Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Asma merupakan penyakit dalam jalan nafas yang tidak dapat pulih yang terjadi
karena spasme bronkus yang di sebabkan oleh berbagai penyebab (Hudak dan Gallo,
1997).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Smeltzer,
Suzanne C,2002).
2.2 Etiologi
1. Asma ekstrinsik/alergi
Asma yang di sebabkan oleh elergen yang di ketahui masanya sudah terdapat
semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari, bulu halus, binatang
dan debu.
2. Asma iterinsik/idopatik
Asma yang tidak di temukan faktor pecncetus yang jelas, tetapi adanya faktor-
faktor non spesifik seperti: flu, latihan fisik atau emosi sering memicu serangan asma.
Asma ini sering muncul/timbul sesudah usia 40 tahun setelah menderita infeksi
sinus/cabang trakeobronchial.
3. Asma campuran
1. Alagen
Faktor alergi di anggap mempunyai peranan pada sebagai penderita dengan
asma,disamping itu hiperaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting
bila tingkat hiperaktifitas brokus tinggi diperlukan jumlah alergen yang sedikit dan
sebaiknya untuk menimbulkan serangan asma.
1. Infeksi
Biasanya virus penyebabnya respiratory synchyhalnvirus (RSV) dan virus para
influenza.
2. Iritasi
Hairspray, minyak wangi, asap rokok, bau asam, dari chat polutan udara, air
dingin dan udara dingin.
3. ISPA
4. Replek gastroesopagus
Iritasi trakeobronkheal karena isi lambung dapat memperberat penyakit asma.
5. Psikiologis
Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispena, dan mengi. Pada beberapa
keadaan, batuk mungkin merupakan satu-satunya gejala serangan asma sering kali terjadi
pada malam hari. Penyebabnya tidak dimengerti dengan jelas, tetapi mungkin
berhubungan dengan variasi sirkladian, yang memengruhi ambang reseptor jalan nafas.
Serangan asma biasanya bermula mendadak debgan batuk dan ras sesak dalam
dada, disertai dengan pernafasan yang lambat, Mengi dan laborius. Ekspresi selalu lebih
susah panjang di banding inspirasi , yang mendorong pasien untuk duduk tegak dan
menggunakan setiap otot-otot aksesori pernafasan. Jalan nafas yang tersumbat
menyebabkan dispena.
Batuk pada awalnya susah dan kering tetapi menjadi lebih kuat. Sputum, yang
terdiri dari mukus mengandung rasa gelatinosa bulat, kecil yang di pantulkan dengan
susah payah. Tanda selanjutnya termasuk sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat, dan
gejala-gejala retensi karbondioksida, termasu, berkeringat, takikardi dan pelebaran
tekanan nadi.
Serangan asma berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat hilang
secara spontan. Meski serangan asma jarang terjadi reaksi kontinu yang lebih berat yang
di sebut asmatikus. Kondisi ini merupakan kondisi yang mengancam hidup.
2.5 Patofisiologi
Asma adalah obsturksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi satu atau lebih dari
kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi, yang menyempitan jalan nafas, atau
pembengkakan membran dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental, banyak di
hasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di dalam jaringan
paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini belum di ketahui, tetapi ada yang paling
diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis dan sistem otonom.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imum yang buruk terhadap
lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast
dalam paru. Pemanjaan ulang terhadap antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan
produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histasimin, bradikinin, dan prostaglandin
serta anafiklasis dari subtansi yang berekaksi lambat (SRS-A) pelepasan mediator ini
dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjer jalan nafas, menyebabkan
bronskospasme, pembekakan membran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat
banyak.
Sistem saraf otomom mempengaruhi paru Tonus otot brokhial di atur oleh implus
saraf vagal melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau nonalergik, ketika
ujung saraf pada jalan nafas di rangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin,
merokok, emosi, dan polutan. Jumlah asetilkolin yang di lepaskan meningkat. Pelepasan
asetilkolin ini secara langsung menyebabkan bronkokotrinsik juga merangsang
pembentukan mediator kimiawi yang dibahas di atas. Individu dengan asma dapat
mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.
