Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
BEBERAPA KONSEP DASAR
DALAM ANALISIS KUANTITATIF
Contoh:
Berapa mol dan millimol asam benzoat (122,1 g/mol) yang terkandung di dalam 2 g
asam murni ?
Penyelesaian: Jika kita gunakan HBz sebagai asam benzoat, kita akan menuliskan
bahwa 1 mol HBz mempunyai massa 122,1 g, sehingga
Contoh :
Hitunglah molaritas etanol di dalam larutan berair yang mengandung 2.30 g C 2H5OH
(46.07 g/mol) di dalam 3.50 L larutan
Penyelesaian:
mol C2H5OH = 2.30 g C2H5OH x 1 mol C2H5OH = 0.04992 mol C2H5OH
46.07 g C2H5OH
CC2H5OH = 0.04992 mol C2H5OH
3.50 L
= 0.0143 mol C2H5OH/L = 0.0143 M
Contoh:
Jelaskan cara mempersiapkan 2.00 L 0.108 M BaCl2.2H2O (244.3 g/mol)
Penyelesaian:
Larutan yang kita butuhkan :
2.00 L x 0.108 mol BaCl2.2H2O = 0.216 mol BaCl2.2H2O
L
massa BaCl2.2H2O adalah
0.216 mol BaCl2.2H2O x 244.3 g BaCl2.2H2O = 52.8 g BaCl2.2H2O
mol BaCl2.2H2O
Larutkan 52.8 g BaCl2.2H2O di dalam air dan encerkan hingga 2.00 L
Penyelesaian:
massa BaCl2.2H2O=0.0740 M Cl- x0.500Lx1 mol BaCl2.2H2O x 244.3 g BaCl2.2H2O
L 2 mol Cl- mol BaCl2.2H2O
= 4.52 g BaCl2.2H2O
Larutkan 4.52 g BaCl2.2H2O di dalam air dan encerkan hingga 0.500 L
1.3.2.Persen konsentrasi
Ada tiga metode yang biasany digunakan dalam menetapkan persen(bagian
per seratus) yaitu:
Contoh:
Berapa molaritas dari K+ di dalam larutan berair yang mengandung 63,3 ppm
K3Fe(CN)6 (329.2 g/mol) ?
Penyelesaian: kita membuat larutan yang mengandung 63.3 g zat terlarut per 10 6 g
larutan. Berat jenis air yang digunakan untuk mengencerkan larutan adalah sama
dengan air murni yaitu 1.00 g/mL atau 1000 g/L, sehingga:
1.3.4.p-fungsions
Nilai p adalah negatif logaritma dari konsentrasi molar suatu spesies. Jadi,
untuk spesies X,
pX = - log [X]
Contoh: Hitunglah nilai p untuk masing-masing ion yang terdapat di dalam larutan
2.00 x 10-3 M NaCl dan 5.4 x 10-4 M HCl.
Penyelesaian:
pH = - log[H+] = - log (5.4 x 10-4)
= 4 – log 5.4 = 4 – 0.73 = 3.27
Untuk memperoleh pNa:
[Cl-] = 2.00 x 10-3M + 5.4 x 10-4M = 2.00 x 10-3M + 0.54 x 10-3M = 2.54 x 10-3M
pCl = - log 2.54 x 10-3 = 2.595
4
Contoh:
Hitunglah konsentrasi molar Ag+ di dalam larutan yang mempunyai pAg 6.372
Contoh:
Hitunglah konsentrasi molar HNO3 (63.3 g/mol) di dalam larutan yang mempunyai
Specific gravity 1.42 dan 70% HNO3 ( w/w).
Penyelesaian:
Untuk menghitung massa asam per liter larutan pekat, dituliskan sbb:
g HNO3 = 1.42 g reagen x 103mL reagen x 70 g HNO3 = 994 g HNO3
L reagen mL reagen L reagen 100 g reagen L reagen
Penyelesaian:
CHCl = 1.18 x 103 g reagen x 37 g HCl x 1 mol HCl = 12.0 M
L reagen 100 g reagen 36.5 g HCl
Jumlah mol HCl yang dibutuhkan adalah sbb:
5
1.4.Perhitungan stoikiometri
Stoikiometri didefinisikan sebagai hubungan massa diantara reaksi-reaksi
kimia yang terjadi. Untuk itu perlu persamaan reaksi disetarakan antara reaktan dan
produk. Sebagai contoh:
Latihan:
(1).(a).Berapa massa AgNO3(169.9 g/mol) yang dibutuhkan untuk mengubah 2.33 g
Na2CO3(106.0 g/mol) menjadi Ag2CO3 ?
(b).Berapa massa Ag2CO3(275.7 g/mol) yang akan dibentuk ?
(2).Dalam menganalisis soda dalam sampel Na2CO3, 0.5203 g soda membutuhkan
36.42 mL 0.1167 N HCl . Berapa persen Na2CO3 di dalam sampel ?
