Você está na página 1de 6

Suyono, Triyono, Handarini-Keefektifan Teknik Relaksasi untuk .....

115
Tersedia Online di http://journal.um.ac.id/index.php/jph Jurnal Pendidikan Humaniora
pISSN: 2338-8110/eISSN: 2442-3890 Vol. 4 No. 2, Hal 115-120, Juni 2016

Keefektifan Teknik Relaksasi untuk Menurunkan Stres


Akademik Siswa SMA

Suyono, Triyono, Dany M. Handarini


Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Malang
Jl. semarang 5 Malang. E-mail: Suyono.bungah.gresik@gmail.com

Abstrak: This study aims at examining the effectiveness of relaxation techniques to release
students’stress and tension regarding academic within Senior High School Assádah in Gresik City.
This study employed quasi-experiment design using one group pretest-posttest model. The data of
this study were obtained through academic stress inventory to attain a depiction of stress level
encountered by the subject. The subjects of this study were seven students of Tenth Graders in
SMA Assaadah Bungah Gresik who experienced low to average stress regarding exam preparation.
The data were, then, analyzed by using Wilcoxon Statistic Analysis. The result of the study indicated
that relaxation technique could lower and release the level of students stress in exam preparation.

Key Words: relaxation technique, student academic stress

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan teknik relaksasi untuk menurunkan stres
akademik siswa SMA Ass’adah di Kota Gresik dengan menggunakan rancangan kuasi eksperimen
dengan model “one group pretest posttest design. Pengumpulan data dengan menggunakan inventori
stres akademik tujuannya untuk memperoleh gambaran tingkat stres akademik pada subjek penelitian.
Subjek penelitian adalah siswa yang mengalami stres akademik sedang dan rendah dalam menghadapi
ujian berjumlah 7 orang siswa pada kelas X SMA Assaadah Bungah Gresik. Teknik analisis data
dengan menggunakanan analisis statistic Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan
tingkat stres akademik menjelang ujian sesudah subjek mendapatkan layanan dengan teknik relaksasi.

Kata kunci: teknik relaksasi, stres akademik siswa

Stres dapat dipandang dalam dua cara, pertama bersumber dari faktor akademik yang dialami siswa
adalah distress yang dipandang sebagai stres yang bisa mengakibatkan terjadinya distorsi pada pikiran
merusak atau yang tidak menyenangkan, yang dapat siswa dan memengaruhi fisik, emosi, tingkah laku,
mengakibatkan seseorang marah, tegang, bingung, dan terganggunya proses belajar (reaksi terhadap
cemas, merasa bersalah, dan dapat mengganggu stressor). Di sekolah, semua siswa memiliki
kepribadian, dan yang kedua adalah eustress sebagai kewajiban mengikuti semua kegiatan belajar,
stres yang menghasilkan pengalaman yang mengerjakan tugas, ujian, bersosialisasi, menaati
menyenangkan atau yang memuaskan yakni bisa peraturan, dan sebagainya. Semua kewajiban itu
meningkatkan kesadaran, meningkatkan akan terlaksana dengan lancar jika didukung
kewaspadaan, dan menghasilkan kinerja yang pemenuhan hak siswa dalam belajar, seperti
unggul, misalnya kompetisi olahraga, pertunjukan dukungan sosial, kondisi emosional yang stabil,
teater, dan upacara pernikahan (Selye dalam Nedley, lingkungan yang nyaman, dan fasilitas belajar yang
2009). Sementara stres berupa ketegangan yang mendukung kelancaran belajarnya.

