Você está na página 1de 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Radiasi adalah pemancaran/pengeluaran dan perambatan energy menembus

ruang atau sebuah substansi dalam bentuk gelombang atau partikel. Partikel radiasi

terdiri dari atom atau subatom dimana mempunyai massa dan bergerak, menyebar

dengan kecepatan tinggi menggunakan energi kinetik. Beberapa contoh dari partikel

radiasi adalah electron, beta, alpha, photon & neutron.

Sumber radiasi dapat terjadi secara alamiah maupun buatan. Sumber radiasi

alamiah contohnya radiasi dari sinar kosmis, radiasi dari unsur-unsur kimia yang

terdapat pada lapisan kerak bumi, radiasi yang terjadi pada atsmosfir akibat

terjadinya pergeseran lintasan perputaran bola bumi. Sedangan sumber radiasi

buatan contohnya radiasi sinar x, radiasi sinar alfa, radiasi sinar beta , radiasi sinar

gamma.

Penggunaan prinsip dan cara-cara farmasi dan radiokimia untuk membuat obat

yang mengandung atom radioaktif (radiofarmaka) bagi keperluan diagnosa dan

penyembuhan (terapi) penyakit yang diidap oleh pasien. Senyawa kimia atau obat,

yang salah satu atom penyusun strukturnya adalah nuklida radioaktif, untuk

keperluan diagnosa atau penyembuhan (terapi) suatu penyakit dan dapat diberikan

ke pasien secara oral, parenteral, dan inhalasi disebut sebagai radiofarmaka.

Sedangkan untuk bidang keahlian (specialist) kedokteran yang berhubungan dengan

penggunaan bahan radioaktif (radiofarmaka) untuk tujuan diagnosa dan terapi suatu

penyakit disebut kedokteran nuklir.


BAB II

ISI

2.1. Prinsip Proteksi Radiasi

Dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan ada ketentuan yang harus

dipatuhi untuk mencegah penerimaan dosis yang tidak seharus terhadap

seseorang. Ada tiga prinsip proteksi radiasi, yaitu

1) Justifikasi

Setiap pemakain zat radioaktif atau sumber lainnya harus didasarkan pada azaz

manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup paparan atau potensi paparan hanya

disetujui jika kegiatan itu akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi

individu atau masyarakat dibandingkan kerugian atau bahaya yang timbul

terhadap kesehatan.

2) Limitasi

Dosis ekuivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat tidak boleh

melampaui NBD yang telah ditetapkan. Batas dosis bagi pekerja radiasi

dimaksudkan untuk mencegah munculnya efek deterministik dan mengurangi

peluang terjadinya efek stokastik

3) Optimasi

Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya ( As Low As

Reasonably Achieveable – ALARA ), mempertimbangkan faktor ekonomi dan

sosial. Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber

radiasi harus dirancang dan dioperasikan untuk jaminan agar paparan radiasi

yang terjadi dapat ditekan serendah rendahnya.


2.2. Nilai Maksimum Toleransi

Pembatasan dosis baru dikenal pada tahun 1928 yaitu sejak dibentuknya

organisasi internasional untuk proteksi radiasi ( International commission on

Radiological Protection – IRCP ). Menurut rekomendasi IRCP, pekerja radiasi yang di

tempat kerjanya terkena radiasi tidak boleh menerima dosis radiasi lebih dari 50 mSv

pertahun dan rata-rata pertahun selama lima tahun tidak boleh lebih dari 20 mSv. Nilai

maksimum ini disebut Nilai Batas Dosis ( NBD ).

ICRP mendefinisikan dosis maksimum yang diizinkan diterima seseorang sebagai

dosis yang diterima dalam jangka waktu tertentu atau dosis yang berasal dari

penyinaran intensif seketika yang menurut tingkat pengetahuan sekarang ini

memberikan kemungkinan yang dapat diabaikan tentang terjadinya cacat somatik gawat

atau cacat genetik.

NBD berdasarkan rekomendasi ICRP No. 60 Tahun 1990

1) Nilai Batas Dosis Untuk Pekerja Radiasi

Penyinaran akibat kerja dari tiap pekerja harus diawasi, sehingga nilai batas

seperti berikut ini tidak dilampaui:

a) Dosis efektif sebesar 20 mSv tiap tahunnya, dirata-ratakan selama 5 tahun berturut-

turut

b) Dosis efektif sebesar 50 mSv untuk satu tahun.

c) Dosis ekivalen pada lensa sebesar 150 mSv dalam satu tahun,dan

d) Dosis ekivalen pada ekstremitas (tangan dan kaki) atau kulit sebesar 500 mSv dalam

satu tahun (nilai batas dosis ekivalen pada kulit dirata-ratakan untuk luas 1 cm2 dari

daerah kulit yang memperoleh penyinaran tertinggi).

Untuk siswa dan magang yang berusia antara 16 sampai 18 tahun yang mengikuti

latihan untuk pekerjaannya yang menggunakan penyinaran radiasi, dan untuk siswa
yang berusia antara 16 sampai 18 tahun yang menggunakan sumber radiasi dalam

studinya, penyinaran radiasi harus diawasi sehingga nilai batas berikut tidak dilampaui:

a) dosis efektif sebesar 6 mSv dalam satu tahun,

b) dosis ekivalen pada lensa mata sebesar 50 mSv dalam satu tahun,

c) dosis ekivalen pada ekstremitas atau kulit sebesar 150 mSv dalam satu tahun.

