Você está na página 1de 98

Kumpulan Tugas

Selasa, 15 Oktober 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PRE DAN POST


HERNIA INGUINALIS

KONSEP DASAR PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN PRE

DAN POST HERNIATOMI PADA Tn. T DENGAN HERNIA

INGUINALIS DI RUANG MELATI RSUD CIBINONG

DISUSUN OLEH:

SUSI FEBRINA

10.030

SMK KESEHATAN LOGOS

JALAN RAYA BOJONG GEDE NO. 53 PABUARAN BOGOR

TAHUN 2012
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Industri. Tujuan

dibuatnya Laporan Praktek Kerja Industri ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam

mengikuti Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Nasional serta melatih siswa/siswi membiasakan

diri untuk memahami keadaan lingkungan di luar sekolah. Saya berharap dengan

diselesaikannya laporan ini, dapat mengetahui lebih dalam mengenai dunia kerja/industri

yaitu di tempat prakerin di RSUD Cibinong, dalam pembahasan yang saya akan ulas tentang

Asuhan Keperawatan pada Hernia, saya selaku siswi mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua kami yang telah memberikan semangat dan doa kepada kami dalam menjalani

pendidikan di SMK Kesehatan LOGOS.

2. Direktur RSUD Cibinong yang telah mempercayai SMK Kesehatan LOGOS untuk

memperdalam teori ke dunia yang nyata.

3. Wahyu Budi S,SKM selaku kepala sekolah yang telah membimbing kami dalam belajar

selama kami di SMK Kesehatan LOGOS.

4. Nawangsih, S.Pd selaku wakil kepala sekolah yang juga telah memberikan pengarahan

kepada kami dalam pembuatan laporan.


5. Dra. Hj. Ida Faridah sebagai wali kelas kami yang telah memberikan dukungan dan semangat

tentang penulisan karya tulis ilmiah.

6. Herniaty S.Kep selaku ketua Prodi yang telah membimbing kami dalam pembuatan Asuhan

Keperawatan.

7. Endri Wahyuni, S.Kep selaku pembimbing I dalam tehnik penulisan karya tulis ilmiah.

8. Lilik Suryani, S.Kep selaku pembimbing II kami dalam tehnik penulisan Karya Tulis Ilmiah.

9. Para instansi di RSUD Cibinong khususnya di Teratai atas dan Melati yang telah

memberikan ilmu baru dalam Asuhan Keperawatan.

10. Dan semua instansi yang terkait di sekolah SMK Kesehatan LOGOS untuk adikku, dan

teman-teman seperjuangan selama belajar di SMK Kesehatan LOGOS.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan, baik dalam hal pelaporan studi kasus, nama

dan gelar, serta hal-hal yang menyangkut tentang pembahasan tugas karya tulis ilmiah. Untuk

itu, saya menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan agar menjadi

acuan di waktu yang mendatang.

Bojonggede, 06 Mei 2013


Penyusun
DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan .................................. i

Lembar Persembahan .................................. ii

Daftar Isi .................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................ 1

B. Tujuan Penulisan ............................ 3

1. Tujuan Umum ............................ 3

2. Tujuan Khusus ............................ 4

C. Ruang Lingkup ............................ 4

D. Metode Penulisan ............................ 4

E. Sistematika Penulisan ............................ 5

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian ................................. 8

B. Etiologi ................................. 10

C. Patofisiologi ................................. 10

1. Proses perjalanan penyakit ..................... 10

2. Manifestasi klinik ..................... 13


3. Komplikasi ..................... 14

4. Derajat / klasifikasi ..................... 14

D. Penatalaksanaan ..................... 15

1. Terapi ..................... 15

2. Tindakan medis ..................... 16

E. Konsep Hospitalisasi ..................... 17

F. Pengkajian Keperawatan ..................... 18

G. Diagnosa Keperawatan ..................... 21

H. Perencanaan Keperawatan ..................... 22

I. Pelaksanaan Keperawatan ..................... 23

J. Evaluasi Keperawatan ..................... 24

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian ...................... 26

B. Diagnosa ...................... 44

C. Perencanaan ...................... 45

D. Pelaksanaan ...................... 48

E. Evaluasi ...................... 50

F. Tinjauan Kasus ...................... 53

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian .................................. 59

B. Diagnosa .................................. 60

C. Perencanaan .................................. 61

D. Pelaksanaan .................................. 62

E. Evaluasi .................................. 63

BAB V EVALUASI

A. Kesimpulan .................................. 65

B. Saran .................................. 67

Daftar Pustaka .................................. 68

Lampiran .................................. 70

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan masalah berharga dan sangat penting dalam berbagai tatanan

kehidupan manusia. Perhatian masyarakat terhadap kesehatan saat ini semakin besar,

sehingga meningkatkan tuntutan masyarakat terhadap perawatan yang berkualitas.

Perkembangan ilmu pengetahuan tentang ilmu bedah saat ini sangat pesat. Hal ini juga harus
didukung dengan peningkatan pemberian perawatan pada pasien penderita penyakit bedah.

Salah satunya adalah penyakit Hernia yang paling sering ditemui di RSUD Cibinong.Hernia

adalah tonjolan yang timbul apabila pasien menangis, mengejan, atau berdiri dan biasanya

menghilang secara spontan bila pasien dalam keadaan istirahat atau terlentang.

Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui jaringan ikat tipis yang

lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong

dengan pintu berupa cincin atau lubang. Lubang itu dapat timbul karena lubang embrional

yang tidak menutup atau melebar, dan akibat tekanan rongga perut yang meninggi.

Menurut keluhan pasien, sakit dirasakan di perut kanan bawah (inguinalis) dan dibagian

skrotum ketika pasien mengangkat beban yang berat dan akan hilang ketika pasien

beristirahat.

Menurut data dari National Center for Health Statistics, Hernia Inguinalis

menduduki peringkat pertama lima besar tindakan operasi yang paling banyak dilakukan oleh

ahli bedah Amerika pada tahun 1991 yaitu sebanyak 680.000 kasus (Eubanks, 2001).

Penelitian terhadap 2.538 veteran pemerintah di Amerika yang menjalani Hernioraphy pada

tahun 1966-1980 memperlihatkan 57% kasus Hernia Inguinalis Lateralis (Kong & Hiatt,

1997).
Menurut Ilham (2008) dalam Nurlaili Hidayati (2009), di Indonesia diperkirakan 102.000

anak menderita penyakit Hernia. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas usia penderita selama

Januari-Desember 2007 berkisar antara 2-5 tahun, dengan rincian umur kurang dari 1 tahun

sebanyak 51-211 penderita, dan umur 5 tahun berkisar antara 10.214 penderita.

Insiden Hernia adalah insiden yang paling tinggi dilokasi praktek, yaitu sekitar 58 % yang

dirawat di ruang melati bedah RSUD Cibinong dibanding kasus lain yang dirawat. Setengah

dari kasus-kasus Hernia Inguinalis selama kanak-kanak terjadi pada bayi di bawah 5 tahun.

Hernia pada sisi kanan lebih sering daripada Hernia sisi kiri (2 : 1) dan sekitar 29 % pasien

menderita Hernia Bilateral.

Resiko yang ditimbulkan dari penyakit Hernia kebanyakan dialami oleh pria dewasa, ada

juga resiko Hernia pada anak-anak. Jika Hernia sudah menyebabkan infeksi didalam tubuh,

kebanyakan penderita akan terserang resiko nyeri. Untuk menghindari terjadinya komplikasi,

maka diperlukan tindakan bedah Herniotomi. Pembedahan traktus gastrointestinal sering kali

mengganggu proses fisiologi normal pencernaan dan penyerapan.

Mual, muntah dan nyeri dapat terjadi selama pembedahan ketika menggunakan anestesi

spinal. Selain itu, nyeri pada luka operasi timbul akibat terputusnya kontinuitas jaringan
sehingga terjadi penekanan pada pembuluh darah yang mengakibatkan metabolisme anaerob.

Hal ini mengakibatkan terjadinya gangguan pergerakan sehingga aktivitas sehari-hari dapat

terganggu. Kondisi yang seperti ini mengharuskan adanya Asuhan Keperawatan yang tepat

agar dapat mencapai kesehatan yang optimal serta untuk menghindari komplikasi pada pasien

dengan post operasi Hernia Ingunalis.

Dalam mencermati masalah-masalah tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui secara

nyata pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan post operasi Hernia Inguinalis.

Dengan mengetahui pengertian, etiologi, pathway, dan Asuhan Keperawatan pada pasien

Hernia.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Siswa mampu mendiskripsikan dan melaporkan Asuhan Keperawatan pada Tn. T dengan

post operasi Hernia Inguinalis di RSUD Cibinong dengan pendekatan proses keperawatan

dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. T dengan post operasi Hernia Inguinalis.
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada Tn. T dengan post operasi Hernia

Inguinalis.

c. Mampu mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan pada Tn. T dengan post operasi

Hernia Inguinalis.

d. Mampu mendiskripsikan tindakan dari Asuhan Keperawatan pada Tn. T dengan post operasi

Hernia Inguinalis.

e. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan dari Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Tn.

T dengan post operasi Hernia.

f. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Tn. T dengan post

operasi Hernia Inguinalis.

D. RUANG LINGKUP

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis hanya membatasi permasalahan Asuhan

Keperawatan pada pasien Tn. T dengan Hernia di RSUD Cibinong yang dilaksanakan dari

tanggal 17 Juni sampai dengan 19 Juni 2012 di ruang melati bedah di RSUD Cibinong.

