Você está na página 1de 23

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

“ASUHAN KEPERAWATAN BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA”

OLEH:
KELOMPOK 2
TINGKAT 2 KEPERAWATAN REGULER B

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM
JURUSAN D-3 KEPERAWATAN MATARAM
2010/2011

Keperawatan Medikal Bedah 1 1


KONSEP DASAR BENIGNA PROSTAT HYPERPLASIA

A. Pengertian Benigne Prostat Hyperplasia


Benigne Prostat Hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat,
disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat
meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan
penyumbatan uretra pars prostatika (Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr
Soetomo, 1994 : 193).

B. Etiologi/Penyebabnya
Penyebab yang pasti dari terjadinya Benigne Prostat Hyperplasia
sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi hanya 2 faktor yang
mempengaruhi terjadinya Benigne Prostat Hyperplasia yaitu testis dan usia
lanjut.
Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa
yang diduga timbulnya Benigne Prostat Hyperplasia antara lain :
1. Hipotesis Dihidrotestosteron (DHT)
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen akan menyebabkan epitel
dan stroma dari kelenjar prostatmengalami hiperplasia.
2. Ketidak seimbangan estrogen – testoteron
Dengan meningkatnya usia pada pria terjadi peningkatan hormon Estrogen
dan penurunan testosteron sedangkan estradiol tetap. yang dapat
menyebabkan terjadinya hyperplasia stroma.
3. Interaksi stroma - epitel
Peningkatan epidermal gorwth faktor atau fibroblas gorwth faktor dan
penurunan transforming gorwth faktor beta menyebabkan hiperplasia stroma
dan epitel.
4. Penurunan sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan
epitel dari kelenjar prostat.
5. Teori stem cell
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit.
(Roger Kirby, 1994 : 38).

C. Anatomi Dan Fisiologi Prostat


Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi /
mengitari uretra posterior dan disebelah proximalnya berhubungan dengan
buli-buli, sedangkan bagian distalnya kelenjar prostat ini menempel pada
diafragma urogenital yang sering disebut sebagai otot dasar panggul. Kelenjar
ini pada laki-laki dewasa kurang lebih sebesar buah kemiri atau jeruk nipis.
Ukuran, panjangnya sekitar 4 - 6 cm, lebar 3 - 4 cm, dan tebalnya kurang
lebih 2 - 3 cm. Beratnya sekitar 20 gram.
Prostat terdiri dari :
 Jaringan Kelenjar  50 - 70 %
 Jaringan Stroma (penyangga)
30 - 50 %

Keperawatan Medikal Bedah 1 2


 Kapsul/Musculer
Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang banyak mengandung enzym
yang berfungsi untuk pengenceran sperma setelah mengalami koagulasi
(penggumpalan) di dalam testis yang membawa sel-sel sperma. Pada waktu
orgasme otot-otot di sekitar prostat akan bekerja memeras cairan prostat keluar
melalui uretra. Sel – sel sperma yang dibuat di dalam testis akan ikut keluar
melalui uretra. Jumlah cairan yang dihasilkan meliputi 10 – 30 % dari ejakulasi.
Kelainan pada prostat yang dapat mengganggu proses reproduksi adalah
keradangan (prostatitis). Kelainan yang lain sepeti pertumbuhan yang abnormal
(tumor) baik jinak maupun ganas, tidak memegang peranan penting pada proses
reproduksi tetapi lebih berperanan pada terjadinya gangguan aliran kencing.
Kelainanyang disebut belakangan ini manifestasinya biasanya pada laki-laki usia
lanjut.

D. Patofisiologi

Keperawatan Medikal Bedah 1 3


Disebababkan oleh beberapa etiologi, seperti pertambahan umur,
peningkatan sel strem, dan lainnya, menyebabkan kelenjar prostat akan
mengalami hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas ke atas (bladder),
di dalam mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran
urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan intravesikal. Sebagai
kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dan buli-
buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Kontraksi
yang terus-menerus menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli
berupa : Hipertropi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya sekula-sekula dan
difertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan klien sebagai
keluhan pada saluran kencing bagian bawah atau Lower Urinary Tract
Symptom/LUTS (Basuki, 2000 : 76).