2) Nilai Batas Dosis Untuk Penyinaran Masyarakat

a) Dosis efektif sebesar 1 mSv dalam satu tahun

b) Dalam keadaan khusus, dosis efektif sampai dengan 5 mSv dalam satu tahun dengan

syarat bahwa dosis rata-rata selama lima tahun berturut-turut tidak lebih dari 1 mSv

dalam satu tahun.

c) Dosis ekivalen pada lensa mata sebesar 15 mSv dalam satu tahun, dan

d) Dosis ekivalen pada kulit sebesar mSv dalam satu tahun.

3) Pembatasan dosis bagi penggembira dan pengunjung pasien

a) Untuk orang dewasa tidak boleh lebih besar daripada 5 mSv selama masa pemeriksaan

diagnosa dan terapi dari seorang pasien.

b) Untuk anak-anak yang mengunjungi pasien yang menelan zat radioaktif (kedokteran

nuklir), tidak boleh lebih besar dari 1 mSv.

Nilai Batas Dosis seperti yang tertera diatas tadi adalah:

(1) Merupakan jumlah dari dosis radiasi eksterna dan interna, atau salah satu dari

keduanya, yaitu dosis radiasi eksterna saja atau dosis radiasi interna saja;

(2) Tidak termasuk penyinaran medik;

(3) Tidak termasuk penyinaran radiasi alam.

Di Indonesia besarnya NBD diatur dalam buku Keselamatan Kerja Terhadap

Radiasi, dengan Surat Keputusan Dirjen Batan No. PN 03/160/DJ/89 diperkuat dengan
Surat Keputusan Kepala Bapeten No. 08 tahun 2013 tentang Keselamatan Radiasi

Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-x dan Intervensional, NBD yang ditetapkan yaitu:

1) Nilai Batas Dosis untuk Pekerja Radiasi

a. Dosis efektif sebesar 20 mSv pertahun rata-rata selama 5 (lima) tahun berturut-turut.

b. Dosis efektif sebesar 50 mSv dalam1 tahun tertentu.

c. Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 150 mSv dalam 1 tahun.

d. Dosis ekivalen untuk tangan dan kaki, atau kulit sebesar 500 mSv dalam 1 tahun.

2) Nilai Batas Dosis untuk anggota masyarakat

a. Dosis efektif sebesar 1 mSv dalam 1 tahun.

b. Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv dalam 1 tahun.

c. Dosis ekivalen untuk kulit sebesar 50 mSv dalam 1 tahun.

2.3.

2.4. Diagnosis dan Terapi

Pemanfaatan radionuklida dilakukan untuk tujuan diagnosis atau terapi beberapa

gangguan penyakit pada otak, kelenjar tiroid, jantung, paru-paru, hati, limpa dan sistem

pencernaan, ginjal dan tulang.

OTAK

Radiofarmaka untuk pemeriksaan organ pada sistem saraf pusat (SSP) dibagi menjadi

lima kelompok utama yaitu:

1. Nondiffusible tracers

Merupakan senyawa yang pertama kali digunakan untuk pencitraan otak. Kelompok

ini secara umum mempunyai karakteristik sebagai senyawa hidrofilik terionisasi

dengan mekanisme lokalisasi pada lesi otak yang tidak spesifik. Umumnya, senyawa

dalam kelompok ini tidak dapat memasuki otak melalui sawar darah otak (Blood-

brain barrier, BBB) utuh. Namun, pada kondisi dimana sawar darah otak terganggu
oleh kondisi patologi, senyawa ini meninggalkan ruang vaskuler dan terkonsentrasi

pada lesi.

Senyawa yang termasuk pada kelompok ini diantaranya 99mTc-natrium

perteknetat, 99m Tc-pentetat (99mTc-DTPA), 99mTc-gluseptat (99mTc-GH), dan senyawa

untuk digunakan pada metoda positron emission tomography (PET) yaitu 82Rb-

rubidium klorida.

2. Diffusible tracers

Kelompok ini mempunyai kapasitas untuk memasuki otak normal melalui sawar

darah otak (Blood-brain barrier, BBB) utuh. Hal ini mungkin karena senyawa ini

merupakan kompleks lipofilik netral yang berdifusi secara pasif melalui sel endotelial

kapiler otak.

Senyawa yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya adalah 99mTc eksametazim

(99mTc-HMPAO) dan 99mTc-bisitat (99mTc-ECD).

3. Penanda metabolisme

Merupakan agen yang terlokalisasi pada area otak yang berhubungan dengan

aktivitas metabolik dan hipermetabolik. Penanda metabolik yang utama digunakan

dalam pencitraan PET adalah 18F-fluodeoksiglukosa (18F-FDG).

4. Radiofarmaka untuk pemeriksaan larutan serebrospinal

Radiofarmaka yang digunakan untuk pemeriksaan ruang larutan serebospinal ini

meliputi senyawa yang tetap ada pada ruang larutan serebospinal setelah injeksi

lumbar diberikan. Senyawa ini digunakan untuk mengevaluasi distribusi dan

pergerakan larutan serebospinal pada berbagai tahapan penyakit. Sebagai contoh

hidrosefalus secara rutin diperiksa dengan menggunakan111In-pentetat (111In-DTPA).

