Você está na página 1de 11

Identifikasi Sektor Basis dan Non Basis di Kabupaten Banyuwangi Tahun

2012 - 2016

Dimas Ari Wibowo


Universitas Negeri Malang
E-mail: dimasariwibowo55@gmail.com

ABSTRAK:Sektor ekonomi potensial atau sektor unggulan dapat diartikan


sebagai sektor perekonomian atau kegiatan usaha yang produktif dikembangkan
sebagai potensi pembangunan serta dapat menjadi basis perekonomian suatu
wilayah dibandingkan sektor-sektor lainnya dalam suatu keterkaitan baik secara
langsung maupun tak langsung. Kabupaten Banyuwangi sebagai salah satu
kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur merupakan daerah otonom yang
memiliki andil dalam mewujudkan pembangunan nasional melalui pencapaian
pembangunan daerah. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Location Quotient. Data yang digunakan adalah data kuantitatif dan kualitatif.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai LQ sektor yang menjadi basis di Kabupaten
Banyuwangi adalah sektor pertanian, perhutanan dan perikanan (2,747),
pertambangan dan penggalian (1,682), kontruksi (1,219), jasa pendidikan
(1,233). Terdapat 20 sub sektor yang menjadi basis di Kabupaten Banyuwangi.
Terdapat 4 sub sektor pada sektor utama pertanian, kehutanan dan perikanan
yang menjadi basis. Sub sektor tersebut adalah tanaman perkebunan, jasa
pertanian dan perburuan, kehutanan dan penebangan kayu, perikanan.
Kata kunci: Identifikasi, Sektor basis dan non basis, Kabupaten Banyuwangi

Sektor ekonomi potensial atau sektor unggulan dapat diartikan sebagai


sektor perekonomian atau kegiatan usaha yang produktif dikembangkan sebagai
potensi pembangunan serta dapat menjadi basis perekonomian suatu wilayah
dibandingkan sektor-sektor lainnya dalam suatu keterkaitan baik secara langsung
maupun tak langsung. Sektor ekonomi potensial ini dapat berupa sektor basis
yang merupakan sektor yang mengekspor barang dan jasa ke wilayah-wilayah
diluar batas-batas perekonomian setempat. Besarnya pendapatan pengeluaran
dalam sektor basis merupakan fungsi dari permintaan wilayah-wilayah lain.
Tingkat pendapatan yang diperoleh sektor basis tercermin dari tingkat
produksinya, sehingga kemampuan produksi sektor basis menjadi faktor penentu
pendapatan wilayah. Adapun untuk sektor non basis menyediakan barang dan jasa
untuk masyarakat setempat termasuk kebutuhan sektor basisnya. Peningkatan
sektor basis ditentukan oleh pembelanjaan pendapatan sektor basis baik berupa
faktor-faktor produksi maupun barang dan jasa yang dibutuhkan pekerja sektor
basis. Dengan demikian perkembangan sektor non basis tergantung pada
perkembangan sektor basisnya.
Perluasan kegiatan-kegiatan ekonomi disalurkan sektor basis kepada
sektor-sektor non basis yang mendukungnya secara langsung maupun tidak
langsung. Keterkaitan langsung berupa aliran faktor-faktor produksi yang meliputi
bahan baku, tenaga kerja, modal dan jasa produksi. Keterkaitan tidak langsung
berupa transaksi pengeluaran para pekerja sektor basis untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kegiatan-kegiatan lokal yang melayani kebutuhan para
pekerja tersebut turut terkena imbas perkembangan sektor basisnya, dengan

