Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Penyakit batu saluran kemih adalah penyebab nyeri ketiga tersering pada
saluran kemih setelah infeksi dan gangguan patologis pada prostat. Penyakit ini
merupakan penyakit umum yang sering ditemukan baik pada hewan maupun
manusia. Penamaan yang menyangkut penyakit batu saluran kemih dipengaruhi oleh
berbagai disiplin ilmu (Stoller, 2008).
Batu saluran kemih adalah bentuk agregat polycrystalline yang dibentuk oleh
berbagai macam kristaloid dan matriks organik. Terdapat beberapa jenis batu saluran
kemih yang utama berdasarkan komponen pembentuknya yaitu: batu kalsium oksalat,
batu kalsium fosfat, batu struvit, batu asam urat, dan batu sistin. Batu saluran kemih
dapat berada dimanapun dalam saluran kemih seperti di ginjal, ureter dan kandung
kencing (Stoller et al, 2009).
Di Jepang, insiden kejadian batu saluran kemih telah meningkat dua kali lipat
dalam periode 40 tahun baik pada pria maupun wanita. Pada tahun 1965, insidennya
berkisar 54 individu per 100.000 populasi. Kenaikan ini terjadi secara signifikan pada
10 tahun terakhir sehingga pada tahun 2005 insiden batu di Jepang mencapai 115
individu per 100.000 populasi. Insiden pada pria meningkat secara drastis sejak tahun
1990an, sementara pada wanita peningkatan terjadi lebih perlahan (Yasui et al, 2005).
Terdapat beberapa cara dalam penatalaksanaan batu saluran kemih. Hal ini
bergantung pada ukuran, bentuk, dan lokasi batu serta ada tidaknya edema pada
ureter. Batu dengan ukuran 4-5 mm memiliki kemungkinan 40-50% untuk dapat
keluar secara spontan, sementara batu dengan ukuran diatas 6 mm kemungkinannya
dibawah 5% untuk dapat keluar secara spontan. Modalitas lain yang dapat dilakukan
seperti penggunaan obat yang dapat melarutkan batu, dan tindakan seperti ESWL,
PCNL dan URS (Stoller, 2008).
abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar di sisi
kanan.18
Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan pelvis renal.
Bagian paling superfisial adalah korteks renal, yang tampak bergranula. Di sebelah
dalamnya terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla renal, yang berbentuk seperti
kerucut disebut piramid renal, dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya
disebut apeks atau papilla renal. Di antara piramid terdapat jaringan korteks, disebut
Ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar disebut pelvis
renal. Pelvis renal bercabang dua atau tiga, disebut kaliks mayor yang masing-masing
bercabang membentuk beberapa kaliks minor, yang langsung menutupi papilla renal
dari piramid. Kaliks minor ini menampung urin yang terus-menerus keluar dari
papila. Dari kaliks minor, urin masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renal kemudian ke
Setiap ginjal terdapat satu juta atau lebih nefron, masing-masing nefron terdiri
atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh-
pembuluh darah, yaitu glomerulus dan kapiler peritubuler, yang mengitari tubuli.
Komponen tubuler berawal dengan kapsula Bowman (glomerular) dan mencakup tubuli
kontortus proksimal, ansa Henle dan tubuli kontortus distal. Dari tubuli distal, isinya
obat-obatan dan mengekskresi renin yang turut dalam pengaturan tekanan darah.19,21
Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang masing-masing menyambung dari
ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria). Panjangnya kira-kira 25-30 cm, dengan
penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian
Ureter mempunyai membran mukosa yang dilapisi dengan epitel kuboid dan
dinding otot yang tebal. Urin disemprotkan ke bawah ureter oleh gelombang
peristaltik, yang terjadi sekitar 1-4 kali per menit dan urin memasuki kandung kemih
Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot tempat urin mengalir
dari ureter. Ketika kandung kemih kosong atau terisi setengahnya kandung kemih
tersebut terletak di dalam pelvis, ketika kandung kemih terisi lebih dari setengahnya
maka kandung kemih tersebut menekan dan timbul ke atas dalam abdomen di atas
pubis.21 Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium), Tunika
muskularis (lapisan otot), Tunika sabmukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian
dalam).16
2.1.4 Uretra
Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria, karena hanya 4 cm panjangnya
dan memanjang dari kandung kemih ke arah ostium diantara labia minora kira-kira
2,5 cm di sebelah belakang klitoris. Uretra ini menjalar tepat di sebelah depan vagina.
