Você está na página 1de 24

NAMA : SANDI IRAWAN

NIM : 082279974037
TUGA MATAKULIAH PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Contoh Artikel Konseptual tentang Pendidikan

Golden Precept sebagai Upaya Penanaman Kesadaran terhadap Pentingnya


Pendidikan Kewarganegaraan di Desa Silangit

Oleh :
Dian Triyani Mahfirotik
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Universitas Negeri Semarang

ABSTRAK
Golden Precept sebagai suatu upaya penanaman kesadaran terhadap pentingnya
Pendidikan Kewarganegaraan di Desa Silangit, Kecamatan: Bawang, Kabupaten:
Banjarnegara. Hal ini sesuai dengan keadaan di Desa Silangit, dimana masyarakatnya
membutuhkan bimbingan mengenai bagaimana menjadi warga negara yang baik, terkait
perilaku dan sikap sebagai warga negara. Golden Precept, mempunyai tujuan yaitu dapat
membantu mewujudkan masyarakat Desa Silangit yang sadar akan pentingnya Pendidikan
Kewarganegaraan, serta menjadikan masyarakat yang hidup rukun. Kegiatan ini, difokuskan
pada masyarakat Desa Silangit, dan terdapat salah seorang yang sesuai keahlinya untuk
memberikan materi khusus bagaimana menjadi warga negara yang baik, melalui Pendidikan
Kewarganegaraan. Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa tahapan. Pada tahap terakhir
akan diadakan pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan Golden Precept di Desa Silangit.
PENDAHULUAN

Pendidikan adalah “usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perannya di masa
yang akan datang” (UU RI No.2 Tahun 1989, Bab 1, Pasal 1). Pendidikan menjadi hal
penting terkait dengan Sumber Daya Manusia yang berada pada suatu negara. Pendidikan
menentukan Sumber Daya Manusia dan kemajuan suatu negara. Melalui pendidikan secara
bertahap dan berkelanjutan akan dapatdilahirkan generasi yang sadar yang sadar dan terdidik.
Pendidikan dimaksud mengarah pada 2 (dua) aspek. Pertama, pendidikan untuk memberi
bekal pengetahuan dan pengalaman akademik, keterampilan profersinal, ketajaman dan
kedalaman intelektual, kepatuhan pada nilai-nilai atau kaidah-kaidah ilmu (its matter of
having). Kedua, pendidikan untuk membentuk kepribadian atau jatidiri menjadi sarjana atau
ilmuwan yang selalu komited kepada kepada kepentingan bangsa (it is matter of being).
Pendidikan Kewarganegaraan adalah Pendidikan terhadap warga negara yang bertujuan
untuk membentuk karakter pada setiap warga negara, termasuk bagaimana menjadi warga
negara yang baik.
Kemajuan pendidikan telah menjadi tolak ukur keberhasilan pendidikan bangsa
Indonesia di mata negara lain. Namun berbagai kasus menyimpang seperti: korupsi,
penyuapan, atau tindak kejahatan lain yang dilakukan oleh orang yang berpendidikan telah
merusak arti dari kemajuan pendidikan. Secara tidak langsung menunjukan bahwa tidak ada
perbedaan antara orang yang menepuh pendidikan tinggi dengan yang tidak. Hal itu terjadi
karena pendidikan kognitif saja tidak cukup, namun juga dibutuhkan pendidikan karakter
sebagai arah untuk kehidupan yang baik. Banyaknya daerah yang pendidikannya tertinggal
pendidikannya membuat penulis tergugah untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya
Pendidikan Kewarganegaraan. Keadaan ini terjadi di Indonesia, termasuk di Desa Silangit,
Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara.Mayoritas penduduk di Desa Silangit adalah
petani. Tidak meratanya pendidikan di Desa Silangit membuat Desa tersebut tertinggal dalam
hal pendidikan. Sarana prasarana yang tidak mendukung ikut berpengaruh pada pendidikan
di sana. Letak Desa yang jauh dari pusat perkotaan membuat Desa tersebut tidak terpantau
oleh pemerintah Kota Banjarnegara. Beberapa cara telah dilakukan oleh pihak Kepala Desa,
namun belum mendapatkan tanggapan dari pemerintah Kota. Kebanyakan anak-anak di Desa
Silangit hanya berpendidikan Sekolah Dasar, setelah itu mereka bekerja menjadi tulang
punggung keluarga. Biaya dan jarak yang jauh membuat anak-anak di Desa Silangit terhalang
akan pendidikan tinggi.
Tindak kekerasan kerap kali terjadi terutama pada warga perempuan. Penduduk Desa
Silangit mempunyai watak keras dan bersikap kasar terhadap wagra lain. Jumlah warga yang
banyak dengan pendidikan yang rendah. Desa Silangit menjadi incaran salah satu partai
politik dalam pemilihan DPRD Banjarnegara. Rendahnya pendidikan membuat mereka
bersedia untuk menukarkan suara sebagai rakyat yang baik dengan uang. Politik uang terjadi
baik itu pemilihan DPRD maupun Kepala Desa. Beberapa waktu lalu sempat terjadi
kericuhan ketika perhitungan suara menunjukan kekalahan terhadap calon dukungan warga
Desa Silangit. Saling bentrok terjadi antara warga Desa yang berbeda suara. Peristiwa itu
menunjukan bahwa warga Desa Silangit belum memiliki kesadaran sebagai warga negara
yang baik. Baik itu pada ketentuan pemilihan umum, maupun pada bagaimana perilaku warga
negara yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Pendidikan


