Você está na página 1de 11

KOMPOSISI DAN KEPADATAN ZOOPLANKTON SECARA VERTIKAL

HARIAN DAN HORIZOTAL DI RANU GRATI PASURUAN

Yuniar Indra Permana1, Fathur Rohman2, dan Sitoresmi Prabaningtyas2


1
Mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang
2
Dosen Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang
E-mail: yuniar.indra.p@gmail.com

ABSTRAK: Keadaan ekosistem di Ranu Grati dimungkinkan terdapat perubahan


dikarenakan adanya beberapa pemugaran dan pembangunan di beberapa bagian di Ranu
Grati demi pembangunan daerah wisata, serta mulai banyaknya keramba jaring apung, turut
merubah struktur ekosistem yang ada. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui komposisi
dan kepadatan zooplankton secara vertikal harian dan horizotal di Ranu Grati Pasuruan,
serta mengetahui kualitas air di lingkungan Ranu Grati Pasuruan. Sampel diambil di lima
titik yang mewakili zona keramba jarring apung dan zona netral. Hasil penelitian ini adalah,
Pada distribusi vertikal, komposisi zooplankton pada setiap kedalaman terdiri dari 3 kelas
yaitu kelas Crustacea, Aracnida dan Monogononta. kepadatan zooplankton semakin
menurun pada tiap kedalaman pada saat pagi dan sore hari, dan meningkat pada tiap
kedalaman pada siang hari. Pada distribusi horizontal, komposisi zooplankton Kelas
Monogononta memiliki komposisi lebih banyak pada zona netral daripada di zona keramba
jaring dan Kelas Crustacea dan Arachnida memiliki komposisi lebih banyak di zona
keramba jaring daripada zona netral. Nilai faktor lingkungan di Ranu Grati yang berupa
suhu, oksigen terlarut, derajat keasaman, kekeruhan, salinitas, kecerahan, dan intensitas
cahaya menunjukkan bahwa lingkungan di perairan Ranu Grati masih mendukung
kehidupan zooplankton.
Kata kunci: komposisi, kepadatan, distribusi vertikal harian, distribusi horizontal,
zooplankton, Ranu Grati

ABSTRACT: The ecosystem situation in Ranu Grati is possible due to some renovation
and development in some parts of Ranu Grati for the development of tourist areas, as well
as the increasing number of floating net cages, altering the existing ecosystem structure.
The purpose of this research is to know the composition and density of zooplankton
vertically daily and horizotal in Ranu Grati Pasuruan, and to know water quality in Ranu
Grati Pasuruan. Samples were taken at five points representing floating net cage zone and
neutral zone. The results of this study are, In the vertical distribution, the composition of
zooplankton at each depth consists of 3 classes of Crustacea class, Aracnida and
Monogononta. zooplankton density decreases at every depth in the morning and afternoon,
and increases at every depth during the day. In the horizontal distribution, the composition
of the Monogononta Class zooplankton has more composition in the neutral zone than in
the net cage zone and the Crustacea and Arachnida classes have more composition in the
net cage zone than the neutral zone. The value of environmental factors in Ranu Grati in
the form of temperature, dissolved oxygen, acidity degree, turbidity, salinity, brightness,
and light intensity show that environment in Ranu Grati waters still support zooplankton
life.
Keywords: composition, density, daily vertical distribution, horizontal distribution,
zooplankton, Ranu Grati

Ranu atau danau banyak tersebar di Indonesia, salah satu danau tersebut adalah
Ranu Grati yang terletak di Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Danau yang terbentuk secara
alamiah dari seri letusan hidrovulkanik. ). Ranu Grati memiliki luas ± 197 ha, yang
terletak di tiga desa yaitu desa Sumberdawesari, Desa Ranuklindungan, dan Desa