Lapisan uretra wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongiosa
Batu saluran kemih adalah penyakit dimana didapatkan batu di dalam saluran
kemih. Batu tersebut dibentuk dalam pelvik ginjal, menetap dan menjadi lebih besar,
atau bergerak turun sepanjang ureter ke dalam kandung kemih atau dapat terbentuk di
dalam kandung kemih itu sendiri. Selain itu, batu dapat juga dibentuk dalam uretra.21
2.3 Penyebab3,23
1. Teori Supersaturasi/Kristalisasi
Urin mempunyai kemampuan melarutkan lebih banyak zat yang terlarut bila
dibandingkan dengan air biasa. Dengan adanya molekul-molekul zat organik
seperti urea, asam urat, sitrat dan mukoprotein, juga akan mempengaruhi
kelarutan zat-zat lain. Bila konsentrasi zat-zat yang relatif tidak larut dalam urin
(kalsium, oksalat, fosfat dan sebagainya) makin meningkat, maka akan terbentuk
kristalisasi zat-zat tersebut. Batasan pH urin normal antara 4,5-8. Bila air kemih
menjadi asam (pH turun) dalam jangka lama maka beberapa zat seperti asam urat
akan mengkristal. Sebaliknya bila air kemih menjadi basa (pH naik) maka
beberapa zat seperti kalsium fosfat akan mengkristal. Dengan demikian,
pembentukan batu pada saluran kemih terjadi bila keadaan urin kurang dari atau
melebihi batas pH normal sesuai dengan jenis zat pembentuk batu dalam saluran
kemih.
4. Teori Epitaksi
Epitaksi adalah peristiwa pengendapan suatu kristal di atas permukaan kristal
lain. Bila pada penderita ini, oleh suatu sebab terjadi peningkatan masukan
kalsium dan oksalat, maka akan terbentuk kristal kalsium oksalat. Kristal ini
kemudian akan menempel di permukaan kristal asam urat yang telah terbentuk
sebelumnya, sehingga tidak jarang ditemukan batu saluran kemih yang intinya
terjadi atas asam urat yang dilapisi oleh kalsium oksalat di bagian luarnya.
5. Teori Kombinasi
Teori terakhir mengenai pembentukan BSK adalah gabungan dari berbagai teori
tersebut yang disebut dengan teori kombinasi. Terbentuknya BSK dalam teori
kombinasi adalah sebagai berikut : Pertama, fungsi ginjal harus cukup baik untuk
mengekskresi zat yang dapat membentuk kristal secara berlebihan. Kedua, ginjal
harus dapat menghasilkan urin dengan pH yang sesuai untuk kristalisasi. Dari
kedua hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ginjal harus mampu
melakukan ekskresi suatu zat secara berlebihan dengan pH urin yang sesuai
sehingga terjadi presipitasi zat-zat tersebut. Ketiga, urin harus tidak mengandung
sebagian atau seluruh inhibitor kristalisasi. Keempat, kristal yang telah terbentuk
harus berada cukup lama dalam urin, untuk dapat saling beragregasi membentuk
nukleus, yang selanjutnya akan mengganggu aliran urin. Statis urin yang terjadi
kemudian, memegang peranan penting dalam pembentukan batu saluran kemih,
sehingga nukleus yang telah terbentuk dapat tumbuh.
1. Batu Kalsium
Batu jenis ini adalah jenis batu yang paling banyak ditemukan, yaitu 70-80%
dari jumlah pasien BSK. Ditemukan lebih banyak pada laki-laki, rasio pasien laki-
laki dibanding wanita adalah 3:1, dan paling sering ditemui pada usia 20-50 tahun.