(3).Dalam analisis Kjeldahl, sampel tepung ditimbang sebanyak 0.9857 g, ditambah
H2SO4 pekat selama 45 menit. Ke dalam larutan ditambahkan NaOH sampai semua
Nitrogen diubah menjadi NH3. NH3 kemudian didestilasi ke dalam labu yang berisi
50 mL 0.1011 N H2SO4. Kelebihan asam dititrasi dan membutuhkan 5.12 mL 0.1266
N NaOH. Berapa % N dalam sampel ?
BAB II
6
GRAVIMETRI
2.1.PENDAHULUAN
Metode Gravimetri didasarkan pada pengukuran massa. Metode ini meliputi
dua jenis yaitu: metode pengendapan atau presipitasi dan metode penguapan atau
volatilisasi. Di dalam metode pengendapan, analit diubah ke bentuk endapan,
endapan ini disaring, dicuci sehingga bebas dari pengotor dan diubah ke produk yang
diketahui komposisinya dengan pemanasan. Produk yang dihasilkan kemudian
ditimbang. Sebagai contoh penentuan kalsium di dalam air alam , diendapkan dengan
penambahan asam oksalat, volume yang ditambahkan diukur dengan hati-hati.
Penambahan ammonia ke dalam sampel akan mengendapkannya sebagai kalsium
oksalat. Reaksi yang terjadi adalah:
Endapan dikumpulkan dan ditimbang di dalam krus, dikeringkan dan diabukan pada
suhu tinggi. Proses ini untuk mengubah endapan secara kuantitatif ke bentuk kalsium
oksida.Reaksinya adalah sebagai berikut:
Krus dan endapan didinginkan, lalu ditimbang dan massa dari kalsium oksida
ditentukan oleh perbedaan berat sebelum dan sesudah pemanasan. Kandungan
kalsium di dalam sampel dapat dihitung seperti contoh soal nomor 1 berikut:
Contoh
(1).200 mL suatu sampel air alam yang mengandung kalsium ditentukan dengan cara
mengendapkan kationnya sebagai CaC2O4. Endapan disaring, lalu dicuci dan
diabukan di dalam krus dan massanya 26.6002 g. Massa dari krus dengan CaO(56.08
g/mol) adalah 26.7134 g. Hitunglah massa Ca(40.08 g/mol) per 100 mL air.
Penyelesaian:
Massa dari CaO adalah : 26.7134 g – 26.6002 g = 0.1132 g
Jumlah mol Ca di dalam sampel sama dengan jumlah mol CaO atau
jumlah Ca = 0.1132 g CaO x 1 mol CaO x 1 mol Ca
56.08 g CaO mol CaO
= 2.0185 x 10-3 mol Ca
massa Ca/100 mL = 2.0185 x 10-3 mol Ca x 40.08 g Ca/mol Ca x 100 mL
200 mL sampel
= 0.044045 g Ca/100 mL
dengan asam sulfat untuk mengubah natrium hidrogen karbonat menjadi karbon
dioksida:
Pereaksi yang digunakan untuk pengendapan harus bereaksi secara spesifik dengan
analit. Pereaksi yang selektif dan spesifik yang dapat bereaksi dengan analit adalah:
bebas dari pengotor sehingga mudah disaring dan dicuci .
kelarutannya cukup rendah sehingga tidak terjadi kehilangan analit sewaktu
proses menyaring dan pencucian.
tidak reaktif terhadap kandungan udara.
komposisi setelah dikeringkan atau diabukan dapat diketahui.
relative supersaturation = Q - S
S
Suspensi koloid seringkali stabil selama jangka waktu tak terbatas dan tidak langsung
dianalisis dengan analisis gravimetri karena partikel-partikelnya juga kecil dan cepat
disaring. Untungnya, kestabilan sebagian besar suspensi dapat berkurang dengan
pemanasan, gerakan dan penambahan suatu elektrolit. Karena partikel-partikel koloid
terikat bersama-sama menghasilkan banyak suspensi koloid yang dinamakan
koagulasi atau agglomerisasi.
Kopresipitasi
Kopresipitasi adalah suatu penomena dimana senyawa-senyawa otherwise soluble
kembali dari larutan selama pembentukan endapan. Perlu dipahami bahwa larutan
tidak jenuh dengan spesies kopresipitasi. Selain itu, pengotor pada endapan oleh zat
kimia yang dihasilkan oleh pelarutan telah berlebihan, yang tidak merupakan
kopresipitasi .
Ada empat jenis kopresipitasi yaitu : adsorpsi permukaan, mixed-crystal
formation, oklusi dan mechanical entrapment. Adsorpsi permukaan dan pembentukan
campuran kristal adalah suatu proses kesetimbangan, sedangkan oklusi dan
mechanical entrapment dikontrol secara kinetik dari pertumbuhan kristal.
Represipitasi
Tegas tetapi berhasilnya cara mengurangi pengaruh-pengaruh pada adsorpsi adalah
dengan pengendapan kembali atau pengendapan ganda. Di sini, padatan yang telah
disaring dilarutkan kembali dan di endapkan kembali. Pertama sekali endapan
biasanya diangkat hanya dari pengotor di dalam pelarut yang murni. Kemudian
larutan yang mengandung endapan dilarutkan kembali sehingga secara signifikan
pengotor dapat dikurangi. Pengendapan kembali menambah banyak sekali waktu
yang dibutuhkan untuk analisis , tetapi kadang-kadang penting untuk proses
pengendapan seperti Fe(III) dan Al(III) hidroksida, yang mempunyai kecenderungan
luar biasa pada penyerapan hidroksida dari kation logam berat seperti Zn, Cd dan Mn.
