Você está na página 1de 9

PEMBAHASAN

Praktik Kerja Lapangan dilakukan pada tanggal 19 Februari 2018 sampai dengan
18 Maret 2018 di PT. Sierad Produce. Farm Rabak yang terletak di Kampung Cisirung
RT 01 RW 01 Desa Rabak, Kecamatan Rumpin, Bogor. Kegiatan yang dilakukan di PT
Sierad Produce. Farm Rabak meliputi pengaturan suhu ruangan, kelembapan pada
kandang, pemberian vitamin, penimbangan harian dan mingguan, pengujian sampel feses
ayam, pengambilan darah pada ayam, teknik nekropsi ayam, proses panen ayam, dan
pengambilan data ayam di Rumah Potong Ayam (RPA). Aktivitas di PT Sierad Produce.
Farm Rabak dilakukan mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 21. 00 WIB.

1. Pengaturan suhu, kelembapan dan kecepatan angin pada kandang


Suhu tubuh normal pada ternak unggas berkisar antara 40,5-41,5 oC (Etches et al
2008). Untuk dapat mempertahankan suhu tubuh ini, ayam broiler umur tiga minggu
harus dipelihara pada lingkungan dengan suhu berkisar antara 20-25oC dan kelembaban
relatif sekitar 50-70% (Borges et al 2004) dan 26-27 oC untuk ayam broiler dewasa, serta
ayam petelur antara 18- 23,9 oC (Czarick & Fairchild 2008). Bila pemeliharaan dilakukan
di atas kisaran suhu nyaman, ternak akan menderita stres karena kesulitan membuang
suhu tubuhnya ke lingkungan (Cooper & Washburn 1998). Suhu lingkungan tinggi akan
mempengaruhi tingkah laku ternak serta fungsi beberapa organ tubuh, seperti jantung dan
alat pernapasan, serta secara tidak langsung mempengaruhi peningkatan hormon
kortikosteron dan kortisol, menurunnya hormon adrenalin dan tiroksin dalam darah
(Sohail et al. 2010), serta meningkatkan suhu rektal (Delezie et al 2007; Tamzil et al
2013b).
Suhu efektif menunjukkan tingkat kenyamanan pada ayam broiler karena suhu
efektif menggambarkan suhu yang benar-benar dirasakan oleh ayam. Keadaan paling
kritis untuk ayam di kandang closed house adalah pada saat 1-2 jam setelah posisi
matahari tertinggi. Kelembaban relatif sangat berpengaruh terhadap suhu yang
dirasakanayam. Kelembaban relatif menurut Bell dan Weaver (2001) adalah kuantitas
dari uap air di udara dibandingkan dengan kandungan uap air maksimum pada suhu
tertentu. Semakin tinggi kelembaban relatif pada lingkungan akan menyebabkan tubuh
ayam semakin sulit untuk mendinginkan suhu tubuhnya melalui sistem penguapan
tubuhnya. Sedangkan kecepatan udara yang mengenai tubuh ayam sangat membantu
ayam untuk melepaskan panas dari tubuhnyak arena terjadi konveksi panas dari
permukaan kulit ayam ke udara yang bergerak.
Pengaturan suhu dan kelembapan di PT. Sierad Produce, farm Rabak dimulai dari
jam 08.00 WIB, sebelumnya melihat disetiap kandang pada alat yang digunakan yaitu
Thermo Hygrometer dan Temptron 304, kedua alat diaplikasikan secara otomatis sesuai
yang diinginkan. Untuk mengatur suhu kandang pada alat temptron 304 dilakukan
penghitungan secara manual dengan rumus yang telah ditentukan dan melihat suhu yang
berada di Thermo Hygrometer.
Kecepatan angin diukur menggunakan alat yang bernama anemometer pada
masing-masing lokasi petak kandang (depan, tengah, dan belakang). Pengukuran
dilakukan pada ketinggian 50 cm di atas lantai kandang. Kecepatan angin diukur untuk
mengetahui seberapa besar sirkulasi udara dalam kandang. Sistem ventilasi di kandang
tertutup merupakan bagian yang penting untuk diperhatikan karena berperan dalam
sirkulasi udara. Sistem ventilasi di kandang tertutup tergantung dari jenis kipas yang
digunakan. Berdasarkan cara kerja kipas,sistem ventilasi di kandang tertutup dibagi
menjadi dua cara, yaitu mendorong udara masuk dan menyedot udara keluar (Fadillah et
al, 2006). Kecepatan angin dapat berubah-ubah setiap saat, dan salah satu faktor
penyebabnya oleh adanya perbedaan tekanan udara pada suatu wilayah. Kecepatan angin
pada dataran rendah sangat tinggi karena dekat dengan laut dan hembusan angin tinggi
sering berulang. Menurut Yahav et al (2001) terdapat pengaruh kecepatan angin (0.5 m
s-1,1.0 m s-1, 1.5 m s-1, 2.0 m s-1, 2.5 m s-1, 3 m s-1) dan kelembapan kandang 60%
terhadap performans produksi ayam broiler pada bobot badan, pemberian pakan, dan
efisiensi pakan.