Kandungan batu ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari
keduanya.3 Kelebihan kalsium dalam darah secara normal akan dikeluarkan oleh
ginjal melalui urin. Penyebab tingginya kalsium dalam urin antara lain peningkatan
penyerapan kalsium oleh usus, gangguan kemampuan penyerapan kalsium oleh ginjal
2. Batu Infeksi/Struvit
Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan
oleh adanya infeksi saluran kemih.3 Adanya infeksi saluran kemih dapat
sehingga sering kali keluar spontan. Batu asam urat tidak tampak pada foto polos.3,24
4. Batu Sistin
Jarang ditemukan, terdapat pada sekitar 1-3% pasien BSK. Penyakit batu jenis
ini adalah suatu penyakit yang diturunkan. Batu ini berwarna kuning jeruk dan
berkilau. Rasio laki-laki dibanding wanita adalah 1:1. Batu lain yang juga jarang
sampai 750.000.11 Penyakit BSK umumnya lebih sering ditemukan pada pria
Tarihoran YM pada tahun 2001-2002 di RSUP. H. Adam Malik Medan terdapat 105
pasien BSK dengan kelompok umur terbanyak 30-50 tahun yaitu sebesar 46,6% dan
jenis kelamin pria lebih banyak daripada wanita dengan proporsi 64,8%.13
Berdasarkan hasil penelitian Rao di India (2006), ditemukan insidens BSK pada
Penelitian yang dilakukan oleh Hardjoeno dkk pada tahun 2002-2004 di RS dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar melaporkan sebanyak 199 pasien penderita BSK
dengan rasio perbandingan pria dan wanita adalah 3-4:1, dan ditemukan jumlah kasus
terbanyak pada umur 31-45 tahun yaitu sebesar 35,7%.
a. Usia
Lebih sering ditemukan pada usia 30-50 tahun.3
b. Jenis kelamin
Jumlah penderita laki-laki lebih banyak tiga kali dibandingkan dengan
perempuan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan struktur anatomi saluran kemih
antara laki-laki dan perempuan serta faktor hormone estrogen yang mencegah
c. Pekerjaan
Pekerja-pekerja keras yang banyak bergerak, misalnya buruh dan petani akan
mengurangi terjadinya BSK bila dibandingkan dengan pekerja-pekerja yang lebih
banyak duduk.3,24
d. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi
terbentuknya batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar semua
substansi dalam urin akan meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu.
Kejenuhan air yang diminum sesuai dengan kadar mineralnya terutama kalsium
e. Makanan
Konsumsi makanan tinggi protein yang berlebihan dan garam akan meningkatkan
pembentukan BSK. Diet banyak purin (kerang-kerangan, anggur), oksalat (teh,
kopi, cokelat, minuman soda, bayam), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin dan
jeroan) mempermudah terjadinya penyakit BSK. Makan-makanan yang banyak
mengandung serat dan protein nabati mengurangi risiko BSK dan makanan yang
jelas.25,26
i. Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian BSK yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).3
2.6 Gejala Klinis/Keluhan BSK
Batu dalam saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter), biasanya akan
menyebabkan keluhan sakit. Keluhan yang timbul tergantung dari lokasi batu, dan
besar batu.3 Gejala klinis/keluhan yang ditimbulkan antara lain demam, nausea
(mual), vomiting (muntah) dan sakit atau nyeri disekitar pinggang, nyeri sewaktu
buang air kecil (BAK) bahkan susah BAK, BAK berdarah (hematuria), BAK berpasir
(kristaluria) dan pembengkakkan daerah punggung bawah.
1. Rasa Nyeri
2. Demam
Hematuria adalah adanya darah yang keluar bersama urin. Namun lebih
kurang 10-15% penderita BSK tidak menderita hematuria. Kristaluria adalah urin
Obstruksi saluran kemih bagian atas sering menimbulkan mual dan muntah.26
Penyumbatan saluran kemih bagian atas yang akut ditandai dengan rasa sakit
punggung bagian bawah. Pada sumbatan yang berlangsung lama, kadang-kadang
6. Infeksi
berhubungan dengan infeksi dari Proteus sp, Pseudomonas sp, Klebsiella sp.26
2.7.1 Fisik26,27
2.7.2 Laboratorium
c. CT Scan
CT Scan (Computerized Tomography) adalah tipe diagnosis sinar X yang
dapat membedakan batu dari tulang atau bahan radiopaque lain.
e. Ultrasonografi (USG)
USG dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu
pada keadaan-keadaan : alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang
menurun dan pada wanita yang sedang hamil. USG ginjal merupakan
pencitraan yang lebih peka untuk mendeteksi batu ginjal dan batu radiolusen
daripada foto polos abdomen. Cara terbaik untuk mendeteksi BSK ialah
dengan kombinasi USG dan foto polos abdomen. USG dapat melihat
bayangan batu baik di ginjal maupun di dalam kandung kemih dan adanya
tanda-tanda obstruksi urin.
f. Radioisotop
Untuk mengetahui fungsi ginjal secara satu persatu, sekaligus adanya
sumbatan pada gagal ginjal.
