Você está na página 1de 6

ANALISA ALIRAN FLUIDA PENGARUH ELBOW, FITTING, VALVE DAN

PERUBAHAN LUAS PERMUKAAN DALAM SISTEM PERPIPAAN

Abstrak

Aliran Fluida adalah suatu perpindahan fluida dari titik satu ke titik lainnya. Percobaan ini
bertujuan untuk dapat memahami sifat suatu fluida dalam system perpipaan beserta
kelengkapan-kelengkapannya seperti elbow, fitting, valve dan perubahan luas permukaan
pipa. Pada industry, metode perhitungan aliran fluida sangat digunakan di dalam perancangan
pemanasan pipa, penempatan pipa, panjang pipa, dan hal-hal lain yang diperlukan dalam
penghantaran fluida. Prosedur percobaannya yaitu melakukan persiapan dengan menentukan
densitas air, menentukan viskositas air dan mengecek kondisi pompa dan peralatan. Lalu
melakukan percobaan dengan mengisi tangki dengan air sampai penuh, melakukan valve set,
mengalirkan pompa keseluruhan perpipaan, melakukan kalibrasi pada flowrate yang berbeda-
beda dengan bantuan valve. Kemudian, melakukan variasi seperti variasi panjangan, diameter,
kelengkapan dan gabungan. Setelah itu, menentukan flow rate tiap bukaan dan melakukan
pengukuran fluida yang telah ditentukan. Dari data yang diperoleh flow rate kalibrasi ; 2,758
menurun ke 2,499. Variasi panjang dari 8,1634 ke 8,1634. Pada variasi kelengkapan
mengalami kenaikan dari 6,01613 ke 0,936782. Pada variasi kelengkapan mengalami
kenaikan dari 6,01613 ke 6,55747. Dari semua variasi friksi yang diperoleh adalah friksi teori
lebih besar dari friksi actual. Nilai Wp yang didapat teori pada bukaan 2 adalah 46,64717309,
bukaan 4 yaitu 46, 67491979, bukaan 6 yaitu 47,01774393.

Kata kunci: Aliran fluida, flow rate, Flow Control

Abstract

Fluid flow is a transfer fluid from one point to another point. This purpose of experiment is to
understand the nature of a fluid in the piping system completeness and accessories such as
elbow, fittings, valves and changes in the surface area of the pipe. In industry, the method of
calculation of fluid flow is very used in the design of the heating pipes, placement pipes, pipe
length, and other things that are required in the delivery of fluid. Procedure experiments that
made preparations to determine the density of water, determine the viscosity of the water and
check the condition of pumps and equipment. Then experiment by filling the tank with water
to the brim, perform valve set, drain the entire pump piping, perform calibration at different
flowrate with the help of the valve. Then, doing variations such as prolongation of the
variation, diameter, completeness and combined. After that, determine the flow rate of each
of the openings and take measurements of the fluid that has been determined. From the data
obtained flow rate calibration; 2.758 down to 2.499. Variation in the length of 8.1634 to
8.1634. In a variation completeness increased from 6.01613 to 0.936782. In a variation
completeness increased from 6.01613 to 6.55747. Of all the variations of friction obtained is
greater than the friction theory actual friction. Wp value obtained in the theory of the
openings 2 is 46.64717309, openings 4 at 46, 67,491,979, openings 6 47.01774393.