Contoh:
Contoh
(2).Bijih besi dianalisis dengan melarutkan 1.1324 g sampel dengan HCl pekat.
Larutan yang dihasilkan diencerkan dengan air, besi (III) diendapkan sebagai
Fe2O3.xH2O dengan penambahan NH3. Setelah penyaringan, pencucian, residu di
abukan pada suhu tinggi dan menghasilkan 0.5394g Fe2O3 murni (159.69 g/mol).
Hitunglah (a). % Fe(55.847 g/mol) dan (b). % Fe3O4 (231.54 g/mol)
Penyelesaian:
Untuk kedua problem ini perlu menghitung jumlah mol Fe2O3
(a).jumlah Fe2O3 = 0.5394g Fe2O3 x 1 mol Fe2O3
159.69 g Fe2O3
= 3.3778 x 10-3 mol Fe2O3
jumlah Fe di dalam Fe2O3
massa Fe = 3.3778 x 10-3 mol Fe2O3 x 2 mol Fe x 55.847 g Fe
mol Fe2O3 mol Fe
= 0.37728 g Fe
% Fe = 0.37728 g Fe x 100% = 33.317 %
1.1324 g sampel
TUGAS
EVALUASI
(1).Jika 0.9110 g suatu sampel biji perak menghasilkan 0.4162 g AgCl dalam analisis
gravimetri , berapa persen Ag di dalam biji perak tersebut ?
(2).Suatu logam paduan mengandung Ag dan Cu yang dapat dianalisis dengan
melarutkan dalam HNO3, larutan ditambahkan IO3-berlebih, sehingga campuran
terdiri dari AgIO3 dan Cu(IO3)2. Hitunglah %Ag dan %Cu didalam sampel, jika data
yang diperoleh: berat sampel(g) berat endapan(g)
BAB III
VOLUMETRI
3.1. PENDAHULUAN
Analisis volumetri disebut juga titrimetri. Metode ini berbeda dengan
gravimetri, yaitu bila volumetri didasarkan pada pengukuran volume, sedangkan
gravimetri berdasarkan pada pengukuran berat. Perbedaannya dapat digambarkan
sebagai berikut:
Analisis Gravimetri : C + AR → P1 + P2
Berat dari produk hasil reaksi (sebagai endapan) diukur dan diubah menjadi berat
konstituen dengan perhitungan secara stoikiometri
Analisis Titrimetri: C + AR → P1 + P2
Sejumlah reagent yang dibutuhkan dipakai oleh konstituen diukur dan diubah ke berat
konstituen secara stoikiometri.
Buret
Titrant
Kran
Titrand
Indikator
Gambar 3.2. Satu set alat titrasi
13
Contoh:
(1). Bagaimana caranya membuat 500 mL 0,15 M larutan NaOH dari NaOH padat ?
(2).Bagaimana caranya membuat 500 mL 0,15 M HCl dari HCl pekat 12M ?
MB x VB = MA x VA
12 x VB = 0,15 x 500
VB = 0,15 x 500 = 6,3 mL
12
14
Ukurlah 6,3 mL HCl pekat dan encerkan dengan akuades hingga 500 mL.
(3). Suatu larutan standar 0,01 M Na+dibutuhkan pada kalibrasi untuk analisis unsur
dengan fotometri nyala. Bagaimana caranya mempersiapkan 500 mL larutan dari
standar primer Na2CO3 ?
jumlah Na2CO3 yang dibutuhkan = 500 mL x 0,01 mmol Na+ x 1 mmol Na2CO3
mL 2 mmol Na+
= 2,50 mmol
massa Na2CO3 = 2,50 mmol Na2CO3 x 0,10599 g Na2CO3
mmol Na2CO3
= 0,265 gram
Larutan ini dipersiapkan dengan melarutkan 0,265 gram Na2CO3 dalam akuades dan
di encerkan hingga 500 mL.
(4).Bagaimana caranya anda mempersiapkan 2,0 L 0,2 M HClO 4 dari HClO4 71%
(w/w),bj 1,67 g/mL ?
Di dalam bab ini perhitungan volumetri dijelaskan dengan dua cara. Yang pertama
adalah perhitungan molaritas dari larutan dengan standardisasi menggunakan standar
primer maupun standar lainnya. Yang kedua meliputi perhitungan jumlah analit di
dalam sampel dari data titrasi.
(5). 50,00 mL larutan HCl dengan tepat membutuhkan 29,71 mL 0,01963 M Ba(OH)2
untuk bereaksi sempurna, titik akhir titrasi ditentukan dengan menggunakan indikator
bromokresol hijau. Hitunglah molaritas dari HCl ?