Batu kecil dalam ginjal yang tidak memberi tanda (silent stone) dapat diobati
secara konservatif dengan menunggu sampai batu dapat keluar dengan sendiri. Pasien
diberikan air minum minimal 2-3 liter per hari. Selain itu juga dilakukan pembatasan
diet kalsium, oksalat, natrium, fosfat dan protein tergantung pada penyebab batu.28
dicampur dengan analgesik untuk mengatasi nyeri, kalium sitrat untuk meningkatkan
pH urin, selulosa fosfat untuk menghambat absorbsi usus, antibiotika untuk
hematuria.3,28
3. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan
BSK yang terdiri atas memecah batu, dan mengeluarkannya dari saluran
kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat
itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan).
Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai
1. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil BSK saat ini sedang berkembang.
Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
2. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk
tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi maupun ESWL, pengambilan
batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu
antara lain adalah : pielolitomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada
saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien
harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya
sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat
tipis atau mengalami pengkerutan akibat BSK yang menimbulkan obstruksi
dan infeksi yang menahun.
2.2 ANESTESI
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- "tidak, tanpa" dan
aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Kata anestesi diperkenalkan oleh
Oliver Wendell Holmes pada tahun 1846 yang menggambarkan keadaan tidak sadar
yang bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran pasien. Anestesi yang sempurna harus
memenuhi 3 syarat (Trias Anestesi), yaitu.17
a. Anestesi umum intravena merupakan salah satu teknik anestesi umum yang
dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat anestesi parenteral langsung ke
dalam pembuluh darah vena.
b. Anestesi umum inhalasi merupakan salah satu teknik anestesi umum yang
dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang
berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap dengan obat-obat pilihan
yaitu N2O, Halotan, Enfluran, Isofluran, Sevofluran, Desfluran dengan kategori
menggunakan sungkup muka, Endotrakeal Tube nafas spontan, Endotrakeal
tube nafas terkontrol.
c. Anestesi berimbang merupakan teknik anestesi dengan mempergunakan
kombinasi obat-obatan baik obat anestesi intravena maupun obat anestesi
inhalasi atau kombinasi teknik anestesi umum dengan analgesia regional untuk
mencapai trias anestesi secara optimal dan berimbang.
Sebelum dilakukan tindakan anestesi, sebaiknya dilakukan persiapan pre-
anestesi.Kunjungan pre-anestesi dilakukan untuk mempersiapkan pasien sebelum
pasien menjalani suatu tindakan operasi. Persiapan-persiapan yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut17:
1. Anamnesis
Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anestesi sebelumnya sangatlah
penting untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian
khusus, misalnya alergi, mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau sesak nafas.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan keadaan gigi, tindakan buka mulut, lidah yang relatif besar sangat
penting untuk mengetahui apakah akan menyulitkan tindakan laringoskopi
intubasi. Pemeriksaan rutin lain secara sistematik tentang keadaan umum tentu
tidak boleh dilewatkan seperti inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi semua
sistem organ tubuh pasien.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan
dugaan penyakit yang sedang dicurigai.Pemeriksaan laboratorium rutin yang
sebaiknya dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap (Hb, leukosit, masa
perdarahan dan masa pembekuan) dan urinalisis.Pada pasien yang berusia di
atas 50 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan foto toraks dan EKG.
4. Klasifikasi status fisik
Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang ialah
yang berasal dari The American Society of Anesthesiologists (ASA):
ASA 1 : pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia
ASA 2 : pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang
ASA 3 : pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin
terbatas
ASA 4 : pasien dengan penyakit sistemik berat tidak dapat melakukan
aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap
saat
ASA 5 : pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan
kehidupannya tidak akan lebih dari 24 jam.
ASA 6 : Pasien dengan kematian batang otak
Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E: EMERGENCY), misalnya ASA IE atau
IIE.
2.2.3 Premedikasi
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi dengan
tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesi diantaranya17:
Ranitidine 150 mg per oral setiap 12 jam dan 2 jam sebelum operasi
Omeprazole 40 mg, 3-4 jam sebelum operasi
Metoclopramide 10 mg per oral sebelum operasi
Sebelum induksi anastesi
Pemeriksaan Alat
Penting sekali bila kita memeriksa alat-alat sebelum melakukan anastesi,
karena keselamatan pasien tergantung pada hal ini. Kita harus mempunyai daftar hal-
hal yang harus diperiksa dan gantungkan pada alat anastesi yang sering digunakan.