1
Gratitunon. Saat ini Ranu Grati difungsikan sebagai tempat wisata, dan juga tempat
pengembangan budidaya ikan dengan metode Keramba Jaring Apung. Ikan yang
dibudidaya antara lain ikan mujair, gurami, nila, bandeng, patin, serta ikan lempuk.
Keadaan ekosistem Ranu Grati dewasa ini dengan adanya beberapa pemugaran dan
pembangunan di beberapa bagian di Ranu Grati demi pembangunan daerah wisata, serta
mulai banyaknya keramba jaring apung kemungkinan berdampak pada kehidupan
organisme yang ada di danau. Menurut Nastiti (2001), perkembangan unit karamba jaring
apung dan jaring tancap pada areal budidaya yang kurang terkendali telah menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan perairan. Dampak negatif yang sering ditimbulkan
antara lain disebabkan kurang diperhatikannya prinsip-prinsip teknologi dalam budidaya
ikan dengan sistem karamba jaring apung dan jaring tancap. Dalam penelitian Mulyadi
(2016) jumlah petak maksimal yang dapat ditampung Ranu Grati adalah 347 petak
dengan pertimbangan beban pencemaran air limbah budidaya ikan di keramba jaring
apung. Sedangkan pada kenyataannya di lapangan jumlah petak keramba jaring apung di
Ranu Grati berjumlah 563 petak.
Zooplankton merupakan anggota plankton yang bersifat hewani, sangat beraneka
ragam dan terdiri dari bermacam fase larva dan bentuk dewasa yang mewakili hampir
seluruh filum hewan (Nybakken, 1988). Perubahan fisik, kimia lingkungan dan fungsi
Ranu Grati dimungkinkan berdampak pada perubahan distribusi vertikal yang dilakukan
zooplankton. Dari keadaan diatas, maka diperlukan penelitian tentang melihat fakta
tersebut maka perlu dilaksanakan penelitian untuk mengkaji kepadatan dan distribusi
vertikal harian serta distribusi horizontal zooplankton di perairan Ranu Grati pasuruan
sehingga dapat mengetahui keadaan ekosistem perairan Ranu Grati serta indikasi keadaan
lingkungan Ranu Grati.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif eksploratif. Metode yang digunakan
ialah metode purposive random sampling. Sampel diambil pada 5 titik dan 6 kedalaman
yang masing-masing terletak di dua zona yaitu zona keramba jaring apung, dan zona
netral di Ranu Grati. Data komposisi dan kepadatan zooplankton secara vertikal
didapatkan dengan mengambil sampel pada kelima titik yaitu pada zona keramba jaring
apung terdapat tiga titik pengambilan sampel dan pada zona netral terdapat dua titik
pegambilan sampel dengan variasi kedalaman, yaitu dimulai dari permukaan danau yaitu

2
0 m, kemudian 0,5 m, 1 m, 1,5 m, 2 m, hingga 2,5 m. Data komposisi dan kepadatan
zooplankton secara horizontal didapatkan dengan mengambil sampel pada kelima titik
yang sama dengan data komposisi dan kepadatan zooplankton secara vertikal dengan
mengambil air pada permukaan danau (0 m).
Identifikasi zooplankton dan perhitungan jumlah zooplankton dilakukan dengan
menggunakan mikroskop dinolite dan sedgwick rafter. Identifikasi zooplankton
menggunakan buku A Guide to Identification of Rotifers, Cladocerans and Copepos from
Australian Inland Waters karangan R. J. Shiel, dan buku Practical Guide to Identyfying
Freshwater Crustacea Zooplanton karangan Lynne M. Witty serta website
http://cfb.unh.edu/ yang merupakan website pusat penelitian biologi air tawar milik
Universitas New Hampshire.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Komposisi dan Kepadatan Zooplankton secara Vertikal Harian di Ranu Grati
Pasuruan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kedalaman 0 m, 0,5 m, 1 m, 1,5 m,
2 m dan 2,5 m ditemukan tiga kelas zooplankton yaitu Crustacea, Arachnida dan
Monogononta. Terdapat 6 Spesies yang ditemukan dari kelas Crustacea yaitu Alona
setulosa, Calanoid nauplius, Cyclops sp., Microcyclops rubellus, Tropocyclops prasinus,
Potamocypris elegantula. Spesies dari kelas arachnida hanya terdapat satu yaitu
Macrocheles perciliatus. Sedangkan pada kelas Monogononta terdapat 20 spesies yang
ditemukan antara lain Asplanchna brightwelli, Anuraeopsis fissa, Brachionus
calyciflorus, Brachionus caudatus, Brachionus falcatus, Brachionus plicatilis, Euchlanis
alata, Keratella valga, Lecane tudicola, Monostyla bulla, Cephalodella auriculata,
Polyarthra euryptera, Polyarthra remata, Synchaeta oblonga, Trichocerca pusilla,
Tylotrocha monopus, Conochilus unicornis, Filinia longiseta, Hexarthra mira, dan
Pompholyx sulcata.
Komposisi zooplankton di Ranu Grati berubah ubah sesuai dengan kedalaman serta
waktu pengamatan (Gambar 1). Komposisi zooplankton pada saat pagi hari didominasi
oleh Kelas Monogononta, begitu juga pada siang hari maupun sore hari. Komposisi Kelas
Monogononta secara vertikal terbanyak terdapat pada kedalaman 1 meter pada saat sore
hari, dan paling sedikit pada kedalaman 1,5 meter pada waktu pagi hari. Komposisi