Keyword : Fluid flow, flow rate, Flow Control


I. PENDAHULUAN
Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan menyesuaikan diri dengan
tempatnya serta tidak mampu menahan pengaruh gaya geser. Fluida dapat
berpindah berdasarkan perbedaan tekanan.
Aliran fluida adalah suatu perpindahan fluida dari titik satu ke titik yang
lainnya. Dari segi mekanik, fluida dibagi menjadi dua macam yaitu statika fluida
(fluida diam) dan dinamika fluida (fluida alir).
Pada indusri, metode perhitungan aliran fluida sangat digunakan di dalam
perancangan pemanasan pipa, penempatan pipa, panjang pipa, dan hal-hal lain
yang diperlukan dalam penghantaran fluida. Dan salah satu yang terpenting dalam
proses flow control. Fluida air yang mengalir di dalam suatu pipa yang
lintasannya berliku-liku dapat mengalir karena adanya pompa dalam pipa. Selain
itu, untuk mengontrol laju alir fluida dapat dikontrol dengan valve. Fluida dapat
dialirkan dengan lancar di dalam pipa dengan adanya kedua alat tersebut.
II. TEORI DASAR
Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan menyesuaikan diri dengan
tempatnya serta tidak mampu menahan pengaruh gaya geser. Fluida dapat
berpindah satu tempat ke tempat lain berdasarkan perbedaan tekanan dimana
fluida di tempat bertekanan tinggi akan berpindah ke tempat yang bertekanan
lebih rendah. [1]
Zat padat dianggap sebagai bahan yang menunjukkan reaksi deformasi yang
terbatas ketika menerima atau mengalami suatu gaya geser . Sedangkan fluida
memperlihatkan fenomena sebagai zat yang terus menerus berubah bentuk apabila
mengalami tekanan geser dengan kata lain yang dikategorikan sebagai fluida
adalah suatu zat yang tidak mampu menahan tekanan geser tanpa berubah
bentuk.[1]
Berdasarkan fasanya, fluida terbagi menjadi dua yaitu fluida cair dan fluida
gas. Fluida dengan zat cair adalah fluida yang mempunyai volume tetap terhadap
tekanan sedangkan fluida dengan zat gas dapat termampatkan seiring dengan
tekanan yang diberikan sehingga fluida gas perlu perlakuan khusus terhadap
tekanan dan volume.
Karakteristik-karakteristik tertentu dari suatu fluida tidak tergantung kepada
gerakan fluida. [4] Tetapi tergantung pada sifat alamiah fluida itu sendiri seperti
densitas, tekanan, temperatur, compressibility, viskositas dan tegangan permukaan.
Dalam mempelajari aliran fluida sering kali menggunakan suatu asumsi fluida
ideal. Fluida seperti itu diasumsikan tidak mempunyai kekentalan. Meskipun hal
ini merupakan situasi ideal yang tidak pernah ada. Pada aliran fluida nyata,
kecepatan terdekat dinding akan nol, dan akan bertambah besar pada jarak pendek
dari dinding sehingga menghasilkan profil kecepatan. [3]
Kualitas aliran fluida per unit waktu yang mengalir menembus penampang
yang dinamakan rate aliran (debit). [6] Dalam kasus fluida incompressible, debit
volume sering digunakan. Sedangkan untuk fluida compressible lebih digunakan
debit berat atau massa.
Secara garis besar dapat dikelompokkan jenis aliran adalah sebagai berikut:
1. Aliran tunak (steady); suatu aliran dimana kecepatannya tidak terpengaruh
oleh perubahan waktu, sehingga kecepatan konstan pada setiap titik (tidak
memiliki percepatan).
2. Aliran seragam (uniform); suatu aliran yang tidak terjadi perubahan kecepatan
dan penampang lintasan.
3. Aliran tidak tunak (unstead); suatu aliran dimana terjadi perubahan kecepatan
terhadap waktu.
4. Aliran tidak seragam (non-uniform); suatu aliran dalam kondisi berubah baik
kecepatan maupun penampang lintasan.

Pada umumnya arah aliran fluida dapat dibedakan menjadi tiga aliran, yaitu:
1. Aliran laminer; suatu aliran yang memiliki arah sejajar dengan pipa dan teratur.
2. Aliran turbulen; suatu aliran yang memiliki arah tidak beraturan.
3. Aliran transisi; aliran peralihan antara laminer menjadi turbulen, begitupun
sebaliknya.

Arah aliran fluida dapat ditentukan dengan persamaan bilangan Reynolds(Nre).