Artikel diterima 24/02/2016; disetujui 01/05/2016


116 JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 115-120

Stres dapat dialami oleh setiap individu, tidak menyatakan bahwa mereka merasa (1) beban
terkecuali siswa di TK, SD, SMP, SMA, bahkan pelajaran mereka dalam sehari terlalu banyak karena
mahasiswa di perguruan tinggi. Berdasarkan hasil harus ditambah dengan mengikuti bimbingan belajar
penelitian, Edison (2015), ditemukan banyak siswa di luar sekolah agar nilai-nilainya bagus dan tidak
Taman Kanak-kanak mengalami stres dikarenakan ketinggalan dengan teman-temannya, (2) sulit
pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru PAUD. memenuhi tekanan-tekanan dan tuntutan orangtua
Stres juga dialami oleh siswa Sekolah Dasar, agar terus berprestasi karena biaya yang dikeluarkan
berdasarkan hasil penelitian Wijayanti, (2008) yang untuk sekolah tidak sedikit, (3) tidak memiliki
menyatakan bahwa salah satu faktor yang kesempatan untuk bermain, bergaul dengan teman-
memengaruhi tingkat stres Sekolah Dasar adalah teman, atau hal-hal pribadi lainnya, (4) terpaksa
kondisi lingkungan sekolah. Hal tersebut terjadi pada memenuhi tuntutan orangtua dan tuntutan sekolah,
sebagian besar siswa Sekolah Dasar di Semarang, jika tidak ingin dirinya konyol, (5) jumlah mata
yang pemicu stresnya adalah kebisingan jalan raya. pelajaran sangat banyak dan membebani siswa
Di Yogyakarta, berdasarkan hasil penelitian dengan serangkaian tugas yang harus segera
Trianingsih (2012), ditemukan banyak siswa SMP diselesaikan, dan (6) tidak suka dengan pelajaran dan
Negeri 5 Yogjakarta kelas akselerasi mengalami stres guru tertentu.
ditimbulkan oleh penyesuaian diri yang rendah pada Hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan
lingkungan sekolah. Konseling di beberapa SMA Negeri dan swasta yang
Mahan (1999) mengungkapkan bahwa faktor- tergabung dalam MGBK kota Gresik membuktikan
faktor penyebab stres pada siswa dapat digolongkan bahwa sumber stres yang terjadi pada siswa mereka
menjadi empat, yakni (1) tuntutan pelajaran 26%, (2) antara lain disebabkan oleh (1) sekolah membuat
konflik dengan orangtua 17%, (3) masalah finansial jadwal waktu pembelajaran yang tidak seimbang,
10%, dan (4) pindah rumah atau sekolah 5%. Jadi, misalnya jumlah jam tatap muka (jam belajar) di
stres akademik lebih banyak disebabkan oleh tuntutan jurusan IPA lebih banyak dibandingkan dengan jam
pelajaran sebanyak 26%. Hasil wawancara dengan pembelajaran di jurusan IPS dan Bahasa, (2) guru
konselor, guru bidang studi dan siswa-siswa di SMA tidak memberi toleransi kepada siswa yang tidak
ASSA’ADAH Bungah Gresik ditemukan ada banyak mengumpulkan tugas dan tidak mengikuti kuis, (3)
siswa yang memiliki gejala stres akademik. Gejala kurangnya waktu dalam bersosialisasi menyebabkan
stres akademik yang terjadi pada siswa SMA siswa di jurusan tertentu merasa tersisih, asing, dan
Assa’adah disebabkan oleh beberapa hal, seperti (1) ‘kurang gaul’, (4) guru, konselor, dan orang tua tidak
banyaknya beban pelajaran dan kurang bervariasi mampu mengantisipasi perkembangan pribadi sosial
metode mengajar guru, (2) banyaknya tugas siswa karena jadwal mereka yang padat, dan (5)
pekerjaan rumah yang membuat jenuh, (3) cemas adanya kesalahan atau kekurangtepatan pada
dalam mengerjakan soal-soal latihan dan ulangan, (4) mekanisme penjurusan siswa.
kurang inisiatif dan kreatif karena kelelahan fisik dan Lazarus & Folkman, (1984) berpendapat bahwa
merasa tidak punya waktu untuk beristirahat, (5) sulit stres dapat terjadi jika individu menilai
menurunkan waktu karena habis untuk sekolah dan kemampuannya tidak cukup untuk memenuhi
les-les tambahan, (6) merasa bosan sehingga timbul tuntutan situasi lingkungan fisik dan sosial. Artinya,
keengganan dalam mengikuti pelajaran, (7) sulit stres akan dialami atau tidak dialami bergantung pada
memusatkan perhatian pada pelajaran apalagi jika penilaian subjektif individu terhadap sumber stres
materinya kurang menarik dan penjelasannya bertele- yang datang. Jika individu menganggap
tele, (8) kurang motivasi dalam mengerjakan tugas, kemampuannya cukup untuk memenuhi tuntutan
(9) berhadapan dengan guru yang menyebalkan, dan lingkungan maka stres tidak akan terjadi. Minimnya
(10) merasa tuntutan tugas yang menumpuk bahkan pengetahuan, pengalaman, dan daya dukung
tidak tahu mana yang harus didahulukan. lingkungan terhadap kebutuhan psikologis remaja
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan sering membuat remaja kehilangan kemampuan
di lima sekolah, yakni SMA Negeri 1 Gresik, SMA dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya
Negeri 1 Manyar Gresik, SMA Negeri 1 Sidayu (Stallard, 2004). Saat remaja mengalami situasi atau
Gresik, SMK Assa’adah Bungah Gresik, dan SMK kondisi yang menimbulkan stress. Secara alamiah
Muhamadiyah Bungah Gresik dan masing-masing mereka akan berusaha untuk mengatasinya dengan
sekolah 4 orang siswa diwawancarai. Hasilnya menggunakan sejumlah perilaku tertentu baik secara
menunjukkan 10 dari 20 siswa yang diwawancarai positif maupun negatif (Cooper & Davidson, 1991;
Volume 4, Nomor 2, Juni 2016
Suyono, Triyono, Handarini-Keefektifan Teknik Relaksasi untuk .....117