3
terbanyak ke dua adalah Kelas Crustacea. Komposisi Kelas Crustacea secara vertikal
terbanyak terdapat pada kedalaman 2 m pada saat siang hari dan paling sedikit pada
kedalaman 0,5 meter pada saat siang hari. Sedangkan komposisi paling sedikit di Ranu
Grati adalah Kelas Arachnida. Komposisi Kelas Arachnida secara vertikal terbanyak pada
kedalaman 0 m atau permukaan pada saat pagi hari, dan pada kedalaman 2,5 m di siang
hari serta pada kedalaman 0 m, 1 m, 1,5 m, 2 m, dan 2,5 m pada waktu sore hari tidak
ditemukan adanya kelas Arachnida.

99.6

99.4

98.9

98.3
97.9
90.9

90.3
89.2
88.2

87.8
87.7

87.4
86.8
90

86.6
86.2

88
87
12.7
11.8

11.7

11.6
10.9
10.7

13
13

12
9.8

10
8.5
8.4

2.4

1.9
1.7

1.4

1.2
1.1

1.1
0.8
0.7
0.6

0.5
0.4

0.4
0.2

0.2

0.2

1
0
0

0
0

0 0,5 1 1,5 2 2,5 0 0,5 1 1,5 2 2,5 0 0,5 1 1,5 2 2,5


CRUSTACEA ARACHNIDA MONOGONONTA

Komposisi Zooplankton (%) Pagi Komposisi Zooplankton (%) Siang Komposisi Zooplankton (%) Sore

Gambar 1. Diagram Batang Komposisi zooplankton di Ranu Grati


Perubahan komposisi zooplankton dari tiap kedalaman ini diakibatkan adanya
migrasi vertikal harian oleh zooplankton. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh
Sachlan (1982) bahwa zooplankton merupakan organisme fototaksis negatif, zooplankton
melakukan gerakan naik dan turun secara berkala harian atau dikenal dengan migrasi
vertikal. Pada malam hari zooplankton naik kepermukaan perairan sedangkan pada siang
hari turun kelapisan bawah, sehingga pada siang hari jarang ditemukan di permukaan
perairan.
Komposisi Monogononta yang sangat tinggi pada setiap titik pengambilan sampel
serta pada tiap kedalaman. Kedalaman 1 m merupakan kedalaman yang paling banyak
ditemukan populasi Kelas Monogononta dan pada kedalaman inilah rata-rata kecerahan
pada perairan Ranu Grati. Pada kedalaman ini makanan dari Kelas Monogononta