Istilah pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan “me”
sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Mendidik dan
pendidikan merupakan suatu hal yang saling berhubungan. Definisi pendidikan menurut para
ahli :
1. Hoogveld mendidik adalah membantu anak supaya Ia cukup cakap menyelenggarakan
tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri.
2. Ki Hajar Dewantara mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi – tingginya.
1.2 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Beberapa definisi Pendidikan Kewarganegaraan menurut para ahli:
1). Soemantri
Kewarganegaraan ialah sesuatu yang berhubungan dengan manusia sebagai individu
dalam suatu perkumpulan yang terorganisir dalam hubungan dengan Negara.
2). Mr. Wiyanto Dwijo Hardjono, S.Pd.
Kewarganegaraan ialah keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu (secara
khusus:negara) yang dengannya membawa hak untuk berprestasi dalam kegiatan-kegiatan
politik.
1.3 Makna Pendidikan
Pada hakikatnya pendidikan mempunyai tujuan memanusiakan manusia, dalam hal
tersebut pendidikan tidak dapat dimaknai sekedar membantu pertumbuhan seca fisik saja,
tetapi juga keseluruhan perkembangan pribadi manusia dalam konteks lingkungan manusia
yang memiliki peradaban didalamnya. Hal tersebut seperti : nilai religius, karakter, dan nilai
moral.
1.4 Makna Pendidikan Kewarganegaraan
Pada hakikatya Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai tujuan untuk mendidik agar
seorang warga negara mampu bertindak sebagai warga negara yang baik. Pendidikan
Kewarganegaraan tidak terlepas dari sikap seorang individu sebagai seorang warga negara.
Termasuk terlibat dalam partisipasi sebagai seorang warga negara.

1.5 Tujuan Pendidikan


Dari beberapa tujuan pendidikan yang ada, salah satu tujuan pendidikan adalah tujuan
pendidikan nasional. Menurut tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rokhani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsanaan.

1.6 Komponen yang menentukan Keberhasilan Pendidikan Kewarganegaraan


Keberhasilan Pendidikan Kewarganegaraan tidak terlepas dari beberapa komponen
yang mempengaruhinya. Komponen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain.
Komponen tersebut adalah :
1). Peserta Didik
Peserta didik menjadi objek dalam utama dalam Pendidikan Kewarganegaraan,
sehingga keberadaannya sangat penting. Dalam pelaksanaannya, peserta didik sebagai
individu yang diberi ilmu mengenai Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh karena itu,
diperlukan perserta didik yang baik, santun, cerdas, dan berwawasan luas.
2). Tenaga Pendidik
Tenaga pendidik menjadi acuan dan contoh peserta didiknya, baik perilaku maupun
tindakannya. Oleh karena itu, tenaga pendidik harus bisa menjadi penutan bagi peserta didik.
Seorang pendidik harus mampu melakukan apa yang diajarkan pada peserta didik. Artinya
seorang guru harus dapat mengajar dan melakukan, atau praktik dalam kehidupan sehari-hari.
3). Media dan sarana prasana
Keduanya sebagai penunjang jalannya proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, sekaligus sebagai jembatan keberhasilan bagi proses pembelajaran. Media
sebagai penunjang dalam kegiatan pembelajaran, sekaligus sarana dan prasarana sebagai
pendukung pembelajaran.
1.7 Pengertian Golden Precept
Golden Precept adalah suatu upaya yang dilaksanakan untuk membentuk pemahaman
mengenai Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan di SD, SMP, maupun SMA.Dinamakan
Golden Precept berasal dari kata golden, yang berarti emas. Sedangkan precept berarti
pengajaran. Apabila digabung mengandung makna pengajaran berharga, karena emas
merupakan benda yang berharga. Berharga disini merujuk pada Pendidikan
Kewarganegaraan, sedangkan pengajaran merujuk pada tenaga pendidik atau guru. Desa
Silangit sangat cocok diterapkan Golden Precept, karena keadaan masyarakat Desa Silangit
yang membutuhkan pembinaan mengenai bagaimana menjadi warga negara yang baik
melalui Pendidikan Kewarganegaraan.
1.8 Tujuan Pelaksanaan Golden Precept
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menanamkan kesadaran masyarakat di
Desa Silangit mengenai pendidikan kewarganegaraan, serta masyarakat dapat menjadi warga
negara yang baik. Pemahaman tersebut diharapkan mengubah perilaku masyarakat Desa
Silangit yang anarkis, dan mudah terpengaruh olehisu politik. Selain itu, Golden Precept
diharap mampu menghapus presepsi bahwa di Desa Silangit merupakan Desa terpencil
dengan kualitas penduduk yang rendah. Namun sebaliknya, yaitu masyarakat lebih percaya
diri dan benar-benar memahami dunia luar dan mengetahui hal-hal berbentuk politik.
Sehingga tidak ada hak pilih yang akan dibeli. Masyarakat akan mempunyai wawasan yang
luas, dan mengetahui bagaimana menjadi seorang warga negara yang baik.
1.9 Prosedur Pelaksanaan Golden Precept
Kegiatan dari Golden Precept berupa dilaksanakannya seminar antara tenaga pendidik
di Desa Silangit terkait pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan. Hanya difokuskan pada
suatu Desa, yaitu Desa Silangit, yang berlokasi di Kecamatan Bawang, Kabupaten
:Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Hal ini dilakukan karena masyarakat di Desa tersebut
tergolong berpendidikan rendah dan sikap masyarakat yang anarki. Sehingga dirasa
memerlukan penyuluhan terhadap pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan, untuk dapat
menjadi pedoman bagaimana bersikap sebagai warga negara yang baik. Karena sikap tersebut
tidak sesuai dengan sikap seorang warga negara yang baik. Pelaksanaan Golden Precept
dilakukan satu hari penuh dengan jadwal kegiatan yang telah di rencanakan sebelumnya.
Untuk lebih memahkan pada Pendidikan Kewarganegaraan, maka diundang salah satu dosen
dari FIS Unnes. Selain itu beliau merupakan seseorang yang ahli dan sesuai pada bidangnya.
Didasarkan pada beberapa pertimbangan yang mendasar mengenai prosedur
pelaksanaan Golden Precept, yang terdiri dari beberapa tahap. Tahap pelaksanaan tersebut
adalah :
1. Tahap Pertama
Tahap yang dilakukan pertama kali adalah meminta izin tempat penggunaan kepada
Kepala Desa Silangit, serta melakukan kerja sama yang baik denganmasyarakat Desa
Silangit. Dalam meminta perizinan sekaligus menjelaskan maksud kegiatan Golden Precept
di Desa Silangit. Kecamatan: Bawang, Kabupaten: Banjarnegara.
2. Tahap Kedua
Tahap berikutnya adalahmelakukan pengkondisian tempat. Hal ini meliputi persiapan
tempat yang akan dipakai dalam kegiatan Golden Precept, serta menyiapkan peralatan yang
dibutuhkan. Mengantisipasi beberapa kendala yang mungkin terjadi.
3. Tahap Ketiga
Langkah selanjutnya adalah melakukan pemberitahuan sekaligus koordinasi dengan
pemateri, yaitu seorang Dosen FIS Unnes. Agar terjadi komunikasi yang baik, pada saat
pelaksanaan kegiatan berlangsung. Menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
4. Tahap Keempat
Apabila pemateri sudah menyanggupi kedatangan, maka pada tahap ini dilakukan
penyebaran informasi mengenai goden precept kepada masyarakat Desa Silangit, khususnya
untuk tenaga pendidik disana. Baik sosialisasi langsung, maupun melalui brosur mengenai
pengadaan Golden Precept.
5. Tahap Kelima
Setelah keempat tahap tersebut dilakukan, maka tahap berikutnya adalah
menyelenggarakan kegiatan Golden Precept dengan baik dan sungguh – sungguh supaya
tujuan kegiatan ini dapat tercapai.
6. Tahap Keenam
Tahap terakhir dari kegiatanGolden Preceptadalah melakukan terkait pemantauan
apakah kegiatan tersebut lancar dan efektif bagi masyarakat sasaran.Tahap terakhir inii
sebagai tolok ukur. Apabila dirasa masyarakat sudah mengalami perubahan baik sikap,
maupun perilaku maka kegiatan ini dapat dinilai berhasil.
Pentingnya Pengetahuan Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan.
Generasi penerus bangsa harus mempunyai karakter yang baik untuk dapat bersaing
dengan bangsa lain. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai basic sekaligus pondasi dalam
membentuk karakter bangsa. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendorong warga negara
melaksanakan peran:
1). Berpartisipasi untuk mempengaruhi setiap proses pembuatan dan pelaksanaan
kebijaksanaan publik oleh para pejabat atau lembaga-lembaga negara,
2). Menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan,
3). Berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional,
4). Memberi bantuan sosial, dan memberikan rehabilitasi sosia,
5). Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang melandasi iman dan takwa,
6). Menciptakan kerukunan umat beragama,
7). Ikut serta dalam memajukan pendidikan nasional,
8). Memelihara nilai-nilai positif, seperti hidup rukum dan gotong royong,
9). Merubah budaya negatif yang dapat menghambat kemajuan bangsa,
10). Mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara, dan
11). Menjaga keselamatan bangsa Indonesia dari segalan ancaman.