TESTIS USIA LANJUT

PADA FASE AWAL PROSTAT HYPERPLASIA

POLA DAN KUALITAS MIKSI BERUBAH

KONTRAKSI MUSKULUS DESTRUSSOR TIDAK ADEKUAT

(LEMAH)

RETENSIO URINE TOTAL RESIDUAL URINE

(FASE DEKOMPENSASI) KOMPENSASI


MENINGKATKAN
NYERI TEKANAN INTRA
INKONTINENSIA
OLEH TEKANAN ABDOMINAL
PARADOKSA
TEKANAN INTRA
OVERFLOW
VESIKA URINARIA
INCONTINENSIA
(TEKANAN INTRA HERNIA,
VASKULER HAEMOROID
URINARIA DARI
PADA TEKANAN
SPINKTER BERSIFAT
KRONIS)
REFLUKS VESIKA URETRAL

DILATASI URETER (HYDRO URETER)

PALVIO KALIKS GINJAL (HYDRONEFROTIK)

KERUSAKAN GINJAL

GAGAL GINJAL

Keperawatan Medikal Bedah 1 4


Pada fase-fase awal dari Prostat Hyperplasia, kompensasi oleh
muskulus destrusor berhasil dengan sempurna. Artinya pola dan kualitas dari
miksi tidak banyak berubah. Pada fase ini disebut Sebagai Prostat Hyperplasia
Kompensata. Lama kelamaan kemampuan kompensasi menjadi berkurang dan
pola serta kualitas miksi berubah, kekuatan serta lamanya kontraksi dari
muskulus destrusor menjadi tidak adekuat sehingga tersisalah urine di dalam
buli-buli. Saat proses miksi berakhir seringkali Prostat Hyperplasia
menambah kompensasi ini dengan jalan meningkatkan tekanan intra
abdominal (mengejan) sehingga tidak jarang disertai timbulnya hernia dan
haemorhoid puncak dari kegagalan kompensasi adalah tidak berhasilnya
melakukan ekspulsi urine dan terjadinya retensi urine, keadaan ini disebut
sebagai Prostat Hyperplasia Dekompensata. Fase Dekompensasi yang masih
akut menimbulkan rasa nyeri dan dalam beberapa hari menjadi kronis dan
terjadilah inkontinensia urine secara berkala akan mengalir sendiri tanpa dapat
dikendalikan, sedangkan buli-buli tetap penuh. Ini terjadi oleh karena buli-buli
tidak sanggup menampung atau dilatasi lagi. Puncak dari kegagalan
kompensasi adalah ketidak mampuan otot detrusor memompa urine dan
menjadi retensi urine.Retensi urine yang kronis dapat mengakibatkan
kemunduran fungsi ginjal (Sunaryo, H. 1999 : 11)

Proses Miksi

Fase pengisian

Pves : < 20 cm H2O

Pup : 60 – 100 cm H2O

Fase ekspulsi :

Isi blader 200 – 300 ml

Mulai terangsang ingin kencing

Reseptor Strecth

Syaraf Otonom PS S2 - 4

Keperawatan Medikal Bedah 1 5


Tonus Bladder 60 – 120 cm H2O (ingin kencing)

Up membuka, sp. Eks masih menutup

BPH P up meningkat

Kontraksi Detrusor meningkat

Hipertropi

P Ves > P up P Ves < P up

Fase Kompensata Fase Decompensata

Kualitas miksi masih baik Retensio Urine

E. Gejala Benigne Prostat Hyperplasia


Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut
sebagai Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :
1. Gejala Obstruktif yaitu :
a. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai
dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-
buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan
intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.
b. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan
karena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan
tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.
c. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
d. Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor
memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum
puas.

2. Gejala Iritasi yaitu :


a. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
b. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi
pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
c. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

Derajat Benigne Prostat Hyperplasia

Keperawatan Medikal Bedah 1 6


Benigne Prostat Hyperplasia terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan
klinisnya :
1. Derajat satu, keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1 – 2 cm, sisa
urine kurang 50 cc, pancaran lemah, necturia, berat + 20 gram.
2. Derajat dua, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah berat,
panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih menonjol,
batas atas masih teraba, sisa urine 50 – 100 cc dan beratnya + 20 – 40 gram.
3. Derajat tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba, sisa
urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3 – 4 cm, dan beratnya 40 gram.
4. Derajat empat, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit
keginjal seperti gagal ginjal, hydroneprosis.