Dalam titrasi 1 mmol Ba(OH)2 bereaksi dengan 2 mmol HCl dan perbandingan
stoikiometrinya adalah 2 mmol HCl
1 mmol Ba(OH)2
jumlah Ba(OH)2 = 29,71 mL x 0,01963 mmol/mL
15
43,31 mL KMnO4
= 0,01462 M
(7).0,8040 g sampel bijih besi dilarutkan dalam asam. Besi kemudian direduksi
menjadi Fe2+ dan di titrasi dengan 47,22 mL 0,02242 M larutan KMnO4. Hitunglah
hasil analisis ini dalam bentuk (a) % Fe (55,847 g/mol) dan (b) % Fe 3O4 (231,54
g/mol)
mmol KMnO4
masa Fe = (47,22 x 0,02242 x 5)mmol Fe x 0,055847 g Fe2+
2+ 2+
mmol Fe2+
persen Fe2+ = (47,22 x 0,02242 x 5 x 0,055847) g Fe2+ x 100%
0,8040 g sampel
= 36,77%
3 mmol KMnO4
jumlah KMnO4 = 47,22 mL KMnO4 x 0,02242 mmol KMnO4
mL KMnO4
jumlah Fe3O4 = (42,72 x 0,02242) mmol KMnO4 x 5 mmol Fe3O4
3 mmol KMnO4
masa Fe3O4 = (42,72 x 0,02242 x 5/3) mmol Fe3O4 x 0,23154 g Fe3O4
mmol Fe3O4
persen = (42,72 x 0,02242 x 5/3) x 0,23154 g Fe3O4 x 100%
0,8040 g sampel
= 50,81 %
Tabel 3.1 Perubahan konsentrasi selama titrasi 50,00 mL 0,1 M HCl dengan NaOH
17
3. 0.4755 g suatu sampel mengandung (NH4)2C2O4 dan bahan yang sukar larut
dilarutkan dalam air dan dibuat kondisi basa kuat dengan KOH, dengan
mengubah NH4+ menjadi NH3. amoniak, didestilasi dengan 50,00 mL 0.05035
M H2SO4. Kelebihan H2SO4 dititrasi kembali dengan 11.13 mL 0.1214 M
NaOH. Hitunglah (a).% N dan (b) % (NH4)2C2O4 di dalam sampel
BAB IV
19
TITRASI ASAM-BASA
4.1.PENDAHULUAN
Larutan standar
Larutan standar dalam titrasi netralisasi adalah asam atau basa kuat, karena bereaksi
sempurna dengan analit pada titik akhir titrasi. Larutan standar yang biasa digunakan
adalah asam klorida, asam perklorat dan asam sulfat.Asam nitrat jarang digunakan
karena sifatnya yang mudah teroksidasi. Larutan standar basa yang sering digunakan
adalah natrium, kalium dan barium hidroksida.
Indikator asam-basa
Banyak indikator yang berupa senyawa asam lemah organik atau basa lemah organik
yang warnanya bergantung pada pH larutan yang diinginkan, khususnya yang dapat
dipakai untuk titrasi asam-basa. . Jenis indikator asam, HIn, dapat dijelaskan dengan
kesetimbangan sebagai berikut:
Ka = [H3O+] [In-]
[HIn]
[H3O+] = Ka [HIn]
[In-]
Mata manusia kurang sensitif untuk membedakan warna larutan yang terdiri dari
campuran In- dan HIn, khususnya jika perbandingan [In-]/[HIn] lebih besar dari 10
atau lebih kecil dari 0,1. Sehingga dapat dituliskan :
[In-] 1
Interval [H3O+] yang dibutuhkan agar perubahan warna indikator sempurna dapat
dievaluasi adalah:
untuk warna asam [H3O+] ≥ Ka 10
1
+
untuk warna basa [H3O ] ≤ Ka 10
1
interval pH indikator = - log 10Ka sampai - log Ka
10
= - 1 + pKa sampai -(-1) + pKa
interval pH indikator = pKa + 1
Kw = [H3O+] [OH-]
- log Kw = - log [H3O+] [OH-] = - log [H3O+] - log [OH-]
pKw = pH + pOH
- log 10 – 14 = 14.00 = pH + pOH
Contoh:
(1).Gambarkan kurva titrasi dari 50.00 mL 0.05 M HCl dengan NaOH 0.10 M.
Pada titik ekivalen konsentrasi HCl sama dengan konsentrasi NaOH sehingga
[H3O+] = Kw 1 10 14 1 10 7
pH = - log 1.00 x 10 -7 = 7.00
Tabel 4.1 Perubahan pH selama titrasi asam kuat dengan basa kuat
pH
Volume NaOH, mL 50.00 mL 0.05 M HCl 50.00 mL 0.0005 M HCl
dengan 0.1 M NaOH dengan 0.001 M NaOH
0.00 1.30 3.30
10.00 1.60 3.60
20.00 2.15 4.15
24.00 2.87 4.87
24.90 3.87 5.87
25.00 7.00 7.00
25.10 10.12 8.12
26.00 11.12 9.12
30.00 11.80 9.80
Suatu larutan yang terdiri dari asam lemah, HA dan basa konjugat, A -, mungkin asam,
netral atau basa bergantung pada posisi dari kesetimbangan yang bersaing:
(2).Berapakah pH larutan yang terdiri dari campuran 0.400 M asam formiat dan
1.00 M natrium formiat ?
Kesetimbangan yang terjadi: NH4+ + H2O ↔ NH3 + H3O+ Ka= 5.70 x 10-10
NH3 + H2O ↔ NH4+ + OH- Kb = Kw = 1.00 x 10-14
Ka 5.70 x 10-10
= 1.75 x 10-5
+ - + -
[NH4 ] = cNH4Cl + [OH ] - [H3O ] ≈ cNH4Cl + [OH ]
[NH3] = cNH3 + [H3O+] - [OH-] ≈ cNH3 - [OH-]
[NH4+] = cNH4Cl = 0.300
[NH3] = cNH3 = 0.200
[H3O+] = Ka x [NH4+] = 5.70 x 10-10 x cNH4+
[NH3] cNH3
23
Pengaruh Pengenceran
Larutan buffer dapat mempertahankan perubahan pH bila larutan mengalami
pengenceran dengan penambahan sedikit asam atau basa.
(4).Hitunglah perubahan pH bila 100 mL (a) 0.0500 M NaOH dan (b) 0.0500 M HCl
ditambahkan hingga volume larutan buffer 400 mL pada contoh nomor 3.
(5). Gambarkan kurva titrasi 50.00 mL 0.1000 M asam asetat ( Ka= 1.75 x 10-5)
dengan 0.1000 M NaOH
pH mula-mula
[H3O+] = K a cHOAc 1.75 10 5 0.1000 1.32 10 3
pH = - log 1.32 x 10-3 = 2.88
Penyelesaian
(a).pH mula-mula
CN- + H2O ↔ HCN + OH-
Kb = [OH-][HCN] = Kw = 1.00 x 10-14 = 1.61 x 10-5
[CN-] Ka 6.2 x 10-10
[OH-] = [HCN]
[CN-] = cNaCN - [OH-] ≈ cNaCN = 0.0500
Subsitusi ke dalam persamaan konstanta disosiasi menghasilkan
[OH-] = K b c NaCN 1.61 10 5 0.0500 8.97 10 4
pH = 14.00 – ( - log 8.97 x 10-4) = 10.95
Di sini volume yang ditambahkan mencapai titik ekivalen, sehingga solute yang ada
adalah asam lemah HCN. Sehingga,
CHCN = 25.00 x 0.1000 = 0.03333 M
75.00
[H3O ] = K a c HCN 6.2 10 10 0.03333 = 4.45 x 10-6
+
LATIHAN
1.Hitunglah pH dari larutan HOCl (a) 10-1M ; (b) 1.00 x 10-2M ; (c) 1.00 x 10-4M
2.Hitunglah pH dari larutan ammonia (a) 1.00 x 10-1M ; (b) 1.00 x 10-2M
(c) 1.00 x 10-4M
3.Hitunglah pH setelah penambahan 0.00 ; 5.00 ; 15.00 ; 25.00 ; 40.00 ; 49.00 ;
50.00 ; 51.00 ; 55.00 dan 60.00 mL reagent dalam titrasi 50.0 mL dari:
(a). 0.1000 M anilinium klorida dengan 0.1000 M NaOH
(b). 0.1000 M asam hipoklorat dengan 0.1000 M NaOH
Gambarkan kurva titrasi
4.Hitunglah pH larutan yang dihasilkan setelah dicampur 20.0 mL 0.2000 M HCl
dengan 25.0 mL (a) air suling (b) 0.132 M AgNO3 (c) 0.132 M NaOH
(d) 0.132 M NH3 (e) 0.232 M NaOH
5.0.7114 g KHP distandardisasi menggunakan larutan Mg(OH)2 dengan reaksi
sebagai berikut:
Mg(OH)2 + 2 KHC8H4O4 → MgK2(C8H4O4)2 + 2 H2O
Jika Mg(OH)2 yang dibutuhkan 31.18 mL , berapa normalitas Mg(OH)2 ?
6.Berapa normalitas larutan HCl, bila 35.12 mL larutan membutuhkan 0.4188 g
larutan standar primer Na2CO3 ?
BAB V
TITRASI REDOKS
27
Dengan menggunakan katalis ion perak , kelebihan reagen akan terurai menjadi:
5.2.1.Larutan Besi(II)
Larutan Fe(II) dengan mudah dibuat dari Fe(II)ammonium sulfat,
Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O (Garam Mohr). Udara dapat mengoksidasi Fe(II) dengan cepat,
akan tetapi dalam suasana netral reaksi ini dapat dihambat dengan penambahan asam
0.5 M H2SO4. Larutan ini tidak stabil dalam waktu lama atau lebih dari satu hari.
5.2.2.Natrium Tiosulfat adalah reducing agent yang kuat yang dapat digunakan
untuk menentukan oxidizing agent secara tidak langsung dengan melibatkan I2
sebagai intermediate. Dengan jodium , ion tiosulfat akan dioksidasi menjadi ion
tetrationat, setengah reaksinya sebagai berikut:
2 S2O3 2- ↔ S4O6 2- + 2 e-
Untuk menentukan natrium hipoklorit, reaksi yang terjadi adalah:
OCl - + 2 I- + 2 H+ → H2O + Cl- + I2
I2 + 2 S2O3 2- → 2 I- + S4O6 2-
Untuk menstandardisasi larutan tiosulfat digunakan larutan kalium jodat, yang dalam
suasana asam reaksinya sebagai berikut:
IO3 - + 5 I- + 6 H+ ↔ 3 I2 + 2 H2O
1 mol IO3 - ≡ 3 mol I2 ≡ 6 mol S2O3 2-
Contoh:
(1).Suatu larutan Natrium tiosulfat distandardisasi dengan melarutkan 0,1210 g KIO3
(214,00 g/mol) dalam air, ditambahkan KI berlebih dan diasamkan dengan HCl.