5. Radiofarmaka untuk pencitraan reseptor otak


Radiofarmaka untuk pencitraan reseptor otak terutama digunakan untuk

penelitian. Komponen reseptor avid yang diberi label 99mTc dan radionuklida lainnya

sedang dikembangkan.

TIROID

Radionuklida pada kelenjar tiroid digunakan untuk menilai fungsi kelenjar tiroid

dengan pemeriksaan radioactive iodine uptake(RAIU), dalam pengobatan

hipertiroidisme dan kanker tiroid, dan pencitraan untuk mendeteksi penyakit dalam

kelenjar tiroid dan deteksi adanya metastasis tiroid dengan memindai seluruh tubuh.

Pemeriksaan yang lazim digunakan dalam kedokteran nuklir untuk mengevaluasi pasien

yang diduga mengalami gangguan tiroid adalah pemeriksaan RAIU, pemindaian

kelenjar tiroid, dan terapi radioiodin.

Pemeriksaan Radioactive Iodine Uptake (RAIU)

Pemeriksaan ini dapat membantu proses diagnosis hipertiroidisme dan berguna dalam

menentukan dosis terapi 131I yang tepat. Penerapan bersama RAIU dan pemindaian

tiroid berguna untuk membedakan penyebab hipertiroidisme, seperti penyakit Grave,

penyakit Plummer (toxic multinodular goiter) dan tiroiditis subakut.

Untuk mengukur serapan radioiodin, sejumlah kecil radioiodin diberikan per oral.

Radioaktif yang dapat digunakan 123I atau131I-natrium iodida. 131I-natrium iodida lebih

sering digunakan, karena lebih murah dan lebih mudah diperoleh. Pengukuran serapan

biasanya dilakukan pada jam ke-4 dan jam ke-24 setelah pemberian bahan radioaktif.

Dosis lazim 131I-natrium iodida adalah 4-10 µCi (148-370 kBq).

Hasil pemeriksaan dikatakan normal jika nilainya 5 - 15% untuk serapan jam ke-4 dan

10 - 35% untuk serapan jam ke-24. Pada orang-orang tertentu yang mengalami

hipertiroid, hasil pemeriksaan serapan jam ke-4 akan lebih besar daripada serapan jam
ke-24. Pada kondisi ini, dapat digunakan dosis 131I yang lebih besar karena terjadi

pengembalian iodin yang lebih cepat dari normal pada kelenjar tiroidnya.

Pemindaian tiroid

Pemindaian tiroid digunakan untuk menilai fungsi kelenjar berdasarkan kondisi

struktur. Berguna untuk membedakan penyakit keganasan berat dengan keganasan

ringan. 123I-natrium iodida dan 99mTc-natrium pertehnetat digunakan untuk pemindaian

tiroid. Keduanya ditangkap oleh kelenjar tiroid (seperti dipindahkan kedalam sel folikel

tiroid). Namun hanya iodin yang diatur dan dibentuk kedalam hormon tiroid. Baik 123I-

natrium iodida dan 99mTc-natrium pertehnetat cukup adekuat untuk pemindaian

anatomi, namun 123I lebih akurat untuk pemindaian fungsional. 131I juga dapat

digunakan untuk pemindaian tiroid, namun jarang digunakan karena dosis radiasinya

tinggi terhadap kelenjar, sehingga waktu paruhnya panjang mencapai 8,04 hari dan

emisi partikel beta.

123I-natrium iodida adalah bahan radioaktif yang lebih banyak dipakai karena

karakteristik pemindaian yang baik. Waktu paruhnya pendek sekitar 13 jam, energi

gama (159 keV) yang terdeteksi secara efesien dengan kamera gama, dan tidak terdapat

emisi beta. Namun demikian, 123I-natrium iodida lebih mahal dan sulit diperoleh

dibanding 99mTc-natrium pertehnetat. 99mTc-natrium pertehnetat lebih mudah diperoleh

dari generator 99Mo-99mTc dan lebih murah sehingga 99mTc-natrium pertehnetat lebih

sering dipilih sebagai bahan radioaktif untuk pemindaian tiroid.

Pengobatan Radioiodin

Pengobatan radioiodin merupakan pilihan penting dalam pengobatan hipertiroidisme

akibat penyakit Graves, adenoma toksik tiroid, dan toxic multinodular goite atau

penyakit Plummer. Pengobatan hipertiroidisme dapat dilakukan dengan obat antitiroid,

bedah atau terapi menggunakan 131I natrium iodida.


Keamanan Pengobatan Radioiodin

Pasien yang menjalani pengobatan menggunakan terapi radioiodin 131I perlu berhati-

hati untuk meminimalkan paparan radiasi lain. Pasien yang diterapi dengan dosis lebih

besar dari 30mCi (1110 MBq) 131I perlu dirawat di rumah sakit dalam ruangan khusus

dan dimonitor sampai dosis yang terpakai di bawah 30 mCi (1110 MBq), hal ini dapat

disesuaikan dan tergantung pada kondisi spesifik masing-masing pasien.

JANTUNG

Pemeriksaan kedokteran nuklir klinis, sekarang ini pada umumnya menggunakan

metoda Single-Photon Emission Computed(SPECT) dan metoda Positron Emission

Tomography (PET).

