Você está na página 1de 7

“SI HIJAU” PAHLAWAN YANG BERPERAN PENTING

DALAM KEHIDUPAN DI BUMI


(Sumbangan Tumbuhan Terhadap Pemanasan Global)

Oleh:
Nur Ikhlas Syuhada
1205113299

K
awasan hutan merupakan areal yang mempunyai manfaat
langsung bagi masyarakat, namun pada kenyataannya selama ini
belum banyak dipahami kalangan awam sebagai sesuatu yang
berarti. Mereka menilai kawasan hutan merupakan kawasan tutupan
hutan yang hanya mempunyai makna ekonomi jika kayu yang ada
didalamnya bisa dijual atau dimanfaatkan untuk bangunan.

Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan


bermanfaat bagi hidup dan kehidupan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Manfaat langsung dari keberadaan hutan di antaranya adalah
kayu, hasil hutan bukan kayu dan satwa. Sedangkan manfaat tidak
langsungnya adalah berupa jasa lingkungan, baik sebagai pengatur tata
air, fungsi estetika, maupun sebagai penyedia oksigen dan penyerap
karbon. Penyerapan karbon sendiri terjadi didasarkan atas proses kimiawi
dalam aktivitas fotosintesis tumbuhan yang menyerap CO2 dari atmosfer
dan air dari tanah menghasilkan oksigen dan karbohidrat yang selanjutnya
akan berakumulasi mejadi selulosa dan lignin sebagai cadangan karbon.

Keberadaan tumbuhan di alam merupakan suatu berkah bagi


manusia, hewan dan ekosistem manapun. Bagamana tidak, tumbuhan
tidak hanya menyediakan makanan, tumbuhan mempunyai manfaat
tangible yang dirasakan secara langsung seperti produk-produk
fotosintesis, juga mempunyai manfaat intangible yang dirasakan secara
tidak langsung seperti oksigen, perlindungan air, pencegahan erosi dan
estetika.

1
Keberadaan tumbuhan, dalam hal
ini daya dukung terhadap segala aspek
kehidupan manusia, satwa dan
lingkungan hidup sangat ditentukan pada
tinggi rendahnya kesadaran manusia
akan arti penting tumbuhan di dalam
pemanfaatan dan pengelolaannya.
Pemanfaatan tumbuhan apabila dilakukan
sesuai dengan fungsinya, seperti adanya fungsi lindung, fungsi suaka,
fungsi produksi, fungsi wisata dengan dukungan kemampuan
pengembangan sumberdaya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi,
akan sesuai dengan hasil yang ingin dicapai.

Sayangnya, karena keserakahan manusia, keberadaan tumbuhan


kini berkurang. Populasi tumbuhan di bumi sudah sangat sedikit.
Akibatnya gas-gas penyebab efek rumah kaca tidak dapat dinetralisir
sepenuhnya oleh tumbuhan. Keberadaan gas-gas yang dihasilkan oleh
kegiatan industri, kendaraan bermotor, juga kebakaran hutan
terperangkap di atmosfer bumi menyebabkan panas matahari tidak dapat
dipantulkan ke luar atmosfer dan terciptalah panas yang disebut efek
rumah kaca.

Dewasa ini kita makin sering dengar istilah Global Warming atau
pemanasan global. Kita sudah lihat akibatnya di berbagai penjuru dunia
melalui media. Pemanasan Global adalah fenomena yang terjadi akibat
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer, khususnya
sejak dimulainya revolusi industri. Beberapa gas rumah kaca antara lain;
CO2, CH4, N2O, CFC, dll. Selain faktor alam perubahan iklim yang terjadi
juga dipengaruhi oleh berbagai aktifitas manusia yang menyebabkan
meningkatnya efek rumah kaya yang berlebihan dan memberikan dampak
negatif pada kehidupan manusia dan lingkungannya. Aktifitas industri,
deforestasi, pertanian, limbah, pembakaran bahan bakar fosil seperti
minyak bumi, batu bara menghasilkan emisi gas rumah kaca yang

2
menyerap radiasi matahari dan memancarkannya kembali ke bumi yang
berdampak meningkatnya suhu panas bumi (global warming). Pada
dasarnya setiap kegiatan manusia menghasilkan emisi gas-gas rumah
kaca di atmosfer bumi. Ketika perang dunia ketiga akan berdampak pada
kepunahan peradaban manusia, isu ini akan semakin hilang dengan
pemanasan global yang menurut para ahli akan berdampak pada
hilangnya 1/3 daratan sebagi dampak mencairnya es di kutub utara. Hal
ini disebabkan karena dengan meningkatnya suhu bumi akan berdampak
pula pada peningkatan suhu dipermukaan laut. Lautan yang mendominasi
70% dari luasan bumi dan merupakan sumber uap dalam menyimpan
panas secara efisien. Ketika panas berkumpul penguapan awan akan
meningkat, dan hal ini akan menyebabkan meningkatnya penguapan air
sebagai akibat suhu udara yang panas dan menyebabkan daratan es dan
lautan es mencair.

