Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
POLITEKNIK STTT
BANDUNG
2015
I. JUDUL
1.1 Pengujian Penggelembungan dengan NaOH 0,1 N
1.2 Pengujian Penggelembungan dalam KOH Amoniakal (Pereaksi Krais Viertel)
1.3 Pengujian Pewarnaan dengan Uji Perak Amoniakal
1.4 Pengujian Pewarnaan dengan Uji Indigo Carmine (CI Acid Blue 74)
1.5 Pengujian Pewarnaan dengan Uji Metilen Biru (CI Basic Blue 9)
1.6 Pengujian Pewarnaan dengan Uji Acid Red 1
CO CO
CH CH
NH NH
CO CO
CH - CH2 - S - S - CH2 - CH
Ikatan Sistin
NH NH
CO CO
- CH CH -
NH NH
CO
CO
CH
- CH
NH NH
CO CO
CO CO
- CH CH -
NH
NH
CO
CO
- +
CH - Ch2 - COO NH3 - C - NH - Ch2 - CH2 - CH2 - CH
Asam Aspartik Arginin
NH
NH NH
Ikatan Garam
Serat wool bersifat higroskopis, sehingga dapat menyerap uap air dari
atmosfir lembab dan dapat melepaskannya kedalam atmosfir kering. Moisture
regain serat wool kurang lebih sebesar 16 % (kondisi standar). Kekuatan serat
wool pada keadaan kering berkisar antara 1,2 – 1,7 gram per denier dengan
mulur 30 – 40 %. Dalam keadaan basah, menjadi 0,8 – 1,4 gram per denier
dengan mulur 50 – 70 %. Serat wool kurang tahan terhadap sinar matahari,
karena akan menyebabkan kemunduran kekuatan dan mulur dari serat wool
tersebut (kemunduran tersebut disebabkan karena putusnya ikatan lintang
sestina).
Serat wool merupakan serat yang terdiri dari beberapa ikatan lintang,
ikatan lintang yang terpenting adalah ikatan disulfida pada sistina asam amino.
Ikatan lintang disulfida sangat menentukan sifat-sifat wool, seperti kekuatan
basah, kekakuan, dan ketidak larutan. Ikatan lintang penting lainnya adalah
‘ikatan garam’ antara gugus-gugus asam aspartik dan glutannat dengan gugus-
gugus basa lisin dan arginin. Selain itu, terdapat pula ikatan-ikatan hydrogen
yang memberi gaya-gaya antar molekul.
Hasil akhir (RSOH) larut dalam alkali sehingga kerusakan karena alkali dapat
bertambah tinggi. H2S yang terjadi dapat bereaksi dengan Pb asetat membentuk
PbS. Hal ini dapat terjadi karena adanya hidrolisa oleh uap air atau air mendidih,
dan oleh alkali. Sedangkan kerusakan oleh sinar matahari merupakan campuran
oksidasi dan hidrolisa.
Reduksi.
Na2SO3
R-S-S-R RSNa + R-S-SO3Na
- C. I. Acid Red 1
Contoh uji direndam didalam larutan zat warna 0,1% C. I. Acid Red 1
pada suhu kamar selama 10 menit. Serat yang tidak rusak tetap tidak diwarnai,
kecuali beberapa serat yang sisik-sisiknya terlepas. Sedangkan serat yang rusak
dan wol yang dikhlorinasi akan berwarna merah, dengan ketuaan warna yang
tergantung pada derajat kerusakannya.
Reaksi yang terjadi :
OH NHCOCH3
NH
N=N + C - C - SO3H
4.4 Pengujian Pewarnaan dengan Uji Indigo Carmine (CI Acid Blue 74)
Alat : - Tabung reaksi
- Mikroskop
Pereaksi : Larutan Indigo Carmine jenuh yang diasamkan dengan Asam
Sulfat 1 N
4.5 Pengujian Pewarnaan dengan Uji Metilen Biru (CI Basic Blue 9)
Alat : Tabung reaksi
Pereaksi : Larutan Metilen Biru 10 g/L yang diasamkan dengan Asam
Sulfat 2 N
5.4 Pengujian Pewarnaan dengan Uji Indigo Carmine (CI Acid Blue 74)
Cara Kerja : - Contoh uji direndam dalam larutan pereaksi selama 10 menit
pada suhu kamar.
- Contoh uji di cuci dengan menggunakan air dingin.
- Kemudian amati dibawah mikroskop.
5.5 Pengujian Pewarnaan dengan Uji Metilen Biru (CI Basic Blue 9)
Cara Kerja : - Contoh uji direndam dalam larutan Metilen Biru selama 5-10
menit pada suhu kamar.