4
berlimpah, karena makanan Monogononta mulai dari detritus, bakteri, alga hingga
karnivora pada larva ikan serta larva cocepoda. Monogononta sangat bervariasi dari
bentuk hingga makanannya. Keratella, Filinia dan Bronchionus merupakan
Monogononta omnivora dan Asplanchna dan Synchaeta merupakan predator besar.
Monogononta menggunakan silia cincin anterior untuk membawa partikel langsung ke
mulut.
Komposisi dengan persentase terbanyak kedua adalah kelas Crustacea dari 27
spesies yang ditemukan terdapat 6 spesies dari kelas ini yaitu Alona setulosa, Calanoid
nauplius, Cyclops sp., Microcyclops rubellus, Tropocyclops prasinus, Potamocypris
elegantula. Kelas Crustacea merupakan zooplankton yang sangat sensitif terhadap cahaya
dan suhu, dan lebih menyukai kedalaman daripada permukaan danau. Crustacea paling
banyak ditemukan pada pada kedalaman 2 meter. Hal ini dikarenakan kelas Crustacea
memiliki sifat fototaksis negatif. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Endrik (2006)
bahwa pada Crustacea pada tahap dewasa memiliki respon negatif terhadap cahaya dan
mencari perairan yang lebih dalam sedangkan Crustacea muda memiliki respon positif
terhadap cahaya dan bergerak ke lapisan atas.
Kelas Aracnida yang ditemukan pada pengamatan hanya satu spesies yaitu
Macrocheles perciliatus, yang merupakan tungau air. Menurut Cassano (2002) Tungau
air biasanya ditemukan di zona pantai dan bentos danau, dan kehadiran mereka di
plankton telah dianggap sebagai kejadian sesekali. Tungau air pada Ranu Grati memiliki
komposisi yang sangat rendah daripada kedua kelas yang ditemukan, namun merupakan
ancaman yang besar apabila komposisinya meningkat. Menurut Perticarrari (2000)
tungau air juga mengalami migrasi vertikal harian yang menghabiskan harinya pada
bagian bawah permukaan perairan. Pada pengamatan kelas Arachnida memiliki
komposisi paling banyak di kedalaman 0 meter atau permukaan danau.
Kepadatan zooplankton di Ranu Grati pada waktu dan kedalaman yang berbeda
mengikuti sebuah pola (Gambar 2). Pada pagi hari seiring dengan bertambahnya
kedalaman dapat diamati bahwa kepadatan zooplankton semakin menurun mulai dari
kedalaman 0 m (permukaan) dengan kepadatan 166 ind/l menurun hingga di kedalaman
2,5 m menjadi 122 ind/l. kebalikannya, di siang hari kepadatan paling tinggi terdapat pada
kedalaman 2,5 m yaitu 250 ind/l dan semakin mengarah ke permukaan (0 m) kepadatan
semakin menurun hingga 166 ind/. Pada sore hari kepadatan kembali seperti pagi hari

5
yaitu semakin bertambah kedalaman, kepadatan zooplankton semakin menurun. Pada
permukaan (0 m) kepadatan zooplanktonnya adalah 253 ind/l dan pada kedalaman 2,5 m
kepadatannya menurun menjadi 165 ind/l.
300
268 261
250 253 253 244 242 244 250
200 201 203
176
IND/L

166 159 158 165


150 139
122
100
50
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
M

Kepadatan Zooplankton (ind/l) Pagi Kepadatan Zooplankton (ind/l) Siang


Kepadatan Zooplankton (ind/l) Sore

Gambar 2. Diagram Garis Kepadatan Zooplankton Secara Vertikal Harian di Ranu Grati
Ada beberapa penyebab dari perubahan kepadatan pada tiap kedalaman,
diantaranya adalah dari segi ketersediaan makanan, predasi, dan dari perubahan faktor
abiotik. Sebagian besar zooplankton menggantungkan sumber nutrisinya pada
fitoplankton. Jika berkurang fitoplankton maka kurang suplai makan bagi zooplankton
(Elijonnahdi, 2012).. Kepadatan fitoplankton yang cukup tinggi akan memberikan
kesempatan bagi zooplankton untuk mendapatkan makanan yang cukup (Praroto, 2005).
Dari segi predasi perubahan kepadatan zooplankton pada beda kedalaman
dijelaskan oleh Thoha (2013) bahwa Hubungan predator–prey, atau top–down, antara
zooplankton herbivor dan hewan karnivor (Ikan) merupakan faktor interaksi biotik
penting yang dapat mempengaruhi struktur komunitas keduanya. Sehingga tekanan
predator terhadap zooplankton dapat mengurangi kepadatan zooplankton, dan sebaliknya
berkurangnya zooplankton tertentu dapat menyebabkan penurunan kepadatan beberapa
jenis ikan dan zooplankton yang menjadi predatornya. Keberadaan ikan mempengaruhi
kepadatan zooplankton, karena ada beberapa jenis ikan yang memakan zooplankton.
Migrasi vertikal harian merupakan respon terhadap predasi.
Cahaya Matahari juga menjadi faktor penentu adanya pola perubahan kepadatan
zooplankton pada beda kedalaman perairan. kedalaman yang memiliki kepadatan
tertinggi berada pada saat pagi hari di kedalaman 0,5 m dengan 176 ind/l, siang hari pada
kedalaman 250 ind/l. dan sore hari pada kedalaman 0 m atau permukaan danau dengan