E. METODE PENULISAN

Metode yang digunakan pada penyusunan laporan ini adalah Metode Deskriptif, dimana

penyusun melaporkan kondisi pasien dengan apa adanya. Untuk memperoleh data yang
akurat dalam penyusunan laporan inti ini maka penulis menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data yaitu :

1. TEKNIK WAWANCARA: Dilakukan secara langsung pada keluarga pasien dan perawat

ruangan

2. OBSERVASI: Yaitu mengamati secara langsung prilaku pasien sehari-hari

3. STUDY LITERATUR: Untuk memperkuat landasan teori, penulis mencari informasi dari

buku-buku yang terkuat dengan kasus tersebut.

4. PEMERIKSAAN FISIK: Melakukan pemeriksaan fisik secara langsung pada pasien

dengan inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi.

5. STUDI DOKUMENTASI: Dengan mempelajari dokumentasi pasien yang terdapat dalam

status yang berisikan catatan keperawatan pasien.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang penyusunan Karya Tulis Ilmiah, maka

disusunlah Sistematika Penulisan yang terdiri dari 5 bab yaitu:

BAB I: Berisi tentang PENDAHULUAN yang terdiri dari :

a. Latar belakang

b. Tujuan penulisan

c. Ruang lingkup
d. Metode penulisan dan

e. Sistematika penulisan.

Bab II : Berisi tentang TINJAUAN TEORI yang meliputi:

a. Pengertian

b. Etiologi

c. Patofisiologi,

d. Manifestasi klinik

e. Komplikasi

f. Klasifikasi

g. Konsep hospitalisasi

h. Pengkajian

i. Diagnosa keperawatan

j. Rencana keperawatan

k. Implementasi dan

l. Evaluasi.

Bab III: Berisi tentang TINJAUAN KASUS yang membahas kasus pasien meliputi:

a. Pengkajian

b. Diagnosa keperawatan

c. Rencana keperawatan
d. Implementasi, dan

e. Evaluasi.

Bab IV: Berisi tentang PEMBAHASAN KASUS yang bertujuan untuk menemukan

kesenjangan antara konsep teori dan fakta kasus yang ada, meliputi:

a. Pengkajian

b. Diagnosa keperawatan

c. Rencana keperawatan

d. Implementasi dan

e. Evaluasi.

Bab V : Berisi PENUTUP terdiri dari:

a. Kesimpulan

b. Saran.

Daftar Pustaka

Lampiran.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Hernia adalah penonjolan sebuah organ atau struktur melalui mendeteksi di dinding otot

perut. Hernia umumnya terdiri dari kulit dan subkutan meliputi jaringan, peritoneal kantung,
dan yang mendasarinya adalah Visera, seperti loop usus atau organ-organ internal lainnya.

Faktor yang termasuk pembedahan mendadak pada peningkatan tekanan intra-abdomen, yang

mungkin terjadi selama mengangkat beban berat atau batuk yang lebih bertahap dan

berkepanjangan sehingga peningkatan tekanan intra-abdomen berhubungan dengan

kehamilan, obesitas, atau asites. (Seymour I. Schwartz, et.All. Principles of Surgery.

Companion handbook. Jakarta: EGC,2000).

Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari perut

atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus melewati

beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma, atau melewati

struktur lainnya di rongga abdominal. (Ignatavicius, Donna, et.All. Medical Surgical

Nursing. Philadelphia: W.B SaundersCompany,2000)

Hernia adalah penonjolan sebuah organ-organ atau struktur melalui deteksi di dinding otot

perut atau kelemahan pada dinding rongga perut dimana berisi bagian-bagian tersebut secara

normal.

Hernia mungkin terjadi di beberapa bagian tubuh, tetapi biasanya itu terjadi di rongga

abdominal. Itu diketahui sebagai penurunan. Jika Hernia tidak dapat ditempatkan kembali di

rongga abdominal, maka hal itu diketahui sebagai incarcerated. Dalam situasi ini aliran
mungkin menjadi obstruksi. Ketika Hernia ireduksi dan aliran intestinal dan supply darah

obstruksi, Hernia menjadi terjepit. Ini akibat dari obstruksi intestinal akut. (Lewis,

Heitkemper, Dirksen. Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical

Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby,2000)

Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal

melalui sebuah defek Kongenital atau yang di dapat. Hernia adalah defek dalam dinding

abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti Peritoneum, lemak, usus atau kandung

kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal. (dr.

Jan Tambayong, Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC,2000)

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah

dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong, dan isi Hernia. (Syamsul

Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta: EGC,2005)

Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis

berobliterasi (paten). (Mansjoer, Arief, Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta,2000).

Kesimpulan pengertian dari beberapa ahli yaitu: Hernia adalah suatu benjolan diperut dari

rongga yang normal melalui lubang congenital atau didapat.

B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :

1. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko yang

berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat

dicegah dengan cara olahraga atau latihan-latihan.

2. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena banyaknya

lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah

dengan pengontrolan berat badan.

3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada daerah

rahim dan sekitarnya.

4. Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.

5. Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat.

C. PATOFISIOLOGI

1. PROSES PERJALANAN PENYAKIT

Menurut Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2,1996. Hernia diklasifikasikan

menurut lokasi di mana mereka muncul. Sekitar 75% dari Hernia terjadi di pangkal paha. Ini

juga dikenal sebagai Hernia Inguinalis atau Femoralis. Sekitar 10% adalah Hernia Ventral

atau insisional dinding abdomen, 3% adalah Hernia Umbilikalis.


Hernia Inguinalis dibagi lagi menjadi Hernia direct dan Hernia indirect. Hernia Inguinalis

indirect yang paling jenis umum dan biasanya mempengaruhi laki-laki. Hernia Inguinalis

indirect disebabkan oleh penutupan saluran yang berkembang sebagai testis turun ke dalam

skrotum sebelum kelahiran. Sebuah kantung yang berisi peritoneum, usus, atau omentum

muncul melalui cincin Inguinalis dan mengikuti spermatika kabel melalui Kanalis Inguinalis.

Sering turun ke dalam skrotum. Meskipun tidak langsung Hernia inguinalis cacat bawaan,

mereka seringkali tidak menjadi jelas sampai dewasa, ketika peningkatan tekanan intra-

abdomen dan pelebaran dari cincin inguinalis memungkinkan isi perut untuk memasuki

saluran tersebut.

Hernia Inguinalis direct selalu cacat yang diperoleh hasil dari kelemahan dinding Inguinal

posterior. Hernia Inguinalis langsung terjadi lebih sering pada orang dewasa yang lebih tua.

Hernia Femoral cacat juga diperoleh di mana kantung peritoneal menonjol melalui cincin

femoral. Hernia ini biasanya terjadi pada obesitas atau wanita hamil.

Hernia Inguinalis seringkali tidak menghasilkan gejala dan ditemukan selama pemeriksaan

fisik rutin. Hanya mungkin menghasilkan benjolan, bengkak, atau tonjolan di selangkang,

terutama dengan mengangkat atau tegang. Pasien laki-laki biasanya terdapat pengalaman baik

nyeri atau rasa nyeri yang memancar\Collaborative Care ke dalam skrotum, meskipun hanya
dapat dirasakan dengan peningkatan tekanan intra-abdomen (seperti yang terjadi selama

batuk) dan dalam vagina dari skrotum ke arah cincin inguinal.

Jika Hernia Inguinalis dapat dikembalikan, isi kantung kembali ke rongga perut, baik secara

spontan sebagai tekanan intra-abdomen berkurang (seperti dengan berbaring) atau dengan

tekanan manual. Beberapa komplikasi yang terkait dengan Hernia direduksi. Bila isi hernia

tidak dapat dikembalikan ke rongga perut, itu dikatakan dapat diminimalkan atau dipenjara.

Isi Hernia yang dipenjara terjebak, biasanya dengan leher yang sempit atau membuka ke

hernia. Penahanan meningkatkan risiko komplikasi, termasuk obstruksi dan cekikan.

Obstruksi terjadi ketika lumen usus yang terkandung dalam hernia menjadi tersumbat, sangat

mirip dengan Crimping dari sebuah selang.

Jika suplai darah ke isi Hernia terganggu, hasilnya adalah Hernia terjepit. Komplikasi ini

dapat mengakibatkan infark usus yang terkena bencana dengan rasa sakit yang parah dan

perforasi dengan kontaminasi dari rongga peritoneal. Perwujudan dari sebuah Hernia terjepit

meliputi nyeri dan distensi perut, mual, muntah, takikardia, dan demam.

Pembedahan sering dilakukan terhadap Hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi untuk

terjadi inkarserasi. Suatu tindakan Herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di

dalam Fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan,
sering terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan Hernia Inguinal indirek. Komplikasi

ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak

nyaman, kompres es akan membantu mengurangi nyeri (Long C, Barbara, Perawatan

Medikal Bedah, Jilid 2,1996)

2. MANIFESTASI KLINIK

Menurut Oswari E. Pada buku Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia,1993.

Manifestasi klinik yang terdapat pada Hernia Inguinalis adalah:

a. Terdapat benjolan didaerah vaginal dan atau scrotal yang hilang dan timbul. Timbul bila

terjadi peningkatan tekanan peritonela misalnya mengedan, batuk-batuk, menangis.

Jika pasien tenang dan berstirahat, maka benjolan akan hilang secara spontan.

b. Pada pemeriksaan terdapat benjolan dilipat paha atau sampai scrotum, pada bayi bila

menangis atau mengedan. Benjolan menghilang atau dapat dimaksudkan kembali rongga

abdomen.

c. Isi Hernia dapat kembali kerongga peritorium disebut Hernia Inguinal reponibilitas, bila

tidak dapat kembali disebut Hernia Inguinal ireponbilitis. Bila usus tidak kembali karena

jepitan oleh Annulus Inguinali, maka akan terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan

pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut HerniaStrangulata.


d. Hernia strangulata lebih sering terjadi Hernia sebelah kanan. Insiden tertinggi pada usia

sekolah dibawah 1 tahun (31 %), namun rata-rata terjadi pada 12 % kasusHernia.

e. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan

mual. Bila terjadi Hernia Inguinalis Stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta

kulit di atasnya menjadi merah dan panas.

f. Hernia Femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan

gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah

sela paha.

g. Hernia Diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sasak nafas.

h. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan Hernia akan bertambah besar.

