...……………… 37

Gambar 4.11 Klasifikasi Dunham, 1962 pada Peraga A-2……..………………... 37

Gambar 4.12 Klasifikasi Embry and Klovan, 1971 pada Peraga A-2………….... 38

Gambar 4.13 Fasies Terumbu James, 1959 Peraga A-2……………………….... 40

Gambar 4.14 Fasies Terumbu Pomar, 2004 Peraga A-2……………………...… 40

Gambar 4.15 Batuan Peraga A-4…………..…...…………………………..……... 41

Gambar 4.16 Klasifikasi Folk, 1959 pada Peraga A-4…………...……………… 42

Gambar 4.17 Klasifikasi Folk, 1962 pada Peraga A-4…………...……………… 43

Gambar 4.18 Klasifikasi Dunham, 1962 pada Peraga A-4……..………………... 43

Gambar 4.19 Klasifikasi Embry and Klovan, 1971 pada Peraga A-4………….... 44

Gambar 4.20 Keterdapatan Organisme Berdasarkan Garis Lintang ………….... 46

Gambar 4.21 Fasies Terumbu James, 1959 Peraga A-4……………………….... 46

Gambar 4.22 Fasies Terumbu Pomar, 2004 Peraga A-4……………………...… 47

Gambar 4.23 Batuan Peraga B-1…………..…...…………………………..……... 48

Gambar 4.24 Klasifikasi Folk, 1959 pada Peraga B-1…………...……………… 49

Gambar 4.25 Klasifikasi Folk, 1962 pada Peraga B-1…………...……………… 50

Gambar 4.26 Klasifikasi Dunham, 1962 pada Peraga B-1……..………………... 50

Gambar 4.27 Klasifikasi Embry and Klovan, 1971 pada Peraga B-1………….... 51

Gambar 4.28 Keterdapatan Organisme Berdasarkan Garis Lintang ………….... 52

Gambar 4.29 Fasies Terumbu James, 1959 Peraga B-1……………………….... 53


Gambar 4.30 Fasies Terumbu Pomar, 2004 Peraga B-1……………………...… 53

Gambar 4.31 Batuan Peraga B-4…………..…...…………………………..……... 55

Gambar 4.32 Klasifikasi Folk, 1959 pada Peraga B-4…………...……………… 56

Gambar 4.33 Klasifikasi Folk, 1962 pada Peraga B-4…………...……………… 57

Gambar 4.34 Klasifikasi Dunham, 1962 pada Peraga B-4……..………………... 57

Gambar 4.35 Klasifikasi Embry and Klovan, 1971 pada Peraga B-4………….... 58

Gambar 4.36 Keterdapatan Organisme Berdasarkan Garis Lintang ………….... 59

Gambar 4.37 Fasies Terumbu James, 1959 Peraga B-4……………………….... 60

Gambar 4.38 Fasies Terumbu Pomar, 2004 Peraga B-4……………………...… 60

Gambar 4.39 Batuan Peraga 34..…………..…...…………………………..……... 62

Gambar 4.32 Klasifikasi Folk, 1959 pada Peraga 34…………...……………… 56

Gambar 4.33 Klasifikasi Folk, 1962 pada Peraga 34…………...……………… 63

Gambar 4.34 Klasifikasi Dunham, 1962 pada Peraga 34……..………………... 63

Gambar 4.35 Klasifikasi Embry and Klovan, 1971 pada Peraga 34………….... 64

Gambar 4.37 Fasies Terumbu James, 1959 Peraga 34……………………….... 66

Gambar 4.38 Fasies Terumbu Pomar, 2004 Peraga 34……………………...… 67


Gambar 4.7 Klasifikasi Folk, 1959 pada Peraga A-2……………………… 26

Gambar 4.8 Klasifikasi Folk, 1962 pada Peraga A-2……………………… 27

Gambar 4. 9 Klasifikasi Dunham, 1962 pada Peraga A-2………………… 29

Gambar 4.10 Klasifikasi Embry and Klovan, 1971 pada Peraga A-2……... 29

Gambar 4.11 Fasies Terumbu James, 1959 Peraga A-2………………..… 20

Gambar 4.12 Fasies Terumbu Pomar, 2004 Peraga A-2………………….. 36

Gambar 4.13 Klasifikasi Folk, 1959 pada Peraga A-4…………………..… 26

Gambar 4.14 Klasifikasi Folk, 1962 pada Peraga A-4………………..…… 27

Gambar 4. 15 Klasifikasi Dunham, 1962 pada Peraga A-4………………... 29

Gambar 4.16 Klasifikasi Embry and Klovan, 1971 pada Peraga A-4……... 29

Gambar 4.17 Fasies Terumbu James, 1959 Peraga A-4…………………...20

Gambar 4.18 Fasies Terumbu Pomar, 2004 Peraga A-4………………..… 36

Gambar 4.19 Klasifikasi Folk, 1959 pada Peraga B-1…………………….. 26

Gambar 4.20 Klasifikasi Folk, 1962 pada Peraga B -1……………………. 27

Gambar 4.21 Klasifikasi Dunham, 1962 pada Peraga B -1……………...… 29