Feldman,1997; Lazarus, 1976). otot tubuh yang tegang menjadi rileks (santai) akan
Perilaku positif maupun negatif adalah hasil tercipta suasana perasaan yang tenang dan nyaman
proses penilaian-penilaian dalam struktur kognitif (Beck, 1995; Wirahmihardja, 2004; Kurniawan,
individu tersebut. Jika pikiran-pikiran positif lebih 2009). Perasaan yang tenang dan nyaman akan
dominan menguasai penilaian-penilaian subjektifnya menopang lahirnya pola pikir dan tingkah laku yang
maka perilaku yang muncul mengarah lebih positif positif, normal, dan terkontrol. Hal tersebut yang
ketika merespon situasi yang tidak menyenangkan mendorong peneliti untuk memberikan bimbingan
(stres). Sebaliknya, jika pikiran-pikiran negatif lebih untuk menurunkan stres akademik siswa melalui
menguasai penilaian-penilaian subjektifnya, akan relaksasi, tidak hanya bersifat kuratif tapi juga
memengaruhi munculnya perilaku negatif ketika preventif untuk siswa yang tidak mengalaminya.
merespon stres yang datang. Singkatnya, artikel ini ingin menguji apakah teknik
Stres yang berlebihan tanpa adanya kemampuan relaksasi efektif untuk menurunkan stress akademik
memilih upaya penyelesaian yang efektif akan yang dialami siswa SMA yang akan menghadapi
memiliki implikasi jangka panjang pada kesehatan ujian sekolah?
fisik dan psikologis mereka di kemudian hari (Cooper, METODE
1991). Tingkat stres yang tinggi akan menyebabkan
remaja mengalami masalah yang lebih rumit. Hal itu Penelitian ini menggunakan rancangan kuasi
mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh remaja eksperimen dengan model one group pretest
sehingga mudah mengalami sakit, kelelahan mental, posttest design. Pengumpulan data menggunakan
patah semangat, dan merusak rasa percaya diri inventori stres akademik. Data kuantitatif tersebut
mereka (Branon & Feist, 2007). didapatkan dari hasil pre-test dan post-test yang
Dari bermacam-macam dampak stres yang diberikan pada awal dan akhir dari proses konseling.
telah disebutkan di atas, diperoleh gambaran bahwa Untuk mengetahui tingkat stres akademik digunakan
tingkat stres yang dialami oleh siswa merupakan lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang,
fenomena yang memerlukan bantuan segera. Oleh rendah, sangat rendah. Selanjutnya data dianalisis
karena itu, diperlukan bantuan kuratif terutama dalam dengan menggunakan teknik analisis Wilcoxon.
menurunkan ketegangan-ketegangan yang muncul Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah
saat stres. Salah satu upaya untuk mengurangi stres siswa yang mengalami stres akademik dalam kategori
akademik ini adalah melalui layanan bimbingan dan sedang dan rendah dalam menghadapi ujian yang
konseling dengan membantu siswa yang mengalami berjumlah 7 orang siswa kelas X di satu SMA di
stres akademik, dengan mengembangkan perilaku Gresik. Penetapan subjek penelitian ini tidak semata-
yang efektif dalam belajar, dan membantu mereka mata berdasarkan hasil pre-test. Hasil pre-test
menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan menunjukkan ada 59 siswa yang masuk kategori
pendidikan (Nurdini, 2009) dan salah satu teknik untuk sedang dan 9 siswa masuk kategori rendah. Peneliti
mengatasinya adalah dengan treknik relaksasi. melakukan wawancara awal untuk menanyakan
Teknik ini dipakai dikarenakan sebagian besar siswa kesanggupan siswa dalam mengikuti kegiatan
yang mengalami stres akademik ditimbulkan oleh kelompok dan hasilnya hanya 7 siswa yang bersedia
kelelahan dalam belajar, tugas yang begitu banyak, mengikuti kegiatan kelompok, yaitu 3 siswa dari
kurangnya waktu untuk mengistirahatkan diri kategori sedang dan 4 siswa dari kategori rendah.
(jaduwal kegiatan padat) serta kecemasan
menghadapi ujian. Kecemasan dalam menghadapi HASIL
ujian muncul karena siswa merasa tidak siap secara
fisik atau mental dalam menghadapi ujian. Setelah siswa diberikan perlakuan dengan teknik
Teknik relaksasi adalah salah satu bentuk terapi relaksasi, subjek (namanya disamarkan) diberikan
berupa pemberian instruksi kepada seseorang untuk post-test dan diperoleh data sebagaimana Tabel 1.
menutup mata dan berkonsentrasi pada pernafasan Selanjutnya data tabel 1 disandingkan dengan data
sehingga akan tercipta keadaan yang nyaman dan pre-test dalam bentuk grafik, sebagaimana tersaji
tenang, serta memberikan instruksi berupa gerakan- pada Gambar 1.
gerakan mulai dari kepala sampai kaki yang tersusun Grafik pada Gambar 1 menunjukkan bahwa
secara sistematis untuk melatih otot menjadi rileks. sebelum mendapatkan perlakuan dengan
Otot yang dilatih antara lain otot lengan, tangan, bahu, menggunakan strategi relaksasi, skor stres akademik
leher, wajah, perut, dan kaki. Mengendurnya otot- menjelang ujian berada pada kategori sedang dan
118 JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 115-120