1
demikian adanya keterkaitan yang kuat antara sektor basis dan sektor non basis
merupakan syarat mutlak untuk menyebarluaskan pertumbuhan dalam wilayah.
Kabupaten Banyuwangi sebagai salah satu kabupaten yang berada di
Provinsi Jawa Timur merupakan daerah otonom yang memiliki andil dalam
mewujudkan pembangunan nasional melalui pencapaian pembangunan daerah.
Keberhasilan akan pembangunan nasional yang juga didukung dari keberhasilan
pembangunan daerah menjadi sangat penting bagi setiap pemerintah daerah
termasuk Kabupaten Banyuwangi untuk selalu mendorong laju pembanguanan
baik pembangunan fisik maupun pembangunan non fisik seperti pembangunan
ekonomi dengan meningkatkatkan pertumbuhan ekonomi yang kemudian akan
menjadikan masyarakat semakin sejahtera.
Beberapa sektor unggulan menjadi pendongkrak dalam peningkatan
PDRB Kabupaten Banyuwangi. Untuk mengetahui atau mengidentifikasi
sektor/komoditi basis yang memiliki keunggulan komparatif digunakanlah teknik
analisis LQ. Metode LQ membandingkan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk
sektor tertentu untuk lingkup wilayah yang lebih kecil dibandingkan dengan porsi
lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang sama untuk lingkup wilayah yang
lebih besar. LQ dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝑣𝑖
𝑣𝑡
𝐿𝑜𝑐𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑄𝑢𝑜𝑡𝑖𝑒𝑛𝑡 (𝐿𝑄) = 𝑉𝑖 ...................................... (Budiharsono,
𝑉𝑡
2001)
Keterangan :
vi = PDRB sektor di tingkat Kabupaten Banyuwangi
vt = PDRB total di Kabupaten Banyuwangi
Vi = PDRB sektor di wilayah Provinsi Jawa Timur
Vt = PDRB total di wilayah Provinsi Jawa Timur
Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model
ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sector kegiatan yang
menjadi pemacu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi relatif atau derajat
spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan. Hasil
perhitungan LQ menghasilkan tiga kriteria yaitu :
1. LQ > 1 ; artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber
pertumbuhan. komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak
saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga
dapat diekspor ke luar wilayah.
2. LQ = 1 ; artinya komoditas itu tergolong non-basis, tidak memiliki
keunggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor.
3. LQ < 1 ; artinya komoditas itu termasuk non-basis. Produksi komoditas di
suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu
pasokan atau impor dari luar.
Location Quotient adalah suatu alat pengembangan ekonomi yang
sederhana dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Menurut Hendayana
(2000), kelebihan metode LQ dalam mengidentifikasi komoditas unggulan antara
lain penerapannya sederhana, mudah dan tidak memerlukan program pengolahan
data yang rumit. Penyelesaian analisis cukup dengan spread sheet dari excel
bahkan jika datanya tidak terlalu banyak kalkulator pun bisa digunakan.
Keterbatasannya adalah sederhananya pendekatan LQ ini, maka yang dituntut

2
adalah akurasi data. Sebaik apapun hasil olahan LQ tidak akan banyak manfaatnya
jika data yang digunakan tidak valid. Oleh karena itu sebelum memutuskan
menggunakan analisis ini maka validitas data sangat diperlukan. Disamping itu
untuk menghindari bias diperlukan nilai rata-rata dari data series yang cukup
panjang, sebaiknya tidak kurang dari 5 tahun. Sementara itu di lapangan,
mengumpulkan data yang panjang ini sering mengalami hambatan.
Keterbatasan lainnya dalam deliniasi wilayah kajian. Untuk menetapkan
batasan wilayah yang dikaji dan ruang lingkup aktivitas, acuannya sering tidak
jelas. Akibatnya hasil hitungan LQ terkadang aneh, tidak sama dengan apa yang
kita duga. Misalnya suatu wilayah provinsi yang diduga memiliki keunggulan di
sektor non pangan, yang muncul malah pangan dan sebaliknya. Oleh karena itu
data yang dijadikan sumber bahasan sebelum digunakan perlu diklarifikasi
terlebih dahulu dengan beberapa sumber data lainnya, sehingga mendapatkan
gambaran tingkat konsistensi data yang mantap dan akurat. Inti dari model
ekonomi basis menerangkan bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah
ditentukan oleh ekspor wilayah. Ekspor itu sendiri tidak terbatas pada bentuk
barang-barang dan jasa, akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asing
yang berada di wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak
(Budiharsono, 2001).
Teori basis ini selanjutnya menyatakan bahwa karena sektor basis
menghasilkan barang dan jasa yang dapat dijual keluar daerah yang meningkatkan
pendapatan daerah tersebut, maka secara berantai akan meningkatkan investasi
yang berarti menciptakan lapangan kerja baru. Peningkatan pendapatan tersebut
tidak hanya meningkatkan permintaan terhadap industri basis, tetapi juga
menaikkan permintaan akan industri non basis. Dengan dasar teori ini maka
identifikasi sektor unggulan/sektor basis sangat penting terutama dalam rangka
menentukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi di daerah. Oleh
karena itu perlu diprioritaskan untuk dikembangkan dalam rangka memacu
pertumbuhan ekonomi daerah. Manfaat mengetahui sektor unggulan yaitu mampu
memberikan indikasi bagi perekonomian secara nasional dan regional. Sektor
unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat
dibandingkan sector lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor
pendukung terhadap sector unggulan tersebut yaitu akumulasi modal,
pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi (technological
progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan
memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang
bersangkutan (Bank Indonesia, 2005).