Jodium yang dihasilkan membutuhkan 41,64 mL larutan tiosulfat untuk
menghilangkan warna biru dari amilum. Hitunglah molaritas Na2S2O3 ?
(3).5 mL suatu sampel brandy dilarutkan dalam labu seukuran 1 L. 25 mL aliquat ini
membutuhkan 50 mL 0,02 M K2Cr2O7, dengan pemanasan etanol dioksidasi menjadi
asam asetat.
Reaksi: 3 C2H5OH + 2 Cr2O72- + 16 H+ → 4 Cr3+ + 3 CH3COOH + 11 H2O
Setelah didinginkan, 20 mL 0,1253 M Fe2+ dipipet kedalam labu. Kelebihan Fe2+
Kemudian dititrasi dengan 7,46 mL larutan standar K2Cr2O7 menggunakan
diphenilamin asam sulfonat untuk menentukan titik akhir titrasi. Hitunglah persen
(w/v) C2H5OH (46,07 g/mol) di dalam brandy ?
5.4.Iodium
Iodine(iodium) adalah oxidizing agent yang lemah yang digunakan untuk penentuan
strong reductants . Setengah reaksinya sebagai berikut:
I3- + 2 e- ↔ 3 I- E0 = 0,536 V
Larutan jodium tidak larut di dalam air, tetapi larut di dalam KI.Reaksi yang terjadi
adalah:
I2 (s) + I- ↔ I3- K = 7,1 x 102
Oksidasi oleh udara terhadap ion jodida juga akan mengubah molaritas larutan
sebagai berikut:
4 I- + O2 (g) + 4 H+ → 2 I2 + 2 H2O
Kalium Bromat dapat digunakan sebagai larutan standar primer, yang banyak
digunakan untuk menentukan senyawa-senyawa organik yang bereaksi dengan Br2.
Secara stoikiometri reaksi yang terjadi adalah:
NH2 NH2
Br Br
+ 2 Br2 → + 2 H+ + 2 Br-
SO2NH2 SO2NH2
Br2 + 2 I- → 2 Br - + I2 ( KI berlebih )
I2 + 2 S2O32- → S4O62- + 2 I-
Hitunglah % NH2C6H4SO2NH2 (172,21 g/mol) didalam sampel
LATIHAN
250 mL.
(4).0.1342 g suatu sampel KClO3 yang mudah meledak ditentukan dengan
mereaksikannya dengan 50.00 mL 0.09601 M Fe2+;
BAB VI
TITRASI PEMBENTUKAN ENDAPAN
6.1.PENDAHULUAN
Titrasi pengendapan didasarkan pada reaksi yang dihasilkan oleh senyawa-senyawa
ion pada batas kelarutannya. Pembentukan sebagian besar endapan berjalan dengan
lambat, akan tetapi dalam batasan tertentu beberapa reagen pengendapan dapat
33
digunakan pada titrasi pengendapan. Sampai sejauh ini, reagent pengendapan yang
sering digunakan adalah perak nitrat, yang biasa digunakan untuk menentukan
halogen seperti anion-anion ( SCN- , CN- , CNO- ), merkaptan, asam lemak dan anion
anorganik bervalensi dua.Titrasi pengendapan juga dikenal dengan nama
argentometri. Pada bab ini akan dibahas metode argentometri.
6.2.KURVA TITRASI
Kurva titrasi dari reaksi pengendapan digambarkan secara lengkap pada Gambar 6.1
dengan plot pAg Vs Volume titran.
Contoh:
1.Hitunglah pAg dari larutan selama titrasi 50.00 mL 0.0500 M NaCl dengan 0.1000
M AgNO3 setelah penambahan volume reagen (a) 0.00 mL ; (b) 24.50 mL ; (c) 25.00
mL ; (d) 25.50 mL.
Penyelesaian
(a).Karena tidak ada AgNO3 yang ditambahkan, [Ag+] = 0 dan pAg tidak dapat
ditentukan.