PENUTUP

Kesimpulan
Peran sebagai warga negara yang baik sangat penting terutama untuk generasi penerus
bangsa. Golden Precept sebagai upaya untuk menanamkan kesadaran mengenai pentingnya
Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan di Desa Silangit, karena dilihat dari kondisi
masyarakat, Desa Tersebut dinilai masih membutuhkan bimbingan akan bagaimana menjadi
warga negara yang baik. Kegiatan Golden Precept tentu tidak terlepas dari tujuan awal yaitu
untuk menanamkan kesadaran masyarakat di Desa Silangit mengenai pendidikan
kewarganegaraan, serta masyarakat dapat menjadi warga negara yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Munib, Achmad. 2010. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Pusat Pengembangan


MKU/MKDK-LP3
Sunarto.2013.Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Semarang: Pusat
Pengembangan MKU/MKDK-LP3
http://pancasilazone.blogspot.com/2012/03/pendidikan-kewarganegaraan.html
http://tujuan pendidikan.blogspot.com
Contoh Artikel Hasil Penelitian

PENGEMBANGAN E-COMIC INTEGRATIF DALAM PEMBELAJARAN


TEMATIK TERPADU DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Oleh:
Taufik Hidayat
Universitas PGRI Semarang Jl. Sidodadi Timur No. 24 Semarang
e-mail : taufik100793@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian dan pengembangan ini dilatarbelakangi oleh adanya potensi dan masalah,
potensi yang dimaksud adalah perkembangan dunia teknologi yang pesat, khususnya dunia
internet. Hal tersebut ditunjukan dari peningkatan jumlah pengguna internet yang mencapai
88,1 juta pengguna atau meningkat 34,9% dari tahun sebelumnya. Perkembangan tersebut
sejatinya dapat diimplementasikan dalam dunia pendidikan, sehingga menjadi sebuah potensi
tersendiri. Namun yang menjadi masalah adalah, belum banyak media berbasis internet yang
dapat dengan mudah digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah khususnya sekolah
dasar. Oleh sebab itu diperlukan pengembangan media pembelajaran berlandasakan oleh
potensi perkembangan teknologi, sehingga dibuatlah media E-Comic Integratif.
Penelitian ini berusaha untuk mengetahui bagaimanakah pengembangan media E-
Comic Integratif dalam pembelajaran tematik terpadu Kelas IV di Sekolah Dasar. Penelitian
ini menggunakan metodologi penelitian Research and Development (R&D), dengan prosedur
pengembangan model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, and
Evaluation).
Hasil validasi ahli media dari validasi 1 dan 2 didapat hasil rata-rata persentase
keidealan yaitu 63,33%, dan 90,83%. Penilaian oleh ahli materi dari validasi 1 dan 2 didapat
hasil rata-rata persentase keidealan yaitu 77,92% dan 96,67%. Sementara dari hasil validasi
dengan ahli media dari guru didapat hasil rata-rata persentase keidealan sebanyak 83,33%
dan hasil validasi dengan ahli materi dari guru didapat hasil rata-rata persentase keidealan
sebanyak 93,75%, sementara hasil uji coba dilakukan kepada kelompok kecil 4 dan 8 siswa
serta seluruh siswa kelas IV SD N Sendangmulyo 03 Semarang, dengan hasil berurutan yaitu
88,54%, 93,23%, dan 92,20%. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu E-Comic Integratif layak
digunakan sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas IV Sekolah Dasa
PENDAHULUAN

Dewasa ini, dunia teknologi di Indonesia khususnya penggunaan jaringan internet


mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan jumlah pengguna
internet yang terus meningkat. Pangeran Samuel A (2015) menyampaikan bahwa selama
tahun 2014 menunjukkan pengguna internet naik menjadi 88,1 juta atau dengan kata lain
penetrasi sebesar 34,9%. Lebih lanjut Pangeran Samuel A (2015) juga menyampaikan bahwa
sebanyak 85% pengguna internet melakukan aktivitas di dunia maya memakai telepon seluler
(handphone), 32% memakai laptop/netbook, 13% memakai tablet, dan PC sebesar 14%.
Perkembangan dunia teknologi di Indonesia bisa menjadi potensi yang sangat bagus
dalam upaya meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Implementasi
perkembangan teknologi dapat menciptakan proses pendidikan yang lebih efektif dan efisien.
Sehingga diperlukan upaya implementasi kemajuan teknologi pada bidang pendidikan
dengan pengembangan teknologi pada bidang pendidikan. Seperti disampaikan oleh Hustandi
dan Sutjipto (2011: 7) bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin
mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses
belajar.
Namun perkembangan dunia teknologi khususnya bidang internet belum
dimanfaatkan secara optimal di dalam dunia pendidikan. Khususnya pendidikan Sekolah
Dasar. Dari wawancara dan observasi di Sekolah Dasar. Ian Bagus Koko Darminto, S.Pd
guru kelas IV Sekolah Dasar mengatakan “Guru jarang membuat media pembelajaran sendiri,
hal tersebut karena guru kesulitan untuk membuat media yang efektif dan efisien secara
murah”. Kondisi seperti yang disampaikan oleh narasumber menekankan bahwa pentingnya
media yang siap digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dengan media yang sudah
siap untuk digunakan guru dalam proses pembelajaran maka akan menjadikan proses
pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
Mengingat kembali pada perkembangan teknologi khususnya bidang internet yang
cepat, serta masalah tentang kurangnya media berbasis teknologi yang digunakan di Sekolah
Dasar. Dikhawatirkan tujuan pembelajaran lebih lambat untuk dicapai. Maka peneliti
mencoba untuk mengembangan E-Comic Integratif, yang merupakan media pembelajaran
berbentuk komik yang dapat digunakan dalam ponsel seorang siswa.
Atas dasar pembahasan di atas maka penulis mengembangkan media pembelajaran
komik berbasis teknologi. Pengembangan media tersebut yaitu E-Comic Integratif. Alasan
yang telah diuraikan di atas merupakan faktor-faktor yang melatarbelakangi peneliti untuk
mengadakan penelitian yang berjudul “Pengembangan E-Comic Integratif dalam
Pembelajaran Tematik terpadu di Sekolah Dasar”. Tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan pengembangan E-Comicintegratif dalam pembelajaran tematik terpadu
kelas IV di Sekolah Dasar.