Tabel 1. Skor Hasil Pre-test & Post-test

No. N am a Pre-test Post-test Perbedaan


m enurun
1. Jeruk 120 88 32
2. Anggrek 100 92 8
3. M awar 97 65 32
4. M elati 99 70 29
5. Lili 100 71 29
6. Apel 97 71 26
7. K am boja 97 68 30

Gambar 1. Grafik Hasil Analisis Pre-test dan Post-test

rendah. Setelah adanya perlakuan, skor menjelang subjek penelitian merupakan salah satu indikator
ujian berubah menjadi kategori rendah dan sangat adanya perubahan kondisi stres akademik siswa.
rendah. Perubahan tingkat stres akademik konseli Peneliti mengkondisikan kegiatan teknik relaksasi
tampak pada perbedaan skor pre-test dan post-test. sesuai dengan bahan perlakuan yang telah dibuat.
Pada semua subjek penelitian mengalami penurunan Selain itu, peneliti juga selalu memerhatikan
tingkat stres akademik. Jeruk mengalami penurunan perubahan kondisi konseli pada setiap
skor dari 120 menjadi 88, Anggrek dari 100 menjadi pertemuannya. Peneliti juga memerhatikan kegiatan
92, Mawar dari 97 menjadi 65, Melati dari 99 menjadi rutin konseli pada setiap harinya (buat pengerjaan
70, Lili dari 100 menjadi 71, Apel dari 97 menjadi 71, tugas rumah). Hal ini dilakukan sebagai usaha
dan 97 menjadi 68 pada Kamboja. Perubahan juga menjaga pengaruh faktor-faktor eksternal dalam
tampak dari adanya perubahan kondisi dan perubahan kondisi stres akademik konseli.
keterampilan konseli sebelum dan sesudah perlakuan. Kesimpulannya adalah teknik relaksasi efektif untuk
Adanya perubahan skor pada masing-masing menurunkan stres akademik siswa SMA Assa’adah.

Tabel 2. Perhitungan Statistic Uji Wilcoxon


N M ea n R a n k S u m o f R a n ks
P o st-p re N egative ran ks 7a 4 .0 0 2 8 .0 0
P o sitive rank 0b .0 0 .0 0
T ies 0c
T o tal 7

