Sebanyak ± 98% etanol di dalam tubuh akan teroksidasi menjadi asetaldehid dan asetat, sedangkan ± 2% dieksresi melewati ginjal dan dikeluarkan melalui urin . Kadar etanol dalam darah bervariasi tergantung pada oksidasi jaringan, sedangkan pemeriksaan kadar etanol dalam urin lebih akurat karena kadar etanol dalam urin lebih stabil. Tes urine alkohol merupakan salah satu cara yang paling mudah dan paling murah untuk mengetahui seseorang mengkonsumsi alkohol atau tidak. Dalam proses pengujian keberadaan kadar alkohol didalam urine seseorang tidak bisa diketahui secara langsung, tetapi membutuhkan waktu minimal 2 jam untuk bisa mendeteksi adanya alkohol.
Gangguan kesehatan jiwa berupa:
a. Tingkat Sub Klinik, bila kadar alkohol dalam darah 0-100 mg/100 ml darah atau dalam urine 0-150 mg/100 ml urine (Peminum masih terlihat normal) b. Tingkat Stimulasi, kadar alkohol dalam darah 40-220 mg/100 ml darah atau dalam urine 130-290 mg/100 ml urine (Emosi tidak stabil, daya tahan menurun, tidak ada koordinasi otot, respon terhadap orang lain sangat lambat) c. Tingkat Kebingungan, bila kadar alkohol dalam darah 180 – 310 mg/100 ml darah atau dalam urine 260 – 450 mg/100 ml urine (Gangguan sensasional/alam perasaan, tidak dapat menyesuaikan dengan lingkungan, jalan sempoyongan, bicara tidak terkontrol) Seseorang dikatakan mengalami keracunan alcohol apabila jumlah alcohol yang dikonsumsi melebihi toleransi individu dan menimbulkan gangguan fisik dan mental. Takaran alkohol untuk menimbulkan gejala keracunan bervariasi begantung dari kebiasaan minum dan sensitifitas genetic perorangan. Umumnya 35 gram alkohol menyebabkan penurunan kemampuan untuk menduga jarak dan kecepatan serta menimbulkan euphoria. Alkohol sebanyak 75-80 gram akan menimbulkan gejala keracunan akut dan 250-500 gram alkohol dapat merupakan takaran fatal.
Idries, AM. (2010) Pedoman Ilmu kedokteran Forensik. Jakarta: BinaRupa Aksara
Knight, B & Saukko P. (2004) Knight's Forensic Pathology 3rd Edition. London: CRC Press
Nisak, N. (2008) “Penentuan Kadar Alkohol dalam Urin dengan Kromatografi
Gas” dalam Skripsi, Jurusan Kimia-FMIPA, Universitas Udayana
Paton, A. (2005) “Alcohol in the body” BMJ Vol.330 diakses dari
www.bmj.com/content/330/7482/85
Sasangka, H. (2003) Narkotika Dan Psikotropika dalam Hukum Pidana: Untuk
Mahasiswa dan Praktisi serta Penyuluh Masalah Narkoba. Bandung: Mandar Maju Press intoksikasi alkohol - ataksia dan bicara cadel/ tidak jelas - emosi labil dan disinhibisi - napas berbau alkohol - mood yang bervariasi
Komplikasi akut pd intoksikasi/overdosis
- paralisis pernapasan, muntahan masuk dlm saluran napas - obstructive sleep apnoea - aritmia jantung fatal ketika kadar alkohol darah > 0,4mg/ml
gejala klinis sehubungan overdosis alkohol
- penurunan kesadaran, koma atau stupor - perubahan status mental - kulit dingin dan lembab, suhu tubuh rendah
gejala withdrawal alkohol:
terjadi 6-24jam setelah konsumsi alkohol paling terakhir: a) withdrawal ringan: tremor, khawatir dan agitasi, berkeringat, mual dan muntah, sakit kepala, takikardia, hipertensi, gg. tidur, suhu tubuh meningkat b) withdrawal berat: muntah, agitasi berat, disorientasi, kebingungan, paranoia, hiperventilasi, delirium tremens (kondisi emergensi withdrawal alkohol yang tidak tertangani, muncul 3-4hari setelah berhenti minum alkohol, gejala2 yang muncul: agitasi, tremor kasar, disorientasi, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, berkeringat dan demam tinggi, halusinasi visual, paranoia)