Radiofarmaka yang digunakan untuk memeriksa penyakit jantung terdiri dari empat

kelompok utama yaitu (1) bahan perfusi untuk memeriksa aliran darah arteri koroner

dan iskemik, (2) bahan pengumpul darah untuk memeriksa fungsi jantung, (3)bahan

untuk memeriksa infark miokard, dan (4) bahan metabolisme untuk menilai viabilitas

miokard. Bahan utama yang digunakan dalam pencitraan SPECT adalah sel darah

merah berlabel 99mTc untuk pemeriksaan pengumpul darah, 201Tl-thallous

klorida, 99mTc-sestamibi, dan 99mTc-tetrofosmin untuk pemeriksaan perfusi

miokardia. 18F-fludeoksiglukosa (18F-FDG) adalah bahan utama PET yang digunakan

untuk pemeriksaan viabilitas miokard. Waktu paruhnya yang panjang memungkinkan

bahan ini tetap tersedia pada daerah farmasi nuklir PET. Bahan lain yang digunakan

pada pencitraan PET antara lain 82Rb-rubidium klorida, 15O-air, dan 13N-amonia untuk

pemeriksaan perfusi, dan 11C-asetat dan 11C-palmitat untuk pemeriksaan metabolisme.

Tabel 18.4 Bahan Pencitraan Miokard.


Bahan Planar dan SPECT Bahan PET

Penanda pengumpulan darah

99mTc-albumin

99mTc-sel darah merah

Bahan infark-avid Agen perfusi

99mTc-pirofosfat 82Rb-Rubidium klorida

111In-imikromab pentetat 15O-air

Bahan perfusi 13N-amonia

201Tl-talus klorida Bahan metabolisme

99mTc-sestamibi 11C-asetat

99mTc-tetrofosmin 11C-palmitat

99mTc-teboroksim 18F-fludeoksiglukosa

99mTc-nitrido ditiokarbamat [Tc-N-(NOEt)2]

PARU-PARU

Radiofarmaka untuk pencitraan paru-paru dapat dibagi menjadi dua kelompok utama,

bahan perfusi paru, dan bahan ventilasi paru.

Pencitraan untuk melihat fungsi paru-paru dalam kedokteran nuklir dilakukan untuk

mengevaluasi fungsi ventilasi dan perfusi paru. Fungsi ini dapat dilihat dengan

melakukan inspirasi gas inert seperti Xenon 133Xe atau aeorosol berlabel radioaktif

seperti99mTc-DTPA. Indikasi pencitraan ventilasi dan perfusi paru terutama untuk

pemeriksaan pasien yang diduga mengalami embolisme paru akut. Indikasi lainnya

adalah pemeriksaan pasien transplantasi paru (misalnya cystic fibrosis), pemeriksaan

pasien yang diduga mengalami embolisme paru kronis sebagai penyebab hipertensi
paru, pemeriksaan pra-operasi pasien obstruksi paru kronis, dan pemeriksaan fungsi

paru diferensial sebelum operasi lobektomi atau pneumonektomi.

HATI, LIMPA, DAN SISTEM SALURAN CERNA

Sekarang ini, Magnetic Resonance Imaging (MRI), Computed Tomography (CT)

dan ultrasound lazim dipakai untuk memeriksa anatomi hati, sistem hepatobilier dan

limpa. Namun, pencitraan dengan menggunakan radionuklida memberikan lebih banyak

informasi mengenai fisiologi dan fungsi organ-organ tersebut.

Beberapa pemeriksaan kedokteran nuklir pada organ hati, limpa dan sistem saluran

cerna adalah pencitraan hati-limpa,scintigraphy hepatobilier, pemeriksaan perdarahan

saluran cerna, dugaan adanya Meckel’s diverticulum, refluks gastroesofagal dan

pengosongan lambung.

Radiofarmaka technetium yang pada awalnya dirancang untuk pemeriksaan hati dan

limpa, sekarang digunakan juga untuk pemeriksaan fungsi saluran cerna, termasuk

pemeriksaan refluks gastroesofagal, pengosongan lambung dan tempat perdarahan

saluran cerna.

Sebagai contoh, radiofarmaka untuk mendeteksi perdarahan saluran cerna adalah 99mTc

- koloid sulfur dan 99mTc - Sel darah merah. Penggunaan 99mTc - koloid sulfur untuk

perdarahan dengan kondisi bersihan darah cepat, perbandingan ‘target-penyebab’ yang

tinggi (high target-to-background ratio), terjadi perdarahan aktif. Sedangkan Tc - Sel

darah merah diberikan untuk kondisi perdarahan seperti bersihan darah lambat,
perbandingan ‘target-penyebab’ yang rendah (low target-to-background ratio), dan

untuk perdarahan intermiten (perdarahan yang kadang muncul kadang tidak)

GINJAL

Metode scintigraphy

telah dikembangkan untuk menilai fungsi glomerolus dan tubulus ginjal, untuk

mendeteksi keberadaan tumor atau kista, dan juga untuk mengukur fungsi relatif antara

kedua ginjal kiri dan kanan. Selain itu, scintigraphy ginjal berperan penting dalam

evaluasi perfusi ginjal, fungsi ginjal, dan pada kasus tertentu juga berperan untuk

melihat abnormalitas anatomi. Pencitraan menggunakan radionuklida dapat

memberikan kombinasi informasi anatomi dan fisiologi ginjal.