Post < pre


Post = pre

Volume 4, Nomor 2, Juni 2016


Suyono, Triyono, Handarini-Keefektifan Teknik Relaksasi untuk .....119

Tabel 3. Nilai Z dan Asymp. Sig. Relaksasi yang digunakan yakni dengan cara
relaksasi otot. Inti dari pelaksanaan kegiatan ini
Test S tatistics b
adalah mengajar aktif-direktif. Konselor memainkan
post – pre peran sebagi pengajar dan model yang aktif untuk
Z -2.388 a meredukasi masalah konseli.
A sym p. S ig. (2-tailed) .017 Adapun penyebab siswa mengalami stres
a. Based on positive ranks. akademik menjelang ujian kenaikan kelas sebagian
b. W ilcoxon Signed R anks Test besar adalah karena masih ada beberapa materi yang
belum dimengerti, rasa takut jika nilai tidak sesuai
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian dengan yang diharapkan dan hampir semua siswa
ini adalah teknik analisis uji wilcoxon. Teknik uji takut tidak dapat naik kelas dengan standar yang
Wilcoxon dipilih karena dalam penelitian ini peneliti tinggi. Seperti yang dialami oleh Jeruk, penyebab
mengharapkan dapat mengetahui efektifitas suatu tingkat stres akademik menjelang ujian kenaikan
treatmen penelitian dengan melihat signifikansi kelas tinggi adalah karena Jeruk takut tidak naik
perbedaan rerata stres akademik konseli sebelum kelas. Anggrek juga demikian, dia takut tidak dapat
dan sesudah diberikan perlakuan. Dari hasil uji naik kelas karena standar kenaikan kelas yang sangat
Wilcoxon diperoleh nilai z hitung adalah 2,388 dan ñ tinggi. Berbeda dengan Jeruk dan Anggrek, Mawar
0,028. Dengan demikian z hitung > z tabel dan ini mengalami stres akademik menjelang kenaikan kelas
berarti ada perbedaan yang signifikan pada konseli karena dia sering jatuh sakit ketika terlalu memikirkan
dalam penurunan tingkat stres akademik sebelum dan ujian kenaikan kelas, Mawar menjadi kurang tidur
sesudah diberikan teknik relaksasi, sehingga teknik dan kurang nafsu makan hingga kesehatannya
relaksasi efektif digunakan untuk menurunkan stres kurang terjaga.
akademik. Perbedaan tersebut menunjukkan Melati dan Apel memiliki alasan yang sama
perbedaan yang positif yaitu menurunnya tingkat dalam mengalami stres akademik menjelang ujian
stres akademik setelah diberikan teknik relaksasi. semester kenaikan kelas karena ada beberapa materi
PEMBAHASAN ujian yang belum mereka mengerti padahal mereka
sudah berusaha belajar dengan baik dan tekun serta
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diartikan selalu memerhatikan penjelasan dari guru mata
bahwa strategi relaksasi dapat dijadikan alternatif pelajaran tersebut, akan tetapi mereka tetap merasa
bantuan bagi siswa yang mengalami stres akademik tidak mengerti sehingga mereka takut tidak naik
sedang dan ringan menjelang ujian. Hal ini sesuai kelas. Lili stres menjelang ujian kenaikan kelas
dengan pendapat Frogatt (2006), dengan pelatihan karena takut tidak naik kelas dan tidak dapat
relaksasi akan membantu dalam melakukan banyak melanjutkan pendidikannya. Kamboja sering jatuh
hal, misalnya mengendalikan stres, kecemasan, sakit ketika terlalu memikirkan ujian semester
mengurangi rasa sakit, mengatasi prosedur medis, kenaikan kelas, menurut pengalamannya saat ujian
menurunkan tekanan darah, dan mempermudah tidur. tengah semester, Kamboja sering kali merasa tegang
Pendapat di atas didukung oleh pendapat Goldfried dan membuatnya lupa dengan bahan ujian/ ulangan
& Davidson (1976) yang menyatakan bahwa yang sudah dipelajari. Hal itu dia khawatirkan akan
relaksasi otot bertujuan untuk mengurangi terjadi ketika ujian semester genap kenaikan kelas
ketegangan dan kecemasan dengan cara dan kesulitan dalam mengerjakann soal ujian
melemaskan otot-otot badan. Dalam relaksasi otot, semester sehingga dia mendapatkan nilai jelek atau
individu diminta untuk menegangkan otot dengan bahkan tidak naik kelas sama dengan hal yang
ketegangan tertentu, dan kemudian diminta ditakutkan siswa lainnya.
mengendorkannya. Sebelum dikendorkan penting Adanya perubahan skor pada masing-masing
untuk dirasakan ketegangan tersebut, sehingga subjek penelitian merupakan salah satu indikator
individu dapat membedakan antara otot yang tegang adanya perubahan kondisi stres akademik siswa.
dan lemas. Peneliti mengkondisikan kegiatan teknik relaksasi
Melihat fakta di atas, terbukti bahwa dalam sesuai dengan bahan perlakuan yang telah dibuat.
penelitian ini teknik relaksasi berguna untuk Selain itu, peneliti juga selalu memerhatikan
mengurangi tingkat stres akademik menjelang ujian perubahan kondisi konseli pada setiap pertemuannya.
kenaikan kelas. Konselor menggunakan teknik Peneliti juga memerhatikan kegiatan rutin konseli pada
Relaksasi dalam menurunkan stres akademik, teknik setiap harinya (buat pengerjaan tugas rumah). Hal
120 JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 115-120