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah kualitatifyaitu penelitian yang sering disebut
pulamemakai metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi
yang alamiah (natural setting)dengan menggunakan metode deskriptifyaitu penelitian
yang digunakan dalam pengertian (bersifat cerita) tentang memaparkan atau kejadian. Jadi
dalam pengolahan data dan hasil penelitian semua menggunakan deskripsi dari peneliti.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian berjudul “PengembanganE-
Comic integratif dalam Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas IV Sekolah Dasar” adalah
Penelitian dan Pengembangan (Reseacrch and Development/R&D).Pemilihan metode
penelitian tersebut dikarenakan peneliti hendak mengembangkan media pembelajaran. Hal ini
sesuai dengan pendapat dari Borg dan Gall (1988) dalam Sugiyono (2009: 4) yang
menyatakan bahwa, penelitian dan pengembangan (research and development) merupakan
metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk
yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Penulis berusaha untuk
mengembangkan sebuah media pembelajaran. Untuk itu diperlukan validasi terhadap media
tersebut.
Selanjutnya, prosedur dalam penelitian pengembangan ini menerapkan
prosedur ADDIE. Model ini, terdiri dari lima tahap utama, yaitu (A)nalysis, (D)esain,
(D)evelopment, (I)mplementation, dan (E)valuation (Pribadi, 2011:125). Metode penelitian
dan pengembangan adalah metode yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu.
Prosedur pengembangan ADDIE, dalam tahapan pengembangan Borg & Gall, hanya
mencapai pada tahap ke enam. Penelitian dan pengembangan tersebut dimualai dari analisis
untuk menemukan tujuan, sampai pada tahap terakhir yaitu ke enam melakukan evaluasi
dengan jumlah 30-80 subjek.
B. Uji Coba Ahli
Produk media E-Comic Integratif divalidasi oleh ahli. Terdapat dua ahli yang
memvalidasi media E-Comic Integratif yaitu ahli media dan ahli materi. Tingkat validitas
media diketahui melalui hasil analisis kegiatan uji coba yang dilaksanakan melalui dua tahap,
yaitu:
1. Uji ahli media pembelajaran dan ahli materi pelajaran. Kegiatan ini dilakukan untuk me-
review produk awal dan memberikan masukan unuk perbaikan.
2. Angket respon siswa. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar anak senang
belajar dengan media E-Comic Integratif.
C. Subjek Penilai
Pada penelitian pengembangan, subjek penilai kualitas media E-Comicintegratif pada
pembelajaran tematik terpadu kelas IV sekolah dasar adalah tigapakar ahli media dan materi.
Daftar subjek penilai dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1.
Daftar Nama Ahli Media dan Ahli Materi
No. Nama Ahli Institusi
Lengkap
1. Fajar Media Universitas PGRI
Cahy Semarang
adi,
S.
Pd,
M.P
d
2. Fine Materi Universitas PGRI
Reffiane, Semarang
S.Pd, M.Pd
3. Agus Media SD N 03
Sarjito, dan Sendangm
S.Pd.SD Materi ulyo
Semarang
D. Uji Coba Produk
Produk media E-Comic Integratif yang sudah melewati tahap revisi, diuji cobakan di
kelas IV SD N 03 Sendangmulyo Kota Semarang. Penulis menyampaikan materi
pembelajaran sekaligus menerapkan mediaE-Comic Integratif dalam proses pembelajaran.

E. Jenis Data
Pada dasarnya data yang diperoleh bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif
berupa angka yang diperoleh dari angket penilaian produk pengembangan dan angket
tanggapan siswa yang disusun dengan skala Likert(skala bertingkat) dan skala Guttman. Data
kualitatif berupa tanggapan, kritik dan saran yang dituangkan dalam angket. Data yang
dihasilkan berkaitan dengan kelayakan atau kesesuaian atas produk pengambangan yang
dibuat.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah angket berbentuk check list yang digunakan untuk
mendapatkan penilaian dari ahli tentang kualitas media E-Comic Integratif. Kualitas media
pembelajaran ini ditinjau dari beberapa aspek, yaitu aspek kesesuaian materi, visualisasi
media, kesesuaian dengan prinsip-prinsip pengembangan media, kelayakan dan penyajian
kompetensi. Aspek-aspek tersebut dijabarkan ke dalam indikator-indikator dan
pengembangan lebih dilanjut oleh peneliti. Peneliti mengembangkan angket penelitian
menggunakan tujuh buah angket dalam pengumpulan data, yaitu angket ahli media, angket
ahli materi, angket ahli media dari guru, angket ahli materi dari guru, angket ujicoba 4 siswa,
angket ujicoba 8 siswa, dan penilaian (respon) untuk siswa kelas IV.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk melihat nilai masing-masing aspek atau deskriptor pada
angket. Data diperoleh dari angket yang diberikan kepada ahli media, ahli materi, dan respon