2. KOMPLIKASI

a. Hernia berulang,

b. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,

c. Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah,

d. Luka pada usus (jika tidak hati-hati),

e. Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma,

f. Fostes urin dan feses,

g. Residip,
h. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

4. KLASIFIKASI

a. Menurut Tofografinya: Hernia Inguinalis, Hernia Umbilikalis, Hernia Femoralis dan

sebagainya.

b. Menurut isinya: Hernia usus halus, Hernia omentum, dan sebagainya.

c. Menurut terlibat/tidaknya: Hernia eksterna (Hernia ingunalis, Hernia serofalis dan

sebagainya).

d. Hernia inferna tidak terlihat dari luar (Hernia Diafragmatika, Hernia Foramen Winslowi,

Hernia Obturatoria).

e. Causanya : Hernia Kongenital, Hernia Traumatika, Hernia Visional dan sebagainya.

f. Keadaannya: Hernia responsibilis, Hernia irreponibilis, Hernia inkarserata, Hernia skrotalis

dan Hernia strangulata.

D. PENATALAKSANAAN

a. Pada Hernia Femoralis tindakan operasi kecuali ada kelainan lokal atau umum. Operasi

terdiri atas Herniatomi disusul dengan Hernioplastik dengan tujuan menjepit Anulus

femonialis. Bisa juga dengan pendekatan krural, Hernioplastik dapat dilakukan dengan

menjahitkan Ligamentum Inguinale ke ligamentum cooper. Tehnik Bassini


melaluiregion Inguinalis, ligamentum inguinale di jahitkan keligamentum

lobunaseGimbernati.

b. Hernia Inguinalis Responsibilis yaitu Herniatomi berupa ligasi Plofesis vaginalis,soproksimal

mungkin dilakukan secara efektif namun secepat mungkin kaena resiko terjadinya

inkarserata.

c. Hernia Inguinalis inkarserata: Pada keadaan ini pasien dipuasakan, pasang NGT, infus dan

disuntik sedaiba sampai pasien tertidur dalam posisi trendelenburg dengan tertidur tekanan

intra peritoneal. (Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1,2000)

1. TERAPI

a. Pra Operasi:

1. Beri posisi semi-fowler (Hernia Diafragmatik), terlentang (HerniaFemoralis)

2. Lakukan perawatan rutin jalur IV. Puasakan.

3. Hindari melakukan tindakan sendiri.

4. Jaga agar kantong atau Visera tetap lembab.

5. Gunakan tindakan kenyamanan.


b. Pasca Operasi:

1. Lakukan perawatan dan observasi secara rutin

2. Berikan tindakan kenyamanan

3. Dukungan keluarga. (Wong, Wong’s nursing care of infant and children. St. Louis,2004)
2. TINDAKAN MEDIS YANG BERTUJUAN UNTUK PENGOBATAN

Menurut Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia,1993. Yaitu:

a. Herniatomi: Melakukan dengan segera bila terdapat Hernia inkarserata, elektif bila Hernia

responibilis. Operasi dengan cara ini dilakukan dengan pembebasan kantung Hernia sampai

kelehernya, kantung dibuka dan isi Hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian

direposisi. Kantung Hernia di jahit-ikat setinggi mungkin lalu di potong.

b. Herniorrhaphy : Membuang kantong Hernia disertai tindakan bedah plastik untuk

memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang Kanalis Inguinalis.

E. KONSEP HOSPITALISASI PADA PASIEN

a. Definisi

Hospitalisasi adalah hak masuk ke rumah sakit sebagai pasien bagi pasien yag merasa sakit.

(Hand out, hospitalisasi. Prodi keperawatan, Semarang,2007)

b. Tujuan

Pasien masuk ke rumah sakit untuk beberapa alasan antara lain: untuk jadwal test kesehatan,

prosedur tindakan atau pembedahan, pengobatan emerjensi, pemberian obat atau memonitor

keadaan pasien.

c. Persiapan

1. Mempelajari tentang Rumah Sakit.


2. Pendaftaran masuk Rumah Sakit.

3. Ruangan Rumah Sakit.

4. Tim tenaga kesehatan.

d. Stressor

1. Stressor Fisik

a. Nyeri dan rasa tidak nyaman.

b. Immobilisasi.

c. Kurang tidur.

d. Tidak mampu makan.

e. Perubahan kebiasaan eliminasi.

2. Stressor di lingkungan.

a. Lingkungan yang asing.

b. Orang-orang yang asing.

c. Bau yang asing, tidak enak.

d. Cahaya yang terus menerus.

e. Aktifitas pasien lain.

f. Kesigapan atau kesiapan petugas.

3. Stressor Psikologis
a. Kurang privacy

b. Tak mampu berkomunikasi

c. Tak cukup tahu dan paham tentang situasi

d. Penyakit yang berat

e. Perilaku keluarga (ekspresi terhadap kepedulian)

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data melalui wawancara,

observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik serta review catatan

sebelumnya. Pada pengkajian fisik, pasien sering seperti mengejan atau mengangkat ketika

ada sesuatu yang muncul. Ketika melakukan sebuah penilaian perut, perawat harus

memeriksa perut ketika pasien berbaring dan berdiri. Jika Hernia dapat dikembalikan,

Herniasi akan menghilang ketika pasien berbaring datar. Perawat juga dapat melakukan

regangan pasien, untuk mengamati bukti menggembung. (Wong, Donna L. Wong’s nursing

care of infant and children. St. Louis,2003)

Perut adalah tempat untuk melakukan Auskultasi untuk memastikan kehadiran aktif suara

bising usus. Usus mungkin akan menunjukkan obstruksi dan cekikan. Untuk meraba Hernia,

dokter atau perawat dengan lembut memeriksa cincin dan isinya, dengan memasukkan jari di
cincin dan mencatat setiap perubahan ketika pasien batuk. Perawat tidak boleh memaksa

pasien Hernia untuk mengurangi frekuensi batuk pasien, sebagai manuver ini dapat

menyebabkan pecahnya usus yang terjepit. (Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT

Gramedia,1993). Berikut, adalah berbagai pemeriksaan pada pasien Hernia:

1. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi daerah Inguinal dan femoral.

Meskipun Hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan Viskus, atau sebagian

daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua Hernia ditemukan di

daerah Inguinal. Biasanya, impuls Hernia lebih jelas dilihat dari pada diraba. Ajak pasien

memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukanlah inspeksi daerah

Inguinal dan Femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat

menunjukkan Hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan

bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama

batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah tersebut.

b. Palpasi Hernia Inguinal

Palpasi Hernia Inguinal dilakukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan memeriksa didalam

skrotum diatas testis kiri dan menekan kulit skrotum kedalam. Harus ada kulit skrotum yang

cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku

menghadap keluar dan bantalan jari kedalam. Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada
pinggul kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus

mengikuti korda spermatika dilateral masuk kedalam kanal inguinal sejajar dengan

ligamentum inguinal dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak

superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki

oleh jari tangan.

Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanal inguinal, mintalah

pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada

Hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantalan jari pemeriksa. Jika

ada Hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah Hernia itu dapat

direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus menerus pada masa itu. Jika pemeriksaan

Hernia dilakukan dengan kulit skrotum yang cukup banyak dan dilakukan dengan perlahan-

lahan, tindakan ini tidak menimbulkan nyeri. (dr. Jan.Tambayong, Patofisiologi untuk

Keperawatan. Jakarta : EGC,2000)

Uraian tentang ciri-ciri Hernia akan dibahas setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi

dengan memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih

suka memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri

untuk memeriksa sisi kiri pasien. Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus
cahaya, suatu Hernia Inguinal indirek mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi massa itu

dapat dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus didalam skrotum, suatu tanda yang

berguna untuk menegakkan diagnosis Hernia Inguinal indirek.

Tes Diagnostik yang dilakukan seperti:

a. Foto Rontgen Spinal

b. Elektromiograf

c. Venogram epidural

d. Scan CT

e. MRI

f. Mielogram

g. Kolaborative Care

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon actual atau potensial

pasien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk

mengatasinya. Respon actual dan potensial pasien didapatkan dari data dasar pengkajian,

tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis pasien masa lalu, dan konsultasi dengan

professional lain. Adapun diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien dengan post

Herniotomy menurut Doengoes E. Marilynn 2000, adalah :


1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit)

2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)

3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan hemorargi.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer.

5. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan mencerna makanan.

6. Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.

8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

H. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Perencanaan tujuan utama adalah bahwa Pasien tidak akan mengalami pencekikan. Jika hal

itu terjadi, deteksi dini dan pengobatan cepat dan mencegah timbulnya komplikasi. Perawat

harus memahami penyakit dan implikasinya. Disarankan bahwa jika ada gejala penahanan

atau pencekikan, segera menghubungi dokter.

Herniorrhaphy adalah pengobatan pilihan untuk hernia. Prosedur ini melibatkan mengganti

isi kantung Hernia ke dalam rongga perut dan menutup lubang. Perawatan sebelum operasi,

yaitu perawat harus mempersiapkan individu untuk operasi sebagai salah satu dalam
mempersiapkan pasien untuk bedah umum. Jika prosedur dilakukan pada pasien rawat jalan

dasar, perawat harus membantu klien untuk membuat pengaturan yang sesuai untuk

perjalanan pulang dan rumah perawatan. Perawatan pasca-operasi, yaitu: bahwa pasien yang

menjalani operasi Hernia diberitahukan untuk menghindari batuk. Sarankan untuk

meninggikan daerah skrotum dengan bantal yang lembut dan istirahat akan membantu

mengontrol pembengkakan. Jika tidak kontraindikasi oleh pembengkakan skrotum atau pra-

kondisi yang ada, ini akan meningkatkan kenyamanan dan rasa

kesejahteraan. (Lewis,etc. Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of

Clinical Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby,2000.)

I. PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan, dimana

rencana perawatan dilaksanakan pada tahap ini perawat siap untuk menjelaskan dan

melaksanakan intervensi dan aktifitas yang telah dicatat dalam rencana keperawatan pasien,

agar implementasi perencanaan ini tepat waktu dan efektif terhadap biaya, perlu

mengidentifikasi prioritas perawatan pasien. Kemudian bila telah dilaksanakan, memantau

dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi dan mendokumentasikannya informasi

ini kepada penyediaan perawatan kesehatan keluarga.


Prinsip dalam memberikan tindakan kepeerawatan menggunakan komunikasi terapeutik serta

penjelasan setiap tindakan yang diberikan pada pasien. Pendekatan yang digunakan adalah

independent, dependen dan interdependen. (Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan

Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC,2000)

Herniotomi adalah pembesaran kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi

hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi kantong hernia dijahit-ikat

setinggi mungkin lalu dipotong. (Syamsuhidayat, et.al. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.Jakarta

: EGC,2002)

Herniorrhaphy umumnya prosedur yang tidak rumit, sering dilakukan sebagai hari yang sama

operasi. Beberapa pasien memiliki kebutuhan perawatan akut selain dari penilaian dan segera

sebelum operasi perawatan pasca-operasi. Perawatan operasi mirip dengan perawatan klien

dengan operasi usus buntu. (http://nugealjamela.blogspot.com,diakses 12 agustus 2010)

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa Hernia telah ditegakkan. Antibotik diberikan sampai

pembedahan dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Dalam

melakukan pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang berarti, sedangkan faktor

pendukung yang mempermudah penulis mendapatkan data adalah kerjasama yang baik antara

penulis dengan pasien disebabkan karena pasien yang sangat kooperatif dan terbuka dalam
mengemukakan keluhan yang dirasakannya, selain itu adanya bantuan dari perawat ruangan

yang membantu memberikan informasi pada penulis, juga tersedianya alat-alat pemeriksaan

fisik. (Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta:

EGC, 2005)

J. EVALUASI KEPERAWATAN

Meskipun proses keperawatan mempunyai tahap-tahap, namun evaluasi berlangsung terus

menerus sepanjang pelaksanaan proses keperawatan. Tahap evaluasi merupakan

perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang

telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga

kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan

keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien secara

optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.

Menurut John L. Cameron. Current Surgical Therapy. (Jakarta: Binarupa Aksara.

1997).Evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas Asuhan Keperawatan antara

dasar tujuan keperawatan pasien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku pasien yang

tampil. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Langkah dari evaluasi

proses keperawatan adalah mengukur respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan
kemajuan pasien kearah pencapaian tujuan. Perawat mengevaluasi apakah perilaku atau

respon pasien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan

atau pemeliharaan status yang sehat. Selama evaluasi, perawat memutuskan apakah langkah

proses keperawatan sebelumnya telah efektif dengan menelaah respon pasien dan

membandingkannya dengan perilaku yang disebutkan dalam hasil yang diharapkan.

Sejalan dengan yang telah dievaluasi pada tujuan, penyesuaian terhadap rencana asuhan

dibuat sesuai dengan keperluan. Jika tujuan terpenuhi dengan baik, perawat menghentikan

rencana asuhan tersebut dan mendokumentasikan analisa masalah teratasi. Tujuan yang tidak

terpenuhi dan tujuan yang sebagian terpenuhi mengharuskan perawat untuk melanjutkan

rencana atau memodifikasi rencana Asuhan Keperawatan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN HERNIA

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 17
Juni 2012
Tanggal Masuk :
17 Juni 2012
Ruang/Kelas : Melati/III
Nomor Register : 10763139
Diagnosa Medis : Hernia
Inguinalis Lateral Skrotalis

1. Identitas Klien
Nama : Tn. T
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 69 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama :
Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indo
nesia
Pendidikan : SD
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Padurenan
RT 02/13 Cibinong, Bogor
Sumber Biaya : Jamkesmas
Sumber Informasi : Pasien dan
Keluarga
2. Resume
Sakit dirasakan pasien pada bulan April
2012 yang lalu saat membantu mengangkat
beban berat. Tiba-tiba pasien meringis
kesakitan. Oleh tetangganya, pasien dibawa
kerumahnya dan diberi obat ramuan
tradisional dengan istirahat yang cukup.
Namun, bertahap selama 2
bulankemudian pasien merasakan adanya
benjolan pada lipatan paha tepatnya pada
skrotum. Disertai dengan keluhan batuk dan
bersin Akhirnya, keluarga membawa pasien ke
.

poliklinik RSUD Cibinong, dan dari diagnosa


medis, pasien dinyatakan harus segera
dioperasi.

3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1). Keluhan Utama : Nyeri dan ada
benjolan pada skrotum.
2). Kronologis Keluhan
a) Faktor Pencetus : Pasien sering
mengangkat beban yang berat.
b) Timbul Keluhan : ( )
Mendadak (√) Bertahap
c) Lamanya : 1 tahun
d) Upaya mengatasi : Rasa nyeri dan
benjolan berkurang/hilang.
b. Riwayat masa lalu
1. Riwayat Penyakit sebelumnya :
Pasien tidak ada riwayat penyakit
operasi lain sebelumnya.
2. Riwayat Alergi:
Tidak ada alergi.
3. Riwayat pemakaian obat:
Hanya bila merasakan sakit, pasien meminum
obat. Tetapi pasien mengatakan, ia lebih baik
istirahat daripada meminum obat. Kecuali
benar-benar membutuhkan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram tiga
generasi):
Keterangan:
: Orang tua yang sudah
meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien

: Tinggal satu rumah


d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota
keluarga yang menjadi faktor resiko: Tidak
ada.
e. Riwayat Psikososial dan Spiritual
1) Adakah orang yang terdekat dengan klien:
Istri dan anak pertamanya.
2) Interaksi dalam keluarga
a) Pola Komunikasi : Baik
b) Pembuatan Keputusan : Istri dan anak
pertama
c) Kegiatan Kemasyarakatan : Baik
3) Dampak penyakit klien terhadap keluarga
Pasien masih bekerja, keluarga mengandalkan
pasien. Maka, keluarga kehilangan orang yang
mencari nafkah.
4) Masalah yang mempengaruhi klien:
Biaya Operasi yang terlalu mahal membuat
pasien cemas, dan keluarga harus berusaha
mencari biaya tersebut.
5) Mekanisme Koping terhadap stress:
(√) Pemecahan masalah
Pasien menghadapi masalah dengan
tenang, semua masalah diatasi bersama oleh
keluarga.
(√) Makan
Pola makan pasien dirumah cukup baik, 3x
dalam sehari dengan lauk yang beragam dan
dirumah sakit pasien hanya mampu
menghabiskan setengah porsi karena tidak
adanya nafsu makan.
(√) Tidur
Pola istirahat atau tidur pasien dirumah cukup
baik, namun pasien kurang tidur siang karena
pasienbekerja hingga sore hari. Tidur malam
antara 7-8 jam permalam.
(√) Minum obat
Pasien sangat menaati aturan minum obat
yang diberikan oleh perawat jaga diruangan,
pola minum obat pasien 2x dalam sehari.
(√) Cari pertolongan
Dalam masalah kesehatan, pasien akan
mencari pertolongan ke mantri didaerah
rumahnya.
(√) Lain-lain (Diam)
Dalam menghadapi masalah, pasien lebih
banyak diam dan memikirkan jalan keluar dari
masalah tersebut.
6) Persepsi klien terhadap penyakitnya.
a) Hal yang sangat di pikirkan saat ini:
Apakah saya bisa sembuh?
b) Harapan setelah menjalani keperawatan:
Dapat sembuh total dan menjalani aktifitas
seperti biasa.
c) Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit:
Lebih banyak diam dan beristirahat.
7) Sistem penilaian kepercayaan
a) Nilai-nilai yang bertentangan dengan
kesehatan:
Lebih baik ke Pengobatan Alternatif daripada
ke dokter yang biayanya mahal.
b) Aktivitas Agama / kepercayaan yang
dilakukan:
Terus menerus berdzikir dan beribadah kepada
Allat SWT.
8) Kondisi lingkungan rumah:
Hygiene yang kurang, di akibatkan
kurangnya pengetahuan yang baik.

9) Pola Kebiasaan:
POLA
KEBIASAAN
Sebelum diRS Di RS
HAL YANG DIKAJI

1. Pola Nutrisi

a. Frekuensi makanan :……X/hari 3x/hari 3x/hari

b. Nafsu Makan : Baik/tidak Baik Tidak

Alasan:…(mual/muntah/sariawan) - Mual

c. Porsi Makanan yang di habiskan 1 Porsi ½ Porsi

d. Makanan yang tidak di sukai - Bubur/Nasi yang lembek.

e. Makanan yang membuat alergi - -

f. Makanan Pantangan - Pedas dan santan.

g. Penggunaan obat-obatan sebelum makan - -

h. Penggunaan alat bantu


- IVFD terpasang ditangan

2.Pola Eliminasi kirinya.

a. B.a.k :

1). Frekuensi :…..X/hari

2). Warna :……. 4x/hari 5x/hari

3). Keluhan :……. Kuning Kuning

4). Penggunaan alat bantu - Nyeri post-op

- -

b. B.A.B

1). Frekuensi :…..X/hari

2).Waktu (pagi/siang/malam/tidak 1x/hari 1x/hari

tertentu) Pagi Pagi

3). Warna :…….