Pertama yakinlah bahwa alat yang akan dipergunakan bekerja dengan baik. Jika kita
menggunakan gas kompresi, periksalah tekanan pada silinder yang digunakan dan
silinder cadangan. Periksalah apakah vaporizer sudah disambung dengan tepat tanpa
ada yang bocor, hilang atau terlepas, sistem pernapasan dan aliran gas ke pasien
berjalan dengan baik dan aman. Jika kita tidak yakin dengan sistem pernapasan,
cobalah pada diri kita (gas anastesi dimatikan). Periksalah fungsi alat resusitasi (harus
selalu ada untuk persiapan bila terjadi kesalahan aliran gas), laringoskop, pipa dan
alat penghisap. Kita juga harus yakin bahwa pasien berbaring pada meja atau kereta
dorong yang dapat diatur dengan cepat ke dalam posisi kepala dibawah, bila terjadi
hipotensi mendadak atau muntah. Persiapkan obat yang akan digunakan dalam spuit
yang diberi label, dan yakinkan bahwa obat itu masih baik kondisinya. Sebelum
melakukan induksi anastesi, yakinkan aliraninfus adekuat dengan memasukkan jarum
indwelling atau kanula dalam vena besar, untuk operasi besar infus dengan cairan
yang tepat harus segera dimulai.17
1. Induksi Anestesi
Induksi anestesi ialah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi
tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesi dan pembedahan. Sebelum
memulai induksi anestesi, selayaknya disiapkan peralatan dan obat- obatan yang
diperlukan, sehingga seandainya terjadi keadaan gawat dapat diatasi dengan lebih
cepat dan lebih baik. Untuk persiapan induksi anestesi sebaiknya kita ingat kata
STATICS18:
S = Scope
Stetoskop, untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringo-Scope, pilih
bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup
terang
T = Tubes
Pipa trakea, pilih sesuai usia. Usia< 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5
tahun dengan balon (cuffed)
A = Airway
Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-
tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk
menjaga supaya lidah tidak menyumbat jalan nafas
T = Tape
Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut
I = Introducer
Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik (kabel) yang mudah
dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan
C = Connector
Penyambung antara pipa dan peralatan anestesi
S = Suction
Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya.
Induksi intravena
Induksi Intamuskular
Induksi inhalasi
Teknik ini merupakan pilihan bila jalan napas pasien sulit ditangani. Jika
induksi intravena, pada pasien seperti itu dapat menimbulkan kematian akibat
hipoksia jika kita tidak dapat mengembangkan paru. Sebaliknya, induksi inhalasi
hanya dapat dilakukan apabila jalan napas bersih sehingga obat anestesi dapat masuk.
Jika jalan napas tersumbat, maka obat anestesi tidak dapat masuk dan anestesi
didistribusikan ke seluruh tubuh sehingga anestesi akan dangkal. Jika hal ini terjadi,
bersihkan jalan napas. Induksi inhalasi juga digunakan untuk anak-anak yang takut
pada jarum.17
Intubasi Endotrakeal
Anestesi yang adekuat dan relaksasi otot-otot kepala, leher dan laring yang
cukup
Posisi kepala dan leher yang tepat
Penggunaan apparatus yang tepat untuk prosedur tersebut
a. Pipa endotrakea
Berfungsi mengantar gas anestesik langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat
dari bahan standar polivinil-klorida.Ukuran diameter lubang pipa trakea dalam
milimeter. Karena penampang trakea bayi, anak kecil dan dewasa berbeda,
penampang melintang trakea bayi dan anak kecil di bawah usia 5 tahun hampir bulat
sedangkan dewasa seperti huruf D, maka untuk bayi dan anak kecil digunakan tanpa
cuff dan untuk anak besar dan dewasa dengan cuff supaya tidak bocor. Pipa
endotrakea dapat dimasukkan melalui mulut atau melalui hidung.18
b. Laringoskop
Fungsi laring ialah mencegah benda asing masuk paru. Laringoskop ialah alat
yang digunakan untuk melihat laring secara langsung supaya kita dapat memasukkan
pipa trakea dengan baik dan benar. Secara garis besar dikenal dua macam laringoskop
17
:
Penilaian Mallampati
I. Gas Anestesi
Dalam dunia modern, anestetik inhalasi yang umum digunakan untuk praktek
klinik ialah N2O, Halotan, Enfluran, Isofluran, Desfluran, dan Sevofluran.
