Você está na página 1de 24

1

KATA PENGANTAR

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR ...................................................ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan ..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah ......................................................................................2
1.4 Manfaat ..................................................................................................2
1.5 Batasan Masalah ....................................................................................2
Bab II ISI .............................................................................................................4
2.1 Pengertian Bahan bakar .........................................................................4
2.2 Bahan Bakar Bensin ...............................................................................4
2.3 Bahan Bakar Premium ...........................................................................5
2.4 Nilai Oktan Pada Bahan Bakar Premium ...............................................5
2.5 Karateristik Dan Spesifikasi Dari Bahan Bakar Premium ....................7
2.5.1 Sifat Pembakaran .........................................................................7
2.5.2 Sifat Penguapan ...........................................................................7
2.5.3 Sifat Pengkaratan .........................................................................8
2.5.4 Sifat Pembersihan ........................................................................9
2.5.5 Nilai Kalor ...................................................................................9
2.5.6 Titik Didih....................................................................................10
2.5.7 Titik Nyala ...................................................................................10
2.5.8 Berat Jenis ....................................................................................11
2.5.9 Viskositas .....................................................................................12
2.5.10 Kadar Abu ..................................................................................12
2.6 Pembakaran Bahan Bakar Premium ......................................................14
2.6.1 Pembakaran Sempurna.................................................................15
2.6.2 Pembakaran Tidak Sempurna ......................................................17

3
Bab III Penutup ...................................................................................................18
3.1 Kesimpulan ............................................................................................19
3.2 Saran .......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................21

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita didalam hampir semua aktivitas dan kegiatan memerlukan energi,
demikian juga semakin tinggi peradabandan kualitas kehidupannya maka
semakin tinggi pemakaian dan ketergantungannya terhadap energi.Energi
didalam penggunaannya sering dirubah dari satu bentuk kebentuk yang laindan
alatnya disebut mesin. Perubahan misalnya dari energi kalor menjadi energi
mekanis, alatnya adalah mesin kalor, energi mekanis menjadi energi listrik,
alatnya adalah generator, energi listrik menjadi energi mekanis, alatnya adalah
motor listrikdan sebagainya.
Pada saat ini kita hampir setiap saat beraktivitas dengan pergi dan pulang
dengan menggunakan alat transportasi kendaraan yang digerakan oleh mesin
kalor, baik mesin penyalaan api atau disebut mesin bensin maupun mesin
penyalaan kompresi atau disebut mesin Diesel. Selama ini kita mengenal bensin
premium, pertamax dan pertamax plus. Bensin atau petroleum (biasa disebut
gasoline di Amerika Serikat dan Kanada) adalah cairan campuran yang berasal
dari minyak bumi dan sebagian besar tersusun dari hidrokarbon serta digunakan
sebagai bahan bakar dalam mesin pembakaran dalam.
Masing-masing jenis bahan bakar tersebut memiliki angka oktan yang
berbeda. Angka oktan adalah angka yang menunjukkan berapa besar tekanan
maksimum yang dapat diberikan di dalam mesin sebelum bensin terbakar secara
spontan. Pada tekanan tertentu bahan bakar akan menyala seiring adanya tekanan
pada piston yang menaikkan temperatur di dalam silinder. Penyalaan yang
diakibatkan tekanan ini tidak dikehendaki karena dapat menyebabkan detonasi.
Penyalaan yang baik disebabkan dari pengapian busi.Dari uraian diatas maka
perlu diketahui penggunaan bahan bakar yang tepat untuk motor bensin. Maka
pada makalah ini akan dibahas lebih rinci mengenai bahan bakar jenis Premium.

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu bahan bakar ?
2. Apa itu bahan bakar premium ?
3. Bagaimana nilai oktan dari bahan bakar premium ?
4. Bagaimana spesfikasi dan karateristik bahan bakar premium ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui definisi bahan bakar
2. Untuk mengetahui definisi bahan bakar premium
3. Untuk mengetahui nilai oktan dari bahan bakar premium
4. Untuk mengetahui spesifikasi dan karateristik dari bahan bakar premium

1.4 Manfaat
1. Untuk memenuhi pengambilan nilai tugas perkelompok
2. Sebagai acuan materi perician mengenai komponen ataupun klasifikasi bahan
bakar minyak premium kepada para pembaca

1.5 Batasan Masalah


1. Hanya membahas mengenai bahan bakar premium
2. Tidak membahas mengenai tata cara pembuatannya, komposisi serta
penyimpanannya.

