Você está na página 1de 11

Apa Yang Kau Sangka Buruk Bisa Jadi Baik Untukmu

Nur Fitri Hadi, MA


Novemb er 11, 2017
Bersih Hati

Khutbah Pertama:

Ibadallah,

Bertakwalah kepada Allah. Barangsiapa yang bertakwa kepada-Nya, Dia akan menjaganya.
Dan membimbing dia menuju perkara yang terbaik dunia dan akhirat.

Ibadallah,

Allah Ta’ala berfirman,


“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu

menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.” [Quran Al-Baqarah: 216].

Konteks ayat ini berkisah tentang jihad, berperang di jalan Allah Ta’ala. Dan semakna dengan
ayat ini adalah ayat dalam Surat An-Nisa:

“Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu

tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” [Quran
An-Nisa: 19].

Firman-Nya: “Kebaikan yang banyak” menafsirkan dan menjelaskan makna kebaikan dalam
surat Al-Baqarah sebelumnya.

Ibadallah,

Terkadang seseorang mendapatkan takdir yang tidak mengenakkan dan menyedihkan. Takdir

yang tidak dia senangi. Bisa jadi menimbulkan keresahan bahkan kesedihan. Orang tersebut

beranggapan, apa yang menimpanya telah menghapus cita-cita dan harapannya.

Menghancurkan kehidupannya. Ternyata di balik itu menyimpan kebaikan yang banyak, yang
tidak diketahui seseorang hikmah di baliknya.

Betapa banyak manusia mengusahakan sesuatu yang dia sangka baik. Ia pun berusaha

menggapainya. Ia keluarkan harta dan segenap kemampuan agar apa yang ia harapkan bisa
tercapai. Ternyata hasil akhirnya adalah jauh dari yang ia harapkan.
Ibadallah,

Apabila Anda merenungkan dua ayat yang khotib sebutkan di awal. Kita perhatikan ayat

pertama berbicara tentang kewajiban berjihad. Yang berdampak pada menderitanya badan dan

jasad yang dialami para mujahid. Dan apabila kita renungkan ayat kedua, kita temukan bahwa

memilih tidak bercerai walaupun tidak menyukai pasangan menimbulkan siksaan dan

penderitaan pada psikis dan perasaan. Memilih bersabar bersama pasangan atau istri dan tetap

menanggungnya, walaupun ia menyebalkan. Bisa jadi dengan hal itu, Allah mengaruniainya

seorang anak yang shaleh. Atau si istri akan berubah menjadi seorang yang lebih dari ia
harapkan. Walaupun perubahan tersebut membutuhkan waktu.

Apabila Anda merenungkan ayat tentang jihad, Anda dapati ayat tersebut berbicara tentang
ibadah.

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu

menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.” [Quran Al-Baqarah: 216]

Apabila Anda merenungkan ayat pada surat An-Nisa, Anda dapati ayat tersebut berkaitan
tentang interaksi duniawi.
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa

dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari

apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang

nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai
mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” [Quran An-Nisa: 19].

Jadi kedua ayat ini berbicara tentang permasalahan agama dan dunia, tentang permasalahan

jasad dan perasaan. Hal ini tidak mungkin terpisah dari kehidupan manusia. Allah Ta’ala
berfirman,

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” [Quran Al-
Balad: 4].

Ibadallah,

Jika jelas demikian, merenungkan kedua ayat yang khotib bacakan di awal akan membuat hati

kita tenang dan rehat. Kita tidak akan dihinggapi rasa stres yang banyak menghantui kehidupan

manusia. Kita tidak akan lunglai menghadapi berbagai kejadian. Saat terjadi hal baik, kita tidak
berlebihan. Saat terjadi hal buruk, kita tidak merasa binasa.
Seandainya kita merenungi kisah-kisah yang terdapat dalam Alquran. Atau melihat realita yang

terjadi pada masayarakat. Kita pasti mendapatkan pelajaran yang banyak. Di dalam Alquran,
Allah Ta’ala memuat berbagai kisah yang penuh pelajaran. Di antarnya:

Pertama: Kisah Ibu Nabi musa yang menghanyutkan anaknya di laut. Kemudian bayinya itu

jatuh ke tangan keluarga Firaun yang malah ternyata menimbulkan kisah bahagia. Inilah yang
Allah katakan dalam firman-Nya:

“Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [Quran Al-Baqarah: 216].

