Você está na página 1de 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kekerasan dengan menggunakan senjata api meningkat dalam dekade


terakhir ini. Dalam konteks kesehatan masyarakat, diperkirakan terdapat lebih dari
500.000 luka per tahunnya yang merupakan luka akibat senjata api. Menurut
laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia pada tahun 2001, jumlah tersebut
mewakili seperempat dar total perkiraan 2,3 juta kematian akibat kekerasan. Dari
jumlah 500.000 tersebut, 42% nya merupakan kasus bunuh diri, 38% merupakan
kasus pembunuhan, 26% merupakan perang dan konflik persenjataan.

Luka tembak merupakan penyebab kematian akibat pembunuhan di


Amerika Serikat dan pada banyak yurisdiksi, paling sering dipakai untuk bunuh
diri. Diperkirakan bahwa tiaptahun di Amerika Serikat terdapat ± 70.000 korban
luka tembak dengan 30.000 kematian.Pemeriksaan terhadap luka ini memerlukan
latihan khusus dan spesialis, baik oleh dokter gawat darurat terhadap korban luka
tembak hidup atau ahli patologi forensik pada korbanyang meninggal.

Laporan dari negara lain seperti Inggris dan Wales pada tahun 2001 angka
kejadian luka tembak adalah 0,4/100 ribu (bunuh diri 65%, homicide 7%,
kecelakan 28%), dan angka kejadian di Kanada pada tahun 2002 adalah 2,6 per
100.000 (bunuh diri 80%, homicide 15%, kecelakaan 5%).

Sedangkan di Indonesia, menurut laporan hak asasi manusia triwulan ke


dua tahun 1998 yang dikeluarkan oleh ELSAM (Lembaga Studi dan Avokasi
Masyarakat) pada triwulan ke II tercatat ada 102 warga negara yang menjadi
korban kekerasan akibat senjata api.

Untuk menjelaskan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa maka dokter harus
menjelaskan berbagai hal, diantaranya: apakah luka tersebut memang luka
tembak, yang mana luka tembak masuk dan mana luka tembak keluar, jenis
senjata yang dipakai, jarak tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban

1
sewaktu ditembak, berapa kali korban ditembak dan luka tembak mana yang
menyebabkan kematian.

Interpretasi yang benar mengenai luka tembak mengenai ahli patologi


tidak hanya memberikan informasi berharga yang dapat menunjang
pelaksananaan hukum selama investigasi, tetapi juga penting untuk penentuan
akhir jenis kematian.

Biaya medis, legal, dan emosional akibat kejahatan tersebut menjadi suatu
kerja berat bagi rumah sakit, sistem peradilan, keluarga, dan masyarakat pada
umumnya. Evaluasi mengenai luka tersebut memerlukan latihan khusus dan
keahlian baik oleh seorang dokter yang menangani kegawatdaruratan bagian luka
tembak maupun para ahli patologi dan forensik.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru
kedalam tubuh yang diproyeksikan ewat senjata api atau persentuhan peluru
dengan tubuh. Yang termasuk dalam luka tembak adalah luka tembak masuk
maupun luka tembak keluar. Luka tembak masuk terjadi apabila anak peluru
memasuki suatu objek dan tidak keluar lagi, sedangkan pada luka tembak keluar,
anak peluru menembus objek secara keseluruhan. Umumnya luka tembak ditandai
dengan luka masuk yang kecil dan luka keluar yang lebih besar. Luka ini biasanya
juga disertai dengan kerusakan pada pembuluh darah, tulang, dan jaringan sekitar.
Luka tembak terjadi karena energi dari peluru saat menembus tubuh.
Semakin besar energi yang dihasilkan peluru, semakin parah luka yang dapat
terjadi. Energi akan meningkat seiring besar, berat dan kecepatan pelurunya.
Secara umum, peluru berukuran besar yang ditembakkan dari senapaan
menyebabkan luka yang lebih besar dibandingkan dengan peluru berukuran kecil
yang ditembakkan dari pistol.

2.2 Jenis Senjata Api

Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan
mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi
melalui larasnya. Berikut adalah jenis-jenis senjata api:
Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil perledakan mesiu,
dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui larasnya. Berikut
adalah jenis-jenis senjata api:
a. Berdasarkan Panjang Laras:
1. Laras pendek
 Revolver: mempunyai metal drum (tempat penyimpanan 6 peluru) yang berputar
(revolve) setiap kali trigger ditarik dan menempatkan peluru baru pada posisi
siap untuk di tembakkan. Revolver terdapat dua jenis, single action dan double

3
action. Pada tipe single action pelatuk harus dikokang setiap kali akan menembak.
Sedangkan pada double action revolver penekanan picu secara berulang untuk
langsung memutar silinder, mensejajarkan laras dan tempat peluru, mengokang
dan selanjutnya melepaskan pelatuk untuk menembak.
 Pistol : peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan
menarik picunya. Pistol otomatis dan semi otomatis, peluru disimpan dalam
sebuah magasin, putaran pertama harus dimasukkan secara manual ke dalam
ruang ledaknya.