(Gambar 1 Temptron 607 A-C) (Gambar 2 Hygro Meter)

(Gambar 3 Anemometer)

2. Pemberian Probiotik dan Vitamin

Ternak unggas membutuhkan zat makanan berupa karbohidrat, protein,


lemak,vitamin, mineral dan air untuk pertumbuhan dan memperoleh energi. Bahan–bahan
makanan yang diperoleh dari pakan masih dalam bentuk yang kompleks dan sukar diserap
untuk digunakan oleh tubuh ayam. Makanan tersebut harus diubah lebih dulu baik secara
mekanis melalui proses pencernaan yaitu memecahkan molekul nutrien kompleks menjadi
molekul sederhana agar dapat diabsorbsi oleh dinding usus (Yuniastuti 2002).
Pemberian probiotik pada ternak unggas biasanya diberikan dalam bentuk
campuran ransum atau diberikan melalui air minum. Beberapa penelitian pada broiler
menunjukkan bahwa penambahan probiotik dalam ransum dapat meningkatkan
pertambahan bobot badan, menurunkan konversi pakan dan mortalitas. Probiotik dapat
mengubah pergerakan pada populasi mikroba di dalam usus halus ayam, sehingga
keberadaannya dapat meningkatkan fungsi dan kesehatan usus, memperbaiki mikroflora
pada sekum, serta meningkatkan penyerapan zat makanan (Mountzouris et al 2010).
Menurut McDonald et al (2002) probiotik didefinisikan sebagai makanan tambahan
berupa mikroba hidup baik bakteri maupun kapang yang mempunyai pengaruh
menguntungkan pada hewan inang dengan memperbaiki mikroba dalam saluran
pencernaan. Tujuan pemberian probiotik adalah untuk memperbaiki keseimbangan
populasi mikroba di dalam saluran pencernaan, dimana mikroba yang menguntungkan
populasinya akan meningkat dan menekan pertumbuhan mikroba yang merugikan dan
merupakan sumber penyakit bagi ternak.
Pemberian probiotik dan vitamin yang dilakukan di PT. Sierad Produce, farm
Rabak telah terjadwalkan dari mulai pagi jam 08.00 WIB. Beberapa bahan yang
digunakan yaitu Hepabial C+, Viusid , Vitacell SG+, Biovit dan Nutricell HyC CWD
diberikan melalui air minum. Pemberian probiotik digunakan sebagai alternatif untuk
membatasi penggunaan antibotika yang terlalu sering dalam pengobatan penyakit, untuk
menghindari resistensinya suatu jenis mikroorganisme (Budiansyah 2004).

