Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TENTANG
PANDUAN MANAJEMEN RISIKO
RUMAH SAKIT ISLAM LUMAJANG
Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit Islam Lumajang selalu berupaya untuk meningkatkan keamanan
baik untuk pasien, pengunjung dan karyawan ;
b. bahwa dalam upaya memberikan pelayanan yang aman di Rumah Sakit Islam
Lumajang sangat dibutuhkan suatu Panduan Manajemen Risiko ;
c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan pada huruf a dan b di atas, dipandang perlu
memberlakukan Panduan Manajemen Risiko di Rumah Sakit Islam Lumajang;
2. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 012 tahun 2012 tentang
akreditasi rumah sakit;
3. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 11 / menkes / per / viii / 2017
tentang keselamatan pasien rumah sakit;
MEMUTUSKAN:
KETIGA : Surat Keputusan ini akan dilakukan evaluasi maksimal 3 (tiga) tahun sejak tanggal
ditetapkan;
KEEMPAT : Apabila di dalam surat keputusan ini terdapat kekeliruan maka akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Lumajang
DIREKTUR
DEFINISI
1. Risiko : peluang / probabilitas timbulnya suatu insiden (menurut WHO), yang akan
berdampak merugikan bagi pencapaian sasaran-sasaran keselamatan pasien dan
menurunkan mutu pelayanan.
3. Insiden Keselamatan Pasien (IKP): setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera pada pasien. IKP terdiri dari
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera
(KTC), dan Kejadian Potensial Cedera (KPC).
4. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD): adalah insiden yang mengakibatkan cidera pada
pasien.
5. Kejadian Nyaris Cidera (KNC): adalah insiden yang berpotensi menimbulkan cidera pada
pasien tapi yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga tidak ada cidera pada pasien.
6. Kejadian Tidak Cedera (KTC): adalah insiden yang berpotensi mengakibatkan cidera
pada pasien dan sudah terpapar ke pasien, tetap ternyata tidak menimbulkan cidera pada
pasien.
7. Kondisi Potensial Cedera (KPC): adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cidera, tetapi belum terjadi.
8. Kejadian Sentinel : adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan dan telah
mengakibatkan kematian atau cidera fisik / psikologis serius, atau kecacatan pada pasien.
Termasuk di dalam kejadian sentinel antara lain: kematian yang tidak dapat diantisipasi dan tidak
berhubungan dengan penyebab alami dari penyakit pasien atau kondisi medis dasar pasien;
bunuh diri, kehilangan permanen dari sebagian besar fungsi tubuh yang tidak berhubungan
dengan penyakit dasar pasien; pembedahan yang salah lokasi / salah prosedur / salah pasien;
penculikan bayi atau bayi yang dibawa pulang oleh orang tua yang salah.
10. Risiko Sisa : adalah sisa risiko tingkat terendah yang dapat dicapai setelah upaya
pengendalian / tindakan dilakukan.
11. Penilaian Risiko : adalah upaya identifikasi dari risiko yang terjadi atau berpotensi terjadi
dalam pelayanan di rumah sakit dengan mempertimbangkan klasifikasi dan derajat
(grading) kerugian yang mungkin terjadi sebagai akibat dari terpapar risiko tersebut.
12. Penilai Risiko : adalah anggota dari staf (manager atau yang lain) yang telah menghadiri
pelatihan penilaian risiko. Hal ini adalah tanggung jawab manajemen untuk memastikan
bahwa tiap unit kerja memiliki paling sedikit satu penilai risiko yang terlatih.
13. Internal : merujuk kepada aktivitas atau dokumen di dalam rumah sakit.
14. Eksternal : merujuk kepada aktivitas atau dokumen yang bukan berasal dari rumah sakit.
BAB II
RUANG LINGKUP
Panduan ini mencakup seluruh manajemen risiko di area pelayanan Rumah Sakit Islam
Lumajang,termasuk seluruh area pekerjaan, unit kerja dan area klinis. Manajemen risiko merupakan
tanggungjawab semua komponen di rumah sakit. Tujuan manajemen risiko untuk identifikasi dan
pengendalian risiko strategis dan operasional tidak akan tercapai apabila semua perangkat yang ada di
rumah sakit tidak bekerjasama dan berpartisipasi pada pelaksanaannya.