6
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Bahan Bakar


Bahan bakar adalah bahan–bahan yang di gunakan dalam proses
pembakaran. Tanpa adanya bahan bakar tersebut pembakaran tidak akan
mungkin dapat berlangsung. Banyak sekali jenis bahan bakar yang kita kenal
dalam kehidupan kita sehari–hari. Penggolongan ini dapat dibagi berdasar dari
asalnya bahan bakar dapat di bagi menjadi tiga golongan, yaitu: (1) bahan bakar
nabati (2) bahan bakar mineral, dan (3) bahan bakar fosil. Apabila dilihat dari
bentuknya, maka bahan bakar di bagi menjadi tiga bentuk, yaitu: (1) bahan bakar
padat, (2) bahan bakar cair, dan (3) bahan bakar gas. Namun demikian hingga
saat ini bahan bakar yang paling sering di pakai adalah bahan bakar mineral cair.
Hal ini dilakukan karena banyaknya keuntungan–keuntungan yang di perolah
dengan menggunakan bahan bakar dengan jenis mineral tersebut.
Setiap bahan bakar memiliki karakteristik dan nilai pembakaran yang
berbeda–beda. Karakteristik inilah yang menentukan sifat–sifat dalam proses
pembakaran, dimana sifat yang kurang menguntungkan dapat di sempurnakan
dengan jalan menambah bahan-bahan kimia ke dalam bahan bakar tersebut,
dengan harapan akan mempengaruhi daya anti knocking atau daya letup dari
bahan bakar, dan dalam hal ini menunjuk apa yang dinamakan dengan bilangan
oktan (octane number). Proses pembakaran bahan bakar dalam motor bensin atau
mesin pembakaran dalam sangat di pengaruhi oleh bilangan tersebut, sedangkan
di motor Diesel sangat di pengaruhi oleh bilangan setana (cetane number).
Adapun tujuan dari pembakaran bahan bakar adalah untuk memperoleh
energi yang di sebut dengan energi panas (heat energy). Hasil pembakaran bahan
bakar yang berupa energi panas dapat di bentuk menjadi energi lain, misalnya :
energi untuk penerangan, energi mekanis dan sebagainya. Dengan demikian
setiap hasil pembakaran bahan bakar akan di dapatkan suatu bentuk energi yang

7
lain yang dapat di sesuaikan dengan kebutuhan. Sisa–sisa hasil pembakaran
dalam bahan bakar harus di perhatikan. Oleh karena itu sisa dari hasil
pembakaran yang kurang sempurna akan dapat berpengaruh negatif terhadap
lingkungan. Sisa pembakaran ini akan mengandung gas-gas beracun, yang
terutama di timbulkan oleh pembakaran pada motor bensin. Sedangkan hasil
pembakaran yang di timbulkan oleh motor Diesel akan dapat menimbulkan gas
asap yang berwarna gelap yang akan mengotori lingkungan. Namun pada
kenyataanya, polusi yang di timbulkan oleh pembakaran pada motor Diesel ini
tidak berbahaya bagi lingkungan, jika di bandingkan dengan gas sisa hasil
pembakaran pada motor bensin.

2.2 Bahan Bakar Bensin


Bensin mengandung hidro karbon hasil sulingan dari produksi minyak
mentah. Bensin mengandung gas yang mudah terbakar, umumnya bahan bakar
ini di pergunakan untuk mesin dengan pengapian busi. Sifat yang di miliki
bensin antara lain : (1) Mudah menguap pada temperatur normal, (2) Tidak
berwarna, tembus pandang dan berbau, (3) Titik nyala rendah (-10° sampai -
15°C), (4) Berat jenis rendah (0,60 s/d 0,78), (5) Dapat melarutkan oli dan karet,
(6) Menghasilkan jumlah panas yang besar (9,500 s/d 10,500 kcal/kg), dan (7)
Setelah di bakar sedikit meninggalkan karbon.
Adapun syarat–syarat bensin yang baik dan memberikan kerja mesin yang
lembut, yaitu :
1. Mudah terbakar, artinya mampu tercipta pembakaran serentak di dalam
ruang bakar dengan sedikit knocking atau dentuman,
2. Mudah menguap, artinya bensin harus mampu membentuk uap dengan
mudah untuk memberikan campuran udara dengan bahan bakar yang
tepat saat menghidupkan mesin yang masih dingin,
3. Tidak beroksidasi dan bersifat pembersih, artinyasedikit perubahan
kualitas dan perubahan bentuk selama di simpan. Selain itu juga bensin
harus mencegah pengendapan pada sistem intake,

8
4. Angka oktan, adalah suatu angka untuk mengukur bahan bakar bensin
terhadap daya anti knock characteristic. Bensin dengan nilai oktan yang
tinggi akan tahan terhadap timbulnya engine knocking.