4
Gambar 1. Senjata api laras pendek

2. Laras panjang
Senjata ini berkekuatan tinggi dengan daya tembak sampai 3000 m, mempergunakan
peluru yang lebih panjang. Senjata laras panjang dibagi menjadi dua yaitu:
 Senapan tabur: Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan butir-butir tabur
ganda lewat larasnya, sedangkan senapan dirancang untuk memuntahkan peluru
tunggal lewat larasnya, moncong senapan halus dan tidak terdapat rifling.
 Senapan untuk menyerang: Senapan ini mengisi pelurunya sendiri, mampu
melakukan tembakan otomatis sepenuhnya, mempunyai kapasitas magasin yang
besar dan dilengkapi ruang ledak untuk peluru senapan dengan kekuatan sedang
(peluru dengan kekuatan sedang antara peluru senapan standard dan peluru pistol)

SKS-45

5
Chinese AKS-47 semi-automatic rifle
Gambar 2. Senjata api laras panjang

b. Berdasarkan Alur Laras


1. Laras beralur (Rifled bore)
Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya, permukaan dalam laras dibuat
beralur spiral dengan diameter yang sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru,
sehingga anak peluru yang didorong oleh ledakan mesiu, saat melalui laras, dipaksa
bergerak maju sambil berputar sesuai porosnya, dan ini akan memperoleh gaya
sentripetal sehingga anak peluru tetap dalam posisi ujung depannya di depan dalam
lintasannya setelah lepas laras menuju sasaran. Alur laras ini dibagi menjadi dua yaitu,
arah putaran ke kiri (COLT) dan arah putaran ke kanan (Smith and Wesson).
 Senjata api dengan alur ke kiri
- Dikenal sebagai senjata tipe COLT
- Kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.36; 0.38; dan 0.45
- Dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaitu
adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kiri bila dilihat dari basis
anak peluru.

gambar 3. Senjata api beralur

 Senjata api dengan alur ke kanan


- Dikenal sebagai senjata api tipe SMITH & WESSON (tipe SW)
- Kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.22;0.36;0.38;0.45; dan 0.46
- Dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaitu adanya
goresan dan alur yang memutar ke arah kanan bila dilihat dari bagian basis
anak peluru.
 Laras tak beralur atau laras licin (Smooth bore)

6
Senjata api jenis ini dapat melontarkan anak peluru dalam jumlah banyak pada
satu kali tembakan. Contohnya adalah shot gun.

`2.3 Mekanisme Kerja Senjata


Mekanisme kerja senjata, baik senjata angin atau senjata api pada
prinsipnya sama yaitu memanfaatkan tekanan tinggi dari udara atau gas untuk
melontarkan anak proyektil atau anak peluru keluar dari laras dengan kecepatan
tinggi.
Pada senjata angin, tekanan yang tinggi itu diperoleh dengan cara
memanfaatkan udara atau dengan merubah CO2 cair menjadi gas dalam ruangan
yang volumenya tetap. Sedang pada senjata api, tekanan yang tinggi diperoleh
dari pembakaran mesiu sehingga dalam waktu sekejap berubah menjadi gas
dengan volume yang besar didalam ruangan yang volumenya tetap. Dari saru
gram mesiu dapat dihasilkan gas (CO2,CO,hydrogen sulfanida, dan methane)
antara 200-900 mililiter dengan suhu yang sangat panas.
Fungsi picu itu sendiri pada senjata angin sebetulnya untuk melepaskan
udara yang tekanannya telah dibuat tinggi guna melontarkan proyektil, sedang
pada senjata api untuk membuatnya, pin atau pemukul penggalak melakukan
tugasnya sehingga menimbulkan percikan api pada penggalak (primer) guna
membakar mesiu. Selanjutnya, anak peluru atau proyektil yang telah memiliki
gaya kinetic itu, sesudah meninggalkan laras jalannya amat dipengaruhi oleh
banyak hal; seperti misalnya berat massa, bentuk dan diameternya, gravitasi serta
tahanan (resistensi) udara yang dilaluinya. Akibat dari gravitasi itu maka arah
anak peluru atau proyektil akan membentuk kurva. Semakin jauh moncong,
pengaruh gravitasi semakin dominan sehinggga bentuk kurvanya semakin tampak
nyata.
Menembak seseorang dari depan dan dari belakang penting untuk
membedakan luka tembak masuk dengan luka tembak keluar. Luka tembak masuk
khusus biasanya berbentuk bulat dengan tepi abrasi melingkar yang mengelingi
cacat yang disebabkan oleh senjata. Garis tepi abrasi merupakan lecet atau kikisan
kulit yang disebabkan oleh peluru saat ia mendorong ke dalam. Garis tepi