6
253 ind/l. hal ini dikarenakan intensitas cahaya pada waktu pagi hari dan sore hari masih
minim, berbeda pada saat siang hari sinar matahari sangat terik sehingga zooplankton
akan turun ke kedalaman tertentu untuk menghindari cahaya matahari. Hal ini sesuai
dengan dengan pernyataan Sachlan (1982), bahwa zooplankton merupakan organisme
fototaksis negatif, zooplankton melakukan gerakan naik dan turun secara berkala harian
atau dikenal dengan migrasi vertikal. Pada malam hari zooplankton naik kepermukaan
perairan sedangkan pada siang hari turun kelapisan bawah, sehingga pada siang hari
jarang ditemukan di permukaan.
Arinaldi (1997) menyatakan bahwa rangsangan utama yang mengakibatkan
terjadinya migrasi vertikal harian pada zooplankton adalah cahaya. Cahaya
mengakibatkan respon negatif bagi zooplankton, mereka bergerak menjauhi permukaan
bila intensitas cahaya yang tinggi dipermukaan. Sebaliknya mereka akan bergerak kearah
permukaan bila intensitas cahaya dipermukaan menurun. Di Ranu Grati, pada saat
pengambilan sampel kekeruhan perairan berkisar antara 0 hingga 6 mg/l, yang berarti
perairan di ranu grati tidak keruh dan cahaya dapat masik ke perairan lebih dalam.
Pengukuran dengan Sacci disc menunjukkan cahaya dapat menembus perairan sampai
kedalaman 130 cm.sehingga kedalaman antara 1 meter dan 1,5 merupakan kedalaman
yang efektif bagi kehidupan zooplankton selama siang hari.
Komposisi dan Kepadatan Zooplankton secara Horizontal di Ranu Grati Pasuruan
Komposisi zooplankton secara horizontal merupakan komposisi dari setiap titik
yang diamati sebagai perwakilan keseluruhan komposisi dari zooplankton yang terdapat
di Ranu Grati. Komposisi rerata zooplankton dalam satu hari secara horizontal tersaji
pada Gambar 3.
100.0% 87.2% 91.6% 91.3% 90.5%
82.8%
80.0%
60.0%
40.0%
15.4% 12.8%
20.0% 7.0%1.4% 7.9% 8.5%
1.7% 0.0% 0.8% 1.1%
0.0%
1 2 3 4 5
Titik Pengambilan

Crustacea Arachnida Monogononta

Gambar 3 Diagram Batang Koposisi Kelas Crustacea, Kelas Aracnida dan Kelas
Monogononta Secara Horizontal