2.3 Bahan Bakar Premium


Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan
yang jernih. Premium merupakan BBM untuk kendaraan bermotor yang paling
populer di Indonesia. Premium di Indonesia dipasarkan oleh Pertamina dengan
harga yang relatif murah karena memperoleh subsidi dari APBN. Premium
merupakan BBM dengan oktan atau Research Octane Number (RON) terendah di
antara BBM untuk kendaraan bermotor lainnya, yakni hanya 88. Pada umumnya,
Premium digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin,
seperti: mobil, sepeda motor, motor tempel, dan lain-lain.

2.4 Nilai Oktan pada Bahan Bakar Premium


Angka oktan pada bensin adalah suatu bilangan yang menunjukan
kemampuan bertahan terhadap detonasi, makin besar angka oktannya makin
besar pula kemampuan bertahan terhadap detonasi. Dengan kata lain, makin
tinggi angka oktan makin kurang kemungkinannya untuk terjadi detonasi.
Dengan
berkurangnya intensitas untuk berdetonasi , maka campuran udara dan bahan
bakar yang dikompresikan oleh torak menjadi lebih banyak , sehingga tenaga
motor akan lebih besar dan pemakaian bahan bakar menjadi lebih hemat. Angka
oktan tergantung pada struktur senyawa hidrocarbon yang terdapat pada bensin
tersebut. Sedang anti detonasidari suatu bahan bakar diukur dengan mesin CFR (
Cooperative Fuel Research Engine ) dimana harga perbandingan kompresi mesin
ini dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan.
Penyelidikan angka oktan bahan bakar dilakukan dengan cara membandingkan
sifat anti detonasi bahan bakar tersebut dengan bahan bakar standar. Dari hasil
perbandingan ini akan diketahui berapa nilai oktan dari bahan bakar tersebut.

9
Besarnya angka oktan ini tergantung pula daripada prosentase iso oktandan
normal heptan yang terkandung didalamnya.
Kualitas bensin ditentukan oleh kandungan isooktana yang dikenal dengan
istilah bilangan oktan. Bilangan oktan n-heptana = 0 dan bilangan oktan
isooktana= 100. Jika bensin mengandung 75% isooktana dan 25% n-heptana,
berarti bilangan oktan tersebut adalah 75. (25/100 x 0) + (75/100 x 100) = 75.
Bahan Bakar Premium memiliki kandungan 88% isooktana dan 12% n-
hepatana berarti nilai oktan dari bahan bakar premium tersebut adalah 88.
(15/100 x 0 ) + (88/100 x 100) = 88.
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi bilangan oktan yang itu :
1. Suhu, Semakin panas udara dan pendingin mesin, meningkatkan
kebutuhan oktan.
2. Ketinggian, Semakin tinggi ( dari permukaan laut ) menurunkan
kebutuhan oktan.
3. Kelembaban, Semakin kering udara meningkatkan kebutuhan oktan.
4. Waktu Pengapian, Jika waktu pengapian meningkat, maka nilai oktan
meningkat.
5. Cara berkendara, Jika lebih sering akselerasi cepat dan beban yang berat
akan meningkatkan kebutuhan nilai oktan.
Dengan adanya hal tersebut maka bagaimana hubungan nilai oktan dengan
kompresi engine sebagai berikut :
1. Makin tinggi angka oktan, makin kuat ia manahan kompresi. Oleh
karena itu, makin tinggi perbandingan kompresi mesin, makin tinggi
angka oktan bensin yang dibutuhkan.
2. Untuk mengetahui jenis bensin apa yang dibutuhkan oleh kendaraan,
kita bisa melihat spesifikasi mesinnya. Produsen kendaraan umumnya
mencantumkan angka rasio kompresinya.
3. Untuk Kendaraan berkompresi antara 7:1 artinya perbandingan bahan
bakar dengan udara hingga 9:1,cukup mengkonsumsi bensin premium
dengan angka oktan 88. untuk mesin dengan kompresi 9,1:1 sampai

10
10:1 sebaiknya menggunakan pertamax /bensin sejenis yang memiliki
angka oktan 92. Untuk kendaraan dengan mesin berkompresi tinggi
dengan perbandingan 10,1:1 ke atas sebaiknya menggunakan pertamax
plus dengan kadar oktan 95.
Dari kadar nilai oktan tersebut maka bahan bakar premium cocok dipakai
pada engine yang berkompresi 7:1 sampai 9:1.

