Você está na página 1de 17

MAKALAH

ASSESMEN OBSERVASI DALAM KELAS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Assesmen Pendidikan Dasar

Dosen Pengampu :
Dr. Wiwi Isnaeni, M.S.
Dr. Ellianawati, S.Pd., M.Si

Disusun Oleh:

1. FARKHATUN SHOLIKHAH (0103517100)


2. SARWO EDI WIBOWO (0103517118)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR KONSENTRASI PGSD


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Assesmen
Observasi Dalam Kelas”.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dosen pengampu Ibu
Dr. Wiwi Isnaeni, M.S. Mata kuliah Assemen Pendidikan Dasar. Selain itu,
diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi bagi pembelajaran Assemen
Pendidikan Dasar.
Meskipun makalah ini telah penulis buat dengan segala kemampuan,
namun kritik dan saran demi perbaikan, penulis harapkan dan akan diterima
dengan senang hati.

Akhirnya penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Semarang, April 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i


KATA PENGANTAR …………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………... 1
C. Tujuan …………………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Observasi ………………………………………………….. 3
B. Tujuan Observasi ……………………………………............................ 4
C. Karakteristik Observasi ……………………………………………….. 4
D. Jenis Observasi ………………………………………………………... 4
E. Langkah-langkah dan Validitas Penyusunan Pedoman Observasi ……. 5
F. Kelebihan dan Kekurangan Observasi ………………………………... 7
G. Observasi Perkembangan Fisik dan Bahasa pada Anak SD …………... 7
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ………………………………………………………………. 10
B. Saran …………………………………………………………………... 11
DAFTAR PUSTAKA 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode observasi merupakan metode assesment yang tertua dalam
psikologi. Metode observasi telah digunakan untuk mengobservasi perilaku
verbal maupun non - verbal. Begitu pula halnya dengan ujian masuk perguruan
tinggi. Metode observasi paling banyak digunakan dalam mengkaji
perkembangan dan pendidikan anak. Observasi langsung merupakan bagian
penting dari proses penemuan, dalam pengajaran maupun penelitian.
Observasi merupakan sarana untuk menggeneralisasi hipotesis atau ide.
Pemahaman yang diperoleh dari observasi tersebut dapat dijadikan landasan
untuk merancang aktivitas yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran di
sekolah. Observasi dapat digunakan sebagai sarana untuk menjawab suatu
pertanyaan khusus/spesifik. Observasi dapat memberikan gambaran yang lebih
realistik tentang suatu peristiwa atau perilaku, dibandingkan metode
pengumpulan informasi lainnya. Melalui observasi dimungkinkan untuk
mengukur perilaku anak yang tidak dapat diukur dengan alat lain, misalnya pada
anak yang memiliki kemampuan bahasa terbatas dan mengalami kesulitan
.melalui observasi dimungkinkan bagi peneliti atau praktisi untuk memahami
perilaku anak dengan lebih baik, observasi dapat menjadi sarana dalam
melakukan evaluasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud observasi?
2. Apa tujuan observasi?
3. Apa karakteristik observasi?
4. Apa saja jenis observasi?
5. Bagaimana langkah-langkah penyusunan pedoman observasi?
6. Apa kelebihan dan kekurangan observasi?

1
7. Bagaimana melakukan pengamatan perkembangan fisik dan bahasa pada
anak SD?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian observasi
2. Untuk mengerthui tujuan observasi
3. Untuk mengetahui karakteristik observasi
4. Untuk mengetahui jenis observasi
5. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam penyusunan observasi
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan observasi
7. Untuk mengetahui cara melakukan pengamatan perkembangan fisik dan
bahasa pada anak SD

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Observasi
Sebenarnya observasi merupakan suatu proses yang alami, bahkan mungkin
kita sering melakukannya, baik secara sadar maupun tidak sadar di dalam
kehidupan sehari-hari. Di dalam kelas guru sering melihat, mengamati, dan
melakukan interpretasi. Pentingnya observasi dalam kegiatan evaluasi
pembelajaran mengharuskan guru untuk memahami lebih jauh tentang judgment,
bertindak secara reflektif, dan menggunakan komentar orang lain sebagai
informasi untuk membuat judgement yang lebih reliable. Hal ini yang harus
dipahami oleh guru adalah bahwa tidak semua yang dilihat disebut observasi.
Observasi yang dilakukan oleh guru di kelas tidak cukup hanya dengan duduk
dan melihat melainkan harus dilakukan secara sengaja, hati-hati, sistematis,
sesuai dengan aspek-aspek tertentu, dan berdasrkan tujuan yang jelas. Untuk
memperoleh hasil observasi yang baik, maka kemampuan guru dalam melakukan
pengamatan harus sering dilatih, mulai dari hal-hal yang sederhana sampai
dengan hal-hal yang kompleks.
Menurut Arifin (2017:153) observasi adalah suatu proses pengamatan dan
pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai
fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan
untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Purwanto (2014:149)
observasi merupakan metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau
mengamati individu atau kelompok secara langsung. Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa observasi merupakan metode pengamatan dan pencatatan
mengenai berbagai fenomena baik individu maupun kelompok untuk mencapai
tujuan tertentu.