- Contoh uji di cuci dengan menggunakan air dingin.
- Kemudian amati dibawah mikroskop.
5.6 Pengujian Pewarnaan dengan Uji Acid Red 1
Cara Kerja : - Contoh uji direndam dalam larutan pereaksi selama 10
menit pada suhu kamar.
- Contoh uji di cuci dengan menggunakan air dingin.
- Kemudian amati dibawah mikroskop.
VII. DISKUSI
7.1 Pengujian Penggelembungan dengan NaOH 0,1 N
Pada uji mikroskop ini, wol yang rusak karena kimia maupun mekanik
volume penggelembungan menjadi lebih besar. Dan pada wol yang baik tiap sisik
atau skala epitel jelas kelihatan sempurna, tampak menggelembung dan tampak
garis-garis memanjang dari lapisan fibril. Pada wol yang rusak oleh asam
penggelembungan terjadi secara cepat dan besar serta timbul sepanjang serat
wol, timbul retakan-retakan, timbul blister yaitu sisik yang terurai atau terputus-
putus. Pada wol yang rusak oleh alkali terjadi penggelembungan, serat, sisik
terlihat seperti kaca/transparan dan terlihat lebih jelas. Wol yang rusak oleh
hipoklorit basa akan menggelembung besar dan terjadi blister. Kerusakan
terparah terjadi pada wool rusak oleh alkali dan hipoklorit basa.
Reaksi hidrolisa :
R-CH2-S-S-CH2-R’ + HOH RCH2SH + R’CH2SOH
H2S H2SO4
R’CH2SOH
R’CHO R’COOH
7.4 Pengujian Pewarnaan dengan Uji Indigo Carmine (CI Acid Blue 74)
Uji ini menunjukkan serat wol sangat rusak oleh asam, alkali, hipoklorit asam
dan H2O2 yang ditunjukkan dengan serat yang terwarnai sebagian dengan warna
biru pada uji mikroskopnya terdapat sisik yang sedikit atau seluruh sisik serat
(epithelial scale) rusak ditandai dengan pegunungan membujur atau kurus
panjang, maka pada tahap ini derajat kerusakannya paling tinggi. Sedangkan
pada wol yang tidak rusak, tiap sisik atau skala epitel jelas kelihatan sempurna
dan sisik mempunyai pinggir gerigi tajam yang tampak jelas.
7.5 Pengujian Pewarnaan dengan Uji Metilen Biru (CI Basic Blue 9)
Wol Baik : biru tua
Asam : biru tua
Kaporit : biru sangat tua
NaOCL Asam : biru muda
NaOCL Basa : biru sangat tua
Panas : biru muda
Alkali : biru muda
Berdasarkan pengujian serat yang terwarnai tua menunjukkan derajat
kerusakan yang paling tinggi.
7.6 Pengujian Pewarnaan dengan Uji Acid Red 1
Uji ini terhadap wol yang diklorinasi akan membentuk warna yang merah dan
pada uji mikroskop terdapat sisik yang lepas-lepas (sisik tipis dan tidak
beraturan).
Wol Baik : merah muda
Asam : merah pekat
Kaporit : merah keunguan
NaOCL Asam : merah keunguan
NaOCL Basa : merah muda
Panas : merah muda
Alkali : merah muda
Berdasarkan pengujian serat yang terwarnai merah pekat menunjukkan
derajat kerusakan yang paling tinggi.
VIII. KESIMPULAN
8.1 Pengujian Penggelembungan dengan NaOH 0,1 N
Terjadi kerusakan parah pada wool rusak oleh alkali dan hipoklorit basa.
8.4 Pengujian Pewarnaan dengan Uji Indigo Carmine (CI Acid Blue 74)
Terjadi kerusakan parah pada wool yang rusak oleh asam, alkali, hioklorit
asam dan H2O2.
8.5 Pengujian Pewarnaan dengan Uji Metilen Biru (CI Basic Blue 9)
Terjadi kerusakan parah pada wool rusak oleh kpaorit dan hipoklorit basa.
Dj, Rasjid, Ir, M.Sc, dkk. Pedoman Praktikum Evaluasi Kimia Tekstil. STTT.
Bandung.
Djufri, Rasjid, Ir, M.Sc, dkk. Teknologi Pengelantangan Pencelupaan dan
Pencapan. ITT. Bandung.1976.
Moerdoko, Wibowo, S.Teks, dkk. Evaluasi Tekstil bagian kimia. ITT.
Bandung.1975.