4). Konsistensi :…… Coklat Kecoklatan

5). Keluhan :…….. Lembek Agak keras

6). Penggunaan alat - Nyeri saat mengedan

3).Pola Personal Hygiene - -

a. Mandi
1) Frekuensi :…..X/hari

2) Waktu :Pagi/Siang/Malam 2x/hari 1x/hari

b. Oral Hygiene Pagi dan Sore Pagi

1) Frekuensi :….X/hari

2) Waktu :pagi/siang/sore

c. Cuci Rambut 2x/hari 1x/hari

1) Frekuensi :……X/minggu Pagi dan Sore Pagi

4). Pola Istirahat dan Tidur

a. Lama tidur siang : …Jam/hari 2x/minggu -

b.Lama tidur malam :….Jam/hari

c. Kebiasaan sebelum tidur : - 2jam/hari

7-8jam/hari 5jam/hari

5. Pola Aktivitas dan Latihan Merokok dan Berbincang dengan

a. Waktu bekerja :pagi/siang/malam minum kopi keluarga sampai tertidur.

b. Olah raga : ()Ya ( )

Tidak Pagi -

c. Jenis Olah raga : Ya -

d. Frekuensi olah raga :…… Lari kecil -


e. Keluhan dalam beraktivitas :…… 3x/minggu -

6. Kebiasaan yang mempengaruhi - -

kesehatan

a.Merokok : Ya/Tidak

1) Frekuensi : …….. Ya -

2) Jumlah : …….. 3x/hari -

3) Lama pemakaian :……… 6batang/hari -

50 tahun -

b.Minuman Keras/Nabza : Ya/Tidak

1) Frekuensi :…..

2) Jumlah :….. - -
3) Lama Pemakaian :
- -
- -

4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum:
1) Berat badan :
68 kg(Sebelum sakit 72 kg)
2) Tinggi badan :
174 cm
3) Keadaan
umum : Sedang
4) Pembesaran kelenjar getah bening :( )
Ya (√) Tidak
b. Sistem Penglihatan:
1) Posisi
mata : (√) Simetris (
) Asimetris
2) Kelopak
mata : (√) Normal ( )
Ptosis
3) Pergerakan bola
mata : (√) Normal ( )
Abnormal
4) Konjungtiva : (√) Merah
Muda ( ) Anemis
5) Kornea : (√) Normal
( ) Keruh/Berkabut
6) Sklera :(
) Ikterik (√) Anikterik
7) Pupil : (√) Isokor
( ) Anisokor
8) Otot-otot mata : (√) Tidak
ada kelainan
9) Fungsi
penglihatan : (√) Baik (
) Kabur
10) Tanda-tanda radang : Tidak ada
11) Pemakaian kaca
mata : (√) Tidak ( ) Ya
12) Pemakaian lensa
kotak : (√) Tidak ( ) Ya
13) Reaksi terhadap cahaya : Baik
c. Sistem Pendengaran:
1) Daun
telinga : (√) Normal (
) Tidak
2) Karakteristik serumen :
a. Warna : Kuning muda
b. Konsistensi : Cair
c. Bau : Khas
3) Kondisi telinga
tengah : (√) Normal ( ) Kemerahan
4) Cairan dari
telinga : (√) Tidak ( ) Ada
5) Perasaan penuh di
telinga : (√) Tidak ( ) Ada
6) Tinitus :( )
Ya (√) Tidak
7) Fungsi pendengaran :(
) Normal (√) Kurang
8) Gangguan
keseimbangan : (√) Tidak ( )
Ya
9) Pemakaian alat
bantu : (√) Tidak ( ) Ya
d. Sistem
Wicara : (√) Normal
( ) Tidak
e. Sistem Pernafasan:
1) Jalan
nafas : (√) Bersih
( ) Ada Sumbatan
2) Pernafasan : (√)
Tidak sesak ( ) Sesak
3) Menggunakan otot bantu pernafasan : ( )
Ya (√) Tidak
4) Frekuensi
: 30x/menit
5) Irama :(√)
Teratur ( ) Tidak Teratur
6) Jenis pernafasan : (√)
Spontan
7) Kedalaman :(
) Dalam (√) Dangkal
8) Batuk :( )
Tidak (√) Ya
9) Sputum :(
) Tidak (√) Ya, Putih
10) Konsistensi : (√)
Encer ( ) Kental
11) Terdapat darah :( )
Ya (√) Tidak
12) Palpasi
dada : Detak
jantung normal
13) Perkusi
dada : Tidak ada
tanda-tanda nyeri
14) Suara
nafas : (√)Vesikule
r ( ) Ronkhi
15) Nyeri saat bernafas : ( )
Ya (√) Tidak
16) Penggunaan alat bantu
nafas : (√) Tidak ( ) Ya
f. Sistem Kardiovaskular:
1) Sirkulasi Peripher
a. Nadi : 74 x/menit :
Irama : (√) Teratur ( ) Tidak Teratur
Denyut :( )
Lemah (√) Kuat
b. Tekanan darah : 130/90 mmHg
c. Distensi vena jugularis : Kanan:
( ) Tidak (√) Ya
Kiri :(
) Tidak (√) Ya
d. Temperature Kulit : (√)
Hangat ( ) Dingin
e. Warna kulit : (√)
Pucat ( ) Kemerahan
f. Pengisian kapiler : detik
g. Edema : (√) Ya,
Skrotalis ( ) Tidak
2) Sirkulasi Jantung
a). Kecepatan denyut capital : Teratur
b).
Irama : (√) Teratur ( )
Tidak Teratur
c). Kelainan bunyi jantung : Tidak ada
d). Sakit dada :( )
Ya (√)Tidak
g. Sistem Hematologi:
Gangguan Hematologi:
1). Pucat :(
) Tidak (√) Ya
2).
Perdarahan : (√) Tidak ( )
Ya
h. Sistem Syaraf Pusat:
1). Keluhan sakit kepala : Vertigo
2). Tingkat
kesadaran : (√) ComposMentis ( )
Apatis
3). Glasgow coma scale : E:
4 V: 5 M: 6
4). Tanda-tanda peningkatan
TIK : (√) Tidak ( ) Ya
5). Gangguan Sistem persyarafan :
Tidak ada
6). Pemeriksaan Refleks
a. Refleks
fisiologis : (√) Normal ( )
Tidak
b. Refleks Patologis :(
) Tidak (√) Ya
i. Sistem Pencernaan:
Keadaan mulut:
1).
Gigi : (√)
Caries ( ) Tidak
2). Penggunaan gigi
palsu : ( ) Ya (√) Tidak
3).
Stomatitis :( )
Ya (√) Tidak
4). Lidah
kotor :( )
Ya (√) Tidak
5).
Salifa :
(√) Normal ( ) Abnormal
6).
Muntah : (√) Tida
k ( ) Ya
7). Nyeri daerah
perut : (√) Ya, luka post-op
8). Skala
nyeri :3-4
9). Lokasi dan Karakter
nyeri : (√) Kanan Bawah
10). Bising
usus : 15x/menit
11).
Diare : (√) Tidak
( ) Ya
12).
Konstipasi :( )
Tidak (√) Ya, 2 hari.
13).
Hepar : (√) Terab
a ()Tidak Teraba
14).
Abdomen :( )
Distensi (√) Kembung
j. Sistem Endokrin:
a. Pembesaran Kelenjar
Tiroid : (√) Tidak ( ) Ya
b. Nafas berbau
keton : (√) Tidak ( ) Ya
c. Luka
ganggren : (√)Ti
dak ( ) Ya
k. Sistem Urogenital:
a. Balance Cairan : Intake
1000 ml ; Out 500 ml
b. Perubahan pola
kemih : (√) Retensi ( )
Dysuria
c. B.a.k : (√) Ku
ning Jernih () Putih
d. Distensi/ketegangan kandung kemih : ( )
Ya (√) Tidak
e. Keluhan sakit pinggang :( )
Ya (√) Tidak
f. Skala nyeri :0
l. Sistem Integumen
a. Turgor kulit : (√)
Tidak Elastis
b. Temperatur kulit :( )
Hangat (√)Dingin
c. Warna
kulit : (√) Pucat ()
Cyanosis
d. Keadaan kulit :(
) Baik (√) Lesi
: (√) Insisi Operasi, lokasi
daerah skrotum.
e. Kelainan
kulit : (√) Tidak ( )
Ya
f. Kondisi kulit yang terpasang infus :
Normal, tidak ada oedeme
g. Keadaan rambut :-
Tekstur : Baik
- Kebersihan :Ya
m. Sistem Muskuloskeletal
a. Kesulitan dalam
bergerak : (√) Ya,terpasang infus
(+)
b. Sakit pada tulang :( )
Ya (√) Tidak
c. Fraktur :( )
Ya (√) Tidak
d. Kelainan bentuk tulang sendi :
Tidak Ada
e. Kelainan struktur tulang belakang :
Tidak Ada
f. Keadaan otot : Baik

5. Data Penunjang
a. Laboratorium:

Hari/

No tanggal Jenis Nilai Nilai Normal

1. Minggu 1. Darah rutin:

17-06-a. HB 14.4 L: 13.0-16.0 ; P:

12 b. Eritrosit 4.72 12.0-14.0

6.800 4.5 - 5.9 (4.5 - 5.5)


c. Leukosit 291.000 5.000 - 10.000

40.0 150.000 – 450.000


d. Trombosit

0 L: 40 – 48 ; P: 36
e. Hematrokrit
0 – 42

f. Basofil
0 0–1%

g. Eosinofil 60 1–3%

40 3–6%
h. Batang
0 50 – 70 %

i. Segmen
20 – 40 %

j. Limfosit 2-8 %

2
k. Monosit

11 1 – 3 mnt
2. Masa
°/ Rh (+) 9 – 15 mnt
pendarahan 3.
-
Masa pembekuan 4.