2.5 Karateristik dan spesifikasi dari Bahan Bakar Premium


Spesifikasi adalah ketentuan yang menetapkan batas – batas kualitas suatu
produk yang ditetapkan secara resmi oleh pemerintah dengan memperhatikan
kepentingan nasional secara mutlak.
Untuk itu persyaratan umum dari Premium agar dapat digunakan menjadi bahan
bakar untuk kendaraan, dapat dikelompokkan menjadi 3 sifat utama antara lain :
1. Sifat Pembakaran (ignation quality)
2. Sifat Penguapan (volatility)
3. Sifat Kebersihan dan Stabilitas (corrosivity & stability)

2.5.1 Sifat Pembakaran (ignation quality)


Premium dapat memberikan kerja mesin yang memuaskan apabila
dapat menghasilkan pembakaran sempurna dalam ruang bakar.
Pembakaran yang sempurna dapat dilakukan dengan perbandingan
campuran bahan bakar dan udara yang seimbang dengan percikan api busi,
merambat dengan merata ke ruang bakar secara serentak.
Cara menentukan sifat pembakaran dari suatu bahan bakar adalah
dengan angka oktan dari bahan bakar tersebut. Angka oktan adalah
persentase iso oktan dalam campuran antara iso oktan dengan normal
heptan yang dalam kondisi pemeriksaan memberikan intensitas ketukan
(knocking intensity) yang sama dengan sampel yang diperiksa.

11
Alat yang digunakan dalam pengujian sifat pembakaran adalah mesin
CFR jenis F-1 yang mengacu pada ASTM D-2699. Mesin CFR untuk
pertamakali diperkenalkan pada tahun 1930 di Amerika Serikat.
Apabila suatu mesin menggunakan bahan bakar yang angka oktannya
tidak sesuai dngan spesifikasi dari sifat pembakaran maka akan
mengakibatkan beberapa kerugian pada mesin tersebut, antara lain :
1. Akan terjadi knocking (pembakaran tidak sempurna yang
menghasilkan bunyi letupan)
2. Mesin kehilangan daya
3. Pemborosan bahan bakar
4. Kerusakan pada mesin
5. Pencemaran lingkungan.

2.5.2 Sifat Penguapan (volatility)


Karakteristik lainnya untuk bahan bakar Premium adalah sifat
penguapan. Dalam penggunaannya, diharapkan bahwa bahan bakar akan
teruapkan sempurna dan terdistribusikan merata di dalam ruang bakar,
sehingga dapat terbakar sempurna. Karena bahan bakar dapat terbakar
sempurna, mengakibatkan mudahnya starting pada mesin, waktu
pemanasan mesin dan akselerasi. Sifat penguapan mempunyai pengaruh
penting dalam operasi mesin. Sifat ini diatur sedemikian rupa sehingga
untuk setiap keadaan dapat diperoleh campuran bahan bakar dan udara
yang ideal, untuk menjamin terjadinya pembakaran yang sempurna di
ruang bakar.Akibat atau kerugian yang akan dialami oleh mesin jika sifat
penguapan bahan bakar tidak sesuai dengan spesifikasi, antara lain :
1. Apabila terlalu mudah menguap
Jika terlalu mudah menguap, akan menimbulkan vapor lock
dan pembentukan butir-butir es di dalam karbulator. Yang akan
mengakibatkan mesin kekurangan daya, bunyi mesin menjadi
kasar.