Gambar 4.22 Klasifikasi Embry and Klovan, 1971 pada Peraga B-1……...29

Gambar 4.23 Fasies Terumbu James, 1959 Peraga B-1…………………... 20

Gambar 4.24 Fasies Terumbu Pomar, 2004 Peraga B-1………………….. 36

Gambar 4.25 Klasifikasi Folk, 1959 pada Peraga B-4…………………….. 26

Gambar 4.26 Klasifikasi Folk, 1962 pada Peraga B-4…………………….. 27

Gambar 4. 27 Klasifikasi Dunham, 1962 pada Peraga B-4………………... 29

Gambar 4.28 Klasifikasi Embry and Klovan, 1971 pada Peraga B-4……… 29

Gambar 4.29 Fasies Terumbu James, 1959 Peraga B-4…………………... 20


Gambar 4.30 Fasies Terumbu Pomar, 2004 Peraga B-4………………….. 36

Gambar 4.31 Klasifikasi Folk, 1959 pada Peraga 34..…………………….. 26

Gambar 4.32 Klasifikasi Folk, 1962 pada Peraga 34..…………………….. 27

Gambar 4.33 Klasifikasi Dunham, 1962 pada Peraga 34..…………………29

Gambar 4.34 Klasifikasi Embry and Klovan, 1971 pada Peraga 34..……… 29

Gambar 4.35 Fasies Terumbu James, 1959 Peraga 34..…………………... 20

Gambar 4.36 Fasies Terumbu Pomar, 2004 Peraga 34..………………...… 36

BAB III
HASIL DESKRIPSI
3.1 Peraga A-1

- Jenis Batuan : Batuan sedimen karbonat


Sketsa Batuan :
- Dimensi :21 x 10 x 10 cm

- Warna : Putih dan kecokelatan

- Struktur :

- Tekstur :

Ukuran butir : ¼ - ½ mm

Kebundaran : Rounded

Kemas : Tertutup

Sortasi : Baik

- Komposisi :
Allochem :

- Non-skeletal Grain

Klastika karbonat 70%

Orthocem :

Spharite 30%

Keterangan :
1. Klastika Karbonatan
2. Spharite

Nama Batuan : Petrogenesa :


Calcarenite Berasal dari klastika karbonat, yaitu erosi
(Grabau, 1904) batugamping purba yang terendapkan kembali
Intraclast dalam suatu cekungan. Telah mengalami

(Folk, 1959) diagenesis berupa kompaksi dan sementasi.


Terbentuk pada fasies terumbu reef core, yaitu
Medium Calcarenite
reef crest (Pomar, 2004), dan reef flat (James,
(Folk, 1962)
1959).
Grainstone
(Dunham, 1962)
Grainstone
(Embry Klovan, 1971)
Fasies Terumbu
FasiesTerumbu (Pomar, 2004)

FasiesTerumbu (James, 1979)


3.2 Peraga A-2

- Jenis Batuan : Batuan sedimen karbonat


Sketsa Batuan :
- Dimensi : 9 x 9 x 1.5 cm

- Warna : Kuning dan kecokelatan

- Struktur : Masif

- Tekstur :

Ukuran butir : 4 – 16 mm

Kebundaran : Sub-angular

Kemas : Terbuka

Sortasi : Baik

- Komposisi :

Allochem :

- Non-skeletal grain

Klastika karbonat 60%


4

Orthocem :
3
Spharite 40%
5
2
1

Keterangan :
1. Klastika karbonat hitam
2. Klastika karbonat kekuningan
3. Klastika karbonat kecokelatan
4. Klastika karbonat kemerahan
5. Spharite

Nama Batuan : Petrogenesa :


Calcirudite Berasal dari klastika karbonat, yaitu erosi
(Grabau, 1904) batugamping purba yang terendapkan kembali

Intrasparite dalam suatu cekungan. Terdapat beragam jenis

(Folk, 1959) klastika karbonat menandakan bahwa berasal dari


berbagai batuan sumber. Telah mengalami
Coarse calcirudite
diagenesis berupa kompaksi dan sementasi.
(Folk, 1962)
Terbentuk pada fasies terumbu reef core, yaitu
Grainstone
reef crest (Pomar, 2004), dan reef flat (James,
(Dunham, 1962)
1959).
Grainstone
(Embry Klovan, 1971)
Fasies Terumbu

FasiesTerumbu (Pomar, 2004)


FasiesTerumbu (James, 1979)
3.3 Peraga A-4

Batuan Sedimen
Sketsa Batuan : - Jenis Batuan : Karbonat

- Dimensi : 10 x 8 x 6 cm
- Warna : Kuning
- Struktur : Masif
- Tekstur :
Ukuran butir : 1-30 mm
Kebundaran : Rounded
Kemas : Terbuka
Sortasi : Buruk
- Komposisi :
Allochem :
- Skeletal grain (bioklas)
Foraminifera 60%