(Gambar 3 Pemberian melalui air minum) (Gambar 4 Vitacell SG)

3. Penimbangan Berat Badan Ayam

Penimbangan berat badan ayam yang dilakukan di PT. Sierad Produce, farm
Rabak dimulai pukul 20.00-22.00 WIB, penimbangan dibagi menjadi dua yaitu
penimbangan harian dan mingguan. Penimbangan berat badan ayam merupakan salah
satu aspek yang penting untuk mengetahui kualitas pada ayam tersebut. Penimbangan
berat badan menggunakan timbangan digital, untuk penimbangan harian metode
penimbangan secara acak dengan memilih empat ekor sampel dari masing-masing line
yang sudah ditentukan. Metode penimbangan mingguan dengan memilih ayam yang telah
diwarnai pada bagian bulu, warna yang dipilih bervariasi untuk memudahkan
membedakan dari ayam line lainya.

(Gambar 5 Proses Penimbangan) (Gambar 6 Timbangan Digital)

4. Pengambilan Sampel Darah dan Nekropsi Ayam


Teknik pengambilan darah merupakan salah satu prosedur dalam membantu
mendiagnosa penyakit yang umum dilakukan pada hewan. Pengambilan darah pada
ayam di PT. Sierad Produce, farm Rabak dilakukan pada lokasi vena Brachialis . Pada
saat pengambilan sampel darah tidak dilakukan pembiusan, hanya handling dan restraint
yang dilakukan. Pengambilan darah pada unggas dilakukan dengan menggunakan syringe
1-2,5 ukuran jarum 22-27 G pada vena sayap yang terletak di bagian tengah proximal
ulna dan sedapat mungkin diusahakan tidak terjadi hematoma. Kegiatan pengambilan
darah pada ayam dilakukan pada pukul 13.00 sekaligus melakukan nekropsi ayam untuk
pengambilan beberapa organ pada ayam. Nekropsi atau bedah bangkai merupakan teknik
yang sangat penting dalam penegakan diagnosa penyakit. Sifat pemeriksaan hasil
nekropsi adalah berdasarkan perubahan patologi anatomi (Murtidjo, 1992 dalam
Damayanti Y dkk 2012). Nekropsi adalah teknik lanjutan dari diagnosa klinik untuk
mengukuhkan atau meyakinkan hasil diagnosa klinik. Nekropsi yang dilakukan untuk
pemeriksaan beberapa organ yaitu konjuktiva mata, trackea, kantung udara, jantung, alat
kelamin, proventikulus, gizzard, usus halus, usus besar, caecal tonsil, dan bursa fabricius.
Dari beberapa pemeriksaan, organ usus halus dan usus besar dijadikan sampel untuk
mengehatui kesehatan pada ayam.
(Gambar 7 Nekropsi pada ayam)

5. Pemeriksaan Feses Ayam

Pemeriksaan feses yang dilakukan di PT. Sierad Produce, farm Rabak merupakan
kegiatan untuk membantu mendiagnosa suatu penyakit yang disebabkan ektoparasit dan
endoparasit pada ayam. Penggunaan alat yaitu fecal fluid finder yang diproduksi The
Elanco yang bekerjasama dengan PT. Sierad Produce, pemeriksaan feses bertujuan untuk
mengetahui kandungan air dan tekstur pada feses ayam.
Fecal fluid finder adalah alat sederhana yang biasa digunakan peternakan ayam
pada umumnya, penggunaan alat yang mudah dan cepat menjadi hall positif dalam
penggunaanya. Cara kerjanya dengan memasukan sampel feses segar kedalam alat,
kemudian tutup dengan penyaring dan lakukan penekanan pada alat tesebut. Prinsip kerja
fecal fluid finder yaitu memisahkan kandungan air pada feses dan mengamati tekstur
feses ayam.

( Gambar 8 Fecal fluid finder )


6. Proses Panen Ayam

Proses panen di PT. Sierad Produce, farm Rabak dilakukan pada tanggal 2
Februari 2018 dan 4 Februari 2018. Kegiatan sebelum panen yaitu penimbangan berat
badan ayam disetiap kandang yang akan dipanen dan mempersiapkan tali dari plastik
untuk mengikat ayam pada saat pengangkutan kedalam truk, panen dilakukan pada
malem hari sampai siang hari. Alat tranportasi menggunakan truk dengan jumlah 20
mobil untuk panen hari pertama dan 17 mobil untuk hari berikutnya. Proses panen
pertama dilakukan penimbangan berat badan dengan jumlah ayam 20 ekor yang diikat
dengan tali plastik masing-masing 5 ekor ayam yang dikat , kemudian ayam dibawa ke
truk untuk dimasukan kedalam keranjang ayam yang diisi dengan 10 ekor ayam setiap
keranjangnya.