METODE
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Location
Quotient yang bertujuan untuk membandingkan besarnya peranan suatu sektor
disuatu daerah terhadap peranan suatu sektor tersebut secara nasional atau di suatu
kabupaten terhadap peranan suatu sektor secara regional atau tingkat provinsi.
Data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka
yaitu : PDRB kabupaten/kota di Banyuwangi dan PDRB di Provinsi Jawa Timur
dan data kualitatif yaitu data yang tidak berupa angka, meliputi data-data berupa
penjelasan yang relevan dengan penelitian ini yaitu peraturan daerah, kebijakan
pemerintah dan undang-undang. Menurut sumbernya, data yang digunakan pada

3
penelitian ini berupa data sekunder yang telah dipublikasikan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Banyuwangi.

HASIL
1. Nilai LQ pada sektor
Berdasarkan hasil perhitungan nilai LQ pada semua sektor di Kabupaten
Banyuwangi dan Provinsi Jawa Timur diperoleh nilai dan rata-rata sebagai
berikut tabel 1.

Tabel 1 Nilai dan Rata-rata LQ di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2016


LQ Kabupaten Banyuwangi Rata-
Kategori Sektor Keterangan
2012 2013 2014 2015 2016 rata
Pertanian,
A Kehutanan dan 2,673 2,728 2,756 2,779 2,799 2,747 Sektor basis
Perikanan
Pertambangan
B 1,734 1,715 1,735 1,678 1,550 1,682 Sektor basis
dan Penggalian
Industri Sektor non
C 0,392 0,392 0,389 0,390 0,395 0,391
Pengelolaan basis
Pengadaan air Sektor non
D 0,151 0,151 0,155 0,168 0,174 0,16
dan gas basis
Pengadaan air,
pengelolaan Sektor non
E 0,668 0,681 0,968 0,695 0,695 0,741
sampah, limbah basis
dan daur ulang
F Konstruksi 1,192 1,189 1,212 1,235 1,266 1,219 Sektor basis
Perdagangan
besar dan eceran
Sektor non
G : reparasi mobil 0,740 0,772 0,781 0,787 0,796 0,775
basis
dan sepeda
montor
Transportasi dan Sektor non
H 1,001 0,980 0,991 0,994 1,014 0,996
pergudangan basis
Penyediaan
Sektor non
I akomodasi dan 0,435 0,442 0,449 0,460 0,465 0,45
basis
makan minum
Informasi dan Sektor non
J 0,923 0,896 0,913 0,921 0,917 0,914
komunikasi basis
Jasa keuangan Sektor non
K 0,707 0,687 0,684 0,682 0,676 0,687
dan keuangan basis
Sektor non
L Real estate 0,859 0,861 0,885 0,895 0,896 0,879
basis
Sektor non
M Jasa perusahaan 0,301 0,301 0,297 0,299 0,301 0,3
basis
Administrasi
pemerintahan,
Sektor non
N pertahanan dan 0,962 0,964 0,989 0,975 0,984 0,975
basis
jaminan sosial
wajib
O Jasa pendidikan 1,290 1,227 1,217 1,211 1,220 1,233 Sektor basis
Jasa kesehatan
Sektor non
P dan kegiatan 0,551 0,542 0,550 0,559 0,576 0,556
basis
sosial

