Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DISUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................... 2
A. Pengertian ....................................................................................... 2
B. Etiologi ........................................................................................... 2
C. Manifestasi Klinis ........................................................................... 3
D. Pathway............................................................................................ 6
E. Pemeriksaan Penunjang ................................................................... 7
BAB III Konsep ASKEP KRITIS RHD ................................................... 8
A. Pengkajian........................................................................................ 8
B. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 11
C. Intervensi Keperawatan ................................................................. 13
D. Evaluasi.......................................................................................... 25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam rematik dan penyakit jantung rematik telah lama dikenal. Penyakit
jantung rematik adalah penyakit yang diakibatkan oleh komplikasi dari demam
rematik yang ditandai dengan adanya cacat pada katup jantung.
Kejadian demam rematik / penyakit jantung rematik rendah di Amerika
Serikat dan negara-negara maju paling lainnya. Namun, terus menjadi penyebab
utama kematian kardiovaskular selama lima dekade pertama kehidupan di negara
berkembang.
Insidensi dan prevalensi penyakit jantung rematik pada 8 Rumah Sakit
pendidikan Indonesia tahun 1983-1985: kasus demam rematik dan jantung
rematik rata-rata 3,44% dari seluruh jumlah penderita yang dirawat. WHO
memperkirakan demam rematik dan jantung rematik 25-40% dari semua penderita
penyakit jantung yang dirawat di negara berkembang. Sedangkan menurut data
RSUP dr. Sardjito tahun 1993: penyakit jantung rematik 8,3% dari seluruh
kelainan jantung.
B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Agar mahasiswa memahami tentang asuhan keperawatan kritis dengan RHD.
2) Tujuan Khusus
a. Untuk mmahami pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan dari RHD.
b. Untuk mangaplikasikan asuhan keperawatan kritis dengan RHD,
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian RHD
Menurut Smelzer (2001), Penyakit jantung rematik (RHD) adalah suatu
proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh,
terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme
streptococcus hemolitic-β grup A. sedangkan menurut Arif (2002), Penyakit
jantung rematik adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada katup
jantung akibat serangan karditis rematik akut yang berulang kali.
B. ETIOLOGI
Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan akibat
interaksi individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Penyakit ini
berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas oleh Beta
Streptococcus Hemolyticus Grup A berbeda dengan glomerulonefritis yang
berhubungan dengan infeksi streptococcus di kulit maupun disaluran nafas,
demam reumatik agaknya tidak berhubungan dengan infeksi streptococcus
dikulit.
Faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada timbulnya demam
reumatik dan penyakit jantung menurut Nanda (2015), yaitu:
1. Faktor-faktor pada individu :
a. Faktor Genetik
Banyak penyakit jantung rheumatic yang terjadi pada satu keluarga
maupun pada anak-anak kembar, meskipun pengetahuan tentang factor
genetic pada penyakit jantung rheumatic ini tidak lengkap, namun pada
2
umumnya disetujui bahwa ada factor keturunan pada penyakit jantung
rheumatic, sedangkan cara penurunannya belum dapat dipastikan.
b. Jenis Kelamin
Dahulu sering dinyatakan bahwa lebih sering didapatkan pada anak
wanita dibanding anak laki-laki, tetapi data yang lebih besar
menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin. Kelainan katub sebagai
gejala sisa penyakit jantung rheumatic menunjukkan perbedaan jenis
kelamin. Pada orang dewasa gejala sisa berupa stenosis mitral sering
didapatkan pada wanita. Sedangkan insufisiensi aorta lebih sering
ditemukan pada laki-laki.
c. Golongan Etnik dan Ras
Di Negara-negara barat umumnya stenosis mitral terjadi bertahun-tahun
setelah penyakit jantung rheumatic akut, tetapi di India menunjukkan
bahwa stenosis mitral organic yang berat sering kali tejadi dalam waktu
yang singkat, hanya 6 bulan – 3 tahun.
d. Umur
Umur agaknya merupakan factor predisposisi terpenting pada timbulnya
penyakit jantung rheumatic, penyakit ini paling sering mengenai anak
berumur 5-18 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun, tidak biasa
ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum
anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun.
