Você está na página 1de 35

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN JIWA PADA Ny. C.

B
DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANGAN KABELA
RSJ PROF. Dr. V. L. RATUMBUYSANG MANADO

DI SUSUN OLEH :

ATIKA DHAYANTI LOLONG


1604013

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH MANADO
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan Hidayah-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah seminar keperawatan jiwa dengan judul “Resume Asuhan
Keperawatan Jiwa pada Pasien Tn. A.D dengan Masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri
Rendah dengan Diagnosa Medis Skizofrenia Paranoid di RUANGAN KABELA”.
Selebihnya kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing dan
CI RUANGAN KABELA yang telah membimbing saya dalam melakukan penyusunan
Makalah seminar ini.
Saya sebagai penyusun makalah ini menyadari dalam pembuatan makalah ini masih
banyak kekurangan. Untuk itu kami mohon dengan tulus mengharapkan kritik dan saran
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi kita
semua dan manfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Manado, 16 Februari 2017

Atika Dhayanti Lolong


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
4. Manfaat
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
2. Klasifikasi
3. Etiologi
4. Tanda dan Gejala
5. Akibat
6. Proses Terjadinya
7. Faktor Predisposisi
8. Faktor Presipitasi
9. Penatalaksanaan Medis
10. Rentang Respon
11. Mekanisme Koping
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
BAB III TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
2. Perencanaan
3. Implementasi
4. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang
lain (Stuart and Sundeen, 1998). Harga Diri Rendah Kronis adalah perasaan negatif
terhadap diri sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna,
pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Departemen Kesehatan, 1998).
Berdasarkan catatan World Health Organization (WHO), sebanyak 450 juta orang di
muka Bumi mengalami gangguan mental (mental disorder), 150 juta mengalami depresi,
25 juta orang mengalami skizofrenia, sebagai gambaran, di negara Indonesia survey
tentang penderita gangguan jiwa tercatat 44,6% per 1.000 penduduk Indonesia menderita
gangguan jiwa berat. Berdasarkan data yang diperoleh penulis, jumlah pasien yang
dirawat di Rumah Sakit Atma Husada Mahakam Samarinda pada bulan Januari sampai
November 2009 adalah sebanyak 852 orang.
Berdasarkan fakta – fakta seperti itu sudah seharusnya menjadi cacatan bagi kita di
Indonesia dalam mengatasi kesehatan jiwa yang sudah mengkhawatirkan dewasa ini
akibat terjadinya “perang”, konflik dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan. Karena
secara nyata kondisi seperti itulah yang merupakan salah satu pemicu yang
memunculkan rasa stress, depresi dan berbagai gangguan jiwa pada manusia.
Dengan meningkatnya angka gangguan jiwa di Indonesia pada umumnya dan di
Rumah Sakit Atma Husada Mahakam Samarinda pada khususnya, maka perlunya
dilakukan perawatan yang lebih intensif pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis
secara menyeluruh meliputi
Bio – Psiko – Sosio – Spiritual, dimana penanganan klien dengan Harga Diri Rendah
pada kuhususnya dan gangguan jiwa pada umumnya, menekankan ke arah
profesionalisme profesi keperawatan oleh sebab itu penyusun tertarik untuk mengangkat
Asuhan Keperawatan pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis sebagai judul
makalah.
Berdasarkan faktor – faktor tersebut di atas, sehingga perawatan masalah dengan
Harga Diri Rendah Kronis sangat memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh, karena
seseorang yang mengalami gangguan jiwa dengan harga diri rendah pasti akan merasa
dirinya tidak berharga, tidak mampu, dan selalu mengatakan bahwa dirinya tidak
berguna, yang mana hal ini dapat memicu seseorang mengalami stress.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman langsung dalam memberikan asuhan
keperawatan klien Ny. C.B dengan Harga Diri Rendah Kronis.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien Ny. B dengan Harga
Diri Rendah Kronis, penyusun akan dapat :
1) Melakukan pengkajian pada klien dengan Harga Diri Rendah
2) Merumuskan diagnosa keperawatan yang timbul pada klien Ny. C.B dengan
Harga Diri Rendah
3) Merencanakan tindakan keperawatan pada klien Ny. C.B dengan Harga Diri
Rendah
4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Ny. C.B dengan Harga Diri
Rendah
5) Membuat evaluasi dari tindakan keperawatan pada klien Ny. C.B dengan Harga
Diri Rendah
6) Membuat dokumentasi asuhan keperawatan pada klien Ny. C.B dengan Harga
Diri Rendah

