Você está na página 1de 8

BAB X

A. Anatomi Kandung Empedu

Kandung empedu merupakan kantong berbentuk seperti buah pir yang terletak di
bagian sebelah dalam hati (scissura utama hati) di antara lobus kanan dan lobus kiri hati.
Panjang kurang lebih 7,5 – 12 cm, dengan kapasitas normal sekitar 35-50 ml (Lawrence, 2013).
Kandung empedu terdiri dari fundus, korpus, infundibulum, dan kolum. Fundus mempunyai
bentuk bulat dengan ujung yang buntu. Korpus merupakan bagian terbesar dari kandung
empedu yang sebagian besar menempel dan tertanam didalam jaringan hati sedangkan Kolum
adalah bagian sempit dari kandung empedu (Lawrence, 2013; Oddsdottir, 2010). Kandung
empedu tertutup seluruhnya oleh peritoneum viseral, tetapi infundibulum kandung empedu
tidak terfiksasi ke permukaan hati oleh lapisan peritoneum. Apabila kandung empedu
mengalami distensi akibat bendungan oleh batu, bagian infundibulum menonjol seperti
kantong yang disebut kantong Hartmann (Sjamsuhidayat, 2010).
X.1 Gambar

Anatomi kandung empedu (Paulsen, F. 2013)

Duktus sistikus memiliki panjang yang bervariasi hingga 3 cm dengan diameter antara
1-3 mm. Dinding lumennya terdapat katup berbentuk spiral yang disebut katup spiral Heister
dimana katup tersebut mengatur cairan empedu mengalir masuk ke dalam kandung empedu,
akan tetapi dapat menahan aliran cairan empedu keluar. Duktus sistikus bergabung dengan
duktus hepatikus komunis membentuk duktus biliaris komunis (Sjamsuhidayat, 2010;
Lawrence, 2013).

Duktus hepatikus komunis memiliki panjang kurang lebih 2,5 cm merupakan


penyatuan dari duktus hepatikus kanan dan duktus hepatikus kiri. Selanjutnya penyatuan antara
duktus sistikus dengan duktus hepatikus komunis disebut sebagai common bile duct (duktus
koledokus) yang memiliki panjang sekitar 7 cm. Pertemuan (muara) duktus koledokus ke
dalam duodenum, disebut choledochoduodenal junction. Duktus koledokus berjalan di
belakang duodenum menembus jaringan pankreas dan dinding duodenum membentuk papila
vater yang terletak di sebelah medial dinding duodenum. Ujung distalnya dikelilingi oleh otot
sfingter oddi yang mengatur aliran empedu masuk ke dalam duodenum. Duktus pankreatikus
umumnya bermuara ditempat yang sama dengan duktus koledokus di dalam papila vater, tetapi
dapat juga terpisah (Sjamsuhidayat, 2010; Lawrence, 2013; Doherty, 2010).

Pasokan darah ke kandung empedu adalah melalui arteri sistikus yang terbagi menjadi
anterior dan posterior dimana arteri sistikus merupakan cabang dari arteri hepatikus kanan yang
terletak di belakang dari arteri duktus hepatis komunis tetapi arteri sistikus asesorius sesekali
dapat muncul dari arteri gastroduodenal. Arteri sistikus muncul dari segitiga Calot (dibentuk
oleh duktus sistikus, common hepatic ducts, dan ujung hepar) (Lawrence, 2013).

x.2 Gambar vaskularisasi kandung empedu

(a) arteri hepatika kanan (b) arteri koledokus kanan (c) arteri retroduodenal (d) cabang
kiri arteri hepatika (e) arteri hepatika (f) arteri koledokus kiri

(g) arteri hepatika komunis (h) arteri gasroduodenal


(Lawrence, 2013).
B. Fisiologi
1. Fisiologi Saluran Empedu

Fungsi dari kandung empedu adalah sebagai reservoir (wadah) dari cairan empedu sedangkan
fungsi primer dari kandung empedu adalah memekatkan empedu dengan absorpsi air dan
natrium (Doherty, 2010). Empedu diproduksi oleh sel hepatosit sebanyak 500-1000 ml/hari.
Dalam keadaan puasa, empedu yang diproduksi akan dialirkan ke dalam kandung empedu dan
akan mengalami pemekatan 50%. Setelah makan, kandung empedu akan berkontraksi, sfingter
akan mengalami relaksasi kemudian empedu mengalir ke dalam duodenum. Sewaktu-waktu
aliran tersebut dapat disemprotkan secara intermitten karena tekanan saluran empedu lebih
tinggi daripada tahanan sfingter. Aliran cairan empedu diatur oleh tiga faktor yaitu sekresi
empedu oleh hati, kontraksi kandung empedu, dan tahanan dari sfingter koledokus
(Sjamsuhidayat, 2010; Lawrence, 2013).