4
Sektor non
Q Jasa lainnya 0,801 0,800 0,806 0,808 0,842 0,811
basis
Sumber: Perhitungan Pribadi 2017

2. Nilai dan Rata-rata LQ Setiap Sub sektor


Berdasarkan hasil perhitungan nilai LQ pada sub sektor di Kabupaten
Banyuwangi dan Provinsi Jawa Timur diperoleh nilai dan rata-rata sebagai
berikut.

Tabel 2 Nilai dan Rata-rata LQ Sub sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan di
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2016
Sub Sektor Nilai LQ
Pertanian, Rata-
No Keterangan
Kehutanan dan 2012 2013 2014 2015 2016 rata
Perikanan
Pertanian, peternakan,
Sektor non
1 perburuan dan jasa 0,871 0,860 0,859 0,854 0,851 0,859
basis
pertanian
Sektor non
2 Tanaman pangan 0,700 0,683 0,789 0,669 0,660 0,7
basis
Sektor non
3 Tanaman hortikultura 0,655 0,662 0,976 0,647 0,648 0,718
basis
4 Tanaman perkebunan 1,876 1,854 2,744 1,837 1,881 2,038 Sektor basis
Sektor non
5 Peternakan 0,417 0,410 0,229 0,414 0,415 0,377
basis
Jasa pertanian dan
6 1,389 1,367 3,347 1,401 1,405 1,782 Sektor basis
perburuan
Kehutanan dan
7 1,872 1,987 1,450 2,024 2,075 1,882 Sektor basis
penebangan kayu
8 Perikanan 1,414 1,385 0,679 1,385 1,398 1,252 Sektor basis
Sumber: Perhitungan Pribadi 2017

Tabel 3 Nilai dan Rata-rata LQ Sub sektor Pertambangan dan Penggalian di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2012-2016
Sub Sektor Nilai LQ
Rata-
No Pertambangan dan Keterangan
2012 2013 2014 2015 2016 rata
Penggalian
Pertambangan
Sektor non
1 minyak, gas dan 0 0 0 0 0 0,0
basis
panas bumi
Pertambangan batu Sektor non
2 0 0 0 0 0 0,0
bara dan lignit basis
Pertambangan bijih
3 10,591 6,685 10,257 11,050 13,83 10,483 Sektor basis
logam
Pertambangan dan
4 2,956 1,858 2,890 3,029 3,340 2,815 Sektor basis
penggalian lainnya
Sumber: Perhitungan Pribadi 2017

Tabel 4 Nilai dan Rata-rata LQ Sub sektor Industri Pengelolaan di Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2012-2016
Sub Sektor Nilai LQ
Rata-
No Industri Keterangan
2012 2013 2014 2015 2016 rata
Pengelolaan

5
Industri batu
bara dan Sektor non
1 0 0 0 0 0 0,0
pengilangan basis
migas
Industri
2 makanan dan 1,857 1,836 1,829 1,815 1,807 1,829 Sektor basis
minuman
Pengolahan Sektor non
3 0 0 0 0 0 0,0
tembakau basis
Industri
4 tekstil dan 1,002 1,014 1,028 1,036 1,010 1,018 Sektor basis
pakaian jadi
Industri kulit,
barang dari Sektor non
5 0,055 0,054 0,055 0,057 0,055 0,055
kulit dan alas basis
kaki
Industri
Kayu, barang
dari kayu dan
gabus dan
6 barang 2,487 2,446 2,546 2,522 2,579 2,516 Sektor basis
anyaman dari
bambu, rotan
dan
sejenisnya
Industri
kertas dan
barang dari
kertas,
Sektor non
7 percetakan 0,118 0,120 0,121 0,121 0,119 0,12
basis
dan
reproduksi
media
rekaman
Industri
kimia,
Sektor non
8 farmasi dan 0,030 0,029 0,029 0,029 0,029 0,029
basis
obat
tradisional
Industri karet,
barang dari
9 3,396 3,518 3,531 3,574 3,679 3,54 Sektor basis
karet dan
plastik
Industri
Sektor non
10 barang galian 0,659 0,669 0,676 0,673 0,681 0,672
basis
bukan logam
Industri Sektor non
11 0 0 0 0 0 0,0
logam dasar basis
Industri
barang dari
logam,
komputer,
Sektor non
12 barang 0,489 0,502 0,541 0,536 0,556 0,525
basis
elektronik,
optik dan
peralatan
listrik