Pemeriksaan ginjal dengan radiofarmaka berdasarkan pada dua prinsip yaitu, prinsip

yang berhubungan dengan bahan radioaktif yang digunakan untuk memeriksa bersihan

ginjal, yang kemudian dapat dibagi lagi menjadi bahan radioaktif untuk memeriksa

GFR dan bahan radioaktif untuk memeriksa fungsi tubulus; dan prinsip yang

berhubungan dengan bahan radioaktif untuk melakukan pencitraan ginjal yang

digunakan untuk menilai morfologi ginjal dan fungsi relatif ginjal.

Contoh radiofarmaka untuk menilai GFR adalah 125I-iothalamat; 99mTc-pentetat (99mTc-

DTPA); menilai ERPF adalah 131I-o-iodohippurat (131I-OIH) dan 99mTc-mertiatid

(99mTc-MAG3). Radiofarmaka untuk pencitraan ginjal: 99mTc-gluseptat (99mTc-

GH) dan 99mTc-succimer (99mTc-DMSH).

Berikut ini beberapa radiofarmaka yang digunakan pada organ ginjal beserta

kegunaannya.
Injeksi Technetium Tc 99m Pentetat (99mTc-DTPA)

Bahan ini digunakan untuk mengevaluasi aliran darah gross ke ginjal dan untuk

memvisualisasi gangguan/halangan aliran urin pada sistem pengumpulan dan ureter.

Pada prinsipnya, 99mTc-DTPA ini digunakan untuk menilai perfusi ginjal, fungsi ginjal

relatif, dan gangguan uropati.

Injeksi Technetium Tc 99m Succimer (99mTc-DMSA)

Digunakan untuk mendeteksi abnormalitas fokal pada korteks ginjal, dan juga

bermanfaat untuk menilai fungsi relatif ginjal kanan dan ginjal kiri.

Injeksi Technetium Tc 99m Gluseptat (99mTc-GH)

Digunakan untuk mengevaluasi perfusi renal, gangguan uropati, fungsi relatif ginjal,

dan massa ginjal.

Injeksi Technetium Tc 99m Mertiatid (99mTc-MAG3)

Digunakan untuk memvisualisasi sistem pengumpul ginjal, evaluasi obstruksi urinari,

dan menilai fungsi tubulus ginjal.

Injeksi natrium iotalamat I 125

Digunakan sebagai bahan diagnostik untuk mengukur GFR.

Injeksi natrium iodohipurat I 131

Digunakan untuk mengukur aliran plasma ginjal efektif (Effective Renal Plasma Flow,

ERPF).
TULANG

Pencitraan tulang dilakukan untuk berbagai tujuan, diantaranya untuk pemeriksaan

penyakit metastase, infeksi, dan luka trauma. Keunggulan dari pencitraan tulang adalah

sensitivitasnya yang tinggi, sehingga dimanfaatkan untuk menilai lesi patologis pada

tulang pada tahap awal timbulnya penyakit. Kelemahan pencitraan tulang adalah tidak

dapat mendeteksi jenispatologi tulang.

Radiofarmaka yang paling sering digunakan untuk pemeriksaan tulang adalah 99m Tc-

difosfonat seperti 99m Tc-MDP (methylene diphosphonate) dan 99m Tc-HDP (99m Tc-

oxydronate). Dosis untuk pencitraan tulang dan distribusi dosis lazim dewasa 99m TC-

HDP atau 99m TC-MDP adalah 20 mCi (740 MBq) melalui rute intravena. Pencitraan

pada umumnya dilakukan 2 - 3 jam setelah pemberian melalui injeksi untuk

memberikan waktu plasma dan latar belakang aktivitas jaringan yang akan ditampilkan.

Sekitar 40% sampai 50% dari dosis yang diinjeksikan, terlokalisasi pada tulang, dan

sisanya dikeluarkan melalui urin.

Dosis untuk pemindaian tulang pada dewasa, dosis yang diberikan biasanya 20-30 mCi

(740 sampai 1110 MBq) melalui intravena. Pada anak, dosis ditentukan berdasarkan

berat badan, biasanya 250-300 µCi/kg (9,25 – 11,1 MBq/kg) dengan minimum 1-2,5

mCi (37-92,5 MBq). Jika terdapat kontraindikasi, pasien harus dalam kondisi terhidrasi

dengan baik setelah pemberian injeksi.

2.5. Fasilitas yang Di butuhkan dalam pembuatan sediaan radiofarmasi

Prosedur fasilitas radioaktif (hot lab)


1. Semua radiofarmaka hendaklah ditangani dalam lemari asam, glove boxes atau
hot cells, biohazard safety cabinet.
2. Glove boxes hendaklah dilengkapi dengan perisai yang memadai dan fasilitas
remote handling.

3. Pemasukan bahan ke dalam glove boxes atau hot cells dan pengeluaran produk
hendaklah dilakukan tanpa penyebaran radioaktivitas.

4. Pemindahan, penyimpanan dan penanganan zat radioaktif di luar glove boxes


atau hot cells hendaklah dilakukan dengan perisai yang memadai dan alat
remote handling untuk meminimalkan paparan radiasi kepada personil.

5. Semua kegiatan operasional hendaklah didesain dan distandarkan secara


seksama untuk meminimalkan penyebaran radioaktif.

6. Glove boxes atau hot cells hendaklah dilengkapi dengan ventilasi yang tepat
untuk penanganan zat radioaktif.

7. Mutu udara pada peralatan tersebut hendaklah memenuhi persyaratan CPOB


untuk sediaan injeksi dan sediaan lain.