7
mungkin konsetntrik atau eksentrik. Ketika peluru masuk ke dalam kulit, ia akan
menyebabkan abrasi tepikonsentrik, karena ia masuk perpendikuler kulit. Ketika
ujung peluru memfenetrasi kulit pada suatu sudut, ia akan menyebabkan garis tepi
abrasi yang eksentrik. Daerah marginabrasi eksentrik yang tebal mengindikasikan
sudut peluru yang lebih dangkal saat ia peluru menembus kulit.
Luka tembak keluar dari senjata berkekuatan tinggi sangat mungkin
dikarenakan oleh kecepatan dan energi kinetic yang tinggi amunisi yang
ditembakkan. Stellate-shaped exit wounds, sering ditemukan dan mungkin
menyerupai luka tembak masuk kontak.
Walaupun luka tembak keluar dari senjata bisa lebih besar dan mungkin
menyebabkan banyak kerusakan dibandingkan luka tembak keluar dari senjata
genggam. Dengan memperkirakan tepi luka, ada atau tidak adanya tepi abrasi bisa
dikonfirmasi.
Normalnya, suatu peluru saat ditembakkan akan mengikuti suatu lengkung
arah atau jalur tertentu. Namun, semakin cepat peluru melesat maka semakin lurus
arah dan jalur peluru tersebut. Disipasi energi adalah bagaimana energi kinetis
peluru yang disalurkan ke tubuhdari suatu kekuatan yang menahannya. Pada
kasus proyektil velositas medium dan tinggi,disipasi energi dipengaruhi oleh Drag
(‘hambatan’), Profile (‘profil’) dan Cavitation(‘kavitasi’).
Drag – Faktor-faktor yang memperlambat suatu peluru, termasuk tahanan
angin, hambatan oleh jaringan, dll.
Profile – Titik tumbuk peluru merupakan profil dari peluru tersebut.
Semakin besar ukuran titik tumbuk semakin besar energi yang disalurkan.
Cavitation – Sering disebut sebagi perluasan alur masuk peluru.
Merupakan lubang di jaringan tubuh yang dihasilkan oleh energi kinetis peluru.
Lubang ini lebih besar daripadalubang masuk peluru. Karenanya,luka yang
dihasilkan lebih besar dari diameter peluru tersebut. Kadang kala, karenaenergi
kinetis peluru sedemikian besar, peluru dapat menembus jaringan di sebaliknya.
Oleh karena itu selalu kaji adanya lubang keluar peluru (‘exit wound’).
Jika luka tembak masuk dan hubungannya dengan luka tembak keluar
telah ditentukan,langkah selanjutnya adalah menentukan arah tembakan. Arah

8
tembakan adalah jaras jalannya peluru memasuki tubuh melalui luka tembak
masuk menuju luka tembak keluar.
Untuk alasan klaritas dan konsistensi, ahli forensik selalu menggambarkan
arah tembakan sebagaimana tubuh korban dalam posisi anatomis standar saat ia
ditembak. Tubuh korban berdiri penuh dengan tangan ekstensi pada sisi tubuhnya
dengan bagian palmar ke depan. Sebagai contoh luka tembak yang menembus
dada kiri dan keluar pada punggung kanan bawah, arah tembakan digambarkan
dari depan ke belakang, kiri ke kanan dan dan ke bawah. Biasanya ahli forensik
hanya bisa membuat opini dimana posisi tubuh korban bisa atau tidak konsisten
dengan arah tembakan, dan hanya bisa disesuaikan dengan saksi mata.

Kepala
Ketika energi proyektil memasuki tengkorak dan mulai mengalami
disipasi, jaringan otak secara alamiah akan tertekan secara berat (ingat kepala
adalah ruang tertutup yang dibatasi jaringan tulang tengkorak yang kuat).Bila
peluru mengenai wajah maka jalan napas akan rusak atau hancur tergantung pada
velositas peluru.

Dada
Jaringan paru relative tahan terhadap kavitasi proyektil. Alveoli
membentuk massa berongga yang mudah bergerak. Sedangkan jantung tidak
tahan terhadap kavitasi sebagaimana paru. Namun lapisan terluar yang meliputi
pembuluh pulmoner, aorta dan jantung merupakan jaringan yang kuat dan elastic.
Jaringan ini mungkin mampu menutupi luka akibat luka tembus velositas
rendah,namun tidak mampu mengatasi kavitasi akibat luka tembus velositas
medium dan tinggi.
Bila terjadi cedera di antara garis puting dada dan pinggang, maka selalu
curigai kemungkinan adanya cedera abdominal juga.

Abdomen

9
Abdomen sering mengalami cedera sekunder saat dada mengalami cedera.
Ruang abdominal merupakan ruang yang besar yang berisi jaringan yang berisi
cairan, udara, jaring padat dan jaringan tulang. Jaringan yang berisi udara dan
cairan lebih tahan terhadap kavitasi daripada jaringan padat.

Ekstremitas
Ekstremitas terdiri dari tulang, otot, pembuluh darah dan jaringan saraf.
Luka tembak sering menyebabkan tulang pecah dan pecahan ini dapat
mengakibatkan luka sekunder.Pecahan ini dapat bersifat seperti misil atau
proyektil yang merusak jaringan lain disekitarnya. Akibatnya jaringan di sekitar
akan rusak sehingga fungsi sensorik, motorik dan bahkan aliran sirkulasi akan
terhambat atau bahkan hancur.
2.4 Proses Terjadinya Tembakan

a. Senjata yang digunakan, meliputi:


 Jenisnya
Dengan melihat ciri-ciri luka akan dapat ditentukan apakah disebabkan
oleh senjata api, senjata angin, atau shotgun.
 Kalibernya
Kaliber senjata dapat diperkirakan dengan melihat diameter cincin
lecet. Kaliber tersebut ditentukan berdasarkan diameter lumen dari
laras, yang tidak selalu sama dengan diameter peluru.
Akibat adanya elastisitas kulit maka biasanya diameter anak peluru
sedikit lebih besar dari diameter cincin lecet. Pada bagian tubuh yang
bagian kulitnya terlihat sangat dekat dengan tulang maka diameter
anak peluru hampir sama besar dengan diameter cincin lecet sebab
tulang dapat menjadi penahan terhadap elastisitas kulit diatasnya
ketika mendapat dorongan anak peluru.
b. Cara melakukan tembakan, meliputi:
 Arah tembakan
Secara teori arah tembakan dapat ditentukan dengan pasti dengan
menghubungkan luka tembak masuk dengan luka tembak keluar.
Hanya saja luka tembak keluar selalu tidak ditemukan. Kalaupun
ditemukan kadang-kadang luka tersebut terjadi sesudah arah anak