C. Manifestasi Klinis
Untuk menegakkan diagnosis RHD dengan melihat tanda dan gejala menurut
Nanda (2015) yaitu terdiri dari kriteria mayor dan kriteria minor.
a. Kriteria Mayor
1) Carditis
Yaitu terjadi peradangan pada jantung (miokarditis dan atau
endokarditis) yang menyebabkan terjadinya gangguan pada katup mitral
dan aorta dengan manifestasi terjadi penurunan curah jantung ( seperti
hipotensi, pucat, sianosis, berdebar-debar dan heart rate meningkat ),
3
bunyi jantung melemah, dan terdengar suara bising katup pada auskultasi
akibat stenosis dari katup terutama mitral ( bising sistolik ), Friction rub.
2) Polyarthritis
Klien yang menderita RHD biasanya datang dengan keluhan nyeri pada
sendi yang berpindah-pindah, radang sendi-sendi besar, lutut,
pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku ( polyarthritis migrans ),
gangguan fungsi sendi.
3) Khorea Syndenham
Merupakan gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal ,
bilateral,tanpa tujuan dan involunter, serta sering kali disertai dengan
kelemahan otot ,sebagai manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat.
4) Eritema Marginatum
Eritema marginatum merupakan manifestasi RHD pada kulit, berupa
bercak-bercak merah dengan bagian tengah berwarna pucat sedangkan
tepinya berbatas tegas , berbentuk bulat dan bergelombang tanpa indurasi
dan tidak gatal. Biasanya terjadi pada batang tubuh dan telapak tangan.
5) Nodul Subcutan
Nodul subcutan ini terlihat sebagai tonjolan-tonjolan keras dibawah kulit
tanpa adanya perubahan warna atau rasa nyeri. Biasanya timbul pada
minggu pertama serangan dan menghilang setelah 1-2 minggu. Ini jarang
ditemukan pada orang dewasa.Nodul ini terutama muncul pada
permukaan ekstensor sendi terutama siku,ruas jari,lutut,persendian kaki.
Nodul ini lunak dan bergerak bebas.
b. Kriteria Minor
1) Memang mempunyai riwayat RHD.
2) Artralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi,
klien kadang-kadang sulit menggerakkan tungkainya.
3) Demam namun tidak lebih dari 39 derajat celcius dan pola tidak tentu
4) Leukositosis.
5) Peningkatan laju endap darah ( LED ).
6) C- reaktif Protein ( CRP ) positif.
4
7) P-R interval memanjang.
8) Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur ( sleeping pulse ).
9) Peningkatan Anti Streptolisin O ( ASTO ).
Selain kriteria mayor dan minor tersebut, terjadi juga gejala-gejala umum
seperti , akral dingin, lesu,terlihat pucat dan anemia akibat gangguan
eritropoesis.gejala lain yang dapat muncul juga gangguan pada GI tract dengan
manifestasi peningkatan HCL dengan gejala mual dan anoreksia. Diagnosis
RHD ditegakkan apabila ada dua kriteria mayor dan satu kriteria minor, atau
dua kriteria minor dan satu kriteria mayor.
5
D. Pathway
Nanda (2015)
6
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nanda, 2015 pemeriksaan RHD, yaitu:
a. Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO,
peningkatan laju endap darah ( LED ),terjadi leukositosis, dan dapat terjadi
penurunan hemoglobin.
b. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada
jantung.
c. Pemeriksaan Echokardiogram
Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi.
d. Pemeriksaan Elektrokardiogram
Menunjukan interval P-R memanjang.
e. Hapusan tenggorokan :ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A.