12
2. Apabila terlalu sulit menguap
Bila sukar menguap akan menyebabkan penyebarannya di
dalam silinder tidak seimbang, mesin sulit untuk dihidupkan.
Hal ini akan menimbulkan karbon deposit serta menyebabkan
pengenceran minyak lumas.
Untuk itu sifat penguapan dari suatu bahan bakar dapat di uji atau
diukur dengan menggunakan Analisa Tekanan Uap yang mengacu pada
ASTM D-323 dan ASTM D-86.
Nilai sifat penguapan dari bahan bakar premium pada suhu yang telah
ditentukan yaitu 37.8 °C yaitu maksimal 62 Kpa

2.5.3 Sifat Pengkaratan (Corrosivity)


Unsur-unsur dalam bahan bakar migas di samping hidrokarbon,
terdapat pula unsur-unsur sulfur, oksigen, nitrogen, halogen dan logam.
Senyawa unsur yang bersifat korosuf adalah senyawa sulfur. Senyawa-
senyawa sulfur dalam mogas yang korosif dapat berupa hidrogen sulfida,
merkaptan, tiofena. Pada pembakaran bahan bakar senyawaan sulfur akan
teroksidasi oleh oksigen dalam udara menghasilkan oksida sulfur. Bila
oksida sulfur ini bereaksi dengan air akan menghasilkan asam sufat.
Terbentuknya asam sulfat ini dapat bereaksi dengan logam, terutama dalam
gas buang.
Pengujian untuk mengetahui sifat pengkaratan dalam migas dapat
dilihat pada spesifikasi dari tiap jenis produk mogas, yaitu :
1. Kandungan sulfur, ASTM D. 1266
2. Doctor test, IP 30
3. Copper strip corrosion, ASTMD 130
Nilai sifat pengkaratan dari bahan bakar premium dengan kandungan sulfur
sebanyak 0,05 % atau 1 m/m, untuk uji doctor hasilnya negatif dan uji
korosi bilah tembaga selama 3 jam pada suhu 50 °C maks masuk
spesifikasi nomor 1

13
2.5.4 Sifat Kebersihan
Sifat Kebersihan,Selama disimpan olefin dan nitrogen merupakan
penyebab terjadinya getah (gum), sedang keberadaan logam Cu dan Fe
merupakan katalis yang berfungsi mempercepat terbentuknya getah. Getah
ini sebenarnya adalah polimer olefin sebagai hasil proses polimerisasi dari
olefin, yang oleh adanya logam Cu dan Fe dapat dipercepat
pembentukannya. Selama penimbunan, getah ini dapat mengendap pada
bagian dasar tangki timbun. Dalam pemakaian, getah ini mengendap pada
saluran bahan bakar, sehingga akan mengganggu aliran bahan bakar dan
menyebabkan terbentuknya endapan yang menempel pada saluran
pemasukan dan katub hisap. Bila ini terjadi, maka kerja mesin terganggu.
Pengujian untuk mengetahui sifat kestabilan migas dapat dilihat pada
spesifikasi dari tiap jenis produk mogas, yaitu :
1. Uji Getah Purwa, ASTM D. 381
2. Uji Periode Induksi, ASTMD 525
Pada bahan bakar premium memiliki uji getah purwa dengan hasil
4mg/100ml dan proses induksi minimal selama 240 menit

2.5.5 Nilai Kalor


Nilai kalori bahan bakar minyak adalah jumlah panas yang ditimbulkan
oleh suatu gram bahan bakar tersebut dengan meningkatkan temperatur 1 gr
air dari 3,50 C – 4,50 C, dengan satuan kalori (RP. Koesoemadinata :
1980). Dengan kata lain nilai kalor adalah besarnya panas yang diperoleh
dari pembakaran suatu jumlah tertentu bahan bakar di dalam zat asam.
Makin tinggi berat jenis minyak bakar, makin rendah nilai kalori yang
diperolehnya. Misalnya bahan bakar minyak dengan berat jenis 0,75 atau
grafitasi API 70,6 mempunyai nilai kalori 11.700 kal/gr.
Nilai kalori untuk bahan bakar premium yaitu 45950 KJ/Kmol

14
2.5.6 Titik Didih
Titik didih minyak berbeda-beda sesuai dengan grafitasinya. Untuk wilayah
dengan grafitasi API-nya rendah, maka titik didihnya tinggi karena
mempunyai berat jenis yang tinggi. Sedangkan untuk grafitasi API-nya
tinggi maka titik didihnya rendah.
Titik didih akhir dari bahan bakar premium yaitu maksimal 215 °C