10
peluru berubah setelah membentur tulang. Selain itu kadang-kadang
jumlah luka tembak banyak sehingga sulit menentukan luka tembak
masuk dan luka tembak keluar dari anak peluru yang sama. Dalam
keadaan demikian maka perkiraan arah tembakan dapat didasarkan
pada posisi lubang luka terhadap cincin lecet.
Bila letaknya terpusat berarti arah tembakan tegak lurus terhadap
permukaan sasaran dan bila episentris berarti arahnya miring.

 Jarak tembak
Kecuali pada jarak tempel, jarak tembak hanya dapat ditentukan secara
kasar dengan melihat bentuk lukanya serta ada tidaknya produk-
produk dari ledakan mesiu.
Selain itu ada tidaknya luka tembak keluar juga dapat dijadikan dasar
perhitungan secara kasar. Namun harus diingat bahwa banyak senapan
modern sekarang ini yang memiliki kemampuan tinggi, sehingga dapat
menimbulkan luka tembak keluar meskipun ditembakkan dari jarak
yang sangat jauh.

Mengenai daya tembusnya baik pada manusia atau binatang, dipengaruhi


oleh kecepatan (velocity) ketika menyentuh tubuh, berat massa, resistensi
jaringan, serta jarak tembakan.

2.5 Identifikasi Luka Tembak

Berdasarkan ciri-ciri yang khas pada setiap tembakan yang dilepaskan dari
berbagai jarak, maka perkiraan jarak tembak dapat diketahui, dengan demikian
dapat dibuat klasifikasinya.

11
Gambar 4. Gambaran luka tembak

Klasifikasi yang dimaksud antara lain :

2.5.1. Luka Tembak Masuk


Ciri luka tembak masuk biasanya dalam bentuk yang berentetan dengan
abrasi tepi yang melingkar di sekeliling defek yang dihasilkan oleh peluru. Abrasi
tepi tersebut berupa goresan atau lecet pada kulit yang disebabkan oleh peluru
ketika menekan masuk kedalam tubuh. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi
ke dalam kulit, maka hal tersebut akan menghasilkan abrasi tepi yang konsentris,
yaitu goresan pada kulit berbentuk cincin dengan ketebalan yang sama, oleh
karena peluru masuk secara tegak lurus terhadap kulit. Ketika ujung peluru
melakukan penetrasi pada kulit dengan membentuk sudut, maka hal ini akan
menghasilkan tepi yang eksentris, yaitu bentuk cincin yang lebih tebal pada satu
area. Area yang tebal dari abrasi tepi yang eksentris mengindikasikan arah
datangnya peluru. Sebagai tambahan, semakin tebal abrasi tepi, semakin kecil
sudut peluru pada saat mengenai sudut kulit.
Luka tembak masuk yang tidak khas berbentuk ireguler dan mungkin
memiliki sobekan pada tepi luka. Jenis luka masuk seperti ini biasanya terjadi
ketika peluru kehilangan putaran oleh karena menembak di dalam laras senjata.
Bahkan dalam perjalanannya dengan terpilin, peluru bergerak secara terhuyung
ketika menabrak kulit sehingga sering memberikan gambaran bentuk D pada luka.
Luka tembak masuk yang tidak khas dapat disebabkan oleh senjata yang tidak
berfungsi baik atau oleh karena amunisis yang rusak, tetapi lebih sering dihasilkan
dari peluru jenis Ricochets atau peluru yang mengenai benda lain terlebih dahulu,
seperti jendela yang bergerak otomatis, sebelum mengenai tubuh. Jenis lain dari
luka tembak masuk yang tidak khas terjadi ketika mulut senjata apu mengalami

12
kontak langsung dengan kulit diatas permukaan tulang, seperti padan tulang
tengkorak atau sternum. Ketika senjata ditembakkan, maka hal ini akan
menghentikan gas secara langsung dari mulut senjata ke dalam luka di sekitar
peluru. Gas akan mengalami penetrasi ke dalam jaringan subkutan, dimana gas
tersebut meluas sehingga menyebabkan kulit disekitar luka tembak masuk
menjadi meregang dan robek. Luka robek atau laserasi menyebar dari bagian
tengah dengan memberikan defek berbentuk stellata atau penampak seperti
bintang.
Luka tembak masuk dapat dibedakan menjadi :
1. Luka tembak tempel (contact wounds)
- Terjadi bila moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan
ditembakkan. Bila tekanan pada tubuh erat disebut “hard contact”,
sedangkan yang tidak erat disebut “soft contact”.
- Umumnya luka berbentuk bundar yang dikelilingi kelim lecet yang
sama lebarnya pada setiap bagian.
- Jaringan subkutan 5-7,5 cm di sekitar luka tembak masuk
mengalami laserasi.
- Di sekeliling luka tampak daerah yang berwarna merah atau merah
cokelat, yang menggambarkan bentuk dari moncong senjata, ini
disebut jejas laras.
- Rambut dan kulit sekitar luka dapat hangus terbakar.
- Saluran luka akan berwarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir
mesiu, jelaga dan minyak pelumas.
- Tepi luka dapat berwarna merah, oleh karena terbentuknya COHb.
- Bentuk luka tembak temple sangat dipengaruhi oleh keadaan /
densitas jaringan yang berada dibawahnya, dengan demikian dapat
dibedakan :
a. Luka tembak tempel di daerah dahi
b. Luka tembak tempel di daerah pelipis
c. Luka tembak tempel di daerah perut
- Luka tembak temple di daerah dahi mempunyai ciri :
a. Luka berbentuk bintang
b. Terdapat jejas laras
- Luka tembak temple di daerah pelipis mempunyai ciri :
a. Luka berbentuk bendar
b. Terdapat jejas laras
- Luka tembak temple di daerah perut mempunyai ciri :