(b).Pada penambahan 24.50 mL reagen, [Ag+] sangat kecil, tidak dapat dihitung
secara stoikiometri, tetapi [Cl-] dapat diperoleh dari
[Cl-] ≈ cNaCl = mmol Cl- mula-mula – mmol AgNO3
total volume larutan
= (50.00 x 0.0500 – 24.50 x 0.1000) = 6.71 x 10-4
50.00 + 24.50
[Ag ] = Ksp / (6.71 x 10-4) = 1.82 x 10-10 / (6.71 x 10-4)
+
= 2.71 x 10-7
PAg = - log (2.71 x 10-7) = 6.57
©.Disini tercapai titik ekivalen, sehingga [Ag+] = [Cl-] dan
[Ag+] = Ksp 1.82 10 10 = 1.35 x 10-5
Gambar 6.2.Pengaruh reaksi sempurna pada kurva titrasi.Untuk tiap kurva 50.00mL 0.0500 M dengan
anion pada titrasi dengan 0.1000M AgNO3
6.3.TITIK AKHIR PADA TITRASI ARGENTOMETRI
Ada tiga jenis penentuan titik akhir pada titrasi dengan perak nitrat dengan
menggunakan; (1) indikator kimia ; (2) potensiometri dan (3) amperometri. Beberapa
indikator kimia akan dibahas pada bagian 6.3.1.Penentuan titik akhir secara
potensiometri didasarkan pada pengukuran potensial elektroda perak, sedangkan
penentuan titik akhir secara amperometri meliputi penentuan kuat arus di antara
muatan perak pada mikroelektroda di dalam larutan analit.
35
Besi (III) bertindak sebagai indikator, dimana dengan tiosianat membentuk kompleks
ferritiosianat yang berwarna merah.
Cara ini dapat dipakai untuk penetapan kadar Cl -, Br-, I- dan CNS- di dalam suasana
asam. Pada larutan halogenida tersebut dititrasi kembali dengan larutan baku
tiosianat. Suasana asam diperlukan untuk mencegah terjadinya hidrolisa Fe3+.
Pada penentuan Cl- secara tidak langsung terdapat kesalahan yang cukup
besar, karena AgCl lebih mudah larut dari pada AgCNS (Ksp AgCl = 1.2 x 10 -10, Ksp
AgCNS = 1.2 x 10-12). Jadi AgCl yang terbentuk cenderung larut kembali menurut
persamaan reaksi:
AgCl + SCN- ↔ AgSCN + Cl-
Karena Ksp AgCl > Ksp AgSCN, reaksi di atas cenderung bergeser ke kanan. Jadi
CNS- tidak hanya dipakai untuk kelebihan Ag+, tetapi juga oleh endapan AgCl sendiri.
Reaksi ini dapat dicegah dengan cara:
-.menyaring endapan AgCl yang terbentuk, filtrat dengan air pencuci dititrasi dengan
larutan baku CNS-
-.endapan AgCl dikoagulasi, sehingga suhu jadi kurang reaktif, dengan cara
mendidihkan kemudian campuran didinginkan dan dititrasi
Contoh :
9,13 g suatu sampel pestisida telah dikonversi menjadi AsO 43- dan diendapkan sebagai
Ag3AsO4 dengan 50.00 mL 0.02015 M AgNO3. Kelebihan Ag+ kemudian dititrasi
dengan 4.75 mL 0.04321 M KCNS. Hitunglah persen As2O3 di dalam sampel.
Penyelesaian:
jumlah mol AgNO3 = 50.00 mL x 0.02015 mmol AgNO3 = 1.0075
mL AgNO3
jumlah mol KSCN = 4.75 mL KSCN x 0.04321 mmol KSCN = 0.2052
37
mL KSCN
jumlah mmol AgNO3 yang dipakai oleh AsO43- = 0.8023
As2O3 ≡ 2 AsO43- ≡ 6 AgNO3
persen As2O3 = 0.8023 mmol AgNO3 x 1 mmol As O x 0.1978 g As O
2 3 2 3
LATIHAN
(1).100 mL suatu sampel air payau dibuat dari amoniakal dan sulfida.sampel ini
dititrasi dengan 8.47 mL 0.01310 M AgNO3. Reaksi yang terjadi:
(2).1.998 g suatu sampel mengandung Cl - dan ClO4- dilarutkan dengan air hingga 250
mL. 50 mL larutan ini membutuhkan 13.97 mL 0.08551 M AgNO 3 untuk titrasi Cl-.50
mL aliquot yang kedua direaksikan dengan V2(SO4)3 untuk mereduksi ClO4- menjadi
Cl-:
ClO4- + 4 V2(SO4)3 + 4 H2O → Cl- + 12 SO42- + 8 VO2+ + 8 H+
Titrasi untuk mereduksi sampel ini membutuhkan 40.12 mL larutan AgNO 3.
Hitunglah persen Cl- dan ClO4- di dalam sampel.
BAB VII
TITRASI PEMBENTUKAN KOMPLEKS
Molekul EDTA adalah ligan heksadentat yang memiliki enam posisi yang potensial
untuk berikatan dengan ion logam : empat gugus karboksilat dan dua gugus amino
yang masing-masing memiliki elektron yang belum berpasangan
Konstanta disosiasi asam untuk EDTA adalah K1 = 1.02 x 10-2, K2 = 2.14 x 10-3, K3 =
6.92 x 10-7 dan K4 = 5.50 x 10-11. Spesi EDTA bervariasi dan dapat dituliskan dengan
singkatan H4Y, H3Y- , H2Y2- , HY3- dan Y4-.Gambar 7.3 mengilustrasikan bagaimana
jumlah relatif lima spesi yang berbeda dengan pH yang bervariasi. Spesi yang
dominan pada pH 3 – 6 adalah H 2Y2-. Hanya pada pH > 10 bentuk Y 4- sebahagian
besar terdapat dalam larutan.