[1] Apabila Nre < 2100 maka arah aliran fluida laminar, jika Nre > 4200 maka
arah aliran fluida turbulen dan apabila Nre berada diantara keduanya maka arah
aliran fluida transisi. Berikut merupakan beberapa persamaan dasar yang terjadi
pada mekanika fluida: 1. Persamaan Kontinuitas Tidak ada aliran yang melalui
dinding pipa (laju massa masuk volume kendali sama dengan laju massa keluar),
maka berlaku persamaan: V1.A1 =V2.A2 2. Persamaan Bernoulli Berdasarkan
hukum kekekalan energi, pada sistem aliran fluida di pipa berlaku persamaan: gz1
+ + = gz2 + + + Ws + Q + ∑Fs Energi-energi di titik satu akan sama dengan di
titik lain. Jika Ws dan Q sama dengan nol, maka akan menjadi persamaan
Bernoulli: gz1 + + = gz2 + + + ∑Fs Kehilangan-kehilangan gesekan yang terjadi
dalam sistem perpipaan dikarenakan adanya bends (tekukan- tekukan), elbows
(siku-siku), joints (sambungan- sambungan), valve dan lain-lain. Head loss dapat
dikategorikan dalam dua bagian, yaitu: 3 1. Head loss karena tahapan sepanjang
pipa Ff = = 4 Harga f dipengaruhi oleh besarnya ε/D dan bilangan Reynolds (Nre).
2. Friction loss Ff = Dimana hf adalah koefisien kehilangan masingmasing fitting.
Untuk koefisien tersebut dapat dilihat pada: 1) Friction loss karena kerangan (Ffv)
Ffv = Kf 2) Friction loss karena adanya belokan (Ff elb) Ffelb = Kfelb 3) Friction
loss karena adanya kontraksi (Ffc) Ffc = Kfc Kfc = 0,55 [1 - ] 4) Friction loss
karena adanya ekspansi (Ffex) Ffex = [ ] α = 1, jika turbulen α = 0,5, jika laminer
Alat yang digunakan untuk mengukur aliran disebut flowmeter. Berdasarkan hasil
pengukurannya, alat ukur aliran dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Kecepatan lokal;
kecepatan fluida pada posisi tertentu. Misal tabung pitot. 2. Kecepatan total;
kecepatan alir rata-rata seluruh penampang luas aliran. Misal orifice, venturi dan
rotameter. III. METODE PERCOBAAN Percobaan ini terdiri atas tahap
pelaksanaan percobaan, analisa data percobaan dan pembahasan serta penarikan
kesimpulan. A. Pelaksanaan Percobaan Percobaan dilakukan selama kurang lebih
6 jam. Alat-alat yang digunakan adalah sistem perpipaan dan kelengkapannya,
manometer raksa dan penggaris. Sedangkan bahan/fluida yang digunakan adalah
air. Sebelum dimulai percobaan, dilakukan kalibrasi alat ukur aliran venturimeter.
Kalibrasi dilakukan dengan bukaan valve 1-7. Variasi yang dilakukan adalah
panjang pipa (60, 80 140 cm), diameter pipa (0,5;0,75;1 inch), kelengkapan sistem
perpipaan (globe valve, gate valve, elbow, tee) dan variasi gabungan. Sebelum
memulai praktikum aliran fluida, terlebih dulu melakukan persiapan dengan
mengecek kondisi pompa dan peralatan. Langkah pertama yang dilakukan saat
percobaan adalah mengisi tangki dengan air sampai penuh. Kemudian melakukan
valve set pada sistem perpipaan. Selanjutnya menghidupkan pompa dan
mengalirkan keseluruhan sistem perpipaan. Kemudian mengkalibrasi venturimeter.
Selanjutnya menentukan flow rate (Q) aliran untuk tiap bukaan valve. Kemudian
melakukan pengukuran beda tekanan fluida terhadap variasi percobaan yang telah
ditentukan menggunakan manometer raksa. Setelah didapatkan data beda tekanan
(∆P) dari tiap variasi maka dapat dihitung friction losses dan daya pompanya. B.
Analisis Data Analisa data dan pembahasan dilakukan terhadap data yang