7
Komposisi zooplankton pada setiap titik dari dua zona terdiri dari 3 kelas yaitu kelas
Crustacea, Aracnida dan Monogononta. Pada Kelas monogononta memiliki komposisi
lebih banyak pada zona netral yaitu pada titik 3 dan 5 daripada di zona keramba jaring
apung yaitu pada titik 1, 2 dan 4. Hal ini dikarenakan pada zona keramba jaring apung
predasi lebih tinggi dari pada di zona netral sehingga sumber makanan lebih sulit
didapatkan karena selain berebut dengan zooplankton jenis lain juga bersaing dengan ikan
yang berada di dalam keramba jaring apung.
Pada zona keramba jaring apung, sisa pakan dan kotoran ikan dapat meningkatkan
kadar N dan P di perairan. Kadar N dan P adalah elemen yang penting untuk menjaga
kelestarian biota perairan, tetapi jika konsentrasinya tinggi dapat menyebabkan kematian
Menurut Nurdiana (2006) nitrat adalah bentuk senyawa nitrogen yang merupakan
senyawa yang stabil, nitrat merupakan salah satu unsur penting untuk Sintesis protein
tumbuhan dan hewan namun nitrat pada konsentrasi yang tinggi dapat menstimulasi
pertumbuhan ganggang yang terbatas sehingga perairan kekurangan oksigen terlarut yang
dapat menyebabkan kematian. Selain itu kadar N dan P juga dalam tingkatan tertentu
dapat meningkatkan populasi fitoplankton, yang merupakan makanan Dari zooplankton.
Kelas Monogononta meskipun bertindak sebagai predator bagi fitoplankton, juga
berperan sebagai makanan bagi zooplankton lain yang berukuran lebih besar, seperti dari
Kelas Crustacea. Dari data yang didapat, komposisi dari Crustacea di Ranu Grati tertinggi
berada pada titik pengambilan 1 dan komposisi dari Kelas Monogononta terendah juga
berada pada titik pengambilan 1. Pada titik pengambilan 3 yang merupakan zona netral
terjadi kebalikannya. Pada titik pengambilan 3, kelas Crustacea memiliki nilai komposisi
terendah dari kelima titik pengambilan di Ranu Grati dan berbanding dengan komposisi
dari Kelas Monogononta yang tertinggi juga berada pada titik ini. Menurut Hutabarat
(2000) zooplankton yang bersifat herbivor memakan fitoplankton secara langsung,
sedangkan secara tidak langsung zooplankton yang bersifat karnivora memakan
zooplankton lain yang bersifat herbivor atau karnivora lain yang umumnya mempunyai
ukuran tubuh yang lebih kecil.
Pada zona keramba jaring apung yaitu pada titik 1, 2 dan 4 Kelas Arachnida
memiliki komposisi yang lebih besar daripada di zona netral yaitu di titik 3 dan 5. Hal ini
dikarenakan melimpahnya makanan pada zona keramba jaring apung. Tungau air

8
memakan beberapa zooplankton dari kelas Crustacea seperti cladocera dan copepoda, dan
pada zona keramba jaring apung kelas crustacea memiliki komposisi paling banyak.

250 232 209


182 191
200 161
150
Ind/l

100
50
0
1 2 3 4 5
Titik Pengambilan Sampel

Gambar 4 Diagram Batang Komposisi Zooplankton Secara Horizontal di Ranu Grati


Kepadatan zooplankton didefiniskan sebagai jumlah individu zooplankton per
satuan volume air yang umumnya dinyatakan dalam jumlah individu per liter air.
Kepadatan zooplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti
faktor fisika, dan kimia. Dari kelima titik pengambilan sampel dapat dilihat bahwa
terdapat keragaman kepadatan antara titik satu dengan yang lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa penyebaran zooplankton secara horizontal tidak selalu homogen meskipun berada
pada perairan yang sama. Pola penyebaran dengan mengelompok dengan tingkat
pengelompokan yang bermacam-macam merupakan bentuk penyebaran yang paling
umum terjadi karena individu dalam populasi cenderung membentuk kelompok dalam
berbagai ukuran, pola mengelompok terjadi akibat dari adanya respon terhadap perbedaan
habitat secara lokal (Odum, 1993).
Kepadatan pada setiap titik pengambilan sampel juga berbeda antara zona keramba
jaring apung dengan zona netral. Rerata kepadatan tertinggi terdapat pada titik 2. Nilai
kepadatan zooplankton yang tinggi kemungkinan dipengaruhi oleh faktor biotik dan
abiotik pada titik pengambilan 2. Dari segi faktor biotik keberadaan fitoplankton di
perairan dimana keberadaan fitoplankton di dalam perairan mempengaruhi keberadaan
zooplankton dalam rantai makanan. Adanya makanan yang melimpah meyebabkan
kepadatan zooplankton juga ikut tinggi karena titik 2 berada pada daerah keramba jaring
apung. Menurut Hutabarat (2000) zooplankton yang bersifat herbivor memakan
fitoplankton secara langsung, sedangkan secara tidak langsung zooplankton yang bersifat
karnivora memakan zooplankton lain yang bersifat herbivor atau karnivora lain yang
umumnya mempunyai ukuran tubuh yang lebih kecil.

9
Dari segi abiotik titik pengambilan 2 memiliki profil suhu perairan yang paling
stabil dari kelima titik pengambilan sampel. Pada pagi hari suhu perairan di titik 2 berada
pada suhu 27,7 0C, 29 0C di siang hari dan 28,7 0C pada sore hari. Suhu di perairan
mempengaruhi keberadaan zooplankton secara fisiologis dan ekologis. Secara fisiologis
perbedaan suhu perairan sangat berpengaruh terhadap lama hidup dan ukuran dewasa
plankton. Secara ekologis perubahan suhu menyebabkan perbedaan komposisi dan
kepadatan zooplankton (Kennis, 1990).