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Perawat
Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien Ny. C.B dengan Harga Diri Rendah
2. Bagi Institusi
Makalah tentang Asuhan Keperawatan pada klien Ny. C.B dengan Harga Diri
Rendah dapat menambah bahan – bahan referensi di perpustakaan institusi.
3. Bagi Pembaca
Makalah ini dapat dijadikan pengalaman dan latihan bagi pembaca dalam menyusun
asuhan keperawatan Harga Diri Rendah.
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

A. Kasus (Masalah Utama)


Harga Diri Rendah
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
 Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, rendah diri,
yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
(Keliat, 2011).
 Harga diri rendah situasional merupakan perkembangan persepsi negatif tentang
harga diri sebagai respons seseorang terhadap situasi yang sedang dialami.
(Wilkinson, 2012).
2. Klasifikasi
Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.
3. Etiologi
Harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh korupsi, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
1) Privacy yang harus diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan struktur bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptif.
4. Tanda dan Gejala
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat
terapi sinar pada kanker
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
c. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang
bodoh dan tidak tahu apa-apa
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan
orang lain, lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
5. Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak mampu
bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial
menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang
maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI,
1998 : 336).
Tanda dan gejala :
1. Data Subyektif :
a. Mengungkapkan untuk memulai hubungan / pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
2. Data Obyektif :
a. Kurang spontan ketika diajak bicara
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara (Budi
Anna Keliat, 2001)
6. Proses terjadinya
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan
yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi
hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sunden, 1995). Konsep diri terdiri atas
komponen : citra diri, ideal diri, harga diri, penampilan peran dan identitas personal.
Respons individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang konsep diri
yaitu dari adaptif sampai maladatif.
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak
dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggung jawab atas
kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah.
Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga
diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan
menerima penghargaan dari orang lain.
Harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai
keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan
pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara
sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan
eksternal seperti :
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menaksirkan kejadian
yang mengancam.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis transisi peran, yaitu :
1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai
tekanan untuk peyesuaian diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh,
perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik,
prosedur medis dan keperawatan.
Sedangkan menurut hasil riset Malhi (2008, dalam Yosep, 2009),
menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita
seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan.
Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini
menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Dalam tinjauan Life Span
Teori (Yosep, 2009), penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil
sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai
masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal sekolah, pekerjaan dan pergaulan.
Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut
lebih dari kemampuannya.
7. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah penolakan orang
tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis (Fitria, 2009).
8. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami
kegagalan, serta menurunnya produktivitas (Fitria, 2009)
9. Penatalaksanaan Medis
Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada gangguan konsep
diri yang mengarah pada diagnosa medis skizofrenia, khususnya dengan perilaku
harga diri rendah, yaitu:
a. Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan yaitu:
1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine
HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine HCL (Stelazine),
Thioridazine HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).
2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal,
Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan
Clozapine (Clozaril).
b. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila
klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan
menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas
kelompok (TAK).
c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu
atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak
mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik. (Maramis, 2005)
d. Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik
perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan
kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya
memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
(Kaplan dan Sadock,1998:728).
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi
aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi
(Keliat dan Akemat, 2005:13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas
yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga
diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas
sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat, 2005:49).
e. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan
mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan
melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:
1) Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual
untuk membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2009).
2) Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan khusus
(Riyadi dan Purwanto, 2009).
3) Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan
dengan memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar
ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2009).
4) ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik (Riyadi dan
Purwanto, 2009).
f. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi
interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi).
10. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu terhadap konsep dirinya
sepanjang rentang respon konsep diri, yaitu adaptif dan maladaptif.