diperoleh dari hasil percobaan meliputi data debit air hasil kalibrasi dan beda
tekanan (∆P). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan ini untuk dapat
memahami sifat fluida dalam system perpipaan beserta kelengkapan-
kelengkapannya seperti elbow, tee, fitting, dan perubahan luas permukaan pipa.
Hasil dari percobaan yang telah dilakukan, dengan berbagai variasi didapatkan
nilai friction loss yang menyimpang dari perhitungan teoritis. Hal ini disebabkan
karena flowmeter diletakkan sebelum valve. Juga karena manometer yang
digunakan untuk mengukur beda tekanan sudah tidak akurat memberikan
pembacaan karena dibagian atas raksa dalam manometer terdapat suatu endapan
yang menyebabkan pengukuran manometer menjadi tidak akurat. Dan juga
menyebabkan ketinggian raksa pada saat awal tidak pernah sama. Maka dari itu
data beda tekanan yang didapatkan pun menyimpang. Saat melakukan kalibrasi
venturimeter digunakan bukaan valve 1-7. Kemudian untuk percobaan selanjutnya
dipilih bukaan valve 2, 4 dan 6 karena berdasarkan data kalibrasi yang didapat,
saat bukaan valve 2, 4 dan 6 data yang dihasilkan linear. 4 4.1 Pengaruh Bukaan
Valve Terhadap Debit Gambar 1. Grafik Kalibrasi Laju Alir Pada Gambar 6,
dapat dilihat bahwa dari kalibrasi didapatkan grafik hubungan antara bukaan valve
(1-7) dan debit air (Q) yang berupa garis tidak linear. Namun secara teoritis grafik
yang didapat seharusnya akan memberikan garis linear, yang menunjukkan bahwa
laju alir berbanding lurus dengan bukaan valve. Penyebab penyimpangan ini
terjadi kemungkinan akibat Flowmeter diletakkan sebelum valve. Sehingga,
semakin besar bukaan valve maka laju alir semakin menurun. Hal ini dibuktikan
berdasarkan persamaan kontinuitas. Q = V (m3 ) t (s) Semakin besar luas
penampang disuatu titik maka kecepatan dititik tersebut semakin kecil dimana
dititik lain kecepatan dan luas penampang konstan. 4.2 Pengaruh Panjang Pipa
Terhadap Friction Loss Gambar 2. Grafik hubungan bukaan valve terhadap
friction loss pada variasi panjang pipa (140 cm) Pada variasi panjang pipa, friction
loss atau hilangnya energi pada pipa lurus berbanding lurus dengan panjang pipa.
Semakin panjang pipa maka semakin besar nilai friction loss nya karena gesekan
antara dinding pipa dengan fluida akan semakin lama dan semakin banyak terjadi,
sehingga hilang energi pun semakin besar. 4.3 Pengaruh Diameter Pipa Terhadap
Friction Loss Gambar 3. Grafik hubungan diameter pipa (0,5 inch) terhadap
friction loss Berdasarkan gambar 3 didapatkan hubungan friction loss terhadap
diameter pipa pada percobaan (aktual) adalah berbanding lurus dimana semakin
kecil diameter pipa maka semakin kecil pula friction loss-nya. Hal tersebut tidak
sesuai dengan persamaan: Ff = = 4 Seharusnya nilai friction loss berbanding
terbalik karena semakin kecil diameter pipa maka semakin besar gesekkan yang
terjadi antara fluida dan pipa. Ketidaksesuaian tersebut terjadi karena kurang
akuratnya manometer (terdapat endapan pada raksa) dan kurang cermatnya
praktikan dalam pembacaan flowmeter dan stopwatch. 4.4 Pengaruh Variasi
Kelengkapan Terhadap Friction Loss Gambar 4. Grafik hubungan antara
kelengkapan pipa terhadap friction loss untuk bukaan 2 Friction loss pada globe,