Menurut Guyton & Hall, 2008 empedu melakukan dua fungsi penting yaitu :

a. Empedu memainkan peranan penting dalam pencernaan dan absorpsi lemak, karena
asam empedu yang melakukan dua hal antara lain: asam empedu membantu
mengemulsikan partikel-partikel lemak yang besar menjadi partikel yang lebih kecil
dengan bantuan enzim lipase yang disekresikan dalam getah pankreas, asam empedu
membantu transpor dan absorpsi produk akhir lemak yang dicerna menuju dan melalui
membran mukosa intestinal.
b. Empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengeluarkan beberapa produk buangan yang
penting dari darah, antara lain bilirubin, suatu produk akhir dari penghancuran
hemoglobin, dan kelebihan kolesterol yang di bentuk oleh sel- sel hati.

Pengosongan kandung empedu dipengaruhi oleh hormon kolesistokinin, hal ini terjadi ketika
makanan berlemak masuk ke duodenum sekitar 30 menit setelah makan. Dasar yang
menyebabkan pengosongan adalah kontraksi ritmik dinding kandung empedu, tetapi efektifitas
pengosongan juga membutuhkan relaksasi yang bersamaan dari sfingter oddi yang menjaga
pintu keluar duktus biliaris komunis kedalam duodenum. Selain kolesistokinin, kandung
empedu juga dirangsang kuat oleh serat-serat saraf yang mensekresi asetilkolin dari sistem
saraf vagus dan enterik. Kandung empedu mengosongkan simpanan empedu pekatnya ke
dalam duodenum terutama sebagai respon terhadap perangsangan kolesistokinin. Saat lemak
tidak terdapat dalam makanan, pengosongan kandung empedu berlangsung buruk, tetapi bila
terdapat jumlah lemak yang adekuat dalam makanan, normalnya kandung empedu kosong
secara menyeluruh dalam waktu sekitar 1 jam (Townsend, 2012).

Garam empedu, lesitin, dan kolesterol merupakan komponen terbesar (90%) cairan empedu.
Sisanya adalah bilirubin, asam lemak, dan garam anorganik. Garam empedu adalah steroid
yang dibuat oleh hepatosit dan berasal dari kolesterol. Pengaturan produksinya dipengaruhi
mekanisme umpan balik yang dapat ditingkatkan sampai 20 kali produksi normal jika
diperlukan (Sjamsuhidayat, 2010; Oddsdottir, 2010).

2. Pengosongan Kandung Empedu

Empedu dialirkan sebagai akibat kontraksi dan pengosongan parsial kandung empedu.
Mekanisme ini diawali dengan masuknya makanan berlemak kedalam duodenum. Lemak
menyebabkan pengeluaran hormon kolesistokinin dari mukosa duodenum. Hormon kemudian
masuk kedalam peredaran darah, menyebabkan kandung empedu berkontraksi. Pada saat yang
sama, otot polos yang terletak pada ujung distal duktus koledokus dan ampula mengalami
relaksasi, sehingga memungkinkan masuknya empedu yang kental ke dalam duodenum.
Garam-garam empedu dalam cairan empedu penting untuk emulsifikasi lemak dalam usus
halus dan membantu pencernaan dan absorbsi lemak (Oddsdottir, 2010).