6
Industri
mesin dan Sektor non
13 0,109 0,108 0,109 0,110 0,108 0,109
Perlengkapan basis
YTDL
Industri alat Sektor non
14 0,305 0,300 0,317 0,320 0,326 0,314
angkutan basis
Industri
15 1,517 1,458 1,513 1,520 1,558 1,513 Sektor basis
furnitur
Industri
pengolahan
lainnya, jasa
16 reparasi dan 1,367 1,408 1,409 1,415 1,422 1,404 Sektor basis
pemasangan
mesin dan
peralatan
Sumber: Perhitungan Pribadi 2017

Tabel 5 Nilai dan Rata-rata LQ Sub sektor Pengadaan Listrik dan Gas di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2012-2016
Sub Sektor Nilai LQ
Rata-
No Pengadaan Keterangan
2012 2013 2014 2015 2016 rata
Listrik dan Gas
1 Ketenagalistrikan 2,911 2,852 2,775 2,707 2,630 2,775 Sektor basis
Pengadaan gas Sektor non
2 0,130 0,132 0,133 0,049 0,139 0,117
dan produksi es basis
Sumber: Perhitungan Pribadi 2017

Tabel 6 Nilai dan Rata-rata LQ Sub sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum di
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2016
Sub Sektor Nilai LQ
Penyediaan
Rata-
No Akomodasi Keterangan
2012 2013 2014 2015 2016 rata
dan Makan
Minum
Penyediaan
1 2,77 2,716 2,562 2,580 2,598 2,645 Sektor basis
Akomodasi
Penyediaan
Sektor non
2 Makan 0,794 0,792 0,799 0,798 0,797 0,796
basis
Minum
Sumber: Perhitungan Pribadi 2017

Tabel 7 Nilai dan Rata-rata LQ Sub sektor Jasa Keuangan dan Keuangan di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2012-2016
Sub Sektor Nilai LQ
Jasa
Rata-
No Keuangan Keterangan
2012 2013 2014 2015 2016 rata
dan
Keuangan
Jasa
Sektor non
1 Perantara 0,773 0,783 0,775 0,774 0,769 0,775
basis
Keuangan
Asuransi
2 1,195 1,191 1,179 1,184 1,209 1,192 Sektor basis
dan Dana

7
Pensiun
Jasa
3 Keuangan 1,512 1,521 1,570 1,602 1,601 1,561 Sektor basis
Lainnya
Jasa
Sektor non
4 Penunjang 0,535 0,560 0,579 0,590 0,583 0,569
basis
Keuangan
Sumber: Perhitungan Pribadi 2017