F. Komplikasi
 Aterosclerosis
 Infark jantung
 Impoten
 Haemoragik post operasi
 Fistula
 Striktur pasca operasi & inconentia urine

G. PRIORITAS KEPERAWATAN

1) Menghilangkan retensi urin akut


2) Meningkatkan kenyamanan
3) Mencegah komplikasi
4) Membantu pasien untuk menerima masalah psikososial.
5) Memberikan informasi tentang penyakit/ prognosis dan kebutuhan
pengobatan

H. TUJUAN PEMULANGAN
1) Pola berkemih normal
2) Nyeri atau ketidaknyamanan hilang
3) Komlikasi tercegah/ minimal
4) Menerima situasi secara nyata
5) Proses penyakit / prognosisi dan program terapi di pahami.

I. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian

a) Data dasar pengkajian pasien


1. Sirkulasi.

Tanda : peninggian TD (efek pembesaran ginjal)


2. Eliminasi

Gejala :
 penurunan kekuatan atau dorongan aliran urin : menetes
 keragu-raguan pada awal berkemih
 ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan
lengkap ; dorongan dan frekuensi berkemih .
 nokturia, disuria, hematuria
 duduk untuk berkemih
 Isk berulang, riwayat batu (stasis urinaria)

Keperawatan Medikal Bedah 1 7


 Konstipasi (protrusi prostat kedalam rektum.

Tanda :
 Massa padat di bawah abdomen bawah (distensi kandung kemih ),
nyeri tekan kandung kemih .
 Hernia Inguinalis; hemoroid (mengakibatkan peningkatan tekanan
abdominal yang memerlukan pengosongan kandung kemih mengatasi
tahanan)
3. Makanan / cairan

Gejala :
 Anoreksia ; mual, muntah
 Penurunan berat badan
4. Nyeri / kenyamanan

Gejala :
 Nyeri suprapubik, panggul, punggung ; tajam, kuat (pada prostatitis
akut.
 Nyeri punggung bawah
5. Keamanan

Gejala : demam
6. Seksualitas

Gejala :
 Masalah tentang efek kondisi/ terapi pada kemampuan seksual
 Takut inkontinensia/ menetes selama hubungan intim
 Penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi

Tanda : pembesaran, nyeri tekan prostat.


7. Penyuluhan / pembelajaran

Gejala :
 Riwayat keluarga kanker, hipertensi penyakit ginjal
 Penggunaan antihipertensi / antidepresan, antibiotik urinaria/ agen
antibiotik, obat yang dijual bebas untuk flu/ alergi obat mengandung
simpatomimetik.

Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama di rawat 2,2 hari


Rencana pemulangan : memerlukan bantuan dengan managemen terapi ,
contoh kateter.

b) Pemeriksaan penunjang :
1. Radiologi
Pada Pemeriksaan Radiologi ditujukan untuk
a. Menentukan volume Benigne Prostat Hyperplasia
b. Menentukan derajat disfungsi buli-buli dan volume residual urine
c. Mencari ada tidaknya kelainan baik yang berhubungan dengan
Benigne Prostat Hyperplasia atau tidak

Beberapa Pemeriksaan Radiologi


a. Intra Vena Pyelografi ( IVP ) : Gambaran trabekulasi buli,
residual urine post miksi, dipertikel buli, adanya hidronefrosis.

Keperawatan Medikal Bedah 1 8


Indikasi : disertai hematuria, gejala iritatif menonjol disertai
urolithiasis
Tanda BPH : Impresi prostat, hockey stick ureter
b. BOF (Buik Overzich ) : Untuk mengetahui adanya kelainan pada
renal, yaitu : Untuk melihat adanya batu dan metastase pada tulang.
c. Retrografi dan Voiding Cystouretrografi : untuk melihat ada
tidaknya refluk vesiko ureteRasionalstriktur uretra.
d. USG : Untuk menentukan volume urine, digunakan untuk
memeriksa konsistensi, volume residual urine dan menilai
pembesaran prostat jinak/ganas. Pemeriksaan dapat dilakukan
secara transrektal, transuretral dan supra pubik.
2. Pemeriksaan Endoskopi.

Untuk mengetahui keadaan uretra dan buli – buli.

3. Pemeriksaan Uroflowmetri

Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin. Secara
obyektif pancaran urin dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan penilaian
:

a). Flow rate maksimal > 15 ml / dtk = non obstruktif.

b). Flow rate maksimal 10 – 15 ml / dtk = border line.

c). Flow rate maksimal < 10 ml / dtk = obstruktif.

4. Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan urin : (test glukosa, bekuan darah, UL, DL, RFT, LFT,
Elektrolit, Na,/K, Protein/Albumin, pH dan Urine Kultur)
 Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, merah gelap / terang
( berdarah) ; penampilan keruh ; pH 7 atau lebih besar (menunjukkan
infeksi) ; bakteria ; SDP (Sel darah putih : mungkin lebih besar dari
11.000 , mengindikasikan infeksi bila pasien tidak imunosupresi) , Sel
darah merah (SDM) mungkin ada rencana mikroskopis.
o Kultur urin : dapat menunjukkan stapilokokous aureus, proteus,
klebsiela, pseudomonas / E. Coli.
o Sitologi urin : untuk mengesampingkan kanker kandung kemih.
o BUN (kreatini ) ; meningkatkan bila fungsi ginjal dipengaruhi .
o Asam posfat serum/ antigen khusus prostatik : peningkatan karena
pertumbuhan seluler dan pengaruh hormonal pada kanker prostat
(dapat mengindikasikan metastatse tulang ).
 RFT  evaluasi fungsi renal
 Serum Acid Phosphatase  Prostat Malignancy
 Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula
digunakan untuk memperoleh data dasar keadaan umum klien.
 PSA (Prostatik Spesific Antigen) penting diperiksa sebagai kewaspadaan
adanya keganasan.

5. Pemeriksaan diagnostik lain :

Keperawatan Medikal Bedah 1 9


 Sisuretrogarafi berkemih : digunakan sebagai ganti IVP untuk
memvisualisasi kandung kemih dan uretra karena ini menggunakan bahan
kontras lokal.
 Sistrogram : mengukur tekanan dan volume dalam kandung kemih untuk
mengidentifikasi disfungsi yang tak berhubungan dengan BPH
 Sistouretroskopi : untuk menggambarkan derajat pembesaran prostat dan
perubahan dinding kandung kemih ( kontra indikasi pada adanya ISK
akut sehubungandengan resiko sepsis gram negatif)
 Sistometri : mengevaluasi fungsi otot detrusor dan tonusnya.
 Ultrasound transrektal : mengukur ukuran prostat , jumlah residu urin ,
melokalisasi lesi yang tak berhubungan dengan BPH.

II. Diagnosa keperawatan.

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah sebagai berikut :

Pre Operasi :

a) Retensi akut / kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik,


pembesaran prostat,dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan
kandung kemih unmtuk berkontraksi secara adekuat.
b) Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli – buli, distensi
kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria.
c) Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan pasca obstruksi
diuresis..
d) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau
menghadapi prosedur bedah
e) Kurang pengetahuan tentang kondisi ,prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi

Post Operasi :

a) Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi sekunder


pada TUR-P
b) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama
pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.
c) Resiko tinggi cidera: perdarahan berhubungan dengan tindakan
pembedahan
d) Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan
impoten akibat dari TUR-P.
e) Kurang pengetahuan: tentang TUR-P berhubungan dengan kurang
informasi
f) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri sebagai efek pembedahan
III. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Sebelum Operasi

Benigna prostat hiperplasia


Pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria usia lebih dari 50
tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran
urinarius.

3. Diagnosa keperawatan dan intervensi

Keperawatan Medikal Bedah 1 10


a) Retensi urin akut

Berhubungan dengan :
 Obstruksi mekanik, pembesaran prostat
 Dekompensasi otot destrusor
 Ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi dengan
adekuat.

Ditandai dengan :
 Frekuensi, keragu-raguan, ketidakmampuan mengosongkan
kandung kemih dengan lengkap, inkontinensia/ menetes
 Distensi kandung kemih , residu urin.

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi :


 Berkemih dengan jumlah yang cukup, tak teraba distensi
kandung kemih
 Menunjukkan residu pasca berkemih, kurang dari 50 ml
dengan tak adanya tetesan atau kelebihan aliran

