Você está na página 1de 21

ASUHAN KEPERAWATAN

ASMA PADA ANAK

Kelompok 9

Anis Dwi Puniagiri (201301175)

Yuke Ervina CD (201301191)

Lely Apriliyanti S (201301206)

Siti Ma’rifah (201301209)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN AJARAN 2014-2015

1
Laporan Pendahuluan

1. Definisi
Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat
mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi
berupa serangan asma (Ngastiyah, 2005).
Asma adalah penyakit yang menyebabkan otot-otot di sekitar saluran
bronchial (saluran udara) dalam paru-paru mengkerut, sekaligus lapisan saluran
bronchial mengalami peradangan dan bengkak (Espeland, 2008).
Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif
mukosa bronkus terhadap bahan alergen (Riyadi, 2009).

Tipe asma berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi alergik, idiopatik atau non
alergik dan campuran (mixed)

a. Asma Alergik / Ekstrinsik


Merupakan suatu bentuk asma dengan alergen seperti bulu binatang, debu,
ketombe, tepung sari, makanan, dan lain-lain. Alergen terbanyak adalah air borne
dan musiman (seasonal). Paparan terhadap alergi akan mencetuskan serangan
asma. Bentuk asma ini biasanya dimulai sejak kanak-kanak.
b. Asma Idiopatik / Non Alergik Asma / Intrinsik
Merupakan asma yang tidak berhubungan secara langsung dengan alergen
spesifik. Faktor-faktor seperti Common cold, infeksi saluran pernapasan atas,
aktivitas, emosi / stress, akan mencetuskan serangan. Bahan sulfat (bahan
makanan) juga dapat menjadi faktor penyebab. Serangan dari asma idiopatik atau
non-alergik menjadi lebih berat dan seringkali dengan berjalannya waktu dapat
berkembang menjadi bronkitis dan emfisema.
c. Asma campuran (mixed asma)
Merupakan bentuk asma yang paling serin. Dikarakteristikkan dengan bentuk
kedua jenis asma alergi dan idiopatik atau non-alergik.

2
Pembagian asma pada anak :

a. Asma episode yang jarang.

Biasanya terdapat pada anak umur 3 – 8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan


oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3 – 4 kali dalam 1
tahun. Lamanya serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan yang
berat.

Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung
kurang dari 3-4 hari, sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10 – 14 hari. Tumbuh
kembang anak biasanya baik, diluar serangan tidak ditemukan kelainan. Waktu
remisi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Golongan ini merupakan 70 – 75
% dari populasi asma anak.

b. Asma episode yang sering.

Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun.
Pada permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada
umur 5 – 6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua
menghubungkan dengan perubahan udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan stress.
Banyak yang tidak jelas pencetusya. Frekuensi serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun,
tiap serangan beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekuensi serangan paling
tinggi pada umur 8 – 13 tahun. Pada golongan lanjut kadang-kadang sukar
dibedakan dengan golongan asma kronik ataui persisten. Umumnya gejala paling
jelek terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu
tidurnya.

Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung frekuensi serangan. Jika waktu


serangan lebih dari 1 – 2 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay Fever
dapat ditemukan pada golongan asma kronik atau persisten. Gangguan pertumbuhan
jarang terjadi . Golongan ini merupakan 2-0 % dari populasi asma pada anak.

3
c. Asma kronik atau persisten.

Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan; 75 %
sebelum umur 3 tahun. Pada lebih adari 50 % anak terdpat mengi yang lama pada dua
tahun pertama, dan 50 % sisanya serangannya episodik. Pada umur 5 – 6 tahun akan
lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat
mengi setiap hari; malam hari terganggu oleh batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering
menyebabkan mengi. Dari waktu ke waktu terjadiserangan yang berat dan sering
memerlukan perawatan di rumah sakit.

Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak sedikit dan
mengi sepanjang waaktu. Biasanya setelah mendapatkan penangan anak dan orang tua
baru menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan nafas
mencapai puncakya pada umur 8 – 14 tahun, baru kemudian terjadi perubahan, biasanya
perbaikan. Pada umur dewasa muda 50 % golongan ini tetap menderita asma persisten
atau sering. Jarang yang betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda. Pada
pemeriksaan fisik, dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada burung (Pigeon
Chest), Barrel Chest. Pada golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan yakni,
bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisik kurang sekali, sering tidak dapat melakukan
olahraga dan kegiatan lainya. Juga sering tidak masuk sekolah hingga prestasi belajar
terganggu. Sebagian kecil ada mengalami gangguan psiko sosial.