PEMBAHASAN
1. Analisa sektor utama
Berdasarkan tabel 1 dapat diperoleh hasil bahwa sektor yang menjadi basis
di Kabupaten Banyuwangi adalah sektor pertanian, perhutanan dan perikanan
(2,747), pertambangan dan penggalian (1,682), kontruksi (1,219), jasa
pendidikan (1,233). Sementara itu sisanya merupakan sektor non basis. Sektor
pertanian menjadi sektor basis utama atau unggulan.
Wilayah Kabupaten Banyuwangi yang memiliki lahan subur dan iklim
tropis cocok dijadikan sebagai lokasi pertanian. Kabupaten Banyuwangi
merupakan salah satu kawasan daerah lumbung padi Provinsi Jawa Timur.
Pada tahun 2015, terjadi peningkatan luas panen tanaman padi sekitar 19.027
hektar. Dibandingkan dengan tahun 2014, pada tahun 2015 pertanian
Kabupaten Banyuwangi menunjukkan performance yang bagus di sektor
tanaman padi, penambahan luas panen padi diikuti dengan peningkatan
produktifitasnya. Pada tahun 2015, produksi padi mencapai 899.880 ton
dengan luas panen mencapai 136.688 ha, sedangkan produksi pada tahun 2014
hanya 777.996 ton, dengan luas panen 119.809 ha.
Produksi terbanyak setelah padi adalah tanaman jagung. Jagung
merupakan komoditas palawija utama ditinjau dari aspek penggunaan hasilnya
khususnya untuk bahan baku dan pakan ternak. Pada tahun 2015, luas panen
maupun produksi jagung meningkat dibandingkan pada tahun 2014 yaitu
mencapai 194.167 ton dengan luas panen 31.043 ha, sedangkan produksi
jagung pada tahun 2014 hanya 142.915 ton, dengan luas panen 122.854 ha.
Produksi sayuran di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2015 sebesar
45.351 ton. Produksi sayuran terbesar adalah cabai kecil sebanyak 21.146 ton,
diikuti cabai merah sebanyak 14.684 ton dan paling rendah produksinya
adalah kembang kol sebanyak 77 ton.
Kemudian sektor basis kedua adalah pertambangan dan penggalian.
Meningkatnya PDRB Kabupaten Banyuwangi dikarenakan ditemukannya
tambang emas di daerah Tumpang Pitu, Pesanggaran. Tambang emas ini
akhirnya dikelola oleh PT Bumi Suksesi Indo (BSI). Pemkab Banyuwangi
berhak menikmati 10 persen hasil tambang emas di daerahnya ini adalah
angka share hasil pengelolaan sumber daya pertambangan. Perusahaan
tambang ini akan beroperasi selama 10 tahun. Kapasitas produksi tambang ini
mencapai 40 juta ton batuan emas tahun ini.
Lalu sektor basis terakhir terdapat di sektor konstruksi dan pendidikan.
Perkembangan Kabupaten Banyuwangi yang semakin pesat juga membawa
angin segar bagi para kontraktor di Banyuwangi. Tiga hotel yang segera
berdiri yaitu Hotel Illira, Hotel Aston, dan El Hotel. Hotel Illira rencananya
akan berdiri di Kelurahan Sukowidi, Kecamatan Kalipuro, di lahan seluas 1,3

8
hektare, Hotel Aston akan dibangun di Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan
Giri, di lahan seluas 0,8 hektare, dan El Hotel di bangun di kawasan
Perumahan Banyuwangi Residence, Desa Kedayunan, Kecamatan Kabat,
seluas 0,5 hektare.
Peningkatan di sektor pendidikan juga ditandai dengan perkembangan
sistem pendidikan di beberapa sekolah seperti SMAN 1 Glagah, SMAN 1
Banyuwangi dan SMAN 1 Giri berlomba untuk memperoleh prestasi terbaik
dikancah nasional maupun internasional. Sementara itu, Universitas Tujuh
Belas Agustus, STIKOM dan UNIBA juga mulai berbenah mulai dari
pembangunan gedung baru ataupun perbaikan kurikulum.
2. Analisa sub sektor
Berdasarkan perhitungan nilai LQ diperoleh beberapa sektor basis dalam
subsektor utama sebagai berikut.