8. Fasilitas di bawah ini hendaklah memenuhi persyaratan:


a) Hot cells, hendaklah dijaga kebersihannya sesuai jenis produk yang
diproses. Gunakan peralatan Kelas A untuk produk steril. Gunakan
peralatan kelas C untuk produk nonsteril.
b) Laboratorium radioaktif, ruang preparasi dan ruang pengawasan mutu
hendaklah memenuhi persyaratan kelas D untuk menghindarkan
kontaminasi oleh mikroorganisme dan debu. Bila hot cell tidak benar-
benar kedap udara, maka lingkungan sekitarnya hendaklah memenuhi
persyaratan kelas C.
c) Glove box/hot-cells untuk penanganan zat radioaktif hendaklah
distandarkan dengan baik, namun demikian, penggabungan persyaratan
proteksi radiasi dan persyaratan ruang bersih masih belum sepenuhnya
distandarkan. Untuk tujuan ini, biohazard safety cabinet dengan
beberapa modifikasi dapat digunakan.
9. Semua peralatan lain hendaklah dipilih untuk menjaga mutu udara selama
pengoperasian.

10. Fasilitas lain yang disyaratkan pada laboratorium radioaktif:


a) Diperlukan fasilitas yang dilengkapi perisai untuk menyimpan sampel
radioaktif;
b) Pengumpulan limbah radioaktif hendaklah dipisahkan dari limbah
nonradioaktif dan diberi perisai timbal;
c) Pemantauan personil
 Personil radiasi yang menangani bahan radioaktif dalam bentuk
serbuk atau gas, besar kemungkinan terkena radioaktivitas pada
tubuh melalui pernafasan dan mulut. Paparan radiasi akibat
radionuklida yang tersimpan di dalam tubuh personil hendaklah
ditentukan secara periodik dengan cara pencacahan seluruh tubuh
(whole body counting) atau pemantauan ekskreta seperti pada air
seni (dengan penetapan kadar secara biologis –bioassay-) atau
dengan cara pemindaian terhadap organ khusus;
 Bila terjadi kecelakaan yang mengakibatkan lingkungan
laboratorium terkontaminasi secara luas, hendaklah diambil dari
personil sampel air seni untuk segera dianalisis. Selain itu seluruh
personil yang menangani bahan radioaktif dalam bentuk serbuk
atau gas hendaklah diminta mengikuti pencacahan seluruh tubuh
terhadap sinar gamma dan aktinida dalam paru-paru paling
sedikit satu kali dalam setahun atau bila diperlukan dilihat dari
sudut keamanan;
d) Pemantauan radiasi hendaklah dilakukan selama pemrosesan
berlangsung; dan
e) Dalam hal terjadi kontaminasi, langkah seperti yang diuraikan dalam
prosedur proteksi terhadap radiasi harus dilaksanakan. Lihat paragraf
Proteksi Radiasi dan Keselamatan, Butir 148. Produksi produk radioaktif
yang berbeda dalam ruang yang sama dan pada waktu yang sama
hendaklah dihindarkan untuk meminimalkan risiko kontaminasi silang
atau kecampurbauran.
11. Validasi proses, pengawasan selama-proses serta pemantauan parameter proses
dan lingkungan menjadi sangat penting dalam kasus yang memerlukan
pengambilan keputusan untuk meluluskan atau menolak bets produk sebelum
semua pengujian mutu selesai.

12. Prosedur tetap (Protap) harus tersedia untuk semua kegiatan. Protap untuk
pembuatan produk hendaklah dikaji secara berkala dan dibuat terkini. Semua
data tahapan kritis yang dimasukkan operator ke catatan bets hendaklah
diperiksa secara terpisah oleh operator lain atau supervisor.

13. Spesifikasi bahan awal hendaklah mencantumkan rincian keterangan tentang


pemasok, orisinal bahan dan apabila berlaku, metode pembuatan dan
pengendalian mutu yang digunakan untuk memastikan ketepatan penggunaan
dari bahan tersebut. Produk jadi diluluskan hanya apabila hasil uji bahan awal
memenuhi syarat.

14. Berbagai jenis peralatan digunakan untuk pembuatan radiofarmaka. Secara


umum, peralatan kromatografi hendaklah digunakan khusus untuk preparasi dan
pemurnian satu atau beberapa produk yang bertanda radionuklida sama sehingga
kontaminasi silang radioaktif dapat dihindarkan. Masa pakai (life span) kolom
hendaklah ditetapkan. Perhatian besar perlu diberikan untuk pembersihan,
sterilisasi dan pengoperasian alat pengering beku (freeze-drying) yang
digunakan untuk menyiapkan kit.

15. Hendaklah disusun suatu daftar peralatan kritis seperti timbangan, oven
depirogenisasi, kalibrator dosis, filter sterilisasi dan lain lain, di mana kesalahan
pembacaan atau fungsi pada alat dapat membahayakan pasien yang
mendapatkan produk jadi radiofarmaka. Peralatan tersebut hendaklah dikalibrasi
dan diuji pada interval waktu yang teratur serta hendaklah diperiksa kondisinya
tiap hari atau sebelum proses produksi mulai. Hasil pemeriksaan dicatat dalam
buku log.
16. Peralatan khusus untuk pengukuran bahan radioaktif dibutuhkan, demikian juga
baku pembanding radioaktif. Alat untuk mengukur radioaktifitas hendaklah
dikalibrasi oleh lembaga yang telah diakreditasi Pemerintah.
Pengolahan Radiofarmaka