siswa. Data yang terkumpul dianalisis dengan cara menghitung rata-rata skor yang diperoleh.
Analisis skor yang digunakan yaitu analisis deskriptif.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Hasil Penelitian
1. Analisis
Analisis dalam penelitian ini dilakukan pada analisis terhadap potensi, masalah, kajian
pustaka, kompetensi, tujuan intruksional, materi dan perkembangan peserta didik. Dari hasil
analisis tersebut diperoleh data sebegai berikuti:
a. Analisis potensi, terdapat perkembangan dunia teknologi yang pesat khususnya
bidang internet. Hal tersebut didukung oleh data yang diperoleh yang menunjukan bahwa
pengguna internet di Indonesia mencapai 88,1 juta pada tahun 2014.
b. Analisis masalah dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan narasumber
yaitu Ian Bagus Koko Darminto.S.Pd Kelas IV Guru Sekolah Dasar tentang penggunaan
media pembelajaran. Hasil wawancara menujukan bahwa guru jarang membuat media
pembelajaran sendiri, hal tersebut dikarenakan guru kesulitan untuk membuat media
pembelajaran secara efektif dan efisien.
c. Analisis kajian pustaka, berdasarkan atas potensi dan masalah yang ada peneliti
mencoba untuk mencari solusi. Solusi tersebut didasari oleh analisis kajian pustaka yang
dilakukan oleh peneliti. Selanjutnya berlandasakan atas potensi dan masalah, maka
peneliti mengembangkan media pembelajaranE-Comic Integratif. Pengembangan
tersebut mengacu dari pendapat ahli yaitu Sudjana dan Rivai yang menyampaikan
bahwa media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Analisis SK-KD, peneliti menganalisis kompetensi yang ada dalam objek materi yang
akan dikembangkan melalui ruang lingkup pembelajaran dan SK KD.
e. Analisis intruksional, Analisis instruksional dalam pengembangan media E-
Comic Integratif ini dilakukan dengan menjabarkan dan mengembangkan kompetensi
inti dan kompetensi dasar ke dalam indikator-indikator yang harus dicapai.
f. Analisis karakteristik siswa, teori Piaget tentang perkembangan kemampuan anak
disampaikan bahwa terdapat tahapan perkembangan kemampuan anak dalam belajar.
Menurutnya anak usia sekolah dasar (8-11 tahun) masih berada pada tahap operasi
konkrit, sehingga anak membutuhkan benda konkrit untuk menterjemahkan konsep yang
dimilikinya. Penggunanaan media dalam kegiatan belajar mengajar pada periode ini
sangat penting karena pada masa ini siswa masih berfikir konkrit, belum mampu berfikir
abstrak. Media akan membantu pesan yang disampaikan guru untuk dapat lebih mudah
diterima oleh siswa.
2. Desain
Pada tahap desain diperoleh hasil bahwa konsep desain dari media E-ComicIntegratif
ini terdiri dari tujuh langkah yaitu: 1) ide cerita, 2) menentukan tokoh, 3) menentukan tema,
4) menyusun setting, 5) menyusun kerangka cerita, 6) menghubungkan materi dengan cerita,
7) menyusun kerangka cerita E-ComicIntegratif.
3. Tahap Pengembangan
a. Langkah-langkah Pengembangan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pengembangan dan produksi terdiri
dari beberapa tahap, untuk mengetahui tahapnya berikut ini peneliti jabarkan tahapan demi
tahap dalam pengembangan dan produksi. Langkah-langkahnya yaitu, sebagai berikut: 1)
Menggambar dan menentukan tokoh utama dalam E-Comic Integratif, 2) Membuat seluruh
gambar E-Comic Integratif sesuai dengan kerangka cerita E-Comic Integratif dengan
menggunakan media intrumen HVS dan pena, untuk dilanjutkan dengan proses pewarnaan
dengan menggunakan media atau aplikasi photoshop, 3) Memasukan percakapan dalam
cerita E-Comic integratif dengan menggunakan aplikasi Comic Life 2,4) Mengubah file
gambar E-Comic Integratif yang telah selesai dibuat menjadi file pdf. Bentuk pdf, berfungsi
agar media E-ComicIntegratif ini dapat dibuka pada media atau alat seperti telepon seluler,
komputer,laptop, dan tablet. 5) Mengupload file pdf, ke Google drive. Dengan mengupload
file E-Comic Integratif ke Google Drive akan membuat setiap orang dapat mengunduh atau
mendownload E-Comic Integratif tersebut melalui link shere yang dibagikan dengan mudah.
6) Membagikan link shere E-Comic Integratif ke dalam website yaituexyezet.com, hal
tersebut difungsikan untuk mempermudah setiap orang menemukan E-Comic Integratif.
Seseorang dapat menemukan file tersebut hanya dengan mencarinya melalui google search.
b. Penilaian Pengembagan
Penilaian dilakukand dengan cara melakukan validasi media dan materi, dari hasil
penilaian diperoleh data sebagai beriktu;
Tabel 2
Hasil Validasi Pertama Ahli Media
No. Aspek Skor Kategori Persentase
Penilaian rata Keidealan
-
rata
1. Indikator 13 Cukup 65,00%
kesesuaian
materi
2. Visualisasi 24 Cukup 60,00%
Media
3. Kesesuaian 26 Cukup 65,00%
dengan
prinsip-prinsip
pengembangan
media