Pemanasan global tidak hanya berdampak pada kondisi lingkungan


dan bumi saja akan tetapi pemanasan global juga berdampak pada
pemiskinan masyarakat yang secara harfiah memiliki ketergantungan
sangat besar kepada lingkungan. Pemanasan global juga telah
menyebabkan menurunnya tingkat kesuburan tanah, bencana alam
seperti banjir, tanah longsor, erosi, dan naiknya air laut yang berdampak
pada ancaman bagi masyarakat di pesisir pantai dan rusaknya ekosistem
laut. Degradasi lingkungan menjadi salah satu penyebab meningkatnya
permasalahan sosial yang ada dimasyarakat.

Proses di alam yang dapat mengubah CO2


menjadi bahan organik dan O2 hanya tumbuhan
melalui proses fotosintesis, sehingga penanaman
dan pertumbuhan pohon merupakan salah satu
harapan untuk mengurangi pemanasan global
dengan memperbanyak penanaman pohon
terutama tanaman pohon cepat tumbuh. Adanya
O2 di atmosfer benar-benar karena adanya

3
tumbuhan, sementara O2 adalah lambang kehidupan.

Disamping itu pohon dan hutan menyimpan CO2 dalam bentuk


biomassa, serasah dan humus. Hampir 50 % biomassa hutan adalah
berupa C, jika rata-rata hutan tropika kita mempunyai biomassa 400
ton/ha, maka dia menyimpan 200 ton C/ha. Jadi disamping menyimpan C,
pohon yang sedang tumbuh juga menyerap CO2 dan sebagian besar
disimpan dalam bentuk biomassa. Oleh karena itu dalam Kyoto Protokol
salah satu cara mengurangan emisi CO2 di atmosfer dengan mekanisme
fleksibel yaitu negara maju emitor C dapat memberikan kompensasi
kepada negara berkembang yang mau menanam dan menjaga hutannya
(perdagangan karbon).

Penanaman pohon dalam pembangunan hutan jelas merupakan


salah satu usaha penyerapan CCh yang dapat mengurangi ERK.
Penanaman dengan jenis cepat tumbuh dan dalam daur tertentu dipanen
dan ditanami kembali, apalagi jika produk hasil kayu yang diperoleh
digunakan untuk barang awet (plywood, kayu konstruksi dan kayu serpih)
maka penyerapan dan penyimpanan CCh akan berlipat lebih tinggi
dibandingkan hutan alam, karena hutan alam yang sudah klimaks tidak
banyak menyerap CO2 lagi. Mekanisme ini hendaknya juga dapat menjadi
salah satu mekanisme fleksibel dalam perdagangan karbon.

Menurut ilmu biologi kenapa hutan bisa menyerap karbon karena


hutan adalah tempat sekumpulan pohon yang memiliki aktifitas
biologisnya seperti fotosintesis dan respirasi. Dalam fotosintesis pohon
(tanaman) menyerap CO2 dan H2O dibantu dengan sinar matahari diubah
menjadi glukosa yang merupakan sumber energi (sebelumnya diubah
dulu melalui proses respirasi) tanaman tersebut dan juga menghasilkan
H2O dan O2 yang merupakan suatu unsur yang dibutuhkan oleh
organisme untuk melangsungkan kehidupan (bernapas). Sehingga, hanya
dengan mengetahui dan memahami hal tersebut kita harus sadar bahwa
hutan sangat dibutuhkan manusia untuk menyerap carbon yang berlebih
dalam atmosfer.

4
Mekanisme tanaman dalam menyerap carbon melalui fotosintesis.
Fotosintesis adalah proses penyusunan energi menggunakan cahaya
pada organisme yang memiliki kloroplas. Fotosintesis adalah prose kimia
yang paling penting di bumi ini. Kebanyakan tanaman melakukan
fotosintesis pada daunnya. Proses fotosintesis diawali dengan reaksi
terang pada reaksi terang energi matahari yang di convert ke chemical
energi dan diproduksilah oksigen. Lalu tahap yang kedua adalah siklus
calvin yang membuat molekul gula dari karbon yang membutuhkan energi
ATP yang didapat dari proses respirasi. Siklus ini juga membawa hasil
produksi dari reaksi terang. (Campbell,et all.2005)

Tumbuhan yang memiliki banyak daun lebih berpotensi menyerap


carbon lebih banyak dari tumbuhan lain. Tetapi, penyerapan karbon juga
bergantung dari kondisi tumbuhan tersebut apakah tumbuhan tersebut
tumbuh optimal pada tempat yang sesuai dan tanahnya mengandung
nutrien yang cukup untuk menghidupi pohon tersebut.