Tabel 8. Sektor Basis pada Setiap Sub Sektor


No Sektor Utama Sub Sektor
a. Tanaman perkebunan
b. Jasa pertanian dan perburuan
1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
c. Kehutanan dan penebangan kayu
d. Perikanan
a. Pertambangan bijih logam
2. Pertambangan dan Penggalian b. Pertambangan dan penggalian
lainnya
a. Industri makanan dan minuman
b. Industri tekstil dan pakaian jadi
c. Industri Kayu, barang dari kayu
dan gabus dan barang anyaman
dari bambu, rotan dan sejenisnya
3. Industri Pengelolaan d. Industri karet, barang dari karet
dan plastik
e. Industri furnitur
f. Industri pengolahan lainnya, jasa
reparasi dan pemasangan mesin
dan peralatan
4. Pengadaan Listrik dan Gas a. Ketenagalistrikan
Perdagangan Besar dan Eceran; a. Perdagangan besar dan eceran,
5.
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor bukan mobil dan sepeda motor
a. Angkutan rel
b. Angkutan laut
6. Transportasi dan Pergudangan
c. Angkutan sungai danau dan
penyeberangan
Penyediaan Akomodasi dan Makan a. Penyediaan Akomodasi
7.
Minum
a. Asuransi dan dana pensiun
8. Jasa Keuangan dan Keuangan
b. Jasa keuangan lainnya
Sumber: Perhitungan Pribadi 2017
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa terdapat 20 sub sektor yang
menjadi basis di Kabupaten Banyuwangi. Terdapat 4 sub sektor pada sektor utama
pertanian, kehutanan dan perikanan yang menjadi basis. Sub sektor tersebut
adalah tanaman perkebunan, jasa pertanian dan perburuan, kehutanan dan
penebangan kayu, perikanan. Perkembangan sub sektor ini sangat di dukung oleh
letak geografis Kabupaten Banyuwangi. Potensi perkebunan kabupaten
banyuwangi dengan luas areal 82.143, 63 ha, dengan rincian alokasi untuk untuk

9
perkebunan negara seluas 48.449,63 ha, perkebunan swasta 12.567,53 ha dan
perkebunan rakyat seluas 21.126,67 ha. Dari luas areal tersebut ada 8 komoditi
perkebunan yang menjadi primadona di antaranya kopi, kelapa kopra, kelapa
deres, tembakau, cocoa, tebu, cengkeh, dan karet. Hasil komoditi kelapa kopra di
Kabupaten Banyuwangi di ekspor hingga ke manca negara diantaranya Negara
Thailand yang sering jadi jujukan ekportir asal banyuwangi untuk mengirim hasil
perkebunan buah kelapa tahun 2014, pengiriman buah kelapa ini bisa mencapai
hingga 9.600.000 ribu butir atau 384 kontainer yang semuanya berasal dari
Kabupaten Banyuwangi.
Salah satu komoditi unggulan di Kabupaten Banyuwangi yang tidak kalah
saing yaitu tanaman kopi, untuk produksi kopi sendiri mengalami peningkatan
dari tahun 2013 sebesar 7.815 ton dan di tahun 2014 sebesar 7.992 ton dengan
komoditi ungguluan jenis robusta dan arabika yang tersebar di beberapa
kecamatan. Produksi tersebut didukung dengan topografi daerah yang mencukupi,
ketinggian areal 400-1000 mdpl dengan hawa yang sejuk cocok untuk tanaman
kopi. Hasil produksi kopi Banyuwangi khususnya hasil perusahaan perkebunan
sudah mulai di ekspor ke manca negara, hanya untuk hasil perkebunan rakyat
yang masih di belum di ekspor namun di jual ke pengepul terbesar di Kota
Malang Kecamatan Dampit. Terlepas dari itu semua, kopi hasil bumi blambangan,
cita rasanya tidak kalah dengan kopi dari wilayah lain.
Untuk komoditi tebu yang merupakan salah satu komoditi penunjang
swsembada pangan nasional, khususnya untuk banyuwangi sudah mula
menggeliat perkembangannya. Ini bisa dilihat dari masyarakat yang mulai ramai –
ramai mengembangkan tebu. Data yang masuk untuk perkembangan komoditi
tebu di Banyuwangi mengalami peningkatan, pada tahun 2013 besar produksi
240.602 ton, peningkatan terjadi di tahun 2014 menjadi 424.833 ton. Peningkatan
produksi tebu tersebut didukung dengan kegiatan perluasan areal tebu di
banyuwangi untuk rakyat 75 ha, untuk perkebunan negara seluas 9.298,29 ha. Dan
untuk tahun-tahun kedepan, banyuwangi akan memiliki Pabrik Gula Glenmore
(IGG). Terwujudnya pabrik gula ini akan mendatangkan tambahan inkam
tersendiri untuk Kabupaten Banyuwangi maupun masayarakat sekitar, dan lagi
khusus untuk petani tebu asli banyuwangi tidak lagi jauh – jauh mengirim tebu-
nya ke wilayah lain.
Kabupaten Banyuwangi memiliki panjang garis pantai sekitar 175,8 km
serta jumlah pulau-pulau kecil sebanyak 16 buah (tujuh diantaranya belum
bernama), dengan luas perairan sebesar 175,8 km X 4 mil laut (175,8 km X 6,4
km = 485,12 km2). Kawasan pesisir dan laut Kabupaten Banyuwangi merupakan
daerah yang sang at strategis karena letaknya yang merupakan sisi penghubung
antara wilayah di pulau Jawa dan Pulau Bali. Potensi perikanan yang ada di
Kabupaten Banyuwangi sangat banyak dan beragam, tidak berasal dari ikan saja
tetapi dari non ikan seperti cumi-cumi, rajungan, kerang-kerangan dan lain-lain.
Keanekaragamn potensi perikanan ini sangat menguntungkan bagi daerah.
Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi bahan galian tambang yang
cukup besar, saat ini telah dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pendapatan
daerah dan masyarakat. Potensi sumberdaya kelautan yang telah dimanfaatkan
masyarakat adalah pasir kuarsa, andesit, kaolin, batugamping, tras, lempung, dan
pasir besi di sepanjang pantai Kecamatan Kalipuro, Kecamatan Purwoharjo, dan
Kecamatan Bangorejo.