Keterangan:
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman
nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.
11. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada masalah gangguan konsep diri harga diri rendah meliputi
pertahanan jangka pendek dan pertahanan jangka panjang serta mekanisme ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan ( Stuart dan
Sundeen, 1998 )
1. Pertahanan Jangka Panjang
a) Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas,
misalnya menonton televisi terus menerus, bekerja keras.
b) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya ikut
serta dalam aktivitas kelompok sosial, keagamaan atau politik.
c) Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri, misalnya ikut
pertandingan olahraga secara kompetitif, pencapaian akademik, kontes
mendapatkan popularitas.
d) Aktivitas mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas
menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu, misalnya penyalahgunaan
obat.
2. Pertahanan Jangka Pendek
a) Penutupan identitas, yaitu cepat mengadopsi identitas yang disenangi orang-
orang yang berarti tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi.
b) Identitas negatif, yaitu penilaian negatif yang bertentanagn dengan nilai dan
harapan masyarakat.
3. Pertahanan Ego
a) Fantasi, yaitu kemampuan menggunakan tanggapan – tanggapan yang dimiliki
untuk menetapkan tanggapan baru.
b) Disosiasi, yaitu respon yang tidak sesuai dengan stimulus.
c) Isolasi, yaitu menarik diri dari interaksi dengan dunia luar.
d) Projeksi, yaitu kelemahan diri sendiri dilontarkan pada orang lain.
e) Displacement, yaitu mengeluarkan perasaan perasaan yang tertekan pada
orang yang kurang mengancam atau kurang menimbulkan reaksi emosi.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah
A. Pengkajian Pasien Harga Diri Rendah
1. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal
pengkajian, nomor rekam medic
2. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor biologis,
factor psikologis, social budaya, dan factor genetic
3. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa
tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa malang,
kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan
dan penanganan gejala stress pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan
yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
4. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan spiritual
5. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam
perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir,
tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian,
dan daya tilik diri.
6. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptive
7. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis

B. Pohon Masalah
Menurut Fitria (2009) dan Yosep (2009), pohon masalah pada pasien dengan harga
diri rendah adalah sebagai berikut:

Effect Isolasi social diri : menarik diri

Core Problem Gangguan Harga Diri Rendah

Causa Gangguan citra tubuh


C. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan harga diri rendah
(Fitria, 2009), adalah:
a. Harga diri rendah kronik
b. Koping individu tidak efektif
c. Isolasi sosial
d. Gangguan sensori persepsi: halusinasi
e. Risiko perilaku kekerasan

Sedangkan data yang perlu dikaji pada pasien dengan harga diri rendah (Fitria, 2009
dan Yosep, 2009), adalah:
a. Data subyektif
1) Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna.
2) Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
3) Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau bekerja.
4) Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi, berhias, makan
atau toileting).
b. Data obyektif
1) Mengkritik diri sendiri
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimistis
4) Tidak menerima pujian
5) Penurunan produktivitas
6) Penolakan terhadap kemampuan diri
7) Kurang memperhatikan perawatan diri
8) Berpakaian tidak rapi
9) Berkurang selera makan
10) Tidak berani menatap lawan bicara
11) Lebih banyak menunduk
12) Bicara lambat dengan nada suara lemah.
D. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah
1. Gangguan harga diri
2. Gangguan citra tubuh
3. Ideal diri tidak realistis
4. Gangguan identitas personal
5. Perubahan penampilan peran
6. Ketidakberdayaan
7. Keputusasaan
8. Isolasi sosial : menarik diri
9. Resiko perilaku kekerasan
E. Rencana Keperawatan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH KRONIK
DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN TINDAKAN RASIONAL
KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI KEPERAWATAN
Harga Diri Rendah TUM :
Klien memiliki
konsep diri yang
positif

TUK 1 Setelah interaksi selama 1 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling


Klien dapat membina x 15 menit diharapkan: percaya dengan percaya menjadi dasar
hubungan saling Ekspresi wajah klien menggunakan prinsip keterbukaan klien
percaya. bersahabat, menunjukkan komunikasi terapeutik : kepada perawat.
rasa senang, ada kontak a. Sapa klien dengan a. Memulai pertemuan
mata, mau berjabat nama baik verbal dengan menyapa
tangan,mau menyebutkan maupun non verbal. klien dengan sopan.
nama, mau menjawab b. Perkenalkan diri b. Saling berkenalan
salam, mau duduk dengan sopan. akan menimbulkan
berdampingan dengan rasa keakraban
perawat, mau dengan klien.
mengutarakan masalah c. Tanyakan nama c. Menimbulkan rasa
yang dihadapi lengkap klien dan kenyamanan klien
nama panggilan saat berinteraksi.
yang disukai klien.
d. Jelaskan tujuan d. Klien mengerti
pertemuan maksud perawat
melakukan interaksi
dengannya.
e. Jujur dan menepati e. Menambah rasa
janji percaya klien kepada
perawat.
f. Tunjukkan sikap f. Menimbulkan
empati dan kenyamanan klien
menerima klien apa karena perawat
adanya menerima keadaan
mereka.
g. Berikan perhatian g. Dengan memberi
kepada klien dan perhatian, klien akan
perhatikan merasa nyaman saat
kebutuhan dasar berinteraksi.
TUK 2 Setelah interaksi selama 1. Diskusikan 1. Mengetahui kemampuan
Klien dapat 1x15 menit diharapkan kemampuan dan yang dimiliki klien
mengidentifikasi klien menyebutkan aspek aspek positif yang
kemampuan dan positif dan kemampuan dimiliki klien.
aspek positif yang di yang dimiliki klien 2. Bersama klien buat 2. Mengetahui berbagai
milikinya. daftar tentang aspek macam kemampuan
positif dan yang dimiliki klien.
kemampuan yang
dimiliki klien.
3. Beri pujian yang 3. Pujian akan menambah
realistik dan hirdarkan motivasi klien untuk
memberi penilaian mengungkapkan
yang negatif. kemampuannya.
TUK 3 Setelah interaksi selama 1. Diskusikan dengan 1. Mengetahui
Klien dapat menilai 1x15 menit diharapkan klien kemampuan kemampuan apa saja
kemapauan yang klien menilai kemampuan yang masih dapat yang masih bisa
digunakan. yang dapat digunakan di digunakan selama dilakukan selama
RSJ, klien menilai sakit. dirawat.
kemampuan yang dapat 2. Diskusikan 2. Merencanakan
digunakan dirumah kemampuan yang kemampuan yang akan
dapat dilajutkan di dilakukan di rumah
rumah sakit
3. Beri reinforcement 3. Pujian akan menambah
positif notivasi klien
beraktifitas.
TUK 4 Setelah interaksi selama 1 1. Meminta klien untuk 4. Merencanakan kegiatan
Klien dapat x 15 menit diharapkan memilih satu yang dapat dilakukan di
menetapkan dan klien memiliki kegiatan yang mau rumah sakit.
merencanakan kemampuan yang akan dilakukan di rumah
kegiatan sesuai dilatih, klien mencoba sakit.
dengan kemampuan sesuai jadwal harian. 2. Bantu klien 5. Mempermudah klien
yang dimiliki. melakukannya jika dalam memahami
perlu beri contoh. kegiatannya.
3. Beri pujian atas 6. Menambah motivasi
keberhasilan klien. klien untuk melakukan
kegiatan lain.
4. Diskusikan jadwal 7. Membuat jadwal
kegiatan harian atas kegiatan sesuai
kegiatan yang telah kemampuan klien
dilatih.
TUK 5 Setelah interaksi selama 1. Beri kesempatan pada 1. Mengetahui kemampuan
Klien dapat 1x30 menit diharapkan klien untuk mencoba klien dalam melakukan
melakukan kegiatan Klien melakukan kegiatan kegiatan yang telah suatu kegiatan.
sesuai kondisi sakit yang telah dilatih, mampu direncanakan.
dan kemampuannya. melakukan beberapa 2. Beri pujian atas 2. Menambah motivasi
kegiatan secara mandiri keberhasilan klien. klien untuk melalakuan
kegiatan lain.
3. Diskusikan 3. Bertukar pikiran tentang
kemungkinan kegiatan yang akan
pelaksanaan di rumah dilakukan dirumah.
TUK 6 Setelah interaksi selama 1 1. Beri pendidikan 1. Menambah pengetahuan
Klien dapat x 15 menit diharapkan kesehatan pada keluarga tentang cara
memanfaatkan sistem Keluarga memberi keluarga tentang cara merawat klien dengan
pendukung yang ada. dukungan dan pujian, merawat klien dengan harga diri rendah.
keluarga memahami harga diri rendah.
jadwal kegiatan harian 2. Bantu keluarga 2. Membantu keluarga
klien memberikan untuk memotivasi klein
dukungan selama selama dirawat di rumah
klien dirawat. sakit jiwa.
3. Jelaskan cara 3. Keluarga mengerti
pelaksanaan jadwal tentang beberapa
kegiatan klien di kegiatan yang akan
rumah. dilakukan klien dirumah