3
B. Tujuan Observasi
Tujuan utama observasi menurut Arifin (2017:153) adalah :
1. Untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena, baik
yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang
sesungguhnya maupun dalam situasi buatan.
2. Untuk mengukur perilaku kelas baik perilaku guru maupun perilaku peserta
didik, interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat
diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (sosial skills).

C. Karakteristik Observasi
Observasi mempunyai beberapa karakteristik, diantaranya:
1. Mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Hal ini dimaksudkan agar
pelaksanaan observasi tidak menyimpang dari permasalahan. Oleh sebab itu
dalam pelaksanaanya evaluator harus menggunakan alat yang disebut dengan
pedoman observasi.
2. Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan
rasional.
3. Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi
4. Praktis penggunaannya.

D. Jenis Observasi
Menurut Sutrisno Hadi (dalam Airfin, 2017:155) mengemukakan ada tiga
jenis observasi yang masing-masing hanya cocok untuk keadaan-keadaan
tertentu, yaitu:
1. Observasi partisipan-observasi nonpartisipan
Observasi partisipan adalah observasi yang dilakukan di mana observer turut
ambil bagian dalam peri kehidupan orang atau objek-objek yang diobservasi,
sedangkan observasi dengan pura-pura disebut quasi participant observation.
Jika unsur-unsur partisipasi sama sekali tidak terdapat di dalamnya, maka
disebut nonparticipant observation.

4
2. Observasi sistematik-observasi nonsistematik
Observasi sistematik disebut juga observasi berstruktur. Ciri pokok observasi
ini adalah adanya kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah diatur
kategorisasinya lebih dahulu, dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam
kategori-kategori sistematik. Observasi yang tidak menggunakan kerangka
disebut observasi nonsistematik.
3. Obervasi eksperimental-observasi noneksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dalam peristiwa-peristiwa
tertentu, mungkin observer tidak terlibat dalam dinamika dan kompleksitas
situasi yang diselidikinya, tetapi merasa perlu mengendalikan unsur-unsur
penting dalam situasi tertentu, sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan
tujuan observasi dan dapat dikendalikan untuk menghindari bahaya
timbulnya faktor-faktor yang tidak diharapkan. Observasi eksperimental
biasanya tidak memerlukan observer yang banyak. Faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi tingkah laku observi (yang diobservasi) telah dikontrol
secermat-cermatnya sehingga observasi ini dipandang orang sebagai suatu
instrument evaluasi yang relatif murni untuk mengamati pengaruh kondisi-
kondisi tertentu terhadap tingkah laku peserta didik atau tingkah laku guru.

E. Langkah-langkah dan Validitas Penyusunan Pedoman Observasi


Adapun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi adalah sebagai
berikut:
1. Merumuskan tujuan observasi.
2. Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi.
3. Menyusun pedoman observasi.
4. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan dengan
proses belajar peserta didik dan kepribadiannya maupun penampilan guru
dalam pembelajaran.
5. Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan
pedoman observasi.
6. Merevisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba.

5
7. Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung.
8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi.
Dalam melakukan evaluasi validitas merupakan salah satu syarat yang
terpenting bagi suatu alat evaluasi. Suatu teknik evaluasi dikatakan mempunyai
validitas yang tinggi (disebut valid) apabila ia dapat mengukur apa yang
sebenarnya harus diukur. Di samping itu, kita harus mengetahui pula bahwa
tingkat validitas suatu alat atau teknik evaluasi sangat bergantung pada tujuan
yang akan diukur atau dinilai. Suatu teknik evaluasi dapat mempunyai tujuan
validitas yang berbeda-beda jika dipergunakan untuk mengukur tujuan kegiatan
belajar yang berlainan.
Validitas suatu teknik observasi sangat bergantung pada kecakapan,
pengertian, pengetahuan, dan sifat-sifat pengamat itu sendiri. Maka untuk
menjaga tetap adanya validitas observasi yang dilakukan, guru hendaknya
memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Pencatatan di dalam observasi harus dilakukan segera dan secepat mungkin.
Jangan dibiarkan peristiwanya terlalu lama sehingga dengan demikian
bagian-bagian yang penting tidak terlupakan dan pencatatan dapat lebih
objektif.
2. Observer atau pengamat harus selalu sadar akan bahaya dari misinterpretasi
yang timbul karena kekacauan atau kurang pahamnya membedakan mana
yang berupa gejala dan mana yang berupa sebab-sebab.
3. Generalisasi dari observasi baru dapat diterima atau dilakukan berdasarkan
penelitian yang sangat berhati-hati, dan didasarkan atas sampel yang luas.
Jika tidak demikian, generalisasi dapat merupakan suatu kesimpulan yang
keliru dan tidak benar.
4. Signifikasi hasil observasi sangat bergantung pada kecakapan, pemahaman,
dan sifat-sifat pengamat itu sendiri.