Kedua: Kisah Nabi Yusuf ‘alaihisshalatu was salam. Kita dapati ayat ini sangat berkesesuaian
dengan perjalanan hidup beliau dan ayah beliau, Nabi Ya’qu alaihissalam.

Ketiga: Kisah anak laki-laki yang dibunuh oleh Khidir atas perintah Allah Ta’ala.

“Dan adapun anak muda itu, maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir

bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami

menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik

kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).” [Quran
Al-Kahfi: 80-81].
Ibadallah,

Kita bisa melihat. Banyak orang yang belum Allah rezekikan keturunan, kemudian dadanya

terasa sempit. Dan ini memang sewajarnya. Namun yang seharusnya ia lakukan adalah untuk

terus menjalani hidupnya. Tidak selayaknya ia terus-menerus dalam kesedihan dan terpuruk
dalam perasaan tidak memiliki keturunan.

Seandainya orang-orang yang diuji dengan tidak memiliki keturunan merenungkan ayat ini.

Niscaya tenanglah hatinya. Lapanglah dadanya. Seandainya ia memandang takdir yang ia

dapatkan dengan kaca mata nikmat dan kasih sayang. Karena bisa jadi Allah menakdirkan ia

tak memiliki anaka adalah bentuk kasih sayang Allah kepada dia sementara dia tidak

mengetahuinya. Bisa jadi ketika ia mendapatkan anak, anak tersebut malah menjadi penyebab
keterpurukan dia. Dan merecoki kehidupannya.

“Dan adapun anak muda itu, maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir

bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami

menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik

kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).” [Quran
Al-Kahfi: 80-81].

Keempat: Di awal Perang Badar. Alquran membimbing kaum muslimin dengan firman-Nya:
“Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran, padahal

sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya, mereka

membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang), seolah-olah

mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu).” [Quran
Al-Anfal: 5-6].

Setelah itu, betapa besar anugerah Allah kepada orang-orang yang beriman. Mereka
mendapatkan kebaikan, kemuliaan, kehormatan setelah berlangsungnya perang ini.

Kelima: Di dalam hadits di jelaskan. Ketika Abu Salamah, suami dari Ummu Salamah, wafat.

Ummu Salamah radhiallahu ‘anha berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

“Tidak ada seorang muslim yang ditimpa musibah, lalu ia mengucapkan seperti yang

diperintahkan Allah kepadanya, “Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Allahumma’jurniy fii

mushibati wa akhlif lii khairam minhaa (Ya Allah, berilah pahala terhadap musibahku dan

gantilah dengan yang lebih baik darinya).” Kecuali Allah akan menggantikan untuknya yang
lebih baik daripadanya.”
Ketika Abu Salamah wafat, aku berucap, “Muslim mana yang lebih baik dari Abu Salamah?

Rumah pertama yang beriman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Walaupun

demikian, aku tetap membaca doa tersebut. Kemudian Allah nikahkan aku dengan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Muslim).

Coba renungkan perasaan yang dialami Ummu Salamah radhiallahu ‘anha! Ia merasakan apa

yang dirasakan sebagian perempuan yang ditimpa musibah dengan wafatnya suami mereka.

Tapi beliau tetap bersabar dan mengucapkan kalimat istirja’. Allah pun menggantikan
untuknya yang lebih baik dari Abu Salama radhiallahu ‘anhu.

Khutbah Kedua:

Ibadallah,

Bertakwalah dan bertawakallah kepada Allah. Berusahalah sekuat tenaga. Apabila terjadi hal
yang bertolak belakang dengan apa yang Anda harapkan, maka ingatlah firman Allah ini:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu

menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.” [Quran Al-Baqarah: 216].

Di antara bentuk kasih sayang Allah adalah Dia kebahagiaan kehidupan seseorang hanya

tergantung keapda-Nya, bukan tergantung kepasa usaha dan sebab. Ingatlah! Pilihan Allah itu

lebih baik dari apa Anda pilih untuk diri Anda sendiri. Dan Dialah Yang Maha Mengetahui
dan Maha Bijaksana dalam memilih. Berserah diri pada apa yang Dia tetapkan membuat dada
kita lapang dan perasaan plong.
Read more https://khotbahjumat.com/4848-apa-yang-kau-sangka-buruk-bisa-jadi-baik-untukmu.html

Você também pode gostar