4. Anjurkan keluarga 4. Pujian akan menambah


memberi pujian pada motivasi klien untuk
klien setiap berhasil. melakukan berbagai
aktifitas lain.
Rencana Tindakan Keperawatan
a. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien. Untuk
membantu pasien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih
dimilikiya, perawat dapat melakukan hal-hal berikut ini :
1. Diskusikan tentang jumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan dirumah, adanya keluarga dan
lingkungan terdekat pasien.
2. Beri pujian yang realistic dan hindarkan penilaian yang negative.
b. Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara berikut:
1. Diskuskan dengan pasien mengenai kemampuannya yang masih dapat digunakan
saat ini.
2. Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan pasien.
3. Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar yang aktif
c. Membantu pasien untuk memilih/ menetapkan kemapuan yag akan dilatih. Tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut
1. Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan dipilih sebagai kegiatan yang akan
pasien lakukan sehari-hari
2. Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan dengan mandiri
atau dengan bantuan minimal.
d. Latih kemampuan yang dipilih pasien dengan cara berikut: Pasien langkah-langkah
pelaksanaan kegiatan.
1. Bersama pasien, peragakan kegiatan yang ditetapkan
2. Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien
e. Bantu pasien menyusun jadwal pelaksaan kemampuan yang dilatih
1. Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.
2. Beri pujian atas kegiatan yang dapat dialakukan pasien setiap hari.
3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
kegiatan.
4. Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
5. Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan
kegiatan.
 SP 1 Pasien
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/
menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih
dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana
harian.
o Orientasi
“Selamat pagi! Bagaimana keadaan T hari ini? T terlihat segar” “bagaimana kalo
kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah T lakukan?
Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat T lakukan dirumah
sakit. Setelah itu kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih.”
“Dimana kita duduk? Bagaimana kalau diruang tamu? Berapa lama? Bagaimana
kalau 20 menit?”
o Kerja
“T, apakah saja kemampuan yang dimiliki T? bagus,apalagi? Saya buat daftarnya
ya! Apa pula keguatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan
merapikan kamar? Menyapu? Mencuci piring dan seterusnya. Wah, bagus sekali
ada 5 kemampuan dan kegiatan yang T miliki!”
“T, dari kelima kegiatan/kemampuan ini, yang masih di kerjakan dirumah sakit?
(missal ada tiga yang masih dapat dilakukan). Bagus sekali ada tiga kegiatan yang
masih bisa dikerjakan dirmah sakit ini!”
“Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirumah sakit
ini. Baik, yang nomer satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu bagaimana
kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur. T, mari kita lihat tempat tidur
T! coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?”
“nah, kalau kita mau merapikan tempat, kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus! Sekranag kita angkat seprainya dan kasurnya kita balik. Nah,
sekarang kita pasang lagi seprainya, kita mulai dari arah atas, ya bagus! Sekarang
sebelah kaki, Tarik dan masukan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil
bantal, rapikan dan letakkan disebelah atas atau kepala. Mari kita lipat selimut!
Bagus!”
“T sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakan dengan sebelum dirapikan! Bagus!”
“Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda di kertas daftar kegiatan, tulis M
(mandiri) kalau T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) kalau melakukan
dengan dibantu, dan tulis T (tidak kalau T tidak melakukan) perawat memberi
kertas berisi daftar data kegiatan harian.
o Terminasi
“Bagaimana perasaan T setalah kita bercakap-cakap dan latian merapikan tempat
tidur? Ya, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan dirumah
sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat tidur yang sudah T praktikan dengan
baik sekali. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga dirumah setelah pulang.
Sekarang mari kita masukan pada jadwal harian. T mau berapa hari sekali
merapikan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi jam berapa? Lalu sehabis
istirahat, jam 4 sore.”
“Besok pagi kita latihan pagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan
apalagi yang mampu dilakukan dirumah sakit selain merapikan tempat tidur? Ya
bagus, cuci piring. Kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi
didapur ruangan ini sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya!.
 SP2 Pasien :
Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.
Latihan dapat dilanjutkan untuk kemapuan lain sampai semua kemampuan dilatih.
Setiap kemampuan yang dimiliki akan meningkatkan harga diri pasien. Ragakan
komunikasi dibawah ini.
o Orientasi
“Selamat pagi, bagaimana perasaan T pagi ini? Wah, T tampak cerah! Bagaimana
T, sudah mencoba merapikan tempat tidur tadi pagi bagus kalau sudah dilakukan
( kita pasien belum mampu melakukanya, ulang dan bantu kembali) sekarang kita
akan latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu T ? “
“Ya benar, sekarang kita akan latihan cuci piring di dapur.”
“waktunya sekitar 15 menit, mari kita kedapur!”