KESIMPULAN
Hasil penelitian adalah 1.) Pada distribusi vertikal, komposisi zooplankton pada
setiap kedalaman terdiri dari 3 kelas yaitu kelas Crustacea, Aracnida dan Monogononta.
Komposisi Kelas Monogononta secara vertikal terbanyak terdapat pada kedalaman 1
meter pada saat sore hari. kepadatan zooplankton semakin menurun pada tiap kedalaman
pada saat pagi dan sore hari, dan meningkat pada tiap kedalaman pada siang hari 2.) Pada
distribusi horizontal, komposisi zooplankton Kelas Monogononta memiliki komposisi
lebih banyak pada zona netral daripada di zona keramba jaring dan Kelas Crustacea dan
Arachnida memiliki komposisi lebih banyak di zona keramba jaring daripada zona netral,
Kepadatan tertinggi berada pada titik pengambilan 2 yang berada pada Zona KJA dengan
kepadatan 232 ind/l. 3.)Nilai faktor lingkungan di Ranu Grati yang berupa suhu, oksigen
terlarut, derajat keasaman, kekeruhan, salinitas, kecerahan, dan intensitas cahaya
menunjukkan bahwa lingkungan di perairan Ranu Grati masih mendukung kehidupan
zooplankton.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang diajukan sebagai berikut. 1).
Perlu diadakan penelitian untuk mengkaji kondisi perairan di Ranu Grati, arena keramba
jaring apung semakin banyak memenuhi perairan danau yang kemungkinan berdampak
pada keseluruhan organisme yang ada; 2). Perlu diadakan penelitian lebih lanjut terkait
distribusi spasial dan temporal struktur komunitas plankton di Ranu Grati, sehingga
menjadi acuan masyarakat setempat untuk letak keramba jaring apung yang lebih efisien
dan tertata.

10
DAFTAR RUJUKAN

Arinaldi, O.H. 1997. Hubungan Antara Kuantitas Fitoplankton dan Zooplankton di


Perairan Sebelah Utara Gugus Pulau Pari, kepulauan Seribu .Jakarta :
Oseanologi Indonesia.
Cassano, Noll Castilho dan Arcifa. 2002.Water Mite Predation on Zooplankton of A
Tropical Lake. Brazilian Journal of Biology.Sao Paulo: Sao Paulo University 64
(4A) : 565 - 571
Elijonnahdi, Miswan dan P. Ririn. 2012. Studi Komunitas Zooplankton Sebagai
Gambaran Kualitas Perairan di Teluk Palu Sulawesi Tengah. Biocelebes.
6(2): 101 – 112.
Hutabarat, S. dan S.M. Evans. 1986. Kunci Indentifikasi Zooplankton. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Kennis, M.J. 1990. Ecologycal of Estuaries Vol II. USA : Boca Rotan Press
Nastiti A.S., Nuroriah,S., Purnamaningtyas, S.E., Kartamihardja, E.S. 2001. Dampak
Budidaya Ikan Dalam Jaring Apung Terhadap Peningkatan Unsur N dan P di
Perairan Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia, 7 (2) : hal 22 – 30
Nurdiana, S. 2006. Produktivitas Primer Fitoplankton Di Rawa Pening Kabupaten
Semarang. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang : Universitas Negeri Semarang
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Odum, EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi.Yogyakarta : Universitas Gadjahmada
Perticarrari, A., 2000, Vertical migration of microcrustaceans, Chaoboridae and
Hydracarina in Monte Alegre Lake. Ribeirão Preto Universidades Journal. 15(2)
: 154 -161
Praroto, B. A., Ambariyanto dan M. Zainuri. 2005. Struktur Komunitas Zooplankton di
muara Sungai Serang Jogjakarta. Jurnal Ilmu Kelautan. 10(2) : 90
Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Semarang : Universitas Diponegoro Press.
Thoha, H. dan A. Rachman. 2013. Kelimpahan dan Distribusi Spasial Komunitas
Plankton di Perairan Kepulauan Banggai. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis. 5(1) : 145-161.

11

Você também pode gostar