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. E DENGAN RHD DI ICU
RSUD MOEWARDI
A. Pengkajian Lengkap
Pengkajian keperawatan kritis menurut Goverment of Western Australia WA
Country Health Service.
1. Identify
Identitas Klien:
Nama : An. E No Register : 08.110.900
Umur : 1 tahun
Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat : jl.Cimanuk
Diagnosa : RHD
Tanggal masuk RS : 25 Mei 2018
Tanggal Pengkajian : 26 Mei 2018
Keluarga Terdekat yang dapat dihubungi:
Nama/Umur : Ny.N / 29 No telepon : (0736)23145
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : jl.Cimanuk
Sumber Informasi : Pasien dan keluarga
8
Keluarga pasien mengatakan sebelumnya pasien mempunyai riwayat
penyakit demam rematik.
c. Deskripsi riwayat kesehatan keluarga
Di keluarga pasien ada yang mempunyai riwayat penyakit yang sama
dengan pasien.
d. Keluhan utama
Sesak dan sakit pada sendi yang berpindah-pindah.
3. observations
a. Pengkajian Airway
1) Pada saat dikaji kepatenan jalan nafas pasien. Pasien tidak dapat
berbicara dan gangguan bernafas.
2) Terdapat tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien
antara lain: Agitasi (hipoksia), Penggunaan otot bantu pernafasan
dan Sianosis
3) Look dan listen tidak terbukti adanya masalah pada saluran napas
bagian atas. Terkadang terdapat peradangan pada tosil yang disertai
dengan eksudat.
c. Pengkajian Breathing (Pernafasan)
1) Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan
oksigenasi pasien.
a) Pada saat di inspeksi terdapat : cyanosis, menggunakan otot
aksesoris saat bernafas, nafas dangkal.
b) Peningkatan pulse/ denyut jantung saat tidur.
c) Tidk ada suara nafas abnormal
d) RR 30 X/M dan menggunakan nasal kanul dengan o2 3 l.
2) Pada saat diobservasi pergerakan dinding dada, pasien menggunakan
otot aksesoris saat bernafas
3) nafas dangkal
d. Pengkajian Circulation
1) Takikardi terutama saat tidur.
2) Tidak ada perdarahan
9
3) Warna kulit pucat atau sianosis, Punggung kuku: pucat sianotik dan
pengisian kapiler lambat >2 detik
4) Auskultasi s1 dan s2 normal.
5) Tidak ada murmur
e. Pengkajian Level of Consciousness dan Disabilities
Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala
AVPU:
1) A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, pasien tidak mematuhi
perintah yang diberikan
2) V - vocalises, mengeluarkan suara yang tidak bisa dimengerti
3) P - responds to pain only , ekstremitas merespon
4) U - unresponsive to pain, hanya merespon pada stimulus nyeri.
f. Expose, Examine dan Evaluate
1) Tidak ada kelainan pada kepala, terdapat endokarditis, terdapat
Eritema marginatum sebanyak 5%, terdapat Nodul subcutan 5%- 10%.
2) Pasien tampak gelisah
Vital sign TD : > 120/28 mmHg
N : > 100 x/m
RR : > 22 x/m
S : < 39 C
SPO2 : < 100
4. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
a. Pharynx heperemis.
b. Kelenjar getah bening membesar.
c. Pembengkakan sendi.
d. Tonjolan di bawah kulit daerah kapsul sendi.
e. Ada gerakan yang tidak terkoordinasi.
Palpasi
a. Nyeri tekan persendian.
b. Tonjolan keras tidak terasa nyeri dan mudah digerakkan.
10
Auskultasi
a. Murmur sistolik injection dan friction rub
5. Pemeriksaan Penunjang
ECG : Perpanjangan interval P-R
Radiologi : a. Thorax Foto : cardiomegali
b. Foto sendi : tidak spesifik
Laboratorium
Hemoglobin : kurang dari normal
LED : meningkat
C-Rp : positif
ASO : positif
Swab tenggorokan : streptococcus positif
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
11
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan pasien menyatakan merasa letih,
lemah, ketidaknyamanan setelah beraktivitas, dispnea setelah beraktivitas,
respom tekanan darah dan frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas,
perubahan EKG yang mencerminkan aritmia atau iskemia.