ini dilakukan sebagai usaha menjaga pengaruh Hurlock. E. 2006. Psikologi Perkembangan. Terjemahan
faktor-faktor eksternal dalam perubahan kondisi oleh Sugeng. Jakarta: Erlangga.
stres akademik konseli. Kurniawan, M.S. 2009. Pengertian Relaksasi, (Online),
(http://mr.kurniawan. pengetahuan. blogspot. com
SIMPULAN /2009/06/ pengertian. relaksasi. html), diaakses 04
Berdasarkan hasil yang diperoleh dan Februari 2015.
Lazarus, R.S. & Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal and
pemaparn di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik
Coping. New York: Springer.
relaksasi efektif untuk menurunkan stres akademik
Nurdini, 2009. Stress Pada Siswa Akselerasi. Jurnal
siswa SMA.
Keberbakatan dan Kreativitas. 02.01Februari. 20-
DAFTAR RUJUKAN 30
Nedley, N.M.D. 2009. Bukti Nyata dalam Memerangi
Beck, R. 1995.Cognitive Behavior therapy: Basic and Penyakitdan Mencapai Kesehatan Optimal
Beyond (2nd ed). New York: The Guilford Press. Melalui Makanandan Pola Hidup. Terjemahan
Brannon, L. & Feist, J. 2000 Health Psychology: An oleh Helvi Sinaga. Bandung: Penerbit Buku IPH.
Introduction to behavior and health, USA: Santrock, J.W. 2003. Adolescence PerkembanganRemaja.
Wadsworth Jakarta. Erlangga.
Cooper, C.L. & Davidson, R. 1991.Personality and stress: Sari, D.N. 2010. Hubungan antara stress terhadap guru
individual differencesin the stress process. dengan prokastinasi akademik pada siswa SMA
NewYork: John Wiley and Sons Ltd. Muhamadiyah 2 Yogyakarta. Skripsi tidak
Cormier, W.H. & Cormier, L.S. 1985. Interviewing diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.
strategies for helpers: Second Edited. Monterey, Stallard, P. 2006. Cognitive Behavioral / behavioral
California: Books/Cole Publishing Company. therapy with pre - pubertal children. In: Graham,
Feldman, A. 1997. Teachers’ Roles in the Development P. ed. cognitive behaviour therapy for children and
and Implementation of a Secondary Physics families: 2nd Edition. Cambridge: Cambridge
Curriculum: An Evaluation Study. A paper University Press, pp. 121—135.
presented at the Annual Meeting of the National Trianingsih, M.S. 2012. Hubungan antara penyesuaian
Association for Research in Science Teaching, diri di sekolah dengan Stress pada Siswa
March 21-24, 1997, Oak Brook, IL. Akselerasi di SMPN 5. Skripsi tidak diterbitkan.
Folkman.S. & Lazarus, R. S. 1991. Coping and Emotion. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
In A. Monat& R. S. Lazarus (Eds.), Stress and Tuckman, W.B. 1999. Conducting Eductional Research,
Coping: An anthologi (pp 207—227). New York: Fifth edition. USA: Harcourt Brance & Company.
Columbia Univ Press) Wijayanti, K. 2008. Analisis Factor Risiko Kebisingan
Frogatt, W. 2003. Free from Stress: Panduan untuk Kelas dengan Skor Gangguan Stress Siswa
Mengatasi Kecemasan. Terjemahan oleh Sekolah Dasar di Kota Semarang. Skripsi tidak
Meitasari. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. diterbitkan. Semarang: UNNES.
Goldfried, M.R. & Davidson, G.L. 1976.Clinical behavior Wirahmihardja, S.A. 2004. Pengantar Psikologi Klinis.
therapy. New York: Holt Rinehart and Winston. Bandung: PT Rafika Aditama.

Volume 4, Nomor 2, Juni 2016

Você também pode gostar