Gol. Darah
95

Diabetes: 5. Glukosa
75 – 200 mg/dl

sewaktu:
Imunologi/ serologi

HBs Ag / negatif (-)

b. Rontgen:
Hasil: Pemeriksaan radiologi yaitu nampak
Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Skrotalis.
6. Penatalaksanaan

Tanggal Waktu Jenis Dosis Cara Pemberian

06.00 Infus RL 500 cc 20 tts/mnt

Senin 06.30 Captrofil 25 mg IV

18-06-12 15.00 Cefotaxime 1 gr IV

15.00 Ketorolac 1 amp IV

17.30 Infus D 5 % 500 cc 20 tts/mnt

22.00 Ketorolac 1 amp IV

22.00 Ceftriaxone 1 gr IV

Selasa 06.00 Ketorolac 1 amp IV


19-06-12 06.00 Ceftriaxone 1 gr IV 7.
06.00 Infus RL 500cc IV Dat
a
Fokus

Tanggal Data Subjektif Data Objektif

Minggu Pasien mengatakan ada rasa nyeri Pasien tampak meringis kesakitan,

17 Juni 2012 di perut kanan bawah di bagian benjolan pada kemaluan (+)

Jam 16.55 skrotum. S: 37°C N: 72x/mnt RR: 34x/mnt

TD: 120/90 mmHg, oedeme (+)

Senin Pasien mengatakan timbul rasa Keluhan lemah, kesadaran CM,

18 Juni 2012 nyeri setelah operasi. pasien tampak meringis kesakitan,

Jam 14.45 dan berhati-hati saat bergerak.

S: 36°C , N: 80 x/mnt , RR: 34 x/mnt

TD: 160/70 mmHg, oedeme (-),

BAB (-), BAK (+) kuning jernih,

Flatus (-)
Selasa Pasien mengatakan nyeri bagian Keluhan sedang, kesadaran CM,

19 Juni 2012 operasi berkurang, namun pasien pasien tampak lemas.

Jam 08.00 merasa mual dan lemas. S: 37°C , N: 82 x/mnt , RR 32 x/mnt,

TD: 130/70 mmHg, oedeme (-) ,

mual (+), muntah (-), flatus (+) BAB

(+) agak keras kecoklatan, BAK (+)

kuning jernih.

8. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


1. DS: Pasien datang Nyeri berhubungan Terjadinya gangguan aliran

dengan keluhan ada dengan trauma darah di usus yang terjepit

rasa nyeri di perut jaringan (usus yang menyebabkan kematian

kanan bawah dan ada terjepit) jaringan (Nekrosis) dan

benjolan di skrotum. menimbulkan Perforasi.

DO: Pasien tampak

meringis kesakitan,

ada benjolan pada

kemaluan (+)

S: 37°C N: 72x/mnt

RR: 34x/mnt TD:

120/90 mmHg,

oedeme (+)

2. DS: Pasien mengeluh Nyeri berhubungan Terputusnya kontuinitas

nyeri bagian luka dengan trauma jaringan kulit pada post-op,

post-op. jaringan (insisi bedah) yang menstimulasi saraf nyeri

DO: Keluhan lemah, dan menimbulkan rasa nyeri.

kesadaran CM,

pasien tampak
meringis kesakitan,

dan berhati-hati saat

bergerak.

S: 36°C , N: 80

x/mnt , RR: 34 x/mnt

TD: 160/70 mmHg,

oedeme (-), BAB (-),

BAK

(+) kuning jernih,

Flatus (-)

3. DS: Pasien Intoleransi aktifitas Efek luka operasi yang

mengatakan nyeri berhubungan dengan menimbulkan rasamual yang

bagian operasi respon tubuh akibat memicu terjadinya intoleransi

berkurang, namun luka post-op. aktifitas terhadap respon

pasien merasa mual tubuh.

dan lemas.

DO: Pasien telihat

lemas.

S: 37°C, N: 82 x/mnt
, RR 32 x/mnt, TD:

130/70 mmHg,

oedeme (-) , mual (+)

muntah (-) flatus (+)

BAB (+) agak keras

kecoklatan, BAB (+)

kuning jernih.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Ditemukan Tanggal Nama

Teratasi Jelas

1. Nyeri berhubungan dengan 17-06-2012 18-06-2012

trauma jaringan (usus

terjepit).

2. Nyeri berhubungan dengan 18-06-2012 18-06-2012

trauma jaringan post-op (insisi


bedah)

3. Intoleransi aktifitas 19-06-2012 19-06-2012

berhubungan dengan respon

tubuh akibat luka post-op.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Tgl No Diagnosa Keperawatan Tujuan danKriteria Rencana Tindakan Paraf &

(PES) Hasil nama jelas


18 Juni 1. Nyeri berhubungan Tujuan: Nyeri a. Mengkaji tanda-

2012 dengan trauma jaringan berkurang/hilang tanda nyeri pasien.

(usus terjepit). (1-2 hari) b. Mengajarkan

Kriteria Hasil: tehnik relaksasi.

Pasien tampak c. Memberi posisi

rileks dan keluhan semi fowler.

nyeri (-) d. Memberi informasi

yang akurat untuk

mengurangi rasa

sakit.

e. Kolaborasi dalam

pemberian terapi.

18 Juni 2. Nyeri berhubungan Tujuan: Nyeri a. Mengkaji

2012 dengan trauma jaringan berkurang/hilang pengalaman nyeri

post-op (insisi bedah) (1- 5 hari) pasien, tentukan

Kriteria Hasil: tingkat nyeri yang

Keluhan nyeri dialami.

berkurang, pasienb. Memantau keluhan

rileks, dan skala nyeri.


nyeri 0. c. Mengjarkan tehnik

relaksasi.

d. Menganjurkan

mobilisasi dini.

e. Kolaborasi dalam

pemberian terapi.

19 Juni 3. Intoleransi aktifitas Tujuan: Aktifitas a. Menjelaskan

2012 berhubungan dengan dapat maksimal batasan aktifitas

respon tubuh akibat terjadi. pasien sesuai

luka post-op. Kriteria Hasil: kondisi

Memperlihatkan b. Meningkatkan

kemajuan aktifitas aktifitas secara

s.d mandiri dan bertahap.

ada respon positifc. Merencanakan

terhadap aktifitas. waktu istirahat

sesuai jadwal.

d. Memotivasi

peningkatan dan
beri penghargaan

pada kemajuan

yang telah dicapai.

D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Tanggal/Waktu No. DK Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf dan

nama jelas
17 Juni 2012 1. Tindakan:

a. Kaji tanda-tanda nyeri (0-10)

b. Ajarkan tehnik relaksasi.

c. Berikan posisi semi fowler.

d. Berikan informasi yang akurat untuk

mengurangi rasa sakit.

e. Kolaborasi dalam pemberian terapi.

Hasil:

a. Skala nyeri sedang (4-5)

b. Pasien tampak lebih rileks.

c. Keluhan nyeri berkurang.

18 Juni 2012 2. Tindakan:

a. Kaji pengalaman nyeri pasien, dan

menetukan tingkat nyeri yang dialami.

b. Pantau keluhan nyeri.

c. Ajarkan tehnik relaksasi.

d. Anjurkan mobilisasi dini.

e. Kolaborasi dalam pemberian terapi.

Hasil:
a. Skala nyeri sedang 4-5

b. Keluhan nyeri berkurang.

c. Pasien sudah bisa beristirahat dengan

tenang.
19 Juni 2012 3.
Tindakan:

a. Jelaskan batasan aktifitas pasien sesuai

kondisi.

b. Tingkatkan aktifitas secara bertahap.

c. Rencanakan waktu istirahat sesuai jadwal.

d. Berikan motivasi peningkatan dan memberi

penghargaan pada kemajuan yang telah

dicapai.

Hasil:

a. Pasien tampak lebih rileks.

b. Pasien sudah dapat melakukan eliminasi

sendiri.

c. Keluhan nyeri 0.
d. Pasien diizinkan pulang.
E. EVALUASI (CATATAN
PENGEMBANGAN)

No.DK Tgl/Jam Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan Nama

jelas

1 17 Juni S: Pasien datang dengan keluhan ada

2012 rasa nyeri di perut kanan bawah.

O: Pasien tampak meringis kesakitan,

ada benjolan pada kemaluan (+) S:

37°C N: 72x/mnt RR: 34x/mnt TD:

120/90 mmHg, oedeme (+)

A: Nyeri berhubungan dengan trauma

jaringan (usus terjepit).

P:
a. Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien.

b. Mengajarkan tehnik relaksasi.

c. Memberikan posisi semi fowler.

d. Memberikan informasi yang akurat

untuk mengurangi rasa sakit.

e. Kolaborasi dalam pemberian terapi.

2 18 Juni S: Pasien mengeluh nyeri bagian luka

2012 post-op.

O: Keluhan lemah, kesadaran CM,

pasien tampak meringis kesakitan,

berhati-hat saat bergerak.

S: 36°C , N: 80 x/mnt , RR: 34 x/mnt

TD: 160/70 mmHg, oedeme (-), BAB

(-), BAK (+) kuning jernih, Flatus (-)

A: Nyeri berhubungan dengan trauma

jaringan post-op (insisi bedah)

P:

a. Mengkaji pengalaman nyeri pasien,

dan menetukan tingkat nyeri yang


dialami.

b. Memantau keluhan nyeri.

c. Mengajarkan tehnik relaksasi.

d. Menganjurkan mobilisasi dini.

e. Kolaborasi dalam pemberian terapi.

3 19 Juni S: Pasien mengatakan rasa nyeri

2012 sudah berkurang, namun ada rasa

lemas, dan mual.

O: Pasien telihat lemas.

S: 37°C, N: 82 x/mnt , RR 32 x/mnt,

TD: 130/70 mmHg, oedeme (-) , mual

(+) muntah (-) flatus (+) BAB (+)

agak keras kecoklatan, BAB (+)

kuning jernih.