12
3. Intervensi Keperawatan
13
abnormal dapat
mencegah
komplikasi.
- Auskultasi bunyi
napas ditujukan
untuk mengetahui
adanya bunyi
napas tambahan.
Kolaborasi
Kolaborasi
- Reekspansi paru
- Bantu dalam
dengan pelepasan
pemasangan
akumulasi darah
kembali selang
atau udara dari
dada atau
tekanan negative
torakosentesis
pleural.
bila
diindikasikan.
14
· Tekanan pada orang
darah normal dewasa sebagai
- Catat
yaitu sistolik. peningkatan
keberadaan,
tekanan
· Tidak ada kualitas
diastolik
sianosis denyutan sentral
sampai 130;
dan perifer.
· Tidak ada hasil
edema - Amati warna pengukuran
kulit, diastolik diatas
kelembaban, 130
suhu, dan masa dipertimbangka
pengisian n sebagai
kapiler. peningkatan
pertama,
- Catat edema
kemudian
umum/tertentu.
maligna.
- Anjurkan teknik Hipertensi
relaksasi, sistolik juga
panduan merupakan
imajinasi, faktor resiko
aktivitas yang ditentukan
pengalihan. untuk penyakit
serebrovaskular
- Pantau respon
dan penyakit
terhadap obat
iskemi jantung
untuk
bila tekanan
mengontrol
diastolik 90
tekanan darah.
sampai 115.
Kolaborasi
- Denyutan
-Berikan karotis,
15
pembatasan jugularis,
cairan dan diet radialis, dan
natrium sesuai femoralis
indikasi mungkin
teramati/
terpalpasi.
Denyut pada
tungkai
mungkin
menurun,
mencerminkan
efek dari
vasokontriksi
(peningkatan
SVR), dan
kongesti vena.
- Adanya pucat,
dingin, kulit
lembab dan
masa pengisian
kapiler lambat
mungkin
berkaitan
dengan
vasokontriksi
atau
mencerminkan
dekompensasi
/penurunan
curah jantung.
16
-Dapat
mengindikasika
n gagal jantung,
kerusakan ginjal
atau vaskular.
-Dapat
menurunkan
rangsangan
yang
menimbulkan
stres, membuat
efek tenang,
sehingga akan
menurunkan
TD.
-Dapat
mengindikasika
n gagal jantung,
kerusakan ginjal
atau vaskuler.
-Dapat
menurunkan
rangsangan
yang
menimbulakan
stres, membuat
efek tenang,
sehingga akan
menurunkan
17
TD.
- Respon terhadap
terapi obat
“steppen” (yang
terdiri atas
neureting,
inhibitor
simpatis dan
vasodilator)
tergantung pada
individu dan
efek sinergis
obat. Karena
efek samping
tersebut, maka
penting untuk
menggunakan
obat dalam
jumlah paling
sedikit dan
dosis paling
rendah
Kolaborasi
- Pembatasan ini
dapat
menangani
retensi cairan
dengan respon
hipertensif,
18
dengan
demikian
menurunkan
beban gagal
jantung.
- Indikator
19
Kolaborasi trombosis vena
dalam.
-Pantau data
laboratorium, - Pompa jantung
contoh: GDA, gagal dapat
BUN, creatinin, mencetuskan
dan elektrolit. distress
pernapasan.
Namun dispnea
tiba-tiba atau
berlanjut
menunjukkkan
komplikasi
tromboemboli
paru.
Kolaborasi
-indikator perfusi
atau fungsi
organ.