Kegiatan panen dibutuhkan tenaga kerja yang banyak agar mempercepat proses
panen dan meninimalisir penumpukan truk yang akan menuju rumah potong ayam (RPA),
truk yang telah penuh dengan ayam langsung menuju rumah potong ayam yang berada di
parung bogor.

(Gambar 9 Keranjang ayam dan Truk)

7. Kegiatan di Rumah Potong Ayam (RPA)


Rumah pemotongan ayam (RPA) merupakan salah satu tempat untuk memotong
ayam bagi konsumsi masyarakat umum. RPA PT. Sierad Produce, Tbk saat ini
menghasilkan produk karkas ayam pedaging yang sangat digemari oleh masyarakat,
karena selain harganya relatif murah juga kaya akan gizi. Proses pengelolaan karkas ayam
diantaranya tahap penerimaan ayam, penyembelihan dan penuntasan darah, pengambilan
jeroan, pencucian, pendinginan dan klorinasi, parting, poneles, pembekuan cepat (blast
freezer), penyimpanan beku (cold storage), penyimpanan dingin (chiller), dan
pendistribusian produk karkas.
Kegiatan yang dilakukan di RPA PT. Sierad Produce yaitu pengambilan data
timbangan ayam, pengambilan data sampel organ hati, dan pengambilan data karkas di
chilling tank. Proses pengambilan data tersebut sebagai data tambahan untuk mengetahui
produktivitas dari hasil manajemen yang dilakukan di Farm Rabak, untuk data sampel
organ hati dilakukan pengambilan dari 10 organ hati dalam satu truk mobil, data seluruh
sampel organ hati yaitu 200 organ hati dari 10 truk yang diambil datanya. Sampel organ
hati diberikan penilaian untuk mengetahui beberapa keadaan yaitu organ yang pucat,
agak pucat, abnormal dan bagus (A). Pengambilan data karkas di chilling tank untuk
mengetahui berat karkas dari setiap ekor dan rata-rata berat karkas yang diperoleh.
Kegiatan pengambilan data ayam farm rabak dilakukan pada hari sabtu, 3 maret 2018
dimulai dari jam 06.00 sampai 21.00 WIB
8. Sanitasi kandang dan Penyemprotan Kandang
Sanitasi merupakan berbagai kegiatan yang meliputi penjagaan dan pemeliharaan
kebersihan kandang dan sekitarnya, peralatan dan perlengkapan kandang,penglola
kandang, serta orang dan kendaraan yang keluar-masuk perkandangan (Suprijatna dkk
2005). Menurut Mulyatini (2010), sanitasi adalah cara yang digunakan dalam
memberantas atau mengontrol mikroorganisme yang mempunyai pengaruh yang
berbahaya terhadap kesehatan ternak. Sanitasi kandang dilakukan setelah satu kali
periode pemeliharaan ayam. Pelaksaan pembersihan kandang dimulai dengan sanitasi
kering dan perbaikan. Sanitasi kering yang dilakukan diantaranya adalah membersihkan
kotoran dalam kandang, menyapu dan membersihkan lingkungan kandang serta
memperbaiki peralatan kandang yang kurang berfungsi dengan baik. Langkah selanjutnya
yaitu melakukan pencucian kandang dengan metode sanitasi basah.
Sanitasi basah yang dilakukan oleh PT Sierad Produce Farm Rabak dengan
menyemprotkan air biasa bertekanan tinggi ke setiap sudut kandang yang bertujuan untuk
membersihkan sisa-sisa kotoran yang masih menempel pada bagian kandang.
Penyemprotan selanjutnya menggunakan air yang dicampur dengan detergen, yang
bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa agen infeksi yang terdapat pada bagian kandang.
Detergen yang digunakan yaitu foam Hs 30 berbahan Sodium hydroxide dengan
kombinasi air sekitar 40 liter yang disetting dengan alat foam bertekanan tinggi,