2.5.7 Titik Nyala


Titik nyala adalah suhu terendah dari bahan bakar minyak yang dapat
menimbulkan nyala api dalam sekejap apabila pada permukaan bahan bakar
minyak tersebut dipercikan api. Pada bahan bakar minyak dengan grafitasi
API tinggi maka titik didihnya rendah, sehingga titik nyalanya juga rendah
artinya bahan bakar minyak tersebut akan mudah terbakar, demikian juga
sebaliknya. Titik nyala bensin yaitu 12 °C

2.5.8 Berat Jenis


Berat jenis merupakan sifat minyak yang penting yang memiliki nilai
dalam perdagangan. Berat jenis disebut juga grafitasi jenis atau specific
grafity, adalah suatu perbandingan berat dari bahan bakar minyak dengan

berat dari air dalam volume yang sama, dengan suhu yang sama pula (60 0

F). Bahan bakar minyak pada umumnya mempunyai berat jenis antara 0,82
– 0,96 dengan kata lain minyak lebih ringan dari pada air.
Api menunjukan kualitas dari minyak tersebut, makin kecil berat jenis atau
makin tinggi derajat API berarti makin baik pula kualitasnya, karena lebih
banyak mengandung bensin. Sebaliknya jika semakin rendah derajat API
maka mutu minyak tersebut kurang baik karena banyak mengandung
lilin/aspal residu. Berat jenis dari bahan bakar premium yaitu minimal 715
Kg/M3 dan maksimal 780 Kg/M3 pada suhu 15 °C

15
2.5.9 Viskositas
Viskositas adalah suatu ukuran dari besar perlawanan zat cair untuk
mengalir atau ukuran dari besarnya tahanan geser dalam dari suatu bahan
cair. Satuan viskositas adalah centi poise. Pada umumnya makin tinggi
derajat API, makin kecil viskositasnya, begitu pula sebaliknya. Cara
mengukur viskositas dengan jalan menghitung lama waktu mengalirnya
suatu minyak yang banyaknya telah ditentukan melalui lubang viskometer.
Viskositas/kekentalan sangat penting artinya bagi penggunaan bahan bakar
minyak untuk motor bakar maupun mesin industri, karena akan
berpengaruh terhadap bentuk dan tipe mesin yang menggunakan bahan
bakar tersebut. Nilai viskositas dari bahan bakar premium yaitu (0,65±
0,00) cP.

2.5.10 Kadar Abu


Kadar abu adalah sisa-sisa bahan bakar minyak yang ketinggalan setelah
semua bagian yang dapat terbakar dalam proses pembakaran minyak
terbakar habis. Berdasar kadar abu ini dapat diperkirakan banyaknya
logam-logam yang terkandung dalam minyak maupun elemen-elemen yang
ada. Kadar abu dari bahan bakar premium yaitu 0.002 %/massa.

16
Tabel 2.1 Spesifikasi Bahan Bakar Premium

SPESIFIKASI PREMIUM

BATASAN
METODE UJI
KARAKTERISTIK SATUAN TANPA TIMBAL BERTIMBAL
LAI
MIN MAX MIN MAX ASTM
N
1. Bilangan Oktana
- Angka Oktana Riset (RON) RON 88.0 - 99.0 - D 2699-86
- Angka Oktana Motor (MON) dilaporkan dilaporkan D 2700-86
2. Stabilitas Oksida (Periode
menit 360 - 360 - D 525-99
Induksi)
3. Kandungan Sulfur % m/m - 0,05 ¹ - 0,05 ¹ D 2622-98
4. Kandungan Timbal (Pb) gr/l - 0.013 - 0.3 D 3237-97
5. Distilasi :
- 10% vol. Penguapan °C - 75 - 75
- 50 % vol. Penguapan °C 88 125 - 125
- 90% vol. Penguapan °C - 180 - 180
- Titik didih akhir °C - 215 - 215
- Residu % vol - 2.0 - 2.0
6. Kandungan Oksigen % m/m - 2.72 ² - 2.72 ² D 4815-94a
mg/100m
- 5 - 5 D 381-99
7. Washed gum l
8. Tekanan Uap kPa - 62 - 62 D 5191 / D
9. Berat Jenis pada suhu 15 °C kg/m³ 715 780 715 780 323
D 4052 / D
menit Kelas 1 Kelas 1
10. Korosi bilah tembaga 1298
IP
negatif negatif D-130-94
11. Uji Doctor 30
12. Sulfur Mercaptan % massa - 0.002 - 0.002
13. Penampilan visual Jernih & Terang Jernih & Terang D-3227
14. Warna Merah Merah
15. Kandungan Pewarna gr/100 l 0.13 0.13
dapat dapat
16. Bau dipasarkan dipasarkan
Catatan Umum
1. Aditif harus kompatibel dengan mesin (tidak menambah kekotoran mesin/kerak)
Aditif yang mengandung komponen abu (ash forming) tidak
diperbolehkan
2. Pemeliharaan secara baik untuk mengurangi kontaminasi (debu, air, bahan bakar,
dll)
Catatan Kaki
Catatan 1 :