20
· Pasien tidak nyeri.
meringis
- Beri tahu - Teknik
teknik untuk penurunan
menurunkan ketegangan otot
ketegangan otot rangka dapat
rangka, yang menurunkan
dapat intensitas nyeri.
menurunkan
intensitas nyeri.
- Ajarkan
strategi relaksasi
khusus (missal:
- Strategi
bernafas
relaksasi dapat
perlahan, teratur
meningkatkan
atau nafas dalam
rasa nyaman
– kepalkan tinju
– menguap).
21
· Pasien tidak diuretik, fungsi jantung
mudah lelah penyekat beta.
-Penurunan
· Pasien tidak - Catat respon /ketidakmampuan
nyeri kardiopulmonal miokardium
terhadap untuk
· Pasien tidak
aktifitas, catat meningkatkan
meringis
takikardi, volume sekuncup
· Pasien tidak disritmia, selama aktivitas,
lemas dispnea, dapat
berkeringat, menyebabkan
· Pasien tidak
pusat. peningkatan
pucat
segera pada
-Kaji presipitator
frekuensi jantung
/penyebab
dan kebutuhan
kelemahan
oksigen, juga
contoh
peningkatan
pengobatan,
kelelahan dan
nyeri, obat.
kelemahan.
- Evaluasi
-Kelemahan
peningkatan
adalah efek
intoleran
samping dari
aktivitas.
beberapa obat
- Berikan bantuan (beta bloker,
dalam aktivitas traquilizer dan
perawatan diri sedatif). Nyeri
sesuai indikasi. dan program
Selingi periode penuh stres juga
aktivitas dengan memerlukan
periode energi dan
menyebabkan
22
istirahat. kelemahan.
Kolaborasi -Dapat
menunjukkan
-
peningkatan
implementasika
dekompensasi
n program
jantung daripada
rehabilitasi
kelebihan
jantung/aktifitas
aktivitas.
.
-Pemenuhan
kebutuhan
perawatan diri
pasien tanpa
mempengaruhi
stres miokard/
kebutuhan
oksigen
berlebihan.
Kolaborasi
-Peningkatan
bertahap pada
aktivitas
menghindari
kerja
jantung/konsumsi
oksigen
berlebihan.
Penguatan dan
perbaikan fungsi
jantung dibawah
23
stres,bila
disfungsi jantung
tidak dapat
membaik
kembali.
24
4. EVALUASI
No. Hari/Tanggal
Diagnosa Keperawatan Evaluasi
Dx Jam
- A : Tujuan tercapai.
- P : Pertahankan kondisi
pasien.
- O:
- A : Tujuan tercapai.
- P : Pertahankan kondisi
pasien.
25
3. Gangguan perfusi jaringan - S :Pasien mengatakan
berhubungan dengan sudah tidak merasa nyeri
gangguan aliran darah
-O :
sekunder akibat inflamasi.
· Tidak ada sianosis
- A : Tujuan tercapai.
- P : Pertahankan kondisi
pasien.
4. Gangguan rasa nyaman -S :Pasien sudah merasa
(nyeri) berhubungan dengan tidak ada nyeri
penimbunan asam laktat - O :Pasien tidak meringis
pada sendi. kesakitan
- A : Tujuan tercapai.
- P : Pertahankan kondisi
pasien.
5. Intoleransi aktivitas - S :
berhubungan dengan
· Pasien mengatakan sudah
metabolisme basal
tidak mudah lelah
terganggu.
· Pasien mengatakan tidak
merasa nyeri
-O:
26
· Pasien tidak pucat
- A : Tujuan tercapai.
- P : Pertahankan kondisi
pasien.
27
DAFTAR PUSTAKA
Smelzer dan suzane C. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
dan Suddarth Vol 2. Jakarta :EGC.
Yancy dan Jessup (2013). ACCF/AHA Guideline For The Managemen of Heart
Association task force on practice guidelines. Circulation (internet). Tersedia dari
http:/circ.ahajournals.org/content/128/16/e240.
28