Mekanisme kerja obat anestetik inhalasi sangat rumit, sehingga masih menjadi
misteri dalam farmakologi modern.
Ambilan alveolus gas atau uap anestetik inhalasi ditentukan oleh sifat fisiknya :
1. N2O
N2O merupakan salah satu gas anestetim yag tak berwarna, bau manis, tak
iritasi, tak terbakar, dan pemberian anestesi dengan N2O harus disertai oksigen
minimal 25%. Gas ini bersifat anestetik lemah, tetapi analgesinya kuat. Pada akhir
anestesi setelah N2O dihentikan, maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli,
sehingga terjadi pengenceran oksigen dan terjadilah hipoksia difusi. Untuk
menghindari terjadinya hipoksia difusi, berikan oksigen 100% selama 5-10 menit.
2. Halotan
Halotan merupakan gas yang baunya enak dan tak merangsang jalan napas,
maka sering digunakan sebagai induksi anestesi kombinasi dengan N2O. Halotan
merupakan anestetik kuat dengan efek analgesia lemah, dimana induksi dan tahapan
anestesi dilalui dengan mulus, bahkan pasien akan segera bangun setelah anestetik
dihentikan. Pada napas spontan rumatan anestesi sekitar 1-2 vol % dan pada napas
kendali sekitar 0,5-1 vol% yang tentunya disesuaikan dengan klinis pasien. 17
3. Isofluran
Isofluran berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi
menyebabkan pasien menahan napas dan batuk. Setelah premedikasi, induksi dicapai
dalam kurang dari 10 menit, di mana umumnya digunakan barbiturat intravena untuk
mempercepat induksi.Tanda untuk mengamati kedalaman anestesi adalah penurunan
tekanan darah, volume dan frekuensi napas, serta peningkatan frekuensi denyut
jantung. Menurunkan laju metabolisme pada otak terhadap oksigen, tetapi
meningkatkan aliran darah otak dan tekanan intrakranial.17
4. Desfluran
Merupakan cairan yang mudah terbakar tapi tidak mudah meledak, bersifat
absorben dan tidak korosif untuk logam.Karena sukar menguap, dibutuhkan vaporiser
khusus untuk desfluran.Desfluran lebih digunakan untuk prosedur bedah singkat atau
bedah rawat jalan.Desfluran bersifat iritatif sehingga menimbulkan batuk, spasme
laring, sesak napas, sehingga tidak digunakan untuk induksi.Desfluran bersifat ¼ kali
lebih poten dibanding agen anestetik inhalasi lain, tapi17 kali lebih poten dibanding
N2O.17
5. Sevofluran
A. Hipnosis
Suatu larutan alkali dengan kerja hipnotiknya kuat sekali dan induksinya cepat
(30-40 detik) dengan suntikan intravena tetapi dalam waktu singkat kerjanya habis,
seperti zat anestesi inhalasi, barbiturat ini menyebabkan kehilangan kesadaran dengan
jalan memblok kontrol brainstem.
Cara pemberiannya dimulai dengan test dose 25-75 mg, kemudian sebagai
induksi diteruskan dengan pemberian 150-300 mg selang waktu pemberian 15-20
detik (untuk orang dewasa)
2. Benzodiazepin
3. Propofol
4. Ketamin
B. Analgetik
1. Morfin
Efek kerja dari morfin (dan juga opioid pada umumnya) relatife selektif, yakni
tidak begitu mempengaruhi unsur sensoris lain, yaitu rasa raba, rasa getar (vibrasi),
penglihatan dan pendengaran ; bahkan persepsi nyeripun tidak selalu hilang setelah
pemberian morfin dosis terapi. Efek analgesi morfin timbul berdasarkan 3
mekanisme18 ;
Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengguranggi nyeri sedang adalah 0,1-0,2
mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan dapat diulang
sesuai yamg diperlukan.