6
F. Kelebihan dan Kelemahan Observasi
Observasi secara umum mempunyai kelebihan dan kelemahan. Adapun
kelebihan observasi yaitu:
1. Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena
2. Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang
sedang melakukan suatu kegiatan.
3. Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi justru lebih cepat
dengan observasi.
4. Memberi tambahan informasi yang sudah didapat melalui teknik lain
5. Data yang diperoleh lebih objektif dan melukiskan aspek-aspek kepribadian
siswa yang sebenarnya.
Sedangkan kelemahan dari observasi adalah:
1. Sering kali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada
kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun observe itu sendiri
2. Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dan ketepatan hasil, pengamatan
perlu dilakukan beberapa kali sehingga memerlukan waktu yang panjang.
3. Jika proses yang di amati memakan waktu yang lama, maka observer sering
menjadi jenuh.
4. Data yang hanya diperoleh dari observasi tidak dapat memberikan gambaran
yang sama tentang struktur kepribadian individu.
5. Penafsiran terhadap hasil observasi sering kali bersifat subjektif, sehingga
diperlukan keterlibatan beberapa orang pengamat

G. Observasi Perkembangan Fisik dan Bahasa pada Anak SD


1. Perkembangan Fisik
Anak sekolah dasar di Indonesia pada umumnya berada pada rentang usia
sekitar 6-12 tahun. Dalam psikologi perkembangan, rentang usia tersebut
lazimnya disebut sebagai masa anak (middle and late chilhood), yaitu suatu fase
antara masa kanak-kanak (early chilhood) dan masa remaja (adolescene).
Sebutan lain yang sering digunakan adalah masa usia sekolah. Sebutan ini

7
mungkin diberikan karena anak pada usia ini mulai memasuki dunia pendidikan
formal, yaitu sekolah.
Pembahasan mengenai perkembangan fisik anak SD ini mencakup aspek
tinggi dan berat badan, serta proporsi tubuh dan dampak-dampak psikologis yang
dapat ditimbulkannya. Perkembangan fisik anak SD ini mencakup aspek-aspek
sebagai berikut:
a. Tinggi dan berat badan
b. Proporsi dan bentuk tubuh
c. Otak
d. Keterampilan Motorik
2. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi setiap orang, termasuk anak-
anak. Bahasa yang pertama dikenali anak adalah bahasa ibu. Maka dari itu
pemerolehan bahasa merupakan proses yang berlangsung didalam otak seorang
anak-anak ketika ia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Agar
dapat berbahasa dengan baik dan lancar , anak-anak memerlukan latihan yang
intensif dan bertahap. Kemajuan kemampuan berbahasa mereka berjalan seiring
dengan perkembangan fisik, mental, intelektual, dan sosialnya. Oleh karena itu,
perkembangan bahasa anak ditandai oleh suatu rangkaian kesatuan yang bergerak
dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih
kompleks. Perkembangan bahasa anak itu dipengaruhi oleh bakat bawaan,
lingkungan atau faktor lain yang menunjang, yaitu perkembangan fisik dan
intelektual. Kemampuan berbahasa sangat penting bagi anak-anak karena anak-
anak akan dapat mengembangkan kemampuan sosialnya melalui berbahasa.
Keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan
kemampuan berbahasa. Melalui bahasa, anak dapat mengekspresikan pikiran,
sehingga orang lain memahaminya dan menciptakan suatu hubungan sosial. Jadi,
tidaklah mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator
kesuksesan seorang anak.
Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia 6-7
tahun, disaat anak mulai bersekolah. Jadi, perkembangan bahasa adalah