A: Intoleransi aktifitas berhubungan

dengan respon tubuh akibat luka post-

op.

P:

a. Menjelaskan batasan aktifitas pasien


sesuai kondisi.

b. Meningkatkan aktifitas secara

bertahap.

c. Merencanakan waktu istirahat sesuai

jadwal.

d. Memotivasi peningkatan dan

memberi penghargaan pada kemajuan

yang telah dicapai.

TINJAUAN KASUS

1. Nyeri berhubungan dengan trauma


jaringan (usus terjepit) ditandai dengan:
Data Subjektif: Pasien mengatakan ada rasa
nyeri di perut kanan bawah.
Data Objektif: Pasien tampak meringis
kesakitan, benjolan pada kemaluan (+) S:
37°C N: 72x/mnt RR: 34x/mnt TD: 120/90
mmHg, oedeme (+)
Tujuan: Nyeri berkurang/hilang (1-2 hari)
Kriteria Hasil: Pasien tampak rileks dan
keluhan nyeri (-)
Rencana Tindakan:
a. Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien.
b. Mengajarkan tehnik relaksasi.
c. Memberi posisi semi fowler.
d. Memberi informasi yang akurat untuk
mengurangi rasa sakit.
e. Kolaborasi dalam pemberian terapi.
Pelaksanaan:
Tanggal 17 Juni 2012
Pukul 16.55 mengukur TTV, TD: 120/90
mmHg, Suhu: 37°C, Nadi: 74x/mnt,
Pernafasan: 30x/mnt; Pukul: 17.10 mengkaji
tanda-tanda nyeri pada Tn.T dan mengajarkan
tehnik relaksasi agar tidak tegang; Pukul 18.25
memotivasi pasien untuk banyak minum dan
beristirahat serta memberikan posisi semi
fowler; Pukul 21.30 memotivasi ulang pasien
untuk istirahat, puasa, mandi dan cukur.

Tanggal 18 Juni 2012


Pukul 06.00 mengukur TTV, TD: 130/90
mmHg, Suhu: 36,5°C, Nadi 72x/mnt,
Pernafasan: 32x/mnt dan memasang infus
Ringer Laktat 20 tpm; Pukul 06.10 skin test
Cefotaxime; Pukul 06.30 memberi terapi
Captrofil 25mg melalui I.V dan mengajarkan
tehnik nafas dalam agar lebih rileks dalam
menjalani operasi. Pukul 09.00 mengantar
pasien ke ruang Operasi.
Evaluasi:
Tanggal 17 Juni 2012
Subjektif: Pasien mengatakan ada rasa nyeri
di perut kanan bawah.
Objektif: Pasien tampak meringis kesakitan,
ada benjolan pada kemaluan (+),
S: 37°C, N: 72x/mnt RR: 34x/mnt TD:
120/90 mmHg, oedeme (+)
Analisa: Nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan (usus terjepit)
Perencanaan:
a. Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien.
b. Mengajarkan tehnik relaksasi.
c. Memberikan posisi semi fowler.
d. Memberikan informasi yang akurat untuk
mengurangi rasa sakit.
e. Kolaborasi dalam pemberian terapi.
2. Nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan post-op (insisi bedah) ditandai
dengan:
Data Subjektif: Pasien mengeluh nyeri
bagian luka post-op.
Data Objektif: Keluhan lemah, kesadaran
CM, pasien tampak meringis kesakitan, dan
berhati-hati saat bergerak. S: 36°C , N: 80
x/mnt , RR: 34 x/mnt TD: 160/70 mmHg,
oedeme (-), BAB (-), BAK
(+) kuning jernih, Flatus (-).
Tujuan: Nyeri berkurang/hilang (1- 5 hari)
Kriteria Hasil: Keluhan nyeri berkurang,
pasien rileks, dan skala nyeri 0.
Rencana Tindakan:
a. Mengkaji pengalaman nyeri pasien, tentukan
tingkat nyeri yang dialami.
b. Memantau keluhan nyeri.
c. Mengajarkan tehnik relaksasi.
d. Menganjurkan mobilisasi dini.
e. Kolaborasi dalam pemberian terapi.
Pelaksanaan:
Tanggal 18 Juni 2012
Pukul 14.45 pasien datang dari ruang operasi;
Pukul 14.50 mengukur TTV, TD: 160/70
mmHg, Suhu: 37°C, Nadi: 80x/mnt,
Pernafasan 37x/mnt; Pukul 15.00 memberikan
terapi Cefotaxime 1gr melalui I.V dan
memberikan Ketorolac 1 amp melalui cairan
infus, mengkaji tanda-tanda nyeri dan
membandingkan tingkat nyeri sebelum operasi
dan setelah post-op dan memotivasi pasien
untuk istirahat; Pukul 17.30 mengganti cairan
infus dengan D 5% melalui I.V dengan 20
tpm; 17.45 memotivasi pasien untuk makan
dan minum secara bertahap; Pukul 22.00
memberikan terapi Cefotaxime 1gr melalui
I.V dan memberikan Ketorolac 1 amp dan
mengobservasi pasien untuk melakukan
mobilisasi dini sesuai dengan batas
kemampuan.
Tanggal 19 Juni 2012
Pukul 06.00 mengganti cairan infus dengan
Ringer Laktat melalui I.V 20 tpm, dan
memberikan terapi Cefotaxime 1gr melalui
I.V dan memberikan Ketorolac 1 amp melalui
cairan infus.
Evaluasi:
Tanggal 18 Juni 2012
Subjektif: Pasien mengeluh nyeri bagian luka
post-op.
Objektif: Keluhan lemah, kesadaran CM,
pasien tampak meringis kesakitan, berhati-hat
saat bergerak. S: 36°C , N: 80 x/mnt , RR: 34
x/mnt TD: 160/70 mmHg, oedeme (-), BAB
(-), BAK (+) kuning jernih, Flatus (-)
Analisa: Nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan post-op (insisi bedah)
Perencanaan:
a. Mengkaji pengalaman nyeri pasien, dan
menetukan tingkat nyeri yang dialami.
b. Memantau keluhan nyeri.
c. Mengajarkan tehnik relaksasi.
d. Menganjurkan mobilisasi dini.
e. Kolaborasi dalam pemberian terapi.
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
respon tubuh akibat luka post-op ditandai
dengan:
Data Subjektif: Pasien mengatakan lemas,
dan mual.
Data Objektif: Pasien telihat lemas, kesadaran
CM, S: 37°C, N: 82 x/mnt, RR 32 x/mnt, TD:
130/70 mmHg, oedeme (-) , mual (+) muntah
(-) flatus (+) BAB (+) agak keras kecoklatan,
BAB (+) kuning jernih.
Tujuan: Aktifitas dapat maksimal terjadi.
Kriteria Hasil: Memperlihatkan kemajuan
aktifitas s.d mandiri dan ada respon positif
terhadap aktifitas.

Rencana Tindakan:
a. Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai
dengan kondisi.
b. Meningkatkan aktifitas secara bertahap.
c. Merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal.
d. Memotivasi peningkatan dan beri
penghargaan pada kemajuan yang telah
dicapai.
Pelaksanaan:
Tanggal 19 Juni 2012
Pukul 08.00 memotivasi pasien untuk
melakukan aktifitas sesuai dengan kondisi
pasien, melakukan mobilisasi seperti yang
diinstruksikan oleh perawat jaga, dan harus
berlatih agar dapat melakukan kegiatan
eliminasi secara mandiri; Pukul 10.00
mengukur TTV, TD: 130/70 mmHg, Suhu:
37°C, Nadi: 70x/mnt, Pernafasan: 32x/mnt.
Pukul 12.00 memberikan makanan siang
dengan diet lunak; Pukul 14.30 mengikuti
visite dokter dengan instruksi pasien dapat
pulang.
Evaluasi:
Tanggal 19 Juni 2012
Subjektif: Pasien mengatakan lemas, dan
mual.
Objektif: Pasien telihat lemas, kesadaran CM,
S: 37°C, N: 82 x/mnt , RR 32 x/mnt, TD:
130/70 mmHg, oedeme (-), mual (+) muntah
(-) flatus (+) BAB (+) agak keras kecoklatan,
BAB (+) kuning jernih.
Analisa: Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan respon tubuh akibat luka post-op.
Perencanaan:
a. Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai
kondisi.
b. Meningkatkan aktifitas secara bertahap.
c. Merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal.
d. Memotivasi peningkatan dan memberi
penghargaan pada kemajuan yang telah
dicapai.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Berdasarkan pengkajian tanda dan gejala yang ada pada teori telah ditemukan pada

kasus Tn. T adalah mual, muntah, dan tidak ada nafsu makan. Hal ini dikarenakan

pada saat pengkajian, pasien masih dalam pengaruh anastesi yang berefek pada tubuh

dan sistem pencernaannya. Pasien masih terlihat lemas dan berhati-hati saat bergerak.

Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari

perut atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus

melewati beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma,
atau melewati struktur lainnya di rongga abdominal. (Ignatavicius, Donna,

et.All. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: W.B Saunders Company,2000)

Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus

vaginalis berobliterasi (paten). (Mansjoer, Arief, Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.

Jakarta,2000). Hernia adalah suatu benjolan diperut dari rongga yang normal melalui

lubang congenital atau didapat.

Penyebab penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti: Kongenital,

Obesitas Pada Ibu hamil, Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan

intra-abdomen. Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat.

Komplikasi yang disebabkan dari Hernia Inguinalis adalah Hernia

berulang,Kerusakan pada pasokan darah, testis dan saraf, Pendarahan yang

berlebihan / infeksi luka bedah, Luka pada usus (jika tidak hati-hati), Setelah

Herniografi dapat terjadi Hematoma, Fostes urin dan feses, Residip, dan Komplikasi

lama merupakan atropi testis karena lesi. (Oswari E. Bedah dan

Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia,1993).