o Kerja
“T, sebe;um mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapanya, yaitu
sabun/spon untuk membersihakan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan
air untuk membilas, T dapat menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya,
jangan lipa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa makanan.”
“sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya. Setelah semuanya perlengkapan
tersedia, T ambil 1 piring kotor, lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring
tersebut ke tempat sampah. Kemudian T membersihkan piring tersebut dengan
menggunakan spon yang sudah diberikan sabun pencuci piring setelah selesai di
sabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun dipiring
tersebut. Setelah itu, T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak
yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai…!”
“Sekarang coba T yang melakukan…”
“Bagus sekali, T dapat mempraktikkan mencuci piring dengan baik ! sekarang di
lap tangannya.”
o Terminasi
“bagaimana perasaan T setelah latihan mencuci piring ?”
“bagaimana jika kegiatan mencuci piring ini di masukkan menjadi kegiatan
sehari-hari.”
“T. mau berapa kali T mencuci piring ? bagus sekali T mencuci piring 3 kali
setelah makan.”
“besok kita akan latihan untuk kemampuan ke 3, seteah merapikan tempat tidur
dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu ? ya benar kita akan latihan
mengepel.”
“ mau jam berapa ? sama seperti sekarang ? sampai jumpa?”

F. Evaluasi
Adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada
klien
Evaluasi dibagi 2 :
1. Evaluasi proses (Formatif) dilakukan setiap selesai melakukan tindakan
2. Evaluasi hasil (Sumatif) dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan
khusus dan umum yang telah ditentukan dengan perawatan SOAP
Hasil yang ingin dicapai pada klien dengan kerusakan interaksi sosial (menarik diri )
yaitu :
o Dapat menunjukkan peningkatan harga diri
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Hawari, D. 2003. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa: Skizofrenia. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Riyadi, S. Dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Stuart & Sundden. 1995. Principle & Praktice of Psychiatric Nursing, ed. Ke-5. St Louis:
Mosby Year Book.

Townsed, M. C. 1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.


ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN JIWA PADA Ny. C.B
DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANGAN KABELA
RSJ PROF. Dr. V. L. RATUMBUYSANG MANADO

Tanggal Pengkajian : 13 Februari 2017


Tanggal Masuk : 06 Oktober 2016
Ruang : Kabela
I. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. C.B
Umur : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Paniki Bawah
Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
No. CM : 2152
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.
Umur : Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan :
Alamat : Paniki Bawah
Hubungan dengan Klien :

II. KELUHAN UTAMA


- Saat dikaji klien mengatakan dirinya sedang sakit oleh sebab itu di bawa ke Rumah
Sakit oleh keluarganya
- Klien tampak tenang dan mau menjawab
Masalah Keperawatan :
III. ALASAN MASUK

Masalah Keperawatan : Prilaku Kekerasan


IV. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Klien mengalami belum pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
2. Pengobatan sebelumnya tidak pernah
3. Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya Fisk 28 Tahun Kakak Ipar Klien -
Aniaya Seksual - - - -
Penolakan - - - -
Kekerasan dalam 28 Tahun Kakak Ipar Klien -
Keluarga
Tindakan Kriminal - - - -
Penjelasan
Klien mengatakan pernah di pukuli oleh kakak iparnya pada tahun 2013 dan klien
tidak tau penyebabnya
4. Klien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
5. Klien mengatakan pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan adalah klien
pernah jatuh dan kepalanya terbentur
Masalah Keperawatan : Respon Pasca Trauma

V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda – tanda Vital :
1) Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
2) Nadi : 74 x/menit
3) Suhu badan : 36.4 0C
4) Respirasi : 20 x/menit
2. Ukuran
1) Tinggi Badan : 152 cm
2) Berat badan : 70 Kg
3. Kondisi Fisik
Klien mengatakan kondisi tubuhnya saat ini baik – baik saja dan tidak ada keluhan
fisik.

VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan :
Laki – laki Satu Rumah

Perempuan Garis Perkawinan

Meninggal Garis Keturunan

Klien

2. Konsep diri
a. Citra tubuh
Klien mengatakan senang dengan seluruh tubuhnya tetapi tidak dengan kulitnya
sekarang, karena klien merasa kulitnya sudah tidak terawat lagi
b. Identitas diri
Sebelum sakit dulunya klien bekerja di rumah sebagai ibu rumah tangga
c. Peran
Klien mengatakan perannya sebagai ibu adalah melahirkan dan mengasuh anakya,
tapi karena sedang sakit jiwa klien tidak bisa lagi mengurus anaknya
d. Ideal diri
Klien mengatakan bahwa klien merindukan keluarganya dan ingin segera keluar
dari rumah sakit
e. Harga diri
Klien mengatakan dirinya merasa malu karena memiliki gangguan jiwa dan karena
sakit klien merasa tidak bisa lagi mengurus anaknya dan tidak bisa lagi melakukan
pekerjaan rumah tangga seperti di rumah.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang terdekat
Klien mengatakan bahwa orang yang berarti dengannya yaitu anak, suami dan adik
kandungnya, klien lebih suka berbicara tentang masalahnya pada adik kandungnya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Klien mengatakan mengenal semua yang ada di ruangan tapi klien tidak mau
berteman begitu dekat dengan mereka
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan orang-orang di ruangan suka marah dan memukul
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
4. Spiritual
a. Nilai dan Kepercayaan : Klien mengatakan beragama Islam
b. Kegiatan Ibadah : Klien mengatakan jarang sholat karena terbatasnya tempat dan
tidak memiliki mukenah, tapi klien sering berdoa sebelum tidur
Masaalah Keperawatan :

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Klien berpenampilan rapih, bersih, penggunaan pakaian sesuai, baju dan celana tidak
terbalik. Berganti pakaian 1x sehari, selama di rumah sakit klien memakai memakai
seragam rumah sakit.
Masalah Keperawatan :
2. Pembicaraan
Klien ketika bicara nada suara pelan tetaapi dapat menjawab pertanyaan perawat
Masalah Keperawatan : -
3. Aktifitas Motorik
Pada kondisi sekarang klien terlihat tampak lesu dan gelisah
Masalah Keperawatan : defisit aktifitas deversional/hiburan
4. Alam Perasaan
Sedih dan khawatir
Masalah Keperawatan : Ansietas
5. Afek
Klien berespon sesuai dengan stimulus yang diberikan, ekspresi klien tampak datar,
kadang tersenyum
Masalah Keperawatan :
6. Interaksi selama wawancara
Klien kooperatif, kontak mata kurang
Masalah Keperawatan : -
7. Persepsi
Saat dikaji klien mengatakan tidak mendengar suara-suara, tidak melihat sesuatu, dll
Masalah Keperawatan : -
8. Proses pikir
Pembicaraan klien normal, tidak berbelit-belit, tidak meloncat-loncat dan sampai
tujuan karena dapat kooperatif.
Masalah Keperawatan : -
9. Isi Pikir
Tidak ada waham, obsesi, phobia, hipokondria, depersonalsasi, dll.
10. Tingkat Kesadaran
 Orientasi tempat : klien mengatakan dirinya berada di RSJ Ratumbuysang.
Orientasi waktu : klien mengatakan saat ini pagi sekitar jam 9 atau jam 10
Orientasi orang: klien dapat mengenali peraat, Klien dapat mengenali orang-
orang yang ada disekitarnya ditunjukkan dengan klien bisa menyebutkan
beberapa nama temannya.
Masalah Keperawatan : -
11. Memori
Klien dapat mengingat kejadian kejadian di masa lalu. Dan klien dapat mengingat
nama mahasiswa saat berkenalan dengan benar.
Masalah Keperawatan : -
12. Tingkat Konsentrasi Berhitung
Klien dapat menghitung dengan baik misalnya 1x10 = 10, Klien dapat
memfokuskan konsentrasi dengan baik
Masalah Keperawatan : -
13. Kemampuan Penilaian
Klien mampu menilai suatu masalah dan dapat mengambil keputusan sesuai
tingkat atau mana yang lebih baik untuk dikerjakan pertama kali.
Masalah Keperawatan : -
14. Daya Tilik Diri
Klien mengatakan bahwa dirinya sedang sakit jiwa
Masalah Keperawatan : -