Tabel 3
Hasil Validasi Kedua Ahli Media
No. Aspek Skor Kategori Persentase
Penilaian rata- Keidealan
rata
1. Indikator 18 Sangat 90,00%
kesesuaian Baik
materi
2. Visualisasi 37 Sangat 92,50%
Media Baik
3. Kesesuaian 36 Sangat 90,00%
dengan Baik
prinsip-prinsip
pengembangan
media

Tabel 4
Hasil Validasi Pertama Ahli Materi
No. Aspek Skor Kategori Persentase
Penilaian rata- Keidealan
rata
1. Indikator 9 Cukup 60,00%
kesesuaian
2. Indikator 15 Baik 75,00%
kelayakan
3. Indikator 9 Sangat 90,00%
Penyajian Baik
4. Indikator 26 Sangat 86,67%
Kompetensi Baik
Tabel 5
Hasil Validasi Kedua Ahli Materi
No. Aspek Skor Kategori Persentase
Penilaian rata- Keidealan
rata
1. Indikator 15 Sangat 100,00%
kesesuaian Baik
2. Indikator 18 Sangat 90,00%
kelayakan Baik
3. Indikator 10 Sangat 100,00%
Penyajian Baik
4. Indikator 29 Sangat 96,67%
Kompetensi Baik

Tabel 6
Hasil Validasi Ahli Media Guru
No. Aspek Skor Kategori Persentase
Penilaian rata- Keidealan
rata
1. Indikator 17 Sangat 85,00%
kesesuaian Baik
materi
2. Visualisasi 32 Baik 80,00%
Media
3. Kesesuaian 34 Sangat 85,00%
dengan Baik
prinsip-prinsip
pengembangan
media

Tabel 7
Hasil Validasi Ahli Materi Guru
No. Aspek Skor Kategori Persentase
Penilaian rata- Keidealan
rata
1. Indikator 14 Sangat 93,33%
kesesuaian Baik
2. Indikator 19 Sangat 95,00%
kelayakan Baik
3. Indikator 9 Sangat 90,00%
Penyajian Baik
4. Indikator 29 Sangat 96,67%
Kompetensi Baik

4. Penerapan (Implementation)
Setelah media E-Comic Integratif dinyatakan layak sebagai media pembelajaran.
Langkah selanjutnya yaitu menerapkan media tersebut. Penerapan dilakukan menjadi tiga
tahap, yaitu kelompok kecil 4 siswa, kelompok 8 siswa, dan penerapan di kelas IV SD
Sendangmulyo 03 Semarang.
Berdasarkan penerapan media E-Comic Integratif tersebut, siswa selanjutnya
memberikan penilaian atau respon terhadap media E-Comic Integratif. Penilaian atau respon
siswa dilakukan dengan angket (ya-tidak) yang disesuaikan dengan apa yang dirasakan oleh
siswa setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan media tersebut. Berikut ini
merupkan respon siswa hasil dari uji coba yang diterapkan:

Tabel 8
Hasil Uji Coba oleh 4 Siswa Kelas IV SD N Sendangmulyo 03 Semarang
No. Aspek Skor Kategori Persentase
Penilaian rata Keidealan
-
rata
1. Kemudahan 3 Sangat 100,00%
Pemahaman Baik
2. Kemandirian 1,5 Sangat 87,50%
Belajar Baik
3. Keaktifan 3,25 Sangat 87,50%
dalam Belajar Baik
4. Minat 2,25 Baik 75,00%
terhadap E-
ComicIntegratif
5. Penyajian E- 3,5 Sangat 87,50%
ComicIntegratif Baik
6. PenggunaanE- 3,75 Sangat 93,75%
ComicIntegratif Baik

Tabel 9
Hasil Uji Coba oleh 8 Siswa Kelas IV SD N Sendangmulyo 03 Semarang
No. Aspek Skor Kategori Persentase
Penilaian rata Keidealan
-
rata
1. Kemudahan 3 Sangat 100,00%
Pemahaman Baik
2. Kemandirian 1,75 Sangat 87,50%
Belajar Baik
3. Keaktifan 3,62 Sangat 90,63%
dalam Belajar Baik
4. Minat 2,62 Sangat 87,50%
terhadap E- Baik
ComicIntegratif
5. Penyajian E- 4 Sangat 100,00%
ComicIntegratif Baik
6. PenggunaanE- 3,75 Sangat 93,75%
ComicIntegratif Baik

Tabel 10
Hasil Uji Coba oleh Siswa Kelas IV SD N Sendangmulyo 03 Semarang
No. Aspek Skor Kategori Persentase
Penilaian rata Keidealan
-
rata
1. Kemudahan 2,85 Sangat 95,10%
Pemahaman Baik
2. Kemandirian 1,79 Sangat 89,71%
Belajar Baik
3. Keaktifan 3,7 Sangat 92,65%
dalam Belajar Baik
4. Minat 2,82 Sangat 94,12%
terhadap E- Baik
ComicIntegratif
5. Penyajian E- 3,59 Sangat 89,71%
ComicIntegratif Baik
6. PenggunaanE- 3,68 Sangat 91,91%
ComicIntegratif Baik

5. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi digunakan untuk menyempurnakan produk, evaluasi didasarkan oleh
keseluruhan saran dari ahli media dan materi, serta hasil respon siswa. Selanjutnya media E-
Comic Integratif dinyatakan sangat baik menjadi media pembelajaran, sehingga tidak
diperoleh saran perbaikan media tersebut. Dengan demikian maka media E-Comic Integratif
dinyatakan layak sebagai media pembelajaran.
B. Pembahasan
Peneliti mengembangan media E-Comic Integraitif, media ini dikembangkan
berdasarkan langkah-langkah penelitian dan pengembangan atau research and development
(R&D). Metode yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah
metode ADDIE. Pemilihan metodeADDIE karena metode ini adalah metode yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji kelayakan produk
tersebut. ADDIE yaitu analysis,design, development, implementation,evaluation.
Media E-Comic Integratif dikembangkan dengan berdasarkan oleh adanya potensi dan
masalah. Potensi yang dimaskud sebagai dasar pengembangan ini adalah perkembangan
teknologi yang pesat. Ditandai dengan tumbuhnya pengguna internet yang tinggi serta
penggunaan perangkat teknologi sejenis telepon seluler (handphone), laptop, komputer dan
tablet yang meluas. Sementara yang manjadi dasar masalah dari pembuatan media E-
Comic Integratif adalah kurangnya media berbasis elektronik yang dapat diimplementasikan
dengan mudah dalam proses pembelajaran.
Media E-Comic Integratif selanjutnya dikembangkan berdasarkan analisis kesesuaian
dengan mata pelajaran. Selanjutnya didasarkan atas standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Serta dianalis sesuai dengan indikator yang dikembangkan dari kompetensi dasar
masing-masing mata pelajaran. Hasilanalisis kemudian digunakan peneliti untuk merancang
desain dari E-Comic Integratif .
Dalam pengembangannya, media perlu divalidasi oleh ahli sebelum diuji cobakan
untuk mengetahui kelayakannya. Validator terdiri dari ahli media pembelajaran, dan ahli
materi. Berdasarkan hasil penilaian oleh ahli media dan ahli materi dilakukan perbaikan pada
model media dikembangkan.
Setelah media divalidasi dan media dinyatakan layak digunakan
dalam prosespembelajaran. Kemudian media E-ComicIntegratif diujicobakan di sekolah
dasar untuk melihat respon dari siswa. Pengujian ini dilakukan di SD N Sendangmulyo 03
Semarang. Pengujian dilakukan dari uji kelompok kecil 4 siswa, dilanjutkan 8 siswa dan uji
satu kelas yaitu kepada siswa kelas IV SD N Sendangmulyo 03 Semarang.
Hasil validasi dengan ahli media, diperoleh data sebagai berikut 1) pada validasi I
tingkat keidealan media E-ComicIntegratif adalah 63,33%. Oleh sebab itu dilakukan revisi
dan validasi kedua, 2) pada validasi II tingkat keidealan media E-ComicIntegratif yang telah
direvisi mencapai 90,83%. Sehingga media E-Comic Integratif sudah layak digunakan. Hasil
validasi ahli materi, diperoleh data sebagai berikut 1) pada validasi I tingkat keidealan
media E-Comic Integratif adalah 77,92%. Oleh sebab itu dilakukan revisi dan validasi kedua,
2) pada validasi II tingkat keidealan media E-Comic Integratif yang telah direvisi mencapai
96,67%. Sehingga media E-ComicIntegratif sudah layak digunakan. Sementara hasil validasi
ahli media dari guru, diperoleh data dimana tingkat keidealan media E-Comic Integratif
adalah 83,33%. Sedangkan hasil validasi materi dari guru, diperoleh data dimana tingkat
keidealan media E-Comic Integratif adalah 93,75%.
Hasil dari uji coba media E-ComicIntegratif, dilakukan secara bertahap dari kelompok
kecil 4 siswa, 8 siswa sampai ke siswa 1 kelas. Dari hasil respon siswa diperoleh data
kuantitatif. Produk diuji cobakan kepada 4 siswa kelas IV SD N Sendangmulyo 03 Semarang
diperoleh hasil nilai rata-rata respon siswa yaitu 88,54%. Produk diuji cobakan kepada 8
siswa kelas IV SD N Sendangmulyo 03 Semarang diperoleh hasil nilai rata-rata respon siswa
yaitu 93,23%. Sedangkan Produk diuji cobakan kepada 34 siswa kelas IV SD N
Sendangmulyo 03 Semarang diperoleh hasil nilai rata-rata respon siswa yaitu 92,20%.
Berdasarkan dari validasi dengan ahli media dan berdasarkan respons siswa atas
implementasi media E-Comic Integratif dalam proses belajar. Dapat disimpulkan bahwa
media ini disusun dengan sangat baik. Oleh sebab itu media E-comic integratif dapat menjadi
media pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar.