2. Etiologi
Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti, suatu hal yang
menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena hiperreaktivitas bronkus.
Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non-
imunologi. Oleh karena sifat inilah, maka serangan asma mudah terjadi ketika
rangsangan baik fisik, kimia, alergen, infeksi, dan sebagainya. Penderita asma perlu
mengetahui dan sedapat mungkin menghindari rangsangan atau pencetus yang dapat
menimbulkan asma.

Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, bahan makanan, tepung sari
rerumputan.

4
b. Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan
c. Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus.
d. Perubahan cuaca yang ekstrem
e. Kegiatan jasmani yang berlebihan
f. Lingkungan bermain
g. Obat-obatan
h. Emosi
i. Tekanan jiwa

Faktor-faktor pencetus asma pada anak, antara lain :

a. Alergen
Faktor allergi dianggap mempunyai peranan pad sebagian besar anak dengan asma.
Disamping itu hiper reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting.
Bila tingkat hiper reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit
dansebaliknya jika hiper reaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih
tinggi untuk menimbulkan serangan asma.
Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen
berhubungan dengan umur. Bayidan anak kecil sering berhubungan dengan sisi dari
debu rumah, misalnya tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di
rumah. Dengan bertambahnya umur makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma
karena makanan sering terjadi pada bayi dan anak kecil.
b. Infeksi
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan
ialah respiratory syncytial virus (RSV) dan virus influenza. Kadang-kadang karena
bakteri misalnya; pertusis dan streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus dan parasit
seperti Askaris.
c. Iritan.
Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat,
SO2 dan polutan udara lainya dapat memacu serangan asma. Iritasi hidung dan batuk
sendiri dapat menimbulkan refleks bronkokonstriksi.

5
d. Cuaca.
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara
berhubungan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma

e. Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan
asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus.
Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.

f. Infeksi saluran nafas.


Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat memudahkan
terjadinya sma pada anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui
mekanisme iritasi atau refleks.

g. Faktor psikis.

Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat
kompleks. Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan yang
berhubungan dengan asma oleh anak sendiri / keluarganya akan menggagalkan usaha
pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari depan anak
juga dapat memperberat serangan asma.

Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan


misalnya pada anak dengan pencetus alergen sering disertai pencetus non allergen
yang dapat mempercepat dan memperburuk serangan. Faktor pencetus adalah alergen
dan infeksi; diduga infeksi virus memperkuat reaksi pencetus alergenik maupun non
alergenik. Serangan dapat terjadi pada seorang anak setelah mendapat infeksi virus
pada saluran nafas atas kemudian berlari-lari pada udara dingin.

6
3. Manifestasi Klinis
a. Dispnea yang bermakna
b. Batuk, terutama dimalam hari
c. Pernapasan dangkal dan cepat
d. Mengi yang dapat terdengar pada auskultasi paru. Biasanya mengi terdengar
hanya saat ekspirasi, kecuali kondisi pasien parah
e. Peningkatan usaha bernapas, ditandai dengan retraksi dada, disertai perburukan
kondisi, napas cuping hidung
f. Kecemasan, yang berhubungan dengan ketidak mampuan mendapat udara yang
cukup
g. Memanjangnya fase ekspirasi
h. Diantara serangan asmatik, individu biasanya asimtomatik. Akan tetapi, dalam
pemeriksaan perubahan fungsi paru mungkin terlihat bahkan diantara serangan
pada pasien memiliki asma persisten.

7
4. Patofisiologi

Faktor pencetus serangan asma : alergen, infeksi saluran napas, tekanan


jiwa, olahraga atau kegiatan jasmani yang berat

Hiperaktivitas bronkus Edema mukosa dan dinding Hipersekresi mukus


bronkus

Peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, penggunaan otot bantu


pernapasan

Ketidak efektifan Keluhan sistemis, mual, intake Keluhan psiko-sosial,


bersihan jalan napas nutrisi tidak adekuat, malaise, kecemasan, ketidak
kelemahan, dan keletihan fisik tahuan akan prognosis

Peningkatan kerja Perubahan pemenuhan Kecemasan, ketidak-


pernapasan, nutrisi kurang dari tahuan atau pemenuhan
hipoksemia secara kebutuhan, gangguan informasi
reversibel pemenuhan ADL

a. Resiko tinggi Status Asmatikus


ketidak efektifan
pola napas

b. Gangguan Gagal napas Kematian


pertukaran gas

8
5. Komplikasi
a. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi
berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin
suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan
terapi yang intensif.
b. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan
yang sangat dangkal.
c. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
d. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan
kolapsnya paru.
e. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)
saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan
mengalami kerusakan yang luas.

6. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:
a. Menghilangkan obstruksi jalan napas dengan segera
b. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
c. Memberikan penjelasan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit
asma. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita atau
keluarga mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerja sama dengan
dokter dan perawat.
Pengobatan pada asma bronkhial, yaitu:
a. Pemberian O2
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisioterapi
e. Memberikan penyuluhan

9
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. IDENTITAS PASIEN
Nama

Umur

Jenis kelamin

Alamat

Agama

Pendidikan

Pekerjaan

Nomor registrasi

Diagnosa medis

b. RIWAYAT KESEHATAN
 Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada anak dengan asma adalah dispnea (bisa
sampai berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk dan mengi (pada beberapa kasus
lebih banyak paroksismal).

 Riwayat penyakit sekarang


Anak dengan serangan asma datang keluhan sesak napas yang hebat dan
mendadak, kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain seperti wheezing,
penggunaan otot bantu pernapasan, kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis.
Perawat perlu mengkaji obat-obatan yang biasa diminum pasien dan
memeriksa kembali setiap jenis obat apakah masih relevan untuk digunakan
kembali ?

 Riwayat penyakit dahulu


Penyakit yang pernah di derita pada masa-masa dahulu seperti adanya infeksi
saluran pernafasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung.

10
Riwayat serangan asma, frekuensi, waktu, dan alergen-alergen yang dicurigai
sebagai pencetus serangan, serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk
meringankan gejala asma.

 Riwayat penyakit keluarga


Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma
atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitivitas
pada penyakit aasma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan.

c. POLA FUGSI KESEHATAN


1. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Gejala asma dapat membatasi anak untuk berperilaku hidup normal sehingga
anak dengan asma harus mengubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang tidak akan
menimbulkan serangan asma.
2. Pola Hubungan dan Peran
Gejala asma sangat membatasi anak untuk menjalani kehidupannya secara
normal. Klien perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran anak,
baik di lingkungan rumah, masyarakat, ataupun lingkungan bermain serta
perubahan peran yang terjadi setelah anak mengalami serangan asma.
3. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Kedekatan anak pada suatu yang diyakininya di dunia dipercaya dapat
meningkatkan kekuatan jiwa klien. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan
mendekatkan diri kepadanya-Nya merupakan metode penanggulangan stres yang
konstruktif.

d. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Perawat juga perlu mengkaji tentang kesadaran klien, kecemasan, kegelisahan,
kelemahan suara bicara, denyut nadi, frekuensi pernafasan yang meningkat,
penggunaan otot-otot bantu pernafasan, sianosis, dan posisi istirahat klien.

11
b. Pemeriksaan B1-B6
B1 (Breathing)
 Inspeksi
Pada klien asma terlihat adanya kemungkinan peningkatan usaha dan frekuensi
pernafasan, serta penggunaan otot bantu pernafasan. Inspeksi dada terutama untuk
melihat postur bentuk dan kesimetrisan, adanya retraksi otot-otot interkostalis, sifat
dan irama pernapasan, dan frekuensi pernapasan.
 Palpasi
Pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus normal.
 Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor
 Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi lebih dari 4 detik
atau lebih dari 3 kali inspirasi, dengan bunyi napas tambahan utama wheezing pada
akhir ekspirasi.
c. B2 (Blood)
Perawat perlu memonitor dampak asma pada status kardiovaskular meliputi keadaan
hemodinamik seperti nadi, tekanan darah, dan CRT.
d. B3(Brain)
Pada saat inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Di samping itu, diperlukan
pemeriksaan GCS, untuk menentukan tingkat kesadaran klien apakah compos mentis,
somnolen, atau koma.
e. B4(Bladder)
Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena dengan intake cairan. Oleh
karena itu, perawat perlu memonitor ada tidaknya oliguria, karena hal tersebut
merupakan tanda awal dari syok.
f. B5(Bowel)
Perlu juga dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, dan tanda-tanda infeksi, mengingat
hal-hal tersebut juga dapat merangsang serangan asma. Pengkajian tentang status
nutrisi klien meliputi jumlah, frekuensi, dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya. Pada klien dengan sesak napas, sangat potensial terjadi kekurangan
pemenuhan kebutuhan nutrisi, hal ini karena terjadi dispnea saat makan, laju
metabolisme, serta kecemasan yang dialami klien.