17. Langkah kegiatan selama proses pengolahan radiofarmaka hendaklah


seminimal mungkin. Pereaksi yang boleh digunakan hanya pereaksi yang sudah
diuji sebelumnya dan disertifikasi dan bila dibutuhkan dipreparasi baru.
Penggunaan proses dengan sistem tertutup dapat mengurangi kontaminasi serta
memungkinkan penerapan “formulasi produk langkah tunggal” (single step
formulation). Hendaklah digunakan lemari asam dan tempat kerja dengan udara
bersih beraliran laminer yang terawat baik. Penyalaan lampu UV di tempat kerja
sebelum digunakan dapat mengurangi jumlah mikroba. Kedua tempat tersebut
hendaklah didisinfeksi dengan etanol 70% atau disinfektan permukaan sebelum
pekerjaan dimulai. Sarung tangan steril hendaklah digunakan selama proses.
Limbah yang dihasilkan hendaklah dipindahkan, disimpan secara terpisah dan
dibuang menurut prosedur tetap yang berlaku.

18. Semua peralatan dan area kerja sekitarnya harus dibersihkan dengan seksama
tiap hari setelah selesai bekerja. Langit-langit, dinding dan permukaan struktural
lain harus dibersihkan secara teratur. Fumigasi ruangan harus dilakukan tiap
bulan.

19. Rangkaian penyaring steril sekali-pakai hendaklah digunakan untuk proses


penyaringan aseptis. Penyaring ini hendaklah diuji integritasnya dengan bubble
test atau kemampuannya menyaring kultur mikroorganisme Serratia
marcescens.

Penerimaan dan Karantina


20. Pada saat kedatangan bahan dan sebelum diterima, tiap wadah atau kelompok
wadah dari bahan hendaklah diperiksa secara visual terhadap pelabelan yang
benar (termasuk korelasi antara nama yang digunakan oleh pemasok dan nama
in-house, jika hal ini berbeda), kerusakan wadah, segel yang putus dan bukti
kerusakan atau kontaminasi. Bahan hendaklah dikarantina sampai bahan
tersebut diambil sampelnya, diuji dengan cara yang sesuai dan diluluskan untuk
digunakan.

21. Sebelum bahan yang datang dicampur dengan stok yang ada (misal: pelarut atau
stok di dalam silo), bahan tersebut hendaklah diidentifikasi dengan benar, diuji
jika perlu dan diluluskan. Prosedur hendaklah tersedia untuk mencegah salah
masuknya bahan yang datang ke dalam stok yang ada.

22. Jika pengiriman produk ruahan dilakukan dengan tangker yang tidak
didedikasikan untuk satu produk, hendaklah ada jaminan tidak ada kontaminasi
silang yang berasal dari tangker. Cara untuk memberikan jaminan ini dapat
mencakup satu atau lebih hal sebagai berikut :
i) sertifikat pembersihan;
ii) pengujian untuk impuritas sesepora; dan
iii) audit terhadap pemasok.

23. Wadah penyimpanan besar dan manifold pendamping serta lajur pengisian dan
pengeluarannya hendaklah diidentifikasi semestinya.

24. Tiap wadah atau kelompok wadah (bets) dari bahan hendaklah ditandai dan
diidentifikasi dengan suatu nomor kode, nomor bets atau nomor penerimaan
yang berbeda. Nomor ini hendaklah digunakan untuk mencatat disposisi tiap
bets. Hendaklah ada suatu sistem untuk mengidentifikasi status dari tiap bets.

Pengambilan Sampel dan Pengujian Bahan Produksi yang Datang

25. Hendaklah dilakukan sedikitnya satu pengujian untuk membuktikan identitas


tiap bets bahan, kecuali bahan yang diuraikan pada Butir 7.13. Sertifikat
Analisis dari pemasok dapat digunakan sebagai pengganti pelaksanaan
pengujian yang lain, dengan ketentuan bahwa pabrik pembuat memiliki suatu
sistem untuk mengevaluasi pemasok.

26. Persetujuan pemasok hendaklah mencakup evaluasi yang memberikan bukti


yang cukup (misal: riwayat mutu) bahwa pabrik pembuat dapat secara konsisten
menyediakan bahan yang memenuhi spesifikasi. Analisis lengkap hendaklah
dilakukan terhadap minimal tiga bets sebelum mengurangi pengujian in-house.
Akan tetapi, minimal, hendaklah dilakukan analisis lengkap pada interval yang
sesuai dan dibandingkan dengan sertifikat analisis. Kehandalan dari sertifikat
analisis hendaklah diperiksa dengan rentang waktu teratur.

27. Alat bantu proses, bahan baku berbahaya atau sangat beracun, bahan khusus lain
atau bahan yang ditransfer ke unit lain yang berada dalam kendali perusahaan
tidak perlu diuji apabila diperoleh Sertifikat Analisis dari pabrik pembuat, yang
menunjukkan bahwa bahan baku tersebut memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan. Pemeriksaan visual terhadap wadah, label dan catatan nomor bets
hendaklah memudahkan penetapan identitas bahan tersebut. Pengabaian
pengujian-di-tempat (terhadap) bahan tersebut hendaklah dijustifikasi dan
didokumentasikan.