pembersihan tidak meliputi kandang namum tempat minum, pakan dan slide untuk liter
ikut dilakukan penyemprotan. Kegiatan lain yang dilakukan pada saat sanitasi kandang
yaitu melakukan pengujian pada tempat minum dan pakan untuk mengetahui kandungan
mikoorganisme yang menempel dengan suatu alat otomatis, penyemprotan dengan
detergen ditunggu sekitar 20 menit dan terakhir dilakukan penyemprotan dengan air yang
berkekuatan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Bell D dan Weaver D. 2001. Commercial chicken meat and egg production. Edisike-5.
Springer. Amerika Serikat.
Borges SA, Fischer da Silva A V, Maiorka A, Hooge DM, Cummings KR. 2004. Effects
of diet and cyclic daily heat stress on electrolyte, nitrogen and water intake, excretion and
retention by colostomized male broiler chickens. Int J Poult Sci. 3:313-321 Czarick IIIM,
Fairchild BD. 2008. Poultry housing for hot
Budiansyah, A. 2004. Pemanfaatan Probiotik Dalam Meningkatkan Penampilan Produksi
Ternak Unggas. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Cooper MA, Washburn KW. 1998. The relationships of body temperature to weight gain,
feed consumption, and feed utilization in broilers under heat stress. Poult Sci. 77:237-
242.
Czarick IIIM, Fairchild BD. 2008. Poultry housing for hot climates. In: Daghir NJ, editor.
Poult Prod hot Clim. Trowbridge (UK): Cromwell Press. p. 81-131.
Delezie E, Swennen Q, Buyse J, Decuypere E. 2007. The effect of feed withdrawal and
crating density in transit on metabolism and meat quality of broilers at slaughter weight.
Poult Sci. 86:1414-1423. Sohail MU, Ijaz A, Yousaf MS, Ashraf K, Zaneb H, Aleem.
Damayanti, Y., I.B.O. Winaya, dan M.D.R. Anto. 2012. Evaluasi penyakit virus pada
kadaver broiler berdasarkan pengamatan patologi anatomi di rumah pemotongan unggas.
J. Indonesia Medicus Veterinus. 1(3):417- 427
Etches RJ, John TM, Verrinder Gibbins AM. 2008. Behavioural, physiological,
neuroendocrine and molecular responses to heat stress. In: Daghir NJ, editor. Poult Prod
hot Clim. p. 49-69.
McDonald, P. R, A. Edwards, J. F. D. Greenhalg, & C. A Morgan. 2002. Animal Nutrition
6th Edition. Longman Scientific and Technical Co. Published in The United States with
John Willey and Sons Inc, New York.
Yahav S, Straschnow A, Vax E, Razpakovski V, Shinder D. 2001. Air velocity alters
broiler performance under harsh environmental conditions. Poultry Sci 80(6): 724-726.
Murtidjo, B.A. 1992. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta
Tamzil MH, Noor RR, Hardjosworo PS, Manalu W, Sumantri C. 2013b. Keragaman gen
heat shock protein 70 ayam Kampung, ayam Arab dan ayam Ras. J Vet. 14:317-326.
climates. In: Daghir NJ, editor. Poult Prod hot Clim.
Fadillah, Roni et al. 2006. Panduan Lengkap Sukses Beternak Ayam Broiler.Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Mountzouris K.C., P/ Tsitrsikos, I. Palamadi, A. Arvaniti, M. Mohnl, G. Schatzmayr and
K. Fegeros. 2010. Effects of probiotik on growth performance, nutrient digestibillty,
plasma immunoglobulins, and cecal microflora composition. Poult. Sci. 89: 58-67.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Mulyantini, N. G. A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Hal: 33; 151; 163; 168-169.

Você também pode gostar