13
a. Luka berbentuk bundar
b. Kemungkinan besar tidak terdapat jejas laras
2. Luka tembak jarak dekat (close range wounds)
- Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban
masih dalam jangkauan butir-butir mesiu (luka tembak jarak dekat)
atau jangkauan jelaga dan api (luka tembak jarak sangat dekat).
- Luka berbentuk bundar atau oval tergantung sudut masuknya
peluru, dengan di sekitarnya terdapat bintik-bintik hitam (kelin
tato) dan atau jelaga (kelim jelaga).
- Ukuran luka lebih kecil dibanding peluru.
- Di sekitar luka dapat ditemukan daerah yang berwarna merah atau
hangus terbakar.
- Bila terdapat kelim tato, berarti jarak antar moncong senjata
dengan korban sekitar 60 cm (50-60 cm), yaitu untuk senjata
genggam.
- Bila terdapat pula kelim jelaga, jaraknya sekitar 30 cm (25-30 cm)
- Bila terdapat juga kelim api, maka jarak antara moncong senjata
dengan korban sekitar 15 cm.

3. Luka tembak jarak jauh ( long range wound)


- Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban
diluar jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak
terbakar atau terbakar sebagian.
- Jarak diatas 45 cm
- Ukuran luka jauh lebih kecil dibandingkan peluru.
- Warna kehitaman atau kelim tattoo tidak ada.
- Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim
lecet.
- Bila senjata sering dirawat (diberi minyak) maka pada kelim lecet
dapat dilihat pengotoran berwarna hitam berminyak, jadi ada kelim
kesat atau kelim lemak.

2.5.2. Luka Tembak Keluar


Jika peluru yang ditembakkan dari senjata api mengenai tubuh korban dan kekuatannya
masih cukup untuk menembus dan keluar pada bagian tubuh lainnya, maka luka tembak dimana
peluru meninggalkan tubuh itu disebut luka tembak keluar.

14
Luka tembak keluar mempunyai ciri khusus yang sekaligus sebagai perbedaan pokok
dengan luka tembak masuk. Ciri tersebut adalah tidak adanya kelim lecet pada luka tembak keluar,
dengan tidak adanya kelim lecet, kelim-kelim lainnya juga tertentu tidak ditemukan.
Disekitar luka tembak keluar mungkin pula dijumpai daerah lecet bila pada tempat
keluar tersebut terdapat benda yang keras, misalnya ikat pinggang, atau korban sedang bersandar
pada dinding.
Luka tembak keluar umumnya lebih besar dari luka tembak masuk akibat terjadi
deformitas anak peluru, bergoyangnya anak peluru dan terikutnya jaringan tulang yang pecah
keluar dari luka tembak keluar. Pada anak peluru yang menembus tulang pipih, seperti tulang atap
tengkorak, akan terbentuk corong yang membuka searah dengan gerak anak peluru. Adapun
faktor-faktor yang menybabkan luka tembak keluar lebih besar dari luka tembak masuk adalah:
 Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu peluru berada dalam tubuh
dan membentur tulang
 Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan gerak, misalnya karena
terbentur bagian tubuh yang keras, peluru bergerak berputar dari ujung ke ujung (end to
end), keadaan ini disebut “tumbling”
 Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan , disebut “yawning”
 Peluru pecah menjadi beberapa fragmen. Fragmen-fragmen ini menyebabkan luka
tembak keluar menjadi lebih besar.
 Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut terbawa keluar, maka
fragmen tulang tersebut akan membuat robekan tambahan sehingga akan memperbesar
luka tembak keluarnya.