Reagensia
Asam bebas, H4Y dan garam dinatrium dihidrat, Na2H2Y.2H2O adalah reagent yang
secara komersial mudah diperoleh. Larutan ini dapat digunakan sebagai larutan
standar primer setelah lebih dahulu dikeringkan selama beberapa jam pada suhu
1300C – 1450C. Kemudian dilarutkan dalam sejumlah kecil basa yang dibutuhkan
agar larutan sempurna.
Di bawah konddisi atmosfir normal, Na2H2Y.2H2O mengandung kelembapan
0.3% secara stoikiometri. Tetapi reagensia ini dapat dipersiapkan menjadi larutan
standar bila dikeringkan pada 800C selama beberapa hari di dalam suasana atmosfir
dengan kelembapan relatif 50%.
Larutan EDTA teristimewa digunakan sebagai titran dikarenakan reagen ini dapat
bereaksi dengan ion logam dengan perbandingan 1:1, tanpa menghiraukan muatan
41
dari kation. Sebagai contoh, pembentukan kompleks perak dan aluminium dapat
digambarkan dalam persamaan berikut
α4 = [Y4-] (6-2)
сΤ
dimana сΤ adalah total konsentrasi molar dari uncomplexed EDTA:
α4 = K1K2K3K4 (6-5)
[H+]4 + K1[H+]3 + K1K2[H+]2 + K1K2K3[H+] + K1K2K3K4
α4 = K1K2K3K4 (6-6)
D
Dimana K1,K2,K3 dan K4 adalah konstanta disosiasi untuk H4Y dan D adalah angka
sebutan dari persamaan (6-5).
Tabel 7.2 berisi daftar Nilai α4 pada pH terpilih. Catatan hanya kira-kira 4 x 10-12
persen EDTA yang ada sebagai Y4- pada pH 2.0.
Contoh: Hitunglah konsentrasi molar Y4- di dalam larutan 0.0200 M EDTA yang
dibuffer pada pH 10.0.
43
Penyelesaian:
Pada pH 10.0, α4 adalah 0.35 (Tabel 6.2)
Maka: [Y4-] = α4сΤ = 0.35 x 0.02 = 7.0 x 10-3M
(b).Pada pH 8.0
K’MY = 5.4 x 10-3 x 4.2 x 10-18 = 2.27 x 10-16
[Ni2+] = √ 0.0150/(2.27 x 10-16) = 8.1 x 10-10M
Penyelesaian:
Menghitung Konstanta konditional
K’CaY = [CaY 2-] = α4 KCaY
[Ca2+]сΤ
= 0.35 x 5.0 x 1010 = 1.75 x 1010
Nilai pCa sebelum titik ekivalen
Ca 2 2.94 10 3
1.18 10 3 1.75 1010
1.42 10 10
pCa = - log 1.42 x 10-10
= 9.85
45
Gambar 7.4.Kurva titrasi EDTA untuk 50.00 mL 0.00500 M Ca2+ (K’CaY2- = 1.75 x
1010) dan Mg2+(K’MgY2- = 1.72 x 108) pada pH 10.0
Area yang diarsir menunjukkan transisi untuk indikator Eriochrome Black T.
Contoh:
(1).Bagaimana caranya anda mempersiapkan 500 mL 25 ppm larutan Cu dari logam
Cu murni
Timbang 12.5 mg Cu, masukkan dalam labu, kemudian larutkan hingga 500 mL.
Penyelesaian:
ppm x L x faktor gravimetri = mg yang ditimbang
50 mg/L x 0,250 L x NiCl2 = mg yang ditimbang
Ni
50 x 0.250 x 129.62 = 27.6 mg
58.71
Timbang 27.60 mg NiCl2 larutkan di dalam labu 250 mL.
46
(3).Berapa gram CuSO4.5 H2O padat, FW = 249.68 yang dibutuhkan untuk membuat
500 mL 1000 ppm larutan Cu ?
(4).Berapa kesadahan air dalam sampel, bila 100 mL air membutuhkan 27.95 mL
larutan EDTA 0.01266 M untuk titrasi ?
LATIHAN
DAFTAR PUSTAKA
Day, Jr R A & Underwood, A,L; 1993, Analisis Kimia Kuantitatif, Jakarta: Erlangga.
John Kenkel; 1994, Analytical for Technician, Eds II. America: Lewis Publisher.
Slowinski, JE; 1990, Qualitatif Analysis and the Properties of ions in Aqueous
47
Sorum, CH; 1997, Introduction to Semimikro Qualitatif Analysis, Eds IV, London:
Prentice Hall.
Skoog AD, West, MD. Holler, 1994, Analytical Chemistry An Introduction, Eds VI.
San Franssssisco: Saunder College Publishing.
Vogel; 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif, Eds V. Jakarta: Media
Pustaka.