Proses koordinasi kedua aktifitas ini disebabkan oleh dua hal yaitu :

a. Hormonal
Zat lemak yang terdapat pada makanan setelah sampai duodenum akan
merangsang mukosa sehingga hormon Cholecystokinin akan terlepas. Hormon
ini yang paling besar peranannya dalam kontraksi kandung empedu.
b. Neurogen
1) Stimulasi vagal yang berhubungan dengan fase Cephalik dari sekresi cairan
lambung atau dengan refleks intestino-intestinal akan menyebabkan
kontraksi dari kandung empedu.
2) Rangsangan langsung dari makanan yang masuk sampai ke duodenum dan
mengenai sfingter Oddi. Sehingga pada keadaan dimana kandung empedu
lumpuh, cairan empedu akan tetap keluar walaupun sedikit.
Pengosongan empedu yang lambat akibat gangguan neurologis maupun hormonal memegang
peran penting dalam perkembangan inti batu empedu (Lawrence, 2013)

3. Komposisi Cairan Empedu


Tabel X.1
Komposisi cairan empedu (Guyton & Hall, 2008).
Komponen Dari Hati Dari Kandung Empedu
Air 97,5 gm % 95 gm %
Garam Empedu 1,1 gm % 6 gm %
Bilirubin 0,04 gm % 0,3 gm %
Kolesterol 0,1 gm % 0,3 - 0,9 gm %
Asam Lemak 0,12 gm % 0,3 - 1,2 gm %
Lecithin 0,04 gm % 0,3 gm %

a. Garam Empedu
Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari hati ada dua macam
yaitu : Asam Deoxycholat dan Asam Cholat.
Fungsi garam empedu adalah :
1) Menurunkan tegangan permukaan dari partikel lemak yang terdapat
dalam makanan, sehingga partikel lemak yang besar dapat
dipecahmenjadi partikel kecil untuk dapat dicerna lebih lanjut.
2) Membantu absorbsi asam lemak, monoglycerid, kolesterol dan vitamin
yang larut dalam lemak.

Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja kuman-
kuman usus dirubah menjadi deoxycholat dan lithocholat. Sebagian besar (90
%) garam empedu dalam lumen usus akan diabsorbsi kembali oleh mukosa usus
sedangkan sisanya akan dikeluarkan bersama feses dalam bentuk lithocholat.
Absorbsi garam empedu tersebut terjadi disegmen distal dari ilium. Sehingga
apabila terjadi gangguan pada daerah tersebut misalnya oleh karena radang atau
reseksi maka absorbsi garam empedu akan terganggu (Townsend, 2012).

b. Bilirubin
Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit akan pecah menjadi heme dan globin.
Heme bersatu membentuk rantai dengan empat inti pyrole menjadi bilverdin
yang segera berubah menjadi bilirubin bebas. Zat ini di dalam plasma terikat
erat oleh albumin. Sebagian bilirubin bebas diikat oleh zat lain (konjugasi) yaitu
80 % oleh glukuronide. Bila terjadi pemecahan sel darah merah berlebihan
misalnya pada malaria maka bilirubin yang terbentuk sangat banyak. Salah satu
fungsi hati adalah untuk mengeluarkan empedu, normalnya antara 600-1200
ml/hari (Guyton & Hall, 2008).
Kandung empedu mampu menyimpan sekitar 45 ml empedu. Diluar
waktu makan, empedu disimpan untuk sementara di dalam kandung empedu,
dan di sini mengalami pemekatan sekitar 50 %. Fungsi primer dari kandung
empedu adalah memekatkan empedu dengan absorpsi air dan natrium. Kandung
empedu mampu memekatkan zat terlarut yang kedap, yang terkandung dalam
empedu hepatik 5-10 kali dan mengurangi volumenya 80- 90% (Guyton & Hall,
2008).
Lawrence, P.F., Bell, R.M., Dayton, M.T. and Hebert, J., 2013. Essentials of general surgery.
Lippincott Lawrence & Wilkins.

Oddsdottir, M. and Hunter, J.G., 2010. Gallbladder and extrahepatic biliary system. Schwart's
Principles of Surgery, 9th ed. United States of America: Mc Graw-Hill, p.1148.

Sjamsuhidajat, R., De Jong., 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi III. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Paulsen, F. and Wasche, J., 2013. Sobotta-Atlas of Human Anatomy, General anatomy and
musculoskeletal system. Naklada Slap.

Doherty GM., 2010. Biliary tract. Current diagnosis & treatment surgery 13th edition.
US:McGraw-Hill Companies. p.544-55

Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2008. Secretion of bile by the liver; functions of the biliary
tree. Guyton and Hall Text Book of Medical Physiology, 11, pp.802-804.

Townsend, C.M., Beauchamp, R.D., Evers, B.M. and Mattox, K.L., 2012. Sabiston Textbook
of Surgery, 19th edition. Elsevier, Philadelphia, pp.1182-1226.

Você também pode gostar