Menurut beberapa literatur, carbon sinks, atau carbon dioxide sinks,


adalah reservoir atau tempat untuk menyimpan atau menyerap gas
karbon dioksida yang terdapat di atmosfer bumi. Hutan dan laut adalah
tempat alamiah di bumi ini yang berfungsi untuk menjadi tempat menyerap
gas karbon dioksida (CO2). Gas karbon dioksida diserap oleh tumbuhan
yang sedang tumbuh dan disimpan di dalam batang kayunya.

Proses berpindahnya gas karbon dioksida dari atmosfer (ke dalam


vegetasi dan lautan) biasa disebut sebagai carbon sequestration.
Beberapa ahli di negara-negara maju saat ini banyak yang aktif meneliti
tentang proses ini dan berharap menemukan sebuah cara efektif untuk
membuat sebuah proses buatan dalam rangka mengurangi laju
perubahan iklim global (mitigasi pemanasan global) yang menurut para
ahli berada dalam level yang “cukup mencemaskan” abad ini.

Di Hutan, dalam proses fotosintesa, tanaman menyerap karbon


dioksida dari atmosfer, menyimpan karbonnya dan melepaskan gas

5
oksigennya kembali ke atmosfer. Hutan yang sedang tumbuh (hutan yang
masih muda) akan berfungsi sangat baik sebagai carbon sinks, karena
vegetasi di sana secara cepat akan menyerap banyak gas karbon
dioksida pada proses fotosintesa dalam rangka tumbuh dan
berkembangnya vegetasi. Vegetasi akan kembali melepaskan karbon
dioksida ke atmosfer ketika mereka mati. Secara alamiah, dengan
mengabaikan aktivitas manusia, proses terserap dan terlepasnya karbon
dioksida ke atmosfer akan berjalan secara berimbang atau netral. Artinya,
jumlah gas karbon dioksida di atmosfer relatif tetap terhadap waktu.

Aktivitas manusia, seperti penebangan dan pembakaran hutan, akan


menjadikan karbon dioksida yang terlepas ke atmosfer lebih besar
daripada yang mampu diserap dan disimpan hutan, apalagi jika
memperhitungkan jumlah pemakaian bahan bakar fosil yang semakin hari
semakin meningkat. Konversi hutan menjadi daerah pertanian juga
berperan sangat besar dalam proses kembalinya gas karbon dioksida ke
atmosfer.

Ada dua hal penting yang sering dikaitkan dengan isu pemanasan
global; yakni mitigasi (Mitigation) dan adaptasi (Adaptation). Mitigasi
artinya pengurangan. Sedangkan adaptasi artinya penyesuaian diri.
Keduanya penting karena merupakan strategi kita menghadapi perubahan
alam. Melalui mitigasi, kita berusaha mengurangi sebab pemanasan
global dari sumbernya. Gunanya agar laju pemanasan itu melambat. Dan
pada saat bersamaan kita dapat menyiapkan diri untuk beradaptasi
dengan perubahan yang ada. Sehingga diharapkan akan ditemukan suatu
titik temu yang menjamin kelangsungan hidup manusia. Dalam skala kecil,
mitigasi bisa berupa gerakan cinta lingkungan seperti pengelolan sampah,
bike to work, mengurangi penggunaan plastik, menggunakan AC yang
non-CFC, hemat energi dan lain sebagainya. Sedangkan beradaptasi
dapat dilakukan dengan melakukan penataan lansekap lingkungan,
penghijauan, menjaga daerah resapan, re-use, re-cycling, dan
sebagainya. Strategi mitigasi dan adaptasi dalam skala luas misalnya;

6
penggunaan energi alternatif, desain rumah hemat energi, kendaraan
listrik, dan sebagainya. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka
kita dapat memperlambat pemanasan
di bumi ini. Hal paling sederhana yang
dapat kita lakukan adalah dengan
melakukan gerakan “Go Green!!!”
melestarikan tumbuhan untuk
menjaga keseimbangan kadar CO2 di
atmosfer bumi.

Sumber:

Campbell, N A.,J.B. Reece, & L.G. Mithchell. 2005. Biologi. Edisi Kelima.
(Terjemahan dari Manalu, W) Jakarta : Erlangga.

Tim Perubahan Iklim Badan Litbang Kehutanan. 2010. Cadangan Karbon


pada Berbagai Tipe Hutan dan Jenis Tanaman di Indonesia. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global

https://alanreynaldiforester.wordpress.com/2014/05/06/makalah-ipa-
peranan-hutan-sebagai-penyimpan-karbon/

Você também pode gostar