10
Beberapa sub sektor basis diatas menjadi penyokong atau penyangga
munculnya sub sektor basis lain di Kabupaten Banyuwangi. Perkembangan
teknologi memegang peranan penting dalam pembangunan perindustrian di
Kabupaten Banyuwangi. Penyerapan tenaga kerja dapat menurunkan angka
pengangguran serta mengurangi beban ketergantungan. Sehingga mampu
mendongkrak PDRB kabupaten.
Kemudian munculnya jasa-jasa pariwisata memudahkan wisatawan asing
untuk menikmati keindahan spot pariwisata di Kabupaten Banyuwangi. Sehingga
pemasukan devisa meningkat lebih banyak dari sektor ini.

PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Berdasarkan hasil analisis location quotient sektor
Sektor yang menjadi basis di Kabupaten Banyuwangi adalah sektor
pertanian, perhutanan dan perikanan (2,747), pertambangan dan
penggalian (1,682), kontruksi (1,219), jasa pendidikan (1,233).
b. Berdasarkan hasil analisis location quotient sektor
Terdapat 20 sub sektor di Kabupaten Banyuwangi yang menjadi basis
dalam peningkatan PRDB.
2. Saran
Dari hasil kesimpulan maka dapat disarankan beberapa hal sebagai
berikut:
a. Memantapkan program keterkaitan antar sektor ekonomi baik antara
sektor basis maupun non basis sehingga pertumbuhan semua sektor
dapat tumbuh dan berkembang minimal setara dengan sektor-sektor
sejenis secara nasional.
b. Kepada pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi selaku penggerak
pembangunan daerah dapat memberi perhatian pada sektor non basis
agar berkembang lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2016. Kabupaten Banyuwangi dalam Angka.
Badan Pusat Statistik, 2016. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan
Usaha 2012-2016 (Juta Rupiah). Provinsi Jawa Timur.
Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan.
PT. PradnyaParamitha : Jakarta.
Hendayana, Rachmat. 2002. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai
Tukar Petani. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis.
SOCA. ISSN: 1411.7177. Vol 2. NO.2. Juli 2002.
Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2005.
Wirahayu, Yuswanti Ariani. 2013. MATERI KULIAH GEOGRAFI EKONOMI
(GEP420). Fakutas Ilmu Sosial : Malang

11

Você também pode gostar