1. Level rumah sakit oleh Komite PMKP Rumah Sakit Islam Lumajang
2. Level unit kerja / bagian dalam rumah sakit oleh kepala instalasi atau kepala bagian dari masing -
masing unit kerja
a. Meninjau daftar risiko rumah sakit dan memberi rekomendasi untuk menurunkan skor risiko.
b. Meninjau risiko-risiko ekstrim, tindakan, pengendalian, dan menyoroti area-area utama kepada
masing-masing kepala unit kerja terkait.
c. Membuat dan meninjau strategi dan kebijakan manajemen risiko.
d. Penyediaan pelatihan penilaian risiko.
e. Memantau daftar risiko per unit kerja untuk setiap perubahan, bagian yang tidak lengkap,
dengan perhatian pada tingkat risiko dan jadwal waktu.
f. Memberi saran kepada penilai risiko, kepala unit kerja dan pihak eksekutif perihal manajemen
risiko.
TATALAKSANA
Dalam hal ini, risiko dapat dibedakan menjadi risiko potensial (dengan pendekatan pro- aktif) dan
insiden yang sudah terjadi (dengan pendekatan reaktif / responsif). Risiko potensial dapat diidentifikasi dari
berbagai macam sumber,misalnya:
2. ANALISIS RISIKO
Analisa dilakukan dengan menentukan score risiko atau insiden tersebut untuk menentukan
prioritas penanganan dan level manajemen yang harus bertanggung jawab untuk mengelola /
mengendalikan risiko / insiden tersebut termasuk dalam kategori biru / hijau / kuning / merah.
Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya. Untuk risiko / insiden dengan
kategori biru dan hijau maka evaluasi cukup dengan investigasi sederhana sedangkan untuk kategori
kuning dan merah perlu dilakukan evaluasi lebih mendalam dengan metode RCA (root cause analysis
– reaktif / responsive) atau HFMEA (healthcare failure mode effect analysis –proaktif)
3. MONITORING DAN EVALUASI RISIKO
Pengecekan, Pengawasan, Pengamatan secara kritis, atau Pencatatan kemajuan dari suatu kegiatan,
tindakan, atau sistem untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi.
Proses yang biasa digunakan untuk menentukan manajemen risiko dengan membandingkan
tingkat risiko terhadap standar yang telah ditentukan, target tingkat risiko dan kriteria lainnya.
1. Evaluasi Risiko
1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai skor dan grading yang
didapat dalamanalisis.
SKOR RISIKO = DAMPAK X PELUANG
2. Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai, dan meliputi proses
berikut:
a. Menilai secara obyektif beratnya / dampak / akibat dan menentukan suatuskor
b. Menilai secara obyektif kemungkinan / peluang / frekuensi suatu peristiwa terjadi dan
menentukan suatuskor
c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skorrisiko
3. Penilaian risiko akan dilaksanakan dalam duatahap.
a. Tahap pertama akan diselesaikan oleh penilai risiko yang terlatih, yang akan mengidentifikasi
bahaya, efek yang mungkin terjadi dan pemeringkatanrisiko.
b. Tahap kedua dari penilaian akan dilakukan oleh Kepala Unit Kerja yang akan melakukan
verifikasi tahap pertama dan membuat suatu rencana tindakan untuk mengatasirisiko.
2. Kelola Risiko
Setelah analisis dan evaluasi selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah pengelolaan risiko
atau insiden dengan target menghilangkan atau menekan risiko hingga ke level terendah (risiko sisa)
dan meminimalisir dampak atau kerugian yang timbul dari insiden yang sudah terjadi.
Tentukan kriteria yang diduga akan menghambat evaluasi risiko yang akan dilakukan. Hal tersebut
ditentukan oleh kesesuaian dan perlakuan risiko yang didasari kegiatan operasional, teknis, dana, hukum,
sosial, kemanusiaan atau kriteria lainnya. Biasanya hal tersebut tergantung dari kebijakan internal, tujuan,
objektifitas, dan kebijakan organisasi perusahaan.
Kriteria dipengaruhi oleh persepsi internal dan eksternal, serta ketentuan hukum. Sangat penting
untuk menyesuaikan kriteria tersebut dengan lingkungan yang ada. Kriteria risiko harus dibuat sesuai
dengan jenis risiko yang ada dan level risikonya.
BAB IV
DOKUMENTASI