PENUTUP

A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan pengembangan media E-Comic Integratif yang telah
dilakukan di SDN Sendangmulyo 03 Semarang, diperoleh data yang menunjukan bahwa
media E-ComicIntegratif laya digunakan. Data-data tersebut diperoleh dari validasi oleh ahli
materi dan media serta data dari tanggapan atau respon siswa. Sehingga dapat sisimpulkan
secara umum bahwa media E-Comic Integratif layak digunakan sebagai media pembelajaran
tematik di kelas IV Sekolah Dasar.
B. Saran
Mengingat media E-Comic integratif telah dinyatakan layak diguanakan sebagai
media pembelajaran di kelas IV, maka bagi guru diharapkan mau untuk menerapkan
media E-Comic dalam proses pembelajaran. Jika di sekolah belum terdapat media berbasis
internet dan teknologi yang dapat digunakan, digarapkan guru mau untuk menggunakan
sebagaian tunjangan profesinya untuk meningkatkan operasional perlengkapan proses
pembelajaran.
C. Ucapan Terimakasih
Peneliti meyakini bahwa peneliti tidak akan pernah bisa menyelesaikan penelitian ini
tanpa bantuan dan bimbingan dari rang-orang disekitarnya yang luar biasa. Oleh sebab itu
disini peneliti hendak menyampaikan ucapan terimakasih yang tidak seberapa ini
dibandingkan bantuan-bantuannya kepada Ibu Ervina Eka Subekti,S.Si., S.Pd selaku dosen
pembimbing I, ibu Arfilia Wijayanti, S.Pd., M.Pd selaku dosen pembimbing II, Bapak Joko
Sulianto,S.Pd., M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
telah menyetujui usulan topik skripsi penulis. Serta seluruh pihak yang telah membantu yang
tentu tidak dapat saya sampaikan seluruhnya. Terimakasih banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA


Avrilliyanti, Herlina. Dkk. 2013. “Penerapan Media Komik Untuk Pembelajaran
Fisika Model Kooperatif Dengan Metode Diskusi Pada Siswa Smp Negeri 5
Surakarta Kelas Vii Tahun Ajaran 2011/2012 Materi Gerak”.Jurnal Pendidikan
Fisika (2013) Vol.1 No.1 halaman 156.http://eprints.uns.ac.id/14512/1/1790-
3995-1-SM.pdf
Daryanto. 2013. Media Pembelajaran Perannya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan
Pembelajaran. Yogyakarta: GAVA MEDIA
Hustandi, Cecep & Sutjipto, Bambang. 2011. Media Pembelajaran Manual dan Digital.
Jakarta: Ghalia Indonesia
Mulyasa, H. E. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Pangeran, Samuel A. “Pengguna Internet Indonesia Tahun 2014, Sebanyak 88,1 Juta
(34,9%)....” . 23 Maret 2015.http://www.apjii.or.id/read/content/info-
terkini/301/pengguna-internet-indonesia-tahun-2014-sebanyak-88.html
Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
pasal 26 ayat 1.
Pribadi, Benny A. 2011. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Putra, Nusa. 2015. Research & Development. Jakarta: Rajawali Pers.
Rusman. 2015. PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU Teori Praktik dan Penilaian.
Jakarta: PT RAJA GRAFINDO PERSADA
Siregar, Eveline dan Nara, Hartini. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia
Indonesia
Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
Soegeng, A.Y. Ysh. 2006. Dasar-Dasar Penelitian. Semarang: IKIP PGRI SEMARANG
PRESS.
Sudjana, Naana dan Rivai, Ahmad. 2011.Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo Offset

.2013. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset


Sudjana, Nana. 2013. Tuntunan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Sinar Baru
Algensindo Offset.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
ALFABETA
. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
ALFABETA
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Wahyuningsih, Ary Nur. 2011 “Pengembangan Media Komik Bergambar Materi Sistem
Saraf Untuk Pembelajaran Yang Menggunakan Strategi Pq4r”. JURNAL PP
VOLUME 1, NO.
2.http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpppasca/article/viewFile/1533/1709.
Diakses pada tanggal 10 Desember 2014, pukul 07.10

Você também pode gostar