2. Fentanyl
Dosis fentanyl adalah 2-5 mcg/kgBB IV. Fentanyl merupakan opioid sintetik
dari kelompok fenilpiperidin dan bekerja sebagai agonis reseptor μ. Fentanyl banyak
digunakan untuk anestetik karena waktu untuk mencapai puncak analgesia lebih
singkat, efeknya cepat berakhir setelah dosis kecil yang diberikan secara bolus, dan
relatif kurang mempengaruhi kardiovaskular.18
3. Meridipin
Obat pelumpuh otot adalah obat/ zat anestesi yang diberikan kepada pasien
secara intramuskular atau intravena yang bertujuan untuk mencapai relaksasi dari
otot-otot rangka dan memudahkan dilakukannya operasi.17
Terapi cairan intravena dapat terdiri dari infus kristaloid, koloid, atau
kombinasi keduanya. Cairan kristaloid adalah cairan dengan ion low molecular
weight (garam) dengan atau tanpa glukosa, sedangkan cairan koloid juga
mengandung zat-zat high molecular weight seperti protein atau glukosa polimer
besar. Cairan koloid menjaga tekanan onkotik koloid plasma dan untuk sebagian
besar intravaskular, sedangkan cairan kristaloid cepat menyeimbangkan dengan dan
mendistribusikan seluruh ruang cairan ekstraseluler.18
Cairan dipilih sesuai dengan jenis kehilangan cairan yang digantikan. Untuk
kehilangan terutama yang melibatkan air, penggantian dengan cairan hipotonik, juga
disebut cairan jenis maintenance. Jika kehilangan melibatkan baik air dan elektrolit,
penggantian dengan cairan elektrolit isotonik, juga disebut cairan jenis replacement.18
IV. Monitoring
2.2.5 Postoperatif
Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari satu
posisi ke posisi yang lain. Bahkan memindahkan pasien yang telah dianestesi ke
brankard dapat menimbulkan masalah vaskular juga. Untuk itu pasien harus
dipindahkan secara perlahan dan cermat. Segera setelah pasien dipindahkan ke
brankard atau tempat tidur, pakaian pasien yang basah (karena darah atau cairan
lainnya) harus segera diganti dengan pakaian yang kering untuk menghindari
kontaminasi. Selama perjalanan transportasi tersebut pasien diselimuti.
Selang dan peralatan drainase harus ditangani dengan cermat agar dapat
berfungsi dengan optimal. Pasien ditransportasikan dari kamar operasi ke PACU. Jika
PACU terletak jauh dari kamar operasi, atau jika kondisi umum pasien jelek,
monitoring adekuat terhadap pasien sangat diperlukan. Dokter anestesi bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa proses transfer tersebut berjalan dengan lancar.18
Recovery dari anestesi terjadi ketika efek obat-obatan anestesi hilang dan
fungsi tubuh mulai kembali. Perlu beberapa waktu sebelum efek anestesi benar-benar
hilang. Setelah anestesi, sejumlah kecil obat masih terdapat dalam tubuh pasien,
tetapi efeknya minimal.
Waktu recovery dari anestesi bergantung pada jenis anestesi, usia pasien, jenis
operasi, durasi operasi, pre-existing disease, dan sensitivitas individu terhadap obat-
obatan. Perkiraan waktu recovery yang tepat dapat ditentukan jika semua spesifikasi
pembedahan, riwayat pasien dan jenis anestesi diketahui.18
a. Pulse oximeter
b. Non-invasive blood pressure monitor
c. Elektokardiograf
d. Nerve stimulator
e. Pengukur suhu.
1. IDENTITAS
Nama : Asmidar
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 53 tahun
Agama : Islam
Alamat : Dusun IX Desa Percut Sei Tuan Deli Serdang
Pekerjaan : IRT
Status Perkawinan : Sudah Menikah
No RM : 26.05.87
2. ANAMNESA
Keluhan Utama : Buang Air Kecil Tidak Lancar
Telaah : Pasien perempuan datang ke IGD RS Haji diantar oleh anaknya dengan
keluhan buang air kecil tidak lancar, warna seperti susu yang dialami kurang lebih 1
minggu ini, pasien juga mengeluhkan nyeri pinggang sebelah kiri dan mual muntah
yang dialami kurang lebih 1 tahun ini. Nyeri kepala (+), mual (+), muntah (+).
Riwayat operasi sebelumnya tidak ada. Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit
diabetes mellitus dan Asma.BAK sedikit dan berwarna keruh, BAB (+) Normal.