12
g. B6(Bone)
Dikaji adanya edema ekstremitas, tremor, dan tanda-tanda infkesi pada ekstremitas
karena dapat merangsang serangan asma. Pada integumen perlu dikaji adanya
permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan,
mengelupas atau bersisik, perdarahan, priuritus, eksim, dan adanya bekas atau tanda
urtikaria atau dermatitis. Pada rambut, dikaji warna rambut, kelembapan, dan kusam.
Perlu dikaji pula tentang bagaimana tidur dan istirahat klien yang meliputi beberapa
lama klien tidur dan istirahat, serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami klien,
adanya wheezing, sesak, dan ortopnea dapat memengaruhi pola tidur dan istirahat
klien.
Perlu dikaji pula tentang aktivitas keseharian klien seperti olahraga, bekerja, dan
aktivitas lainnya. Aktivitas fisik juga dapat menjadi faktor pencetus asma yang
disebut dengan exercise induced asma.

e. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pengukuran Fungsi Paru (spirometri)
Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator
golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih dari 20%
menunjukkan dignostik asma.

2. Tes Provokasi Bronkhus


Tes ini dilakukan pada Spirometri internal. Penurunan FEV sebesar 20% atau
lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90% dari maksimum dianggap
bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 10% atau lebih.

3. Pemeriksaan Kulit
Untuk menunjukkan adanya antibodi IgE hipersensitif yang spesifik dalam
tubuh.

f. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Analisa Gas Darah (AGD/Astrup)
Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat hipoksemia, hiperkapnea,
dan asidosis respirastorik.

13
2. Sputum
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma yang berat, karena
hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari edema mukosa,
sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya. Pewarnaan gram
penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti kultur dan uji
resistensi terhadap beberapa antibiotik.
3. Sel eosinosil
Sel eosinosil pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai 1000-1500/mm3 baik
asma intrinsik ataupun ekstrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil normal 100-
200/mm3. Perbaikam fungsi paru disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil
menunjukkan pengobatan telah tepat.
4. Pemeriksaan darah rutin dan kimia
Jumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/mm3 terjadi karena adanya infeksi. SGOT dan
SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.

g. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Hasil pemeriksaan radiologi pada klien dengan asma bronkhial biasanya normal,
tetapi prosedur ini harus tetap dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
proses patologi di paru atau komplikasi asma seperti pneumothoraks,
pneumomediastinum, atelektasis, dan lain-lain.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
a) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum/sekret.
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap anoreksia akibat rasa dan bau sputum
c) Kerusakan pertukaran gas berubungan dengan perubahan membran alveolar
kapiler
d) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
e) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap

14
C. INTERVENSI
1) Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeabronkial
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam diharapkan jalan napas pasien kembali
efektif.

Kriteria Hasil : Tidak ada suara napas tambahan, pasien bisa bernapas tanpa hambatan,
frekuensi dan kedalaman napas normal.

Rencana tindakan :

a) Ukur vital sign setiap 6 jam


Rasional : Mengetahui perkembangan pasien

b) Observasi keadaan umum pasien


Rasional : Mengetahui efektivitas perawatan dan perkembangan pasien.

c) Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan dan gerakan dada


Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris,
karena ketidaknyamanan gerakan dada dan/atau cairan paru.

d) Auskultasi area paru, bunyi nafas, misal krekel, mengi dan ronchi
Rasional: Bunyi nafas bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi
pada area konsolidasi, krekel, mengi dan ronchi terdengar pada
inspirasi atau ekspirasi pada respon bertahap pengumpulan cairan,
sekret kental dan spasme jalan nafas/obstruksi.

e) Ajarkan pasien latihan nafas dalam dan batuk efektif


Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau
jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan
nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas
pasien.

f) Anjurkan banyak minum air hangat


Rasional : Air hangat dapat memobilisasi dan mengeluarkan sekret.

g) Beri posisi yang nyaman (semi fowler/fowler)


Rasional : Memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat serta
menurunkan ketidaknyamanan dada.