Orthocem :
Spharite 40%
2
4
3
1
5

Keterangan :
1. Foraminifera (5 mm)
2. Foraminifera (15 mm)
3. Foraminifera (1 mm)
4. Foraminifera (7 mm)
5. Spharite
Nama Batuan : Petrogenesa :
Calcirudite Berasal dari bioklas, yaitu dari pecahan bagian
(Grabau, 1904) cangkang organisme yang sifatnya
Biosparite mengandung karbonatan berukuran

(Folk, 1959) microcrystaline. Telah mengalami diagenesis


berupa kompaksi dan sementasi. Terbentuk
Coarse calcirudite
pada fasies terumbu reef core, yaitu reef crest
(Folk, 1962)
(Pomar, 2004), dan reef flat (James, 1959).
Grainstone
(Dunham, 1962)
Rudstone
(Embry Klovan, 1971)
Fasies Terumbu

FasiesTerumbu (Pomar, 2004)


FasiesTerumbu (James, 1979)
3.4 Peraga B-1

Batuan Sedimen
Sketsa Batuan : - Jenis Batuan : Karbonat

- Dimensi : 15 x 12 x 14 cm
- Warna : Kekuningan
- Struktur : Masif
- Tekstur :
Ukuran butir : ¼ - ½ mm
Kebundaran : Rounded
Kemas : Tertutup
Sortasi : Baik
- Komposisi :
Allochem :
- Skeletal grain
Coelenterata 100%

Orthocem :
-

Keterangan :
1. Coelenterata (Koral)
Nama Batuan : Petrogenesa :
Batugamping organic Berasal dari bioklas, yaitu dari pecahan bagian
(Grabau, 1904) cangkang organisme yang sifatnya

Biolithite mengandung karbonatan berukuran

(Folk, 1959) microcrystaline. Dalam hal ini jenis bioklas


yang ditemukan adalah organisme coelenterate
-
jenis koral. Telah mengalami fase diagenesis
(Folk, 1962)
berupa kompaksi. Terbentuk pada fasies
Boundstone
terumbu reef core, yaitu reef crest (Pomar,
(Dunham, 1962)
2004), dan reef front (James, 1959).
Bafflestone
(Embry Klovan, 1971)
Fasies Terumbu

FasiesTerumbu (Pomar, 2004)


FasiesTerumbu (James, 1979)

3.5 Peraga B-4

Batuan Sedimen
Sketsa Batuan : - Jenis Batuan : Karbonat

- Dimensi : 13 x 11 x 4 cm
- Warna : Putih gading
- Struktur : Masif
- Tekstur :
Ukuran butir : ½ - 1 mm
Kebundaran : Rounded
Kemas : Tertutup
Sortasi : Baik
- - Komposisi :
Allochem :

- Skeletal grain
Coelenterata 100%
1
Orthocem :
Keterangan :
1. Biomorf (Coelenterata)

Nama Batuan : Petrogenesa :


Batugamping organik Berasal dari bioklas, yaitu dari pecahan bagian
(Grabau, 1904) cangkang organisme yang sifatnya
Biolithite mengandung karbonatan berukuran

(Folk, 1959) microcrystaline. Dalam hal ini jenis bioklas


yang ditemukan adalah organisme coelenterate
-
jenis koral. Telah mengalami fase diagenesis
(Folk, 1962)
berupa kompaksi. Terbentuk pada fasies
Boundstone
terumbu reef core, yaitu reef crest (Pomar,
(Dunham, 1962)
2004), dan reef front (James, 1959).
Framestone
(Embry Klovan, 1971)
Fasies Terumbu
FasiesTerumbu (Pomar, 2004)

FasiesTerumbu (James, 1979)

3.6 Peraga 34

Batuan Sedimen
Sketsa Batuan : - Jenis Batuan : Karbonat

- Dimensi : 20 x 18 x 6 cm
- Warna : Putih kecokelatan
- Struktur : Masif
- Tekstur :
Ukuran butir : 1 – 30 mm
Kebundaran : Sub-angular
Kemas : Terbuka
Sortasi : Buruk
- Komposisi :
Allochem :
1. Kepingan Mollusca
2. Alga
3. Klastika karbonatan
Total : 70%
2 4
1 Orthocem : Spharite 30%
3

Keterangan :
1. Kepingan Mollusca
2. Alga
3. Spharite
4. Klastika karbonatan

Nama Batuan : Petrogenesa :

Calcirudite Berasal dari bioklas, yaitu dari pecahan bagian


(Grabau, 1904) cangkang organisme yang sifatnya
Biospharite mengandung karbonatan berukuran

(Folk, 1959) microcrystaline. Telah mengalami diagenesis


berupa kompaksi dan sementasi. Terbentuk
Medium calcirudite
pada fasies terumbu reef core, yaitu reef crest
(Folk, 1962)
Grainstone (Pomar, 2004), dan reef flat (James, 1959).
(Dunham, 1962)
Rudstone
(Embry Klovan, 1971)
Fasies Terumbu

FasiesTerumbu (Pomar, 2004)

FasiesTerumbu (James, 1979)

Você também pode gostar