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL


MANDIRI :
1. Dorong pasien untuk 1. Meminimalkan retensi
berkemih tiap 2-4 jam dan urine distensi berlebihan
bila tiba-tiba dirasakan. pada kandung kemih.
2. Tanyakan pasien tentang 2. Tekanan ureteral tinggi
inkontinensia stres. menghambat
3. Observasi aliran urin, pengosongan kandung
perhatikan ukuran dan kemih atau dapat
kekuatan menghambat berkemih
4. Awasi dan catat waktu dan sampai tekanan
jumlah tiap berkemih. abdominal meningkat
Perhatikan penurunan cukup untuk
haluaran urine dari mengeluarkan urine
perubahanberat jenis secara tidak sadar.
5. Perkusi / palpasi area 3. Berguna untuk
suprapubik. mengevaluasi obstruksi
6. Dorong masukan cairan dan pilihan intervensi.
sampai 3000 ml sehari, 4. Retensi urine
dalam toleransi jantung , meningkatkan tekanan
bila diindikasikan. dalam saluran perkemihan
7. Awasi tanda vital dengan atas, yang dapat
ketat. Obervasi hipertensi mempengaruhi fungsi
edema perifer/dependen, ginjal. Adanya defisit
perubahan mental. aliran darah ke ginjal
Timbang tiap hari. mengganggu
Pertahankan pemasukan kemampuannya untuk
dan pengeluaran akurat. memfilter dan
8. Berikan/ dorong kateter mengkonsentrasi
lain dan perawatan substansi.
perineal. 5. Distensi kandung kemih
9. Berikan rendam duduk dapat dirasakan di area
sesuai indikasi. suprapubik
KOLABORASI 6. Peningkatan aliran cairan

Keperawatan Medikal Bedah 1 11


1. Berikan obat sesuai mempertahankan perfusi
indikasi : ginjal dan membersihkan
Antispamosdik, contoh ginjal dankandung kemih
oksibutinin klorida dari pertumbuhan bakteri.
(ditropan) 7. Kehilangan fungsi ginjal
MANDIRI mengakibatkan penurunan
1. Supositoria rektal (B&O) eliminasi cairan dan
2. Antibiotik dan antibakteri akumulasi sisa toksik ;
3. Fenoksibenzamin dapat berlanjut ke
(dibenzyline) penurunan ginjal total.
4. Antagonis alfa-adrenergik 8. Menurunkan resiko
contoh prazosin infeksi asenden.
(Minipres), terazosin 9. Meningkatkan relakasasi
(Hytrin) otot,penurunan edema dan
5. Kateterisasi untuk residu dapat meningkatkan
urine dan biarkan kateter upaya berkemih.
tak menetap sesuai 10. Menghilangkan
indikasi. spasmekandung kemih
6. Irigasi kateter sesuai irigasi sehubungan dengan iritasi
7. Monitor laboratory studies, oleh kateter.
e.g.: 11. Supositoria di absorbsi
BUN, kreatinin, elektrolit dengan mudah melalui
mukosa kedalam jaringan
Urinalisa dan kultur kandung kemih untuk
menghasilkan relaksasi
Siapkan / bantu untuk otot/ menghilangkan
drainase urine, contoh : spasme
Sistotomi ; 12. Diberikan untuk melawan
Hipertermia transuretral infeksi. Mungkin
digunakan secara
Bedah beku profilaksis
13. Diberikan untuk membuat
MANDIRI berkemih lebih mudah
Balon uretroplasti / dilatasi dengan merelaksasikan
transuretal prostat otot polos prostat dan
menurunkan tahanan
terhadap aliran urine.
Digunakan dengan
kewaspadaan karena
mengecilkan kelenjar dan
mempunyai efek samping
tak enak seperti pusing
dan kelelahan.
14. Penelitian menunjukkan
bahwa obat inimungkin
sama efektifnya dengan
dibenzyline dengan efek
samping demam.
15. Menghilangkan /
mencegah retensi urine
dan mengsampingkan
adanya striktur uretral.
Catatan : dekompresi
kandungkemih harus
dilakukan dengan

Keperawatan Medikal Bedah 1 12


menambah 200 ml
untukmencegah hematuria
(ruptur pembuluh darah
pada mukosa kandung
kemih yang terlalu
distensi) dan pingsan
(stimulasi otonomik
berlebihan). Kateter
Coude diperlukan karena
ujung lengkung
memudahkan pasase
selang melalui uretra
prostat.
16. Mempengaruhi patensi/
aliran urin
17. Pembesaran prostat
(obstruksi) secara nyata
menyebabkan dilatasi
saluran perkemihan atas
(ureter dan ginjal),
berpotensi merusak
fungsi ginjal dan
menimbulkan uremia.
18. Stasis urinaria potensial
untuk pertumbuhan
bakteri, peningkatan
resiko ISK.
19. Diindikasikan untuk
mengalirkan kandung
kemih selama episode
akut dengan azotemia
atau bedah
dikontraindikasikan
karena status kesehatan
pasien
20. Pemanasan bagian sentral
prostat dengan
memasukkan elemen
pemanas melalui uretra
membuat pengecilan
prostat. Tindakan
dilakukan 1-2 kali/
minggu untuk beberapa
minggu untuk
meningkatkan hasil yang
diinginkan.
21. Pembekuan kapsul prostat
menyebabkan
pengelupasan jaringan
prostat meninggalkan
obstruksi . prosedur ini
tidak seefektif TURP dan
dilakukan secara
individual yang
dipertimbangkan