15
h) Delegatif dalam pemberian bronkodilator, kortikosteroid, ekspktoran dan
antibiotik
Rasional : Bronkodilator untuk menurunkan spasme bronkus/melebarkan
bronkus dengan memobilisasi sekret. Kortikosteroid yaitu anti
inflamasi mencegah reaksi alergi, menghambat pengeluaran
histamine. Ekspektoran memudahkan pengenceran dahak,
Antibiotik diindikasikan untuk mengontrol infeksi pernafasan.

2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar


kapiler
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam diharapkan kerusakan pertukaran gas
teratasi.

Kriteria Hasil : Tidak ada dispnea, menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi
adekuat, bebas dari gejala distres napas.

Rencana tindakan :

a) Observasi keadaan umum dan vital sign setiap 6 jam


Rasonal : Penurunan keadaan umum dan perubahan vital sign merupakan
indikasi derajat keparahan dan status kesehatan pasien.

b) Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku


Rasional : Sianosis menunjukkan vasokonstriksi, hipoksemia sistemik.

c) Pertahankan istirahat tidur


Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi
oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.

d) Tinggikan kepala dan sering mengubah posisi


Rasional : Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran
sekret untuk memperbaiki ventilasi

e) Berikan terapi oksigen sesuai indikasi


Rasional : Mempertahankan PaO2

16
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan O2
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam diharapkan pasien dapat
meningkatkan aktivitas .

Kriteria Hasil : Klien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.

Rencana tindakan :

a) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam aktivitas


Rasional : Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan
pilihan intervensi.

b) Jelaskan pentingnya istirahat dan keseimbangan aktivitas dan istirahat


Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk
penyembuhan

c) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya


Rasional : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay
dan kebutuhan oksigen.

d) Bantu pasien dalam memilih posisi yang nyaman untuk istirahat


Rasional: Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau
menunduk ke depan meja atau bantal

e) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien


Rasional : Keluarga mampu melakukan perawatan secara mandiri

4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan


produksi sputum
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi
terpenuhi.

Kriteria Hasil : menunjukkan peningkatan berat badan, tidak mengalami tanda


malnutrisi.

17
Rencana Tindakan :

a) Timbang berat badan setiap hari


Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet

b) Beri penjelasan tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh


Rasional : Meningkatkan pematangan kebutuhan individu dan pentingnya
nutrisi pada proses pertumbuhan

c) Anjurkan memberikan makan dalam porsi kecil tapi sering


Rasional : Meningkatkan nafsu makan, dengan porsi kecil tidak akan cepat
bosan

d) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang (batasi pengunjung)


Rasional : Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat menurunkan stress
dan lebih kondusif untuk makan

e) Anjurkan menghidangkan makan dalam keadaan hangat


Rasional : Dengan makanan yang masih hangat dapat merangsang makan dan
meningkatkan nafsu makan

5) Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.


Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi atau
terkontrol.

Kriteria Hasil : Mengatakan nyeri hilang atau terkontrol, wajah tampak rileks.

Rencana tindakan:

a) Kaji karakteristik nyeri


Rasional : Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa serangan asma .

b) Observasi vital sign setiap 6 jam


Rasional : Perubahan frekuensi jantung atau tekanan darah menunjukkan
bahwa mengalami nyeri. Khususnya bila alasan lain untuk
perubahan tanda vital telah terlihat.

18
c) Berikan tindakan nyaman seperti relaksasi dan distraksi
Rasional : Menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi
analgetik

19
D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengelolaan, perwujudan dari rencana perawatan yang telah
disusun pada tahap kedua untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dan
komprehensif. Tindakan keperawatan yang dilaksanakan disesuaikan dengan
perencanaan

E. EVALUASI

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada pasien. Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan rencana tujuan
yaitu :

1) Bersihan jalan nafas efektif


2) Ventilasi dan pertukaran gas efektif
3) Aktivitas dapat ditingkatkan
4) Pemenuhan nutrisi adekuat
5) Nyeri berkurang/terkontrol
6) Kecemasan orang tua berkurang/hilang, pengetahuan orang tua bertambah,
keluarga memahami kondisi pasien.

20
DAFTAR PUSTAKA

Betz Cecily, Linda A Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. EGC: Jakarta.

Capernito, Lynda J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. EGC:
Jakarta.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Salemba Medika : Jakarta

Soemantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Salemba Medika : Jakarta

Corwin, J. Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta

21

Você também pode gostar