17
Batasan 0.05% setara dengan 500 ppm
Catatan 2 :
- Bila digunakan oksigenat, jenis ether lebih disukai. Penggunaan etanol diperbolehkan sampai dengan
maksimum 10%
volum (sesuai ASTM)
- Alkohol berkarbon lebih tinggi (C>2) dibatasi maksimum 0.1% volum. Penggunaan metanol tidak
diperbolehkan.
Spesifikasi tersebut sesuai Lampiran Keputusan Dirjen Migas 3674 K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006
dan dapat
berubah sewaktu-waktu

Tabel 2.2 karateristik Premium dengan perbandingan bahan bakar lainnya

2.6 Pembakaran Bahan bakar Premium


Secara umum pembakaran didefinisikan sebagai reaksi kimia atau reaksi
persenyawaan bahan bakar dengan Oxygen dengan diikuti oleh sinar dan panas.
Mekanisme pembakaran sangat dipengaruhi oleh keadaan dari keseluruhan
proses pembakaran dimana atom-atom dari komponen yang dapat bereaksi
dengan Oxygen dan membentuk produkyang berupa gas, sebagaimana telah kita
ketahui sebagai bahan bakar motor bensin terutama mengandung unsur-unsur
carbon dan hydrogen. Ini dikenal dengan 3 teori mengenai terbakarnya
Hydrocarbon tersebut.
1. Hydrocarbon terbakar bersama-sama dengan Oxygen sebelum carbon
bergabung dengan Oxygen
2. Carbon terbakar lebih dahulu daripada hydrogen.

18
3. Senyawa Hydrocarbon terlebih dahulu bergabung dengan Oxygen dan
membentuk senyawa (senyawa hydroxilasi) yang kemudian dipecah secara
terbakar ( thermis ).
Dalam pembakaran hydrocarbon yang biasa tidak akan terjadi jelaga apabila
kondisinya memungkinkan untuk proses hydroxilasi. Hal ini hanya akan terjadi
bila pencampuran pendahuluan (premixture) antara bahan bakar dengan udara
mempunyai waktu yang cukup, sehingga memungkinkan masuknya oxygen
kedalam molekul hydrocarbon. Bila oxygen dan hydrocarbon ini tidak tercampur
dengan baik, maka akan terjadi proses cracking dimana pada nyala akan timbul
asap. Pembakaran semacam ini disebut pembakaran tidak sempurna.
Ada dua kemungkinan yang dapat terjadi pada pembakaran motor bensin :
1. Pembakaran normal (sempurna), dimana bahan bakar dapat terbakar
seluruhnya pada saat dan keadaan yang dikehendaki.
2. Pembakaran tidak sempurna (tidak normal), dimana sebagian bahan bakar
tidak ikut terbakar, atau tidak terbakar bersama-sama pada saat dan keadaan
yang dikehendaki.
Pembakaran yang tidak normal seperti misalnya knocking/detonasi dan
preignition memungkinkan timbulnya gangguan dan kesukaran-kesukaran dalam
motor bensin.

2.6.1 Pembakaran Sempurna ( Normal )


Mekanisme pembakaran normal dalam motor bensin dimulai pada saat
terjadinya loncatan api pada busi. Selanjutnya api membakar gas bakar yang
berada di sekelilingnya dan terus menjalar keseluruh bagian sampai semua
partikel gas bakar terbakar habis. Didalam pembakaran normal , pembagian
nyala api pada waktu ignition delai terjadi merata seluruh bagian. Pada
keadaan yang sebenarnya mekanisme pembakaran didalam motor ini bersifat
komplek, dimana ia berlangsung beberapa phase. Yang paling penting kita
ketahui adalah adanya proses perambatan api dan adanya pembakaran
(combustion). Pada saat gas bakar dikompresikan, tekanan dan suhunya naik,