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti biasanya, klien
makan 3x sehari, pagi, siang dan malam, minum ±7 gelas sehari.
Masalah Keperawatan :
2. BAB/BAK
Klien BAB 2 hari sekali, BAK ±5x sehari dan mampu melakukan eliminasi dengan
baik, menjaga kebersihan setelah BAB dan BAK dengan baik.
Masalah Keperawatan :
3. Mandi
Klien mengatakan mandi 1x pada pagi hari, menyikat gigi saat mandi, kebersihan
tubuh baik.
Masalah Keperawatan :
4. Berpakaian
Klien mengatakan ganti pakaian 1x sehari dengan pakaian yang disediakan rumah
sakit, klien dapat memilih dan mengambil pakaian dengan baik dan sudah sesuai
dengan aturan rumah sakit.
Masalah Keperawatan :
5. Pola Istirahat Tidur
Saat dikaji Klien mengatakan susah tidur karena selalu menghitung dan
memikirkan uangnya, klien dapat tidur dengan kualitas 5-6 jam perhari pada
malam hari.
Masalah Keperawatan : Gangguan Pola Tidur
6. Penggunaan Obat
Klien mengatakan dirumah sakit selalu minum obat, 2x sehari setelah makan.
Masalah Keperawatan :
7. Aktivitas di dalam rumah
Klien bisa membantu pekerjaan rumah seperti mencuci, menyapu, dll.
Masalah Keperawatan :
8. Aktivitas diluar rumah
Klien mengatakan bekerja sehari-hari sebagai Tukang Ojek.
Masalah Keperawatan :

IX. MEKANISME KOPING


 Klien mengatakan tidak pernah menceritakan masalahnya dengan orang lain
Masalah Keperawatan : Koping individu tidak efektif
MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1. Masalah dengan dukungan kelompok (-)
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan : klien mengatakan mengenal pasien-
pasien lain yang ada di ruangan tapi klien tidak mau berbicara atau bergabung
dengan mereka.
3. Masalah dengan kesehatan (-)
4. Masalah dengan perumahan, klien tinggal bersama dengan suami dan anaknya
5. Masalah dengan ekonomi : kebutuhan klien di penuhi oleh keluarganya
X. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid
Terapi obat :
- CPZ 3 x 1 mg
- Haloperidol 3 x 1 mg
- Trihexiperidine (THP) 3 x 1 mg
XI. MASALAH KEPERAWATAN
1. Harga Diri Rendah
2. Isolasi Sosial

XII. ANALISA DATA


NO DATA MASALAH KEPERAWATAN
1 DS : Resiko mencederai diri sendiri, orang
- Klien mengatakan merasa jengkel dan marah lain dan lingkungan
jika keinginanya tidak terpenuhi atau
mengambil sesuatu darinya, saat marah atau
jengkel klien mengamuk dan memukul klien
lainnya yang berada di ruangan.
DO :
- Ekspresi wajah tampak marah,
- Nada bicara keras
- Tegang
- Pandangan tajam
- Mondar mandir, dan
- Suka mengancam
2. DS Perilaku Kekerasan
- Kien mengatakan mempunyai dendam
terhadap temannya sehingga klien membunuh
temannya tersebut (Tn. B.L) saat MRS
hubungan klien dengan klien lainnya juga ada
masalah. Klien suka memukul temannya yang
ada di ruangan.
DO
- Ekspresi wajah tampak marah,
- Nada bicara keras
- Tegang
- Pandangan tajam
- Mondar mandir, dan
- Suka mengancam
2 DS : Halusinasi Pendengaran
- Klien mengatakan mendengar suara-suara
yang menyuruhnya melakukan hal-hal yang
aneh dan tidak wajar.
DO :
- Klien menutup telinga dengan kedua
tangannya, klien menghardik suara-suara
yang di dengarnya.
3. DS Harga Diri Rendah
- Klien mengatakan dia selalu di nomor duakan
orang tuanya, orang tuanya lebih sayang pada
adiknya, karena adiknya perempuan dan
mempunyai masa depan.
XIII. POHON MASALAH
Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan ( Efek )

Perilaku Kekerasan ( Core Problem )

Halusinasi Pendengaran ( Causa / Penyebab )

XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan berhubungan dengan
Perilaku Kekerasan
2. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Halusinasi Pendengaran

Você também pode gostar