Selain itu reseptor α- dan β- adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak dalam
bronki. Ketika reseptor α- adrenergik di rangsang terjadi brokokontrinsik, bronkondilatasi
terjadi ketika reseptor β- adrenergik yang di rangsang. Keseimbangan antara reseptor α-
dan β- dikendalikan terutama oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP).
2.6 Klasifikasi
a. Tahap I : Intermitten
Tujuan pengobatan asma adalah agar penderita dapat hidup normal, bebas dari
serangan asma serta memiliki faal paru senormal mungkin, mengurangi reaktifasi saluran
napas, sehingga menurunkan angka perawatan dan angka kematian akibat asma (Surjanto,
Hambali & Subroto 1988). Suatu kesalahan dalam penatalaksanaan asma dalam jangka
pendek dapat menyebabkan kematian, sedangkan jangka panjang dapat mengakibatkan
peningkatan serangan atau terjadi obstruksi paru yang menahun. Untuk pengobatan asma
perlu diketahui juga perjalanan penyakit, pemilihan obat yang tepat, cara untuk
menghindari faktor pencetus. Dalam penanganan pasien asma penting diberikan
penjelasan tentang cara penggunaan obat yang benar, pengenalan dan pengontrolan faktor
alergi. Faktor alergi banyak ditemukan dalam rumah seperti tungau debu rumah, alergen
dari hewan, jamur, dan alergen di luar rumah seperti zat yang berasal dari tepung sari,
jamur, polusi udara. Obat aspirin dan anti inflamasi non steroid dapat menjadi faktor
pencetus asma. Olah raga dan peningkatan aktivitas secara bertahap dapat mengurangi
gejala asma. Psikoterapi dan fisioterapi perlu diberikan pada penderita asma.
1. Reliever adalah obat yang cepat menghilangkan gejala asma yaitu obstruksi saluran
napas .
2. Controller adalah obat yang digunakan untuk mengendalikan asma yang persisten.
Obat yang termasuk golongan reliever adalah agonis beta-2, antikolinergik,
teofilin,dan kortikosteroid sistemik (Surjanto, Hambali & Subroto 1988). Obat yang
termasuk dalam golongan controller adalah obat anti inflamasi seperti kortikosteroid,
natrium kromoglikat, natrium nedokromil , dan antihistamin aksi lambat (Rogayah
1995).
Pengobatan asma secara cepat/jangka pendek yaitu dengan menggunakan obat pelega
saluran pernafasan seperti inhaler dan nebulizer yang berfungsi menghentikan
serangan asma. Pengobatan jangka panjang yang berfungsi untuk mencegah
terjadinya serangan asma adalah dengan menggunakan obat-obatan seperti steroid
berfungsi untuk tetap membuat saluran pernafasan terbuka dan mengurangi
pembengkakan (Abidin & Angela M 2002).
1. Makanan yang dapat menyebabkan reaksi alergi seperti telur, susu, gandum, ikan,
kerang, kacang-kacangan, kedelai dan kacang tanah,
2. Makanan yang mengandung sulfida seperti acar, sayuran dan buah-buahan kering, dan
udang.
3. Makanan yang menyebabkan produksi lendir berlebih seperti gula putih, tepung putih,
roti putih dan coklat.
4. Makanan dengan pewarna buatan, dan makanan yang diawetkan.
KONSEP ASKEP
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asma adalah mengi berulang atau batuk persisten dalam keadaan di mana asma
adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah disingkirkan.
Asma merupakan penyakit dalam jalan nafas yang tidak dapat pulih yang terjadi
karena spasme bronkus yang di sebabkan oleh berbagai penyebab (Hudak dan Gallo,
1997)
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Smeltzer, Suzanne
C,2002).
Biasanya pada asma klien pertama kali mengeluh pada nafas yang berhubungan
dengan proses penyakit. Sebab pada saat pengkajian pada pasien asma ditemukan bahwa
pasien merasa susah dalam bernafas, berkeringat, anoreksia dan sulit dikeluarkan.
Adapun tindakan yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh anak yaitu dengan
memberikan kompres hangat, karena bila bila menggunakan kompres dingin dapat
mempercepat panas tubuh. Sementara, tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kurang
volume cairan dengan memenuhi kebutuhan cairan melalui pemberian infus ringer laktat
5% atau dekstrosa 5%.
4.2 Saran