Pembedahan diindikasikan bila diagnosa Hernia telah ditegakkan. Antibotik diberikan sampai

pembedahan dilakukan. Analgetik juga dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Dalam

melakukan pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang berarti, sedangkan faktor

pendukung yang mempermudah penulis mendapatkan data adalah kerjasama yang baik antara

penulis dengan pasien disebabkan karena pasien yang sangat kooperatif dan terbuka dalam

mengemukakan keluhan yang dirasakannya, selain itu adanya bantuan dari perawat ruangan

yang membantu memberikan informasi pada penulis, juga tersedianya alat-alat pemeriksaan

fisik. (Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta:

EGC, 2005)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pada tahap ini, penulis membedakan kesenjangan antara diagnosa teoritis dengan yang

ditemukan pada kasus menurut Doenges, Marilynn E. (Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3.

Jakarta : EGC,2000).

Dari Diagnosa menurut Doenges, Penulis mengemukakan bahwa diagnosa yang sesuai

dengan kasus yang dialami Tn.T, yaitu:

1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit)

2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.


Diagnosa keperawatan ini muncul karena kurangnya pengetahuan tentang perawatan

danpenyakit berhubungan dengan status kesehatan Tn.T. tentang batasan tolerasi aktifitas

pasien.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Dalam menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan Herniatomi, penulis membuat

sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai seperti

perencanaan yang terdapat pada kasus dan tidak berbanding terbalik dengan teoritis yang

dikemukakan para ahli.

1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit).

Rencana Keperawatan:

a. Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien.

b. Mengajarkan tehnik relaksasi.

c. Memberikan posisi semi fowler.

d. Memerikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa sakit.

e. Kolaborasi dalam pemberian terapi.

2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)

Rencana Keperawatan:

a. Mengkaji pengalaman nyeri pasien, tentukan tingkat nyeri yang dialami.


b. Memantau keluhan nyeri.

c. Mengajarkan tehnik relaksasi.

d. Menganjurkan mobilisasi dini.

e. Kolaborasi dalam pemberian terapi.

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.

Rencana Keperawatan:

a. Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai kondisi

b. Meningkatkan aktifitas secara bertahap.

c. Merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal.

d. Memotivasi peningkatan dan beri penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.

D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Pelaksanaan tindakan keperawatan mengacu pada perencanaan yang telah disusun dalam

perencanaan keperawatan. Pada tahap ini penulis melakukan tindakan berdasarkan prioritas

masalah yang ditetapkan. Semua intervensi yang direncanakan telah dilakukan, dalam

melakukan implementasi, pasien dan keluarga sangat antusias dalam membantu

terlaksananya proses pelaksanaan, sehingga tercapainya tujuan yang diharapkan.


Pada diagnosis nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit), telah dilakukan

tindakan keperawatan, yaitu: Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien, mengajarkan tehnik

relaksasi, memberikan posisi semi fowler, memberikan informasi yang akurat untuk

mengurangi rasa sakit, dan kolaborasi dalam pemberian terapi.

Pada diagnosis nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah), telah

dilakukan tindakan keperawatan, yaitu: Mengkaji pengalaman nyeri pasien, dan menetukan

tingkat nyeri yang dialami, memantau keluhan nyeri, mengajarkan tehnik relaksasi,

menganjurkan mobilisasi dini dan kolaborasi dalam pemberian terapi.

Pada diagnosis Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op,

telah dilakukan tindakan keperawatan, yaitu: Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai

kondisi, meningkatkan aktifitas secara bertahap, merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal,

memotivasi peningkatan dan memberi penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari Asuhan Keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosa, perencanaan dan tindakan keperawatan. Pada tahap ini, penulis akan
mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan. Dari ketiga diagnosa tersebut, akan

penulis paparkan penjelasan tentang hasil evaluasi pada kasus Tn.T.

Diagnosa nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit), masalah teratasi

sebagian, karena pasien mengatakan rasa nyeri telah berkurang pada luka insisi pembedahan.

Hasil evaluasi: pasien terlihat lebih rileks dan keluhan nyeri berkurang.

Diagnosa nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah) masalah sudah

teratasi, karena pada saat dilakukan perawatan, luka tampak luka bersih, tidak terdapat

perdarahan dan pembengkakan, serta daerah di sekitar luka operasi tidak terjadi

kemerahan/infeksi, tanda-tanda vital dalam batas normal. Hasil evaluasi: Skala nyeri sedang,

keluhan nyeri berkurang, dan pasien dapat istirahat dengan tenang.

Diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op, masalah

telah teratasi. Karena pada hari kedua setelah post-op pasien sudah mampu duduk dan

melakukan aktifitas eliminasi sendiri. Pada hari ketiga pelaksanaan asuhan keperawatan

pasien sudah dapat berjalan dan diizinkan untuk pulang. Hasil evaluasi: Pasien lebih rileks,

dan keluhan nyeri 0.


BAB V

EVALUASI

A. KESIMPULAN

Setelah mendalami dengan teliti melalui pembandingan antara konsep medik dan konsep

pemberian asuhan keperawatan pada pasien Herniatomi dengan kenyataan kasus yang penulis

hadapi, maka ada beberapa hal yang dapat penulis simpulkan, diantaranya sebagai berikut.

Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal

melalui sebuah defek Kongenital atau yang didapat. Hernia adalah defek dalam dinding

abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti Peritoneum, lemak, usus atau kandung

kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal. (dr.

Jan Tambayong. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC,2000.)

Penyebab penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :

1. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko yang

berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat

dicegah dengan cara olahraga atau latihan-latihan.


2. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena banyaknya

lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah

dengan pengontrolan berat badan.

3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada

daerah rahim dan sekitarnya.

4. Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.

5. Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat.

Menurut Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia,1993.Komplikasi

yang dapat terjadi dari Hernia Inguinalis adalah Hernia berulang,Kerusakan pada

pasokan darah, testis dan saraf, Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah, Luka

pada usus (jika tidak hati-hati), Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma, Fostes

urin dan feses, Residip, dan Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

Melihat perkembangan penyakit Hernia dan masalah yang ditimbulkan, perlu deteksi

dini untuk mendapatkan tindakan yang tepat agar tidak terjadi komplikasi. Salah satu

tindakan yang tepat adalah pembedahan, karena pembedahan akan menyingkirkan

atau mengurangi gejala dari komplikasi.


Lingkungan dan pola hidup serta aktifitas pasien juga mendukung timbulnya penyakit

yang ada hubungannya dengan resiko timbulnya Hernia. Ini diperlukan peningkatan

pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan kepada pasien untuk dapat

membantu proses penyembuhan penyakit.

Hernia kongenital disebabkan oleh penutupan struktural cacat atau yang berhubungan

dengan melemahnya otot-otot normal. Hernia diklasifikasikan menurut lokasi di mana

mereka muncul. Sekitar 75% dari hernia terjadi di pangkal paha. Ini juga dikenal

sebagai hernia inguinalis atau femoralis. Sekitar 10% adalah hernia ventral atau

insisional dinding abdomen, 3% adalah Hernia umbilikalis. Jenis lain dapat mencakup

hiatus hernia dan diafragmatik Hernia.

B. SARAN

Berdasakan kesimpulan diatas maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai

bahan pertimbangan yang ada kaitannya dengan masalah Hernia. Adapun saran yang

penulis sampaikan adalah:

a. Bagi pasien:

Diharapkan agar pasien melatih penguatan otot yang mungkin dapat membantu

menjaga berat badan normal, sehat secara fisik, dan menggunakan teknik mengangkat
yang tepat dapat mencegah Herniasi. Karena awal pengkajian dan diagnosis Herniasi

sangat membantu dalam pencegahan tercekik. Setelah Herniasi terjadi, individu harus

mencari perhatian medis dan menghindari mengangkat dan tegang, yang berkontribusi

pada cekikan.

b. Bagi perawat dan tenaga kesehatan:

Selalu mengingatkan pasien tentang cara-cara membatasi terjadinya kontribusi

cekikan yang memperparah kondisi pasien.

c. Bagi siswa:

Memberikan informasi yang benar kepada lingkungan sekitar tentang batasan-batasan

mengangkat beban yang berat, mengedan dan faktor-faktor ain yang dapat

menimbulkan Hernia.

DAFTAR PUSTAKA

Darmawan Kartono,dkk. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa

Aksara.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC

dr. Jan Tambayong, 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

dr. Taufan Nugroho, 2011. Kumpulan Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah

dan Penyakit Dalam. Jakarta:


Hand out. 2007. hospitalisasi. Prodi keperawatan, Semarang.

http:// nugealjamela.blogspot.com, diakses 12 agustus 2010

Ignatavicius, Donna, et.All. 2000. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: W.B

SaundersCompany.

John L. Cameron. 1997. Current Surgical Therapy. Jakarta: Binarupa Aksara.

LeMone, and Burke, M.K. 2000. Medical Surgical Nursing:Critical Thinking in

ClientCare. Second Edition. New Jersey: Prentie-Hall,Inc.

Lewis, Heitkemper, Dirksen. 2000. Medical Surgical Nursing: Assessment and

Management of Clinical Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby.

Lewis, Heitkemper, Dirksen. 2000. Medical Surgical Nursing: Assessment and

Management of Clinical Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby.

Long C, Barbara, 1996. Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arief, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta: EGC

Oswari E. 1993. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia.

Seymour I. Schwartz, et.All 2000. Principles of Surgery. Companion handbook. Jakarta:

EGC.

Syamsuhidayat, et.al. 2002. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.

Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.

Jakarta: EGC
Tambayong, dr. Jan.2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Wong, 2004. Wong’s nursing care of infant and children. St. Louis.

Você também pode gostar