Riwayat Alergi :
- Alergi makanan disangkal oleh pasien
- Alergi obat disangkal oleh pasien
Riwayat Pengobatan:
- Anti nyeri tapi pasien tidak tahu nama obatnya
Riwayat Psikososial
- Merokok (-)
- Alkohol (-)
3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan Umum : Tampak sakit
Vital Sign
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan Darah : 170/90 mmHg
Nadi : 92x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 370C
Tinggi Badan : 151cm
Berat Badan : 72 kg
Pemeriksaan Umum
Kepala - Leher
Kulit : Sianosis (-), Ikterik (-), Turgor (-)
Kepala : Normocephali
Mata : Anemis -/-, Ikterik -/-, Edema palpebra -/-
Hidung : Tidak ada secret/bau/perdarahan pada hidung
Telinga : Tidak ada secret/bau/perdarahan pada telinga.
Mulut : Hiperemis pharing (-), Pembesaran tonsil (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax
Paru
Inspeksi :Pergerakan nafas simetris, tipe pernafasan
torakalabdominal, retraksi costae -/-
Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler seluruh lapang paru
Abdomen
Inspeksi : Datar, Simetris
Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar dan Lien tidak teraba
Perkusi : Nyeri Ketok (+) di pinggang sebelah kiri
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Ekstremitas : Edema -/-
Extremitas Bawah
Perdarahan
Kasa Basah : 11 x 10 = 110 cc
Kasa 1/2 basah :1 x5 = 5 cc
Suction : = 500 cc
Jumlah : 615 cc
EBV : 65 x 72 = 4680 cc
EBL 10 % = 468 cc
20 % = 936 cc
30 % = 1404 cc
Durasi Operatif
Lama Anestesi = 14.30 – 16.36 WIB
Lama Operasi = 14.50 – 16.18 WIB
Teknik Anastesi : GA - ETT
Premedikasi : Analgetik + Midazolam
Induksi Propofol O2 Relaxant Oxygenasi
Intubasi : ETT 7.0 Cuff (+)
Maintenance : Sevoflurance + O2
8. POST OPERASI
Operasi berakhir pukul : 16.18 WIB
Setelah operasi selesai pasien di observasi di Recovery Room. Tekanan darah,
nadi dan pernapasan dipantau hingga kembali normal.
Pasien boleh pindah ke ruangan bila Alderette score > 9
o Pergerakan :2
o Pernapasan :2
o Warna kulit :2
o Tekanan darah :2
o Kesadaran :2
10. Depkes RI, 2005. Distribusi Penyakit Sistem Kemih Kelamin Pasien
Rawat Inap Menurut Golongan Sebab Sakit Indonesia Tahun 2004.
Jakarta. http://www.yanmedik-depkes.net/statistik_rs_2005
11. Depkes RI, 2007. Distribusi Penyakit-Penyakit Sistem Kemih Kelamin
Pasien
12. Rawat Inap Menurut Golongan Sebab Sakit, Indonesia Tahun 2006.
13. Jakarta. http://www.yanmedik-depkes.net/statistik_rs_2007
15. Manuputty David (2003). Air Putih Kurangi Risiko Penyakit Batu Ginjal.
http://www.sinarharapan.co.id/berita
16. Tarihoran, YM, 2003. Karakteristik Penderita Batu Saluran Kemih Rawat
Inap Di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2001-2002. Skripsi
Mahasiswa FKM-USU.
17. Sinaga, Dewi, KM, 2005. Karakteristik Penderita Batu Saluran Kemih
Rawat Inap Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2000-2004. Skripsi
Mahasiswa FKM-USU.
18. Suwarni, 2007. Karakteristik Penderita Batu Saluran Kemih (BSK) Yang
19. Rawat Inap Di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2007.
20. Skripsi Mahasiswa FKM-USU.
21. Syaifuddin, 1996. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Edisi Revisi,
EGC, Jakarta.
22. University of Wisconsin Hospitals and Clinics Authority, 2005. The Urinary
System. http://www.uwhealth.org.
25. Junqueira Luis C, Jose Carneiro, 1991. Histologi Dasar, Edisi 3, EGC,
Jakarta.
26. Gibson John, 1996. Mikrobiologi dan Patologi Modern Untuk Perawat.
27. Cetakan I, EGC, Jakarta.
28. Clemente C, 1986. Anatomy, a Regional Atlas of The Human Body. Edisi
3, Urban and Schwarzenberg Publishing, Urban and Schwarzenberg
Publishing, Germany.
29. Alatas Husein, dkk, 2002. Buku Ajar Nefrologi Anak, Edisi 2, Penerbit
FKUI, Jakarta.
31. Waspadji Sarwono, Soeparman, 1990. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.