28. Sampel hendaklah mewakili bets bahan dari mana bahan tersebut diambil.
Metode pengambilan sampel hendaklah menetapkan jumlah wadah dan bagian
mana dari wadah yang diambil untuk sampel, serta jumlah bahan yang diambil
untuk sampel dari tiap wadah. Jumlah wadah untuk sampel dan ukuran sampel
hendaklah berdasarkan pola pengambilan sampel dengan mempertimbangkan
kekritisan bahan, variabilitas bahan, riwayat mutu pemasok dan jumlah yang
dibutuhkan untuk analisis.

29. Pengambilan sampel hendaklah dilakukan di lokasi yang ditentukan dan


berdasarkan prosedur yang dirancang untuk mencegah kontaminasi dari bahan
yang diambil untuk sampel dan kontaminasi dari bahan yang lain.

30. Wadah dari mana sampel diambil hendaklah dibuka secara hati-hati dan segera
ditutup kembali. Wadah tersebut hendaklah ditandai untuk menunjukkan bahwa
sampel telah diambil.

Penyimpanan
31. Bahan hendaklah ditangani dan disimpan sedemikian rupa untuk mencegah
degradasi, kontaminasi dan kontaminasi silang.

32. Bahan yang disimpan dalam fiber drum, kantong atau kotak hendaklah tidak
diletakkan langsung di atas lantai dan, apabila sesuai, diberikan ruang yang
memudahkan pembersihan dan pemeriksaan.

33. Bahan hendaklah disimpan pada kondisi dan waktu yang tidak memberikan
dampak buruk terhadap mutu, serta dikendalikan sehingga stok yang paling
lama digunakan lebih dulu.

34. Bahan tertentu dalam wadah yang yang sesuai dapat disimpan di luar bangunan,
asalkan label identitas tetap terbaca dan wadah dibersihkan semestinya sebelum
dibuka dan digunakan.

35. Bahan yang ditolak hendaklah diidentifikasi dan dikendalikan dengan suatu
sistem karantina yang dirancang untuk mencegah penggunaan yang tidak
diotorisasi dalam pembuatan.

Reevaluasi
36. Bahan hendaklah direevaluasi sebagaimana mestinya untuk menentukan
kesesuaian penggunaan (misal: setelah penyimpanan yang lama atau pemaparan
terhadap panas atau kelembaban).

Pengawasan Mutu
37. Spektrometer sinar gamma digunakan untuk pengawasan mutu kemurnian
radionuklida dari radiofarmaka. Agar dapat menggunakan spektrometer sinar
gamma dengan kinerja tinggi, seluruh sistem perlu disetel dan dipertahankan
secara tepat.Bentuk pulsa dan amplifier gain hendaklah disetel secara berkala.
Kalibrasi energi, Full Width at Half Maximum (FWHM) dan peak counting
efficiency dan pemeriksaan area puncak, pengujian radioaktivitas, akurasi,
presisi hendaklah dilakukan secara berkala.
38. Untuk radiofarmaka yang ditandai dengan radionuklida yang waktu paruhnya
lebih dari 20 menit, pada tiap bets produk direkomendasikan untuk dilakukan uji
pH, pemerian, kemurnian radiokimia, aktivitas spesifik (bila berisiko toksik atau
bila lokalisasinya tergantung pada massa jaringan (mass-dependent)).

39. Sterilitas, apirogenisitas, kemurnian kimia, kemurnian radionuklida, dan


kemurnian radiokimia hendaklah ditetapkan sebagai bagian dari uji pengawasan
mutu akhir selama validasi proses preparasi dan untuk bets produksi awal. Tiap
penyebab kegagalan dalam memenuhi spesifikasi hendaklah dijelaskan.
Penyelidikan hendaklah dilakukan terhadap kejadian kegagalan kritis seperti
untuk sterilitas atau kemurnian radiokimia. Bila penyelidikan tersebut
memerlukan perubahan prosedur, maka validasi ulang hendaklah
dipertimbangkan.

40. Stabilitas terhadap radiasi untuk semua komponen yang terpapar radiasi tinggi
hendaklah ditetapkan, demikian juga jadwal perawatan dan penggantiannya.

41. Perhatian khusus hendaklah diberikan pada kondisi iradiasi untuk menetapkan
dampak perubahan pada tiap parameter kemurnian radionuklida, radiokimia atau
kimia produk akhir. Parameter kritis meliputi arus berkas, energi ambang, energi
partikel, komposisi isotop dari bahan target, penempatan target, waktu iradiasi,
komposisi bahan pendukung dan kemurnian kimia target.

42. Untuk kit radiofarmaka, pengaruh umur produk terhadap kestabilan produk
setelah rekonstitusi hendaklah dibuktikan.

43. Rekonstitusi hendaklah dilakukan pada kondisi rekonstitusi ekstrim dan


pengukuran hendaklah dilakukan pada waktu rekonstitusi dan pada atau setelah
produk yang direkonstitusi tersebut daluwarsa.
44. Data stabilitas tambahan hendaklah tersedia, yang mencakup masa simpan yang
dinyatakan dari produk nonaktif ketika direkonstitusi dengan aktivitas 99mTc
tertinggi dan terendah untuk digunakan pada preparasi radiofarmaka bertanda
99mTc menggunakan volume rekonstitusi maksimum dan minimum. Data
hendaklah tersedia untuk konsentrasi radioaktif tertinggi yang akan digunakan
untuk rekonstitusi. Bila bentuk akhir bungkusan diubah, maka data stabilitas
hendaklah diperbaharui.

Você também pode gostar