19
sehingga terjadi reaksi kimia dimana molekul-molekul hydrocarbon terurai
dan bergabung dengan oxygen dan udara. Bentuk ruang bakar yang dapat
menimbulkan turbulensi pada gas tadi akan membuat gas bakar tersebut dapat
bercampur dalam keadaan
homogen.Sebelum langkah kompresi berakhir terjadilah percikan api pada
busi yang kemudian membakar gas bakar tersebut. Dengan timbulnya energy
panas, tekanan dan suhu naik secara mendadak sehingga torak terdorong
menuju titik mati bawah ( TMB ).
Gambar 4.1 menunjukan Hubungan antara tekanan dan sudut engkol mulai
dari saat penyalaan sampai akhir pembakaran , dari gambar tersebut dapat
dilihat tekanan puncak tertinggi terjadi beberapa derajad(15 – 20)derajad
sesudah TMA, hal ini menjadi sebab mengapa penyalaan harus terjadi
sebelum TMA.

Gambar 2.1 PT Diagram motor penyalaan api

20
2.6.2 PembakaranTidak Sempurna
Pembakaran yang normal pada motor bensin adalah dimulai pada saat
terjadinya loncatan api pada busi dan membakar semua hydrogen dan
Oxygen yang terkandung dalam campuran bahan bakar. Tetapi dalam
pembakaran yang tidak lengkap yaitu pembakaran yang ada kelebihan atau
kekurangan Oxygen atau Hydrogen.
Contoh reaksi kekurangan Oxygen :
2 CH4 + 3,5 O2→ CO2 + CO + 4 H2 O
Jadi di dalam persamaan reaksi diatas masih ada CO yang tidak terbakar dan
keluar bersama-sama dengan gas buang.Hal tersebut disebabkan karena
kekurangan Oxygen dan energy kalor yang dihasilkan akan lebih rendah. Sifat
gas CO yang tidak stabil dan beracun, sehingga harus diusahakan untuk
dikurangi terbentuknya.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahan bakar adalah bahan–bahan yang di gunakan dalam proses
pembakaran. Tanpa adanya bahan bakar tersebut pembakaran tidak akan
mungkin dapat berlangsung. Bensin mengandung hidro karbon hasil sulingan
dari produksi minyak mentah. Bensin mengandung gas yang mudah terbakar,
umumnya bahan bakar ini di pergunakan untuk mesin dengan pengapian busi.
Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan
yang jernih. Bahan Bakar Premium memiliki kandungan 88% isooktana dan 12%
n-hepatana berarti nilai oktan dari bahan bakar premium tersebut adalah 88.
(15/100 x 0 ) + (88/100 x 100) = 88.
Nilai sifat penguapan dari bahan bakar premium pada suhu yang telah
ditentukan yaitu 37.8 °C yaitu maksimal 62 Kpa.Nilai sifat pengkaratan dari
bahan bakar premium dengan kandungan sulfur sebanyak 0,05 % atau 1 m/m,
untuk uji doctor hasilnya negatif dan uji korosi bilah tembaga selama 3 jam pada
suhu 50 °C maks masuk spesifikasi nomor 1
Pada bahan bakar premium memiliki uji getah purwa dengan hasil
4mg/100ml dan proses induksi minimal selama 240 menit Nilai kalori untuk
bahan bakar premium yaitu 45950 KJ/Kmol.Titik didih akhir dari bahan bakar
premium yaitu maksimal 215 °C.Titik nyala bensin yaitu 12 °C.Berat jenis dari
bahan bakar premium yaitu minimal 715 Kg/M3 dan maksimal 780 Kg/M3 pada
suhu 15 °C.Nilai viskositas dari bahan bakar premium yaitu (0,65± 0,00)
cP.Kadar abu dari bahan bakar premium yaitu 0.002 %/massa.

22
3.2 Saran
1. Perlu adanya spesifikasi khusus mengenai titik tuang, kadar air, serta kalori
dalam satuan (btu/lb)

23
DAFTAR PUSTAKA

NikitaSary,Indry.DKK KIMIA MIGAS BAHAN BAKAR PERTAMAX, POLITEKNIK


AKAMIGAS PALEMBANG.Palembang, 2016

PERTAMINA, Material Safety Data Sheet Premium.Jakarta, 2007

Supraptono, Paparan Kuliah Bahan Bakar Dan Pelumas,Universitas Negeri


Semarang,2007

24

Você também pode gostar