Você está na página 1de 2

Rokok Perusak Karakter Bangsa

Persoalan rokok dan merokok sebenarnya dapat dikatakan sebagai sebuah masalah
terselubung. Bagaimana tidak? dampak merokok sebenarnya menjarah ke semua hal. Mulai
dari kesehatan, ekonomi, bahkan karakter bangsa. Akan tetapi sampai saat ini belum ada
tindakan penyelesaian dari pemerintah sendiri tentang persoalan rokok dan merokok. Apabila
kita melihat dari sisi kesehatan dan ekonomi maka sudah jelas bahwa merokok tentunya
memperburuk kondisi tubuh dan juga memerlukan uang untuk membelinya. Lalu persoalan
bagaimana rokok dapat merusak karakter bangsa memang masih belum banyak dibahas.
Sebenarnya rokok tidak akan merusak karakter seseorang apabila rokok tersebut tidak
dikonsumsi, yang menjadi masalah yaitu adanya rokok yang dikonsumsi oleh seseorang.

Tingginya jumlah perokok aktif di kalangan remaja merupakan persoalan yang perlu
dibahas secara (lebih) serius. Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Kementerian
kesehatan menyebutkan, jumlah remaja berusia 15 – 19 tahun yang menjadikan daun
tembakau sebagai "teman setia" mencapai 23,1 % pada tahun 2016. Kekhawatiran akan
terjadinya krisis generasi penerus pun telah menghantui pemerintah Indonesia. Tak hanya
itu, bonus demografi yang akan kita terima dalam beberapa tahun mendatang dikhawatirkan
menjadi musibah akibat banyaknya penduduk berusia produktif yang mengidap berbagai
gangguan kesehatan.

Seorang perokok mengatakan bahwa mereka mengalami penenangan setelah


merokok. Tapi tahukah bahwa mereka yang merasa tenang setelah merokok sama saja
mengkonsumsi obat penenang tanpa anjuran dokter. Apabila kebiasaan merokok sudah
melekat pada diri seseorang, maka tak heran bila mereka akan merasa stress, gelisah, atau
perasaan cemas apabila belum merokok. Pertama yang menjadi persoalan ialah, apakah
seorang perokok tersebut secara ekonomi mampu untuk membeli rokok ? Walaupun harga
rokok tak semahal harga narkotika, namun apabila kebutuhan akan merokok itu terus
meningkat dan tidak berbanding lurus dengan kondisi ekonomi. Bisa saja orang tersebut
melakukan tindakan kriminal, mencuri, merampok, dan sebagainya untuk memenuhi
kebutuhan merokok yang semakin meningkat itu. Lalu persoalan yang kedua yaitu, merokok
sebenarnya menambah tingkat stress. Sebuah studi mengatakan bahwa merokok dapat
menyebabkan tingkat stress dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek seseorang dapat
berkata bahwa merokok dapat menenangkan pikiran, akan tetapi bila hal tersebut sudah
menjadi kebiasaan dalam jangka panjang maka pikiran kita akan menjadi rawan stres apabila
tidak merokok untuk beberapa saat.

Persoalan yang ketiga, merokok dapat menyebabkan kemalasan. Kecenderungan


untuk merasakan ketenangan sesaat sebenarnya menyebabkan seseorang menjadi malas untuk
melakukan suatu kegiatan, hal itu terjadi karena mereka sudah terbiasa untuk bersantai dan
menenangkan pikiran dengan rokok. Kemungkinan besar, jika seorang perokok diberi pilihan
untuk merokok atau melakukan pekerjaan, mungkin mereka akan lebih memilih untuk
merokok saja. Bayangkan saja apabila bahaya merokok ini menjangkit generasi muda
Indonesia. Katakanlah semua pelajar dan mahasiswa di Indonesia diketahui mengkonsumsi
rokok, akan jadi apa nantinya jika mereka bermalas malasan ? oleh karena itu perlu perhatian
oleh pemerintah untuk menerapkan batasan umur merokok, agar generasi muda Indonesia
yang menjadi ujung tombak pembangunan bangsa tidak ikut dirusak oleh sebatang rokok.

Você também pode gostar