8
meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi
dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda isyarat. Mampu
dan menguasai alat komunikasi disini diartikan sebagai upaya seseorang untuk
dapat memahami dan dipahami oleh orang lain. Usia sekolah dasar merupakan
masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai
perbendaharaan kata. Di sekolah diberikan pelajaran bahasa yang dengan sengaja
menambah perbendaharaan katanya, mengajar menyusun struktur kalimat,
pribahasa, kesusastraan dan keterampilan mengarang. Dengan dibekali pelajaran
bahasa ini, diharapkan peserta didik dapat menguasai dan mempergunakannya
sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain, menyatakan isi hatinya
(perasaannya), memahami keterampilan mengolah informasi yang diterimanya,
dan mengembangkan kepribadiannya, seperti menyatakan sikap dan
keyakinannya. (perasaannya).
Apabila dilihat dari teknis pelaksanaanya, observasi dapat ditempuh
melalui tiga cara, yaitu:
1. Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan secara langsung
terhadap objek yang diselidiki.
2. Observasi tidak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara,
baik teknik maupun alat tertentu.
3. Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil
bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
Berdasarkan jenis observasi dari teknis pelaksaannya tersebut, maka teknik
observasi untuk mengamati perkembangan fisik dan bahasa pada anak SD adalah
menggunakan teknik observasi partisipasi. Dengan teknik observasi partisipasi
ini guru akan secara langsung ikut terlibat dalam proses pengamatan
perkembangan fisik dan bahasa yang dialami oleh peserta didik. Guru dapat
memperoleh data yang akurat terhadap perkembangan fisik dan bahasa peserta
didik, karena setiap peserta didik mempunyai karateristik yang berbeda beda,
sehingga nantinya guru dapat mengambil langkah untuk melaksanakan
pembelajaran dengan lebih baik berdasarkan data-data yang diperoleh melalui
observasi tersebut.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Observasi merupakan metode pengamatan dan pencatatan mengenai berbagai
fenomena baik individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.
Tujuan observasi adalah:

1. Untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena, baik


yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang
sesungguhnya maupun dalam situasi buatan.
2. Untuk mengukur perilaku kelas baik perilaku guru maupun perilaku peserta
didik, interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat
diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (sosial skills).
Observasi mempunyai beberapa karakteristik, diantaranya:
1. Mempunyai arah dan tujuan yang jelas.
2. Bersifat ilmiah
3. Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi
4. Praktis penggunaannya.
Terdapat 3 jenis observasi:
1. Observasi partisipan-observasi nonpartisipan
2. Observasi sistematik-observasi nonsistematik
3. Obervasi eksperimental-observasi noneksperimental
Langkah-langkah Penyusunan Pedoman Observasi:
1. Merumuskan tujuan observasi.
2. Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi.
3. Menyusun pedoman observasi.
4. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan dengan
proses belajar peserta didik dan kepribadiannya maupun penampilan guru
dalam pembelajaran.

10
5. Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan
pedoman observasi.
6. Merevisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba.
7. Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung.
8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi.

B. SARAN
Observasi merupakan metode pengamatan yang bersifat objektif namun untuk
memperoleh hasil yang valid dibutuhkan suatu kecakapan dalam pengertian,
pengetahuan, dan sifat-sifat pengamat itu sendiri. Untuk itu sebagai observer kita
perlu memerlukan bantuan dari pengamat lain dan membutuhkan waktu yang
cukup agar hasil observasi menjadi valid dan dapat melakukan perubahan yang
lebih baik terhadap hasil observasi tersebut

11
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2017. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Purwanto, Ngalim. 2013. Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

12
1. Hafid Setiyadi / 0103517083
Pertanyaan : Bagaimana Menginterpretasikan hasil observasi agar tidak terjadi
kesalahan tafsir/arti?
Jawaban : Seperti yang diketahui bahwa kelemahan asesmen observasi
adalah sulit menafsirkan hasil pengamatan, untuk itu apabila kita melakukan
observasi hendaknya kita melibatkan beberapa orang pengamat untuk membantu
kita menafsirkan hasil observasi agar observasi menjadi bersifat objektif dan
tidak terjadi kesalahan tafsir. Dalam hal ini guru dapat melibatkan guru senior,
kepala sekolah maupun pengawas.
2. Danik Ekayani / 0103517149
Pertanyaan : Apa syarat observasi yang direvisi?
Jawaban : Syarat observasi yang direvisi adalah apabila dalam melakukan
observasi tersebut terdapat manipulasi data dan terjadi salah penafsiran data,
untuk itu dalam melakukan observasi perolehan data tidak boleh terdapat
manipulasi data dan dalam penafsiran data kita harus bersifat objektif dan
melibatkan beberapa pengamat.
3. Chuzaifah / 0103517139
Pertanyaan : Observasi partisipan dan observasi nonpartisipan. Apa
maksudnya observer masuk dalam objek observasi atau tidak masuk dalam objek
observasi, mohon di perjelas!
Jawaban : Observasi partisipan yaitu pengamatan yang dilakukan observer
dengan cara melibatkan diri dalam proses observasi, sedangkan observasi non
partisipan yaitu pengamatan yang dilakukan observer namun observer hanya
bertindak sebagai pengamat saja dan tidak ikut melibatkan diri dalam proses
observasi. Contoh observasi partisipan yaitu guru melakukan pengamatan pada
saat diskusi dengan peserta didik di dalam kelas.. sedangkan contoh observasi
nonpartisipan yaitu kepala sekolah melakukan pengamatan terhadap guru yang
sedang melakukan pembelajaran di kelas.

13
14

Você também pode gostar