Luka tembak keluar mungkin lebih kecil dari luka tembak masuk bila terjadi pada luka
tembak tempel/kontak, atau pada anak peluru yang telah kehabisan tenaga pada saat keluar
meninggalkan tubuh, bentuk luka tembak keluar tidak khas dan sering tidak beraturan. Pada
beberapa keadaan luka tembak keluar lebih kecil dari luka tembak masuk, hal ini disebabkan:
 Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar berkurang, sehingga
kerusakannya (lubang luka tembak keluar) akan lebih kecil, perlu diketahui bahwa
kemampuang peluru untuk dapat menimbulkan kerusakan berhubungan langsung
dengan ukuran peluru dan velocity
 Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru akan keluar yang
berarti menghambat kecepatan peluru, luka tembakkeluar akan lebih kecil bila
dibandingkan dengan luka tembak masuk

15
Bentuk dan jumlah luka tembak keluar tidak dapat diprediksi. Luka tembak keluar
sebagian (parsial exit wound), hal ini dimungkinkan oleh karena tenaga peluru tersebut hampir
habis atau ada penghalang yang menekan pada tempat dimana peluru akan keluar, dengan
demikian luka dapat hanya berbentuk celah dan tidak jarang peluru tampak menonjol sedikit pada
celah tersebut. Jumlah luka tembak keluar bisa lebih banyak dari pada luka tembak masuk, hal ini
dimungjkinkan karena:
1. Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat sendiri luka tembak keluar.
2. Peluru menyebabkan ada tulang yang patah dan tulang tersebut terdorong keluar
pada tempat yang berbeda dengan tempat keluarnya peluru.
3. Dua pelurunya masuk kedalam tubuh melalui satu luka tembak masuk (“tandem
bullet injury”) dan di dalam tubuh ke dua peluru tersebut berpisah dan keluar melalu
tempat yang berbeda.
Peluru jarang dapat dihentikan oleh tulang, terutama tulang-tulang yang
tipis seperti scapula dan ileum atau bagian tipis dari tengkorak. Anak peluru yang mengenai
lokasi yang tidak biasa dapat menyebabkan luka dan kematian tetapi luka tembak masuk akan
sangat sulit untuk ditemukan. Contohnya telinga, cuping hidung, mulut, ketiak, vagina, dan
rektum.

Gambar 5. Luka tembak masuk di sebelah kiri dan luka tembak keluar di sebelah kanan

2.6 Deskripsi Luka Tembak

Hal-hal yang penting dalam deskripsi luka tembak:


1. Lokasi

16
a. Jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis
tengah tubuh
b. Lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
2. Deskripsi luka luar
a. Ukuran dan bentuk
b. Lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
c. Luka bakar
d. Lipatan kulit utuh atau tidak
e. Tekanan ujung senjata
3. Residu tembakan yang terlihat
a. Grains powder
b. Deposit bubuk hitam, termasuk korona
c. Tattoo
d. Metal stippling
4. Perubahan
a. Oleh tenaga medis
b. Oleh bagian pemakaman

5. Track
a. Penetrasi organ
b. Arah
 Depan ke belakang (belakang ke depan)
 Kanan ke kiri (kiri ke kanan)
 Atas ke bawah
c. Kerusakan sekunder
 Perdarahan
 Daerah sekitar luka
d. Kerusakan organ individu
6. Penyembuhan luka tembakan
a. Titik penyembuhan
b. Tipe misil

17
c. Tanda identifikasi
d. Susunan
7. Luka keluar
a. Lokasi
b. Karakteristik
8. Penyembuhan fragmen luka tembak
9. Pengambilan jaringan untuk menguji residu.

2.7 Cara Pengutaraan Jarak Tembak Dalam Visum et Repertum7

Bila pada tubuh korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya jejas
laras, kelim api, kelim jelaga atau tato; maka perkiraan atau penentuan
jarak tembak tidak sulit. Kesulitan baru timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain kelim
lecet.
 Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 30 sentimeter.
 Bila ada kelim tato, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 60 sentimeter,
dan seterusnya.
 Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut:
“Berdasarkan sifat lukanya luka tembak tersebut merupakan luka tembak jarak
jauh“, ini mengandung arti:
- Korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan atau jarak
tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian
terbakar.
- Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban
dengan moncong senjata ada penghalang; seperti bantal dan lain sebagainya.
 Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak yang sangat dekat sekali, yaitu
maksimal 15 sentimeter.
Menurut Hadikusumo (1998), luka tembak tempel bentuknya seperti bintang, dengan
gambaran bundaran laras senjata api dengan tambahan gambaran vizierkorrel (pejera,
foresight) akibat panasnya mulut laras. Bila larasnya menempel pada kulit, gas peluru ikut
masuk ke dalam luka, dan berusaha menjebol keluar lagi lewat jaringan disekitar luka.
Sementara luka tembak jarak dekat ada sisa mesiu yang menempel pada daerah sekitar
luka. Gambaran mesiu ini tergantung jenis senjata dan panjang laras. Mesiu hitam lebih jauh

18
jangkauannya dari pada mesiu tanpa asap. Sedangkan luka tembak jarak jauh, luka bersih
dengan cincin kontusio, pada arah tembakan tegak lurus permukaan sasaran bentuk cincin
kontusionya konsentris dan bundar.
2.8 Perbedaan Antara Luka Tembak Masuk Dengan Luka Tembak Keluar

No Luka Tembak Masuk Luka Tembak Keluar


1. Ukurannya kecil, karena peluru Ukurannya lebih besar dan lebih
menembus kulit seperti bor dengan tidak teratur dibandingkan luka
kecepatan tinggi tembak masuk, karena kecepatan
peluru berkurang sehingga
menyebabkan robekan jaringan
2. Pinggiran luka melekuk ke arah dalam Pinggiran luka melekuk keluar
karena peluru menembus kulit dari luar karena peluru menuju keluar
3. Pinggiran luka mengalami abrasi Pinggiran luka tidak mengalami
abrasi
4. Pakaian masuk ke dalam luka, dibawa Tidak ada
oleh peluru yang masuk
5. Pada luka bisa tampak hitam, terbakar, Tidak ada
kelim tattoo, atau jelaga
6. Pada tulang tengkorak, pinggiran luka Tampak seperti gambaran mirip
teratur bentuknya kerucut
7. Bisa tampak berwarna merah terang Tidak ada
akibat adanya zat karbon monoksida
8. Di sekitar luka tampak kelim ekimosis Tidak ada

Tabel 1. Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Luka Tembak Keluar

2.9.Pemeriksaan Mikroskopik
Perubahan yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu:
 trauma mekanis dan termis.

 Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat;

19
1. Kompresi epitel disekitar luka tembak tampak epitel yang normal
dan yang mengalami kompresi, elongasi, dan menjadi pipihnya sel-
sel epidermal serta elongasi dari inti sel,

2. Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dari
butir-butir mesiu.

3. Epitel mengalami nekrose, koagulatif, epitel sembab, vakuolisasi


sel-sel basal,

4. Akibat panas jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE


akan lebih banyak mengambil warna biru (basofilic steining)

5. Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini


paling dominan) dan adanya butir-butir mesiu.

6. Sel-sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi, dan piknotik

7. Butir-butir mesiu tampak sebagai benda-benda tidak beraturan,


bewarna hitam atau hitam kecokelatan,

8. Pada luka tembak tempel “hard contact” permukaan kulit sekitar


luka tidak terdapat butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali,
butir-butir mesiu akan tampak banyak dilapisan bawahnya,
khususnya disepanjang tepi saluran luka.

9. Pada luka tempel “soft contact” butir-butir mesiu terdapat pada


kulit dan jaringan dibawah kulit

10. Pada luka tembak jarak dekat butir-butir mesiu terutama terdapat
pada permukaan kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan
kulit.

Perubahan progresif epitel akibat panas dan mekanik adalah perubahan


yang dapat dijumpai. Demikian pula kemungkina didapatkannya butir-butir mesiu
dalam saluran luka dan dalam perubahan epitel.

20
Secara umum didalam saluran luka pada luka tembak tempel akan
mengandung lebih banyak butir-butir mesiu bila dibandingkan dengan luka
tembak dimana moncong sejata tidak menempel pada kulit.

2.10. Pemeriksaan penunjang


X-ray
X-ray penting dilakukan pada pemeriksaan luka tembak. Semua luka
tembak harus dilakukan pemeriksaan rontgen, terutama pada luka tembak keluar.
Kegunaan x-ray antara lain:

a. Untuk melihat apakah peluru atau bagian-bagian dari peliru masih ada
didalam tubuh

b. Untuk mementukan letak peluru

c. Untuk menentukan letak dari fragmen-fragmen kecil dari peluru yang


ditinggalkan didalam tubuh sehingga dapat dikeluarkan

d. Untuk mengidentifikasi jenis amunisi dan senjata yang digunakan

e. Untuk mendokumentasikan arah peluru

Untuk menggunakan X-ray dalam menentukan letak peluru akan


menyingkat waktu otopsi. X-ray harus dilakukan tanpa seluruh luka tembak
keluar, karena walaupun ada luka keluar bukan berati kalau perulu memang
keluar. Mungkin saja peluru tersebut mempunyai cukup energi untuk
menimbulkan defek di kulit tetapi memantul kembali ke dalam tubuh. Luka keluar
tersebut juga mungkin disebabkan oleh fragmen tulang yang didorong keluar oleh
peluru.

X-ray juga berguna pada kasus dimana selubung peluru dan inti terpisah
pada saat memasuki tubuh, inti bisa saja keluar namun selubungnya terperangkap
didalam. Pada otopsi jika tidak disadari maka pemeriksa akan menarik kesimpulan
yang salah bahwa seluruh peluru telah keluar. Ataupun sebaliknya dimana
selubung keluar namun inti terperangkap. Kesalahan-kesalahan tersebut dapan

21
dihindari dengan x-ray yang akan menunjukan apakah terjadi pemisahan inti dan
selubung.

Pada luka tembus, pecahan-pecahan kecil dari peluru dapat tertinggal


disepanjang luka atau pada tulang yang terperforasi oleh peluru. Pecahan tersebut
biasanya terlewatkan pada otopsi, maka dengan itu perlu dilakukan X-ray
sehingga dapat diampbil untuk pemeriksaan scanning electron microscope.
Pemeriksaan ini gunanya adalah untuk mengetahui asal metal. X-ray juga bisa
memperlihatkan luka dari luka tembak lama atau pecahan-pecahan peluru yang
tidak berhubungan dengan kematian. Pada luka lama sudah terjadi fibrosis dan
peluru sudah berwarna hitam karena terjadi oksidasi.

Pada gambaran radiologi juga bisa dilihat apakah terjadi pemantulan


dalam. Terdapat gambaran jejak pecahan-pecahan yang terlihat bolak-balik.
Namun X-ray juga mempunyai beberapa kekurangan, antara lain kaliber dari
peluru tidsak dapat ditentukan dengan tepat.