tee dan gate valve lebih besar dibandingkan elbow karena perbedaan tekan elbow
lebih kecil dibandingkan dengan lainnya. Hal tersebut dilihat dari alat yang
beroperasi. Arah aliran fluida yang menuju keatas berjalan satu arah melewati
elbow sehingga tidak ada pengaruh tekanan dari fluida yang mengalir dari dua
arah seperti tee, atau terbentur oleh bagian dalam valve seperti pada gate dan
globe valve. Oleh karena itu friction loss pada elbow baik teori 5 maupun actual
lebih kecil dibandingkan dengan kelengkapan globe,tee dan gate. 4.5 Pengaruh
Variasi Gabungan Terhadap Friction Loss Gambar 5. Grafik hubungan antara
bukaan valve terhadap friction loss pada variasi gabungan (26-27) Pada Gambar
10, dikarenakan pada data teori terdapat elbow yang berekspansi yang membuat
friction loss pada elbow dan tee yang juga mempengaruhi. Pada data sebelumnya
friction loss pada elbow kecil dibandingkan dengan globe,gate dan tee. Namun,
factor pipa yang berkorosi dan adanya ekspansi dari pipa 0,5 inch ke pipa yang
lebih besar. Selain itu, pipa dengan diameter kecil membuat friction loss yang
dihasilkan besar. 4.6 Perbandingan Daya Fluida Teori dan Aktual Gambar 6.
Grafik hubungan antara bukaan valve dengan daya pompa Pada gambar 11, untuk
perbandingan daya fluida data teori mengalami kenaikan. Karena semakin besar
bukaan valve maka semakin besar pula daya pompa. Namun, saat praktikum
terjadi fluktuatif karena kurang akurat praktikan dalam pembacaan flowmeter,
stopwatch dan manometer yang masuk sehingga berpengaruh dalam perhitungan
daya pompa. Seharusnya bukaan valve berbanding lurus dengan daya pompa. V.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil percobaan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hilang
energi (friction loss) aliran fluida pada sistem perpipaan adalah panjang pipa,
diameter pipa, kelengkapan pipa (elbow, tee, valve). Saran Saran yang dapat
diberikan untuk praktikum selanjutnya adalah untuk variasi penggabungan dicoba
dengan adanya rekayasa atau perubahan arah aliran menjadi kearah alat aliran
fluida. Saran lainnya adalah dengan memberikan variasi untuk dua fluida yang
berbeda. DAFTAR PUSTAKA [1] Ridwan. 2000. “Mekanika Fluida Dasar.”
Jakarta Pusat : GUNADARMA. [2] Soedrajat s,a. 1999. “Mekanika – Fulida dan
Hidrolika.” Bandung : NOVA. [3] Orianto dan Prakto. 1989. “Mekanika Fluida.”
Yogyakarta : BPFE. [4] Widayana, G dan T Yowono. 2010. “Studi Eksperimental
dan Numerik Aliran Dua Fase (Air – Udara) melewati Elbow 30° dari Pipa
Vertikal Menuju Pipa Dengan Sudut 60°.” Jurnal Teknik Mesin. Institut
Teknologi Sepuluh November. Surabaya. [5] Wiryanta, I. K. E. H dan T. Yuwono.
2010. “Studi Eksperimental dan Numerik Aliran Dua Fase (Air – Udara) Melewati
Elbow 75° dari Pipa Vertikal Menuju Pipa Dengan Sudut 15°.” Jurnal Teknik
Mesin. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya. [6] Ansori, Latif dan
Priyo Heru Adiwibowo. 2013. “Eksperimental Karakteristik Pressure Drop Pada
Sambungan T (Tee) Untuk Posisi Frontal Dengan Variasi Kemiringan Untuk
Sistem Perpipaan.” JTM vol.01 no.03. 1 - 6. [7] Rachman, Fakhar. 2016.
“Perbandingan Kinerja Pompa Rekondisi Tipe Vertikal API 610 OH-4 Model
3900L.” PT. Y dengan CAE. Vol.01 no.01. [8] Brown, G.G. 1978. “Unit
Operations.” New York : John Willey and Sons. 6

Você também pode gostar