Ini karena pembesaran dari gambaran peluru yang tergantung dari jarak
dengan sinar X-ray. Peluru yang dekat dengan sinar terlihat lebih besar dan batas
terlihat kabur daripada gambaran yang lebih dekat ke film. Namun estimasi
kaliber bisa didapatkan. X-ray sebaiknya diambil pada saat jenazah masih
berpakaian agar dapat mendeteksi peluru yang keluar dari tubuh dan tetinggal di
pakaian.

CT-scan adalah alat yang lebih akurat untuk mengevaluasi letak peluru dan
pecahan – pecahan tulang. Dapat diketahui sejauh mana peluru menemus organ
atau jaringan. Pada luka tembak kepala, dapat dilihat apa terjadi perdarahan otak,
fraktur tulang vertebrae dan lain – lain.

- Tes paraffin merupakan tes yang tak spesifik, sebab hanya dapat
mendeteksi adanya nitrate dan nitrite saja. Sehingga tes ini juga dapat
memberikan hasil positif jik tangan tercemar tembakau, kacang-kacangan,
pupuk atau obat-obatan.

22
- Tes Harrison dan Gilroy, menggunakan kassa yang telah dibasahi dengan
asam klorida. Bedanya dengan tes paraffin adalah bahwa tes yang terakhir
ini untuk mendeteksi adanya unsur logam, merkuri, antimony, barium, atau
timah hitam. Tentu harus diperhitugkan apakah pekerjaannya berkaitan
dengan logam-logam tersebut.

- Tes berikutnya adalah metode Neutron Activation Analysis (NAA), tes ini
lebih sensitif sebab masih dapat mendeteksi antimony, barium, dan copper
walaupun tangan yang digunakan untuk menembak sudah dibersihkan.
Dan tes lain yang juga sensitif adalah tes yang menggunakan metode
Atomic Absorbtion Spectroscopy (AAS) atau Flameless Atomic
Absorbtion Spectroscopy (FAAS).

BAB III

KESIMPULAN

Luka tembak adalah luka yang disebabkan karena adanya penetrasi peluru
kedalam tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api, umumnya ditandai dengan
luka masuk kecil dan dapat disertaimdengan lika keluar yang lebih besar. Luka ini
biasanya juga disertai dengan kerusakan pembuluh darah, tulang dan jaringan
disekitarnya.

Terdapat berbagai jeni senjata yang dapat didasarkan pada berbagai


macam hal, antara lain berdasarkan tenaga pendorong yang terdiri dari senjata api
dan senjata angin. Berdasarkan cara penggunaannya senjata genggam, dapat juga
didasarkan pada bentuk permukaaan dalam laras yaitu senjata berlaras rata dan
senjata beralur melingkar.

Mekanisme terjadinya senjata, baik senjata angin atau senjata api pada
prinsipnya sama yaitu memanfaatkan tekana tinggi dari udara atau gas untuk

23
melontarkan anak proyektil atau anak peluru keluar dari laras dengna kecepatan
tinggi. Tekanan tinggi tersebut dapat berasal dari gas co2 atau pembakaran mesiu.

Gambaran luka tembak dapat berupa gambaran makroskopik dan


mikroskopik. Pada gambaran makroskopik dapat dijumpai adanya luka berbentuk
bintang maupun oval, dipinggir luka biasa terdapat adanya kelim pato maupun
kelim jelaga. Sedangkan pada gambaran mikroskopik dapat dilihat perubahan
progresif epitel akibat panas dan mekanik. Demikian pula kemungkinan
didapatkannya butir-butir mesiu dalam saluran luka dan pada permukaan epitel.

Untuk memperoleh gambaran yang lengkap akan luka tembak, maka dapat
dilakukan pemeriksaan radiologis yaitu X-ray dan CT-scan. Umumnya X-ray
lebih sering dilakukan mengingat akan faktor biaya yang lebih terjangkau.

DAFTAR PUSTAKA

1. Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta:


Binarupa Aksara; p.131-168.

2. Donoghue ER, Kalelkar MB, Richmond JM, Teas SS. Atypical gunshot
wounds of entrance:an empirical study. J Forensic Sci1984;29:379–388

3. Hueske E. 2006. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory


Handbooks, Practice and Resource.

4. Di Maio, V.J.M. 1999. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms,


Ballistics, and Forensic Techniques.Second Edition. New York : CRC Press.

5. Chadha P.V. 1995. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi V.
Jakarta : Widya Medika. Hal. 75-81

6. Knight, Bernard. 1996. Forensic pathology.Second Edition.


London;Arnold:231-241

24
7. Tsokos, Michael. 2008. Forensic Pathology Reviews. Volume 5.
Berlin,Germany;Humana Press:139-149

8. Di Maio, V.J.M. 1999. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms,


Ballistics, and Forensic Techniques.Second Edition. New York : CRC Press.
(http://id.scribd.com/doc/69391916/Terjemahan-Di-Maio-Forensik)

9. Dahlan, Sofwan. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik. Pedoman Bagi Dokter dan
Penegak Hukum. Cetakan V. Semarang:Badan Penerbit Universitas
Diponegoro:93-106

10. Arnold JL, Halpern P, Tsai MC, Smithline H: Mass casualty terrorist
bombings: acomparison of outcomes by bombing type. Ann Emerg Med 2004
Feb; 43(2): 263-73[Medline] (http://id.scribd.com/doc/71559341/LUKA-
TEMBAK)

25

Você também pode gostar