Keperawatan Medikal Bedah 1 13


beresiko anestesi buruk.
22. Inflasi balon ujung kateter
dalam area terobstruksi
mengubah letakjaringan
prostat , sehingga
memperbaiki aliran urine.
b) Nyeri (akut)

Berhubungan dengan :
 Iritasi mukosa, distensi kandung kemih, kolik ginjal, distensi
urinaria , terapi radiasi.

Ditandai dengan :
 Keluhan nyeri (kandung kemih/spasme rektal)
 Penyempitan fokus, perubahan tonus oto, meringis, perilaku
distraksi, gelisah
 Respon otonomik

Kriteria hasil :
 Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
 Tampak rileks
 Mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat.

Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji nyeri,perhatika lokasi, 1. Memberikan informasi untuk
intensitas (skala 0-10) lamanya. membantu dalam menentukan
2. Plester selang drainase pada paha pilihan / keefektivan intervensi.
dan kateter pada abdomen (bila 2. Mencegah penarikan kandung
traksi tidak diperlukan) kemih dan erosi pertemua
3. Pertahankan tirah baring bila penis_skrotal.
diindikasikan 3. Tirah baring mungkin diperlukan
4. Berikan tindakan kenyamanan, pada awal selama fase retensi
contoh pijatan punggung ; akut. Namun , ambulasi dini dapat
membantu pasien melakukan memperbaiki pola berkemih
posisi yang nyaman ; mendorong normal dan menghilangkan nyeri
penggunaan relaksasi / latihan kolik
nafas dalam ; aktivitas terapeutik. 4. Meningkatkan relaksasi,
5. Dorong menggunakan rendam memfokuskan kembali perhatian
duduk, sabun hangat untuk dan dapat meningkatkan
perineum. kemampuan koping
Kolaborasi 5. Meningkatkan relaksasi otot.
1. Masukkan kateter dan dekatkan 6. Pengaliran kandung kemih
untuk kelancaran drainase menurunkan tegangan dan
2. Lakukan masase prostat kepekaan kelenjar.
3. Berikan obat sesuai indikasi 7. Membantu dalam evakuasi duktus
Narkotik, contoh epiridin kelenjar untuk menghilangkan
(demerol) kongesti/inflamasi . kontraindikasi
Antibakterial, contoh meteriamin bila infeksi terjadi.
hipurat (hiprex) 8. Diberikan dengan menghilangkan
Antispamodik dan sedatif nyeri berat, memebrikan relaksasi
kandung kemih contoh flavoksat mental dan fisik.
(urispas) oksibutinin (ditropan) 9. Menurunkan adanya bakteri dalam
traktus urinarius juga dimasukkan
melalui sistem drainase

Keperawatan Medikal Bedah 1 14


10. Menghilangkan kepekaan
kandung kemih.
c) Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap

Faktor resiko :
 Pascaobstruksi diuresis dari/ drainase cepat kandung kemih
yang terkaku distensi secara kronis .
 Endokrin, ketidakseimbangan elektrolit (disfungsi ginjal)

Ditandai dengan :
 (tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala
membuat diagnosa aktual)

Kriteria hasil :
 Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi perifer teraba , pengisian kapiler baik dan
membran mukosa lembab.

Tindakan / intervensi Rasional


Mandiri
1. Awasi keluaran dengan hati-hati, 1. Diuresis cepat dapat menyebabkan
tiap jam bila diindikasikan. kekurangan volume total cairan,
Perhatikan keluaran 100-200 ml/ ketidakcukupan jumlah natrium
jam diabsorbsi dalam tubulus ginjal.
2. Dorong peningkatan pemasukkan 2. Pasien dibatasi pemasukkan oral
urao berdasarkan kebutuhan dalam upaya mengontrol gejala
individu. urinaria, homoestatik pengurangan
3. Awasi TD, nadi dengan sering . cairan dan peningkatakn resiko
evaluasi pengisian kapiler dehidrasi/ hipovolemia.
danmembran mukosa oral 3. Memampukan deteksi dini /
4. Tingkatkan tirah baring dengan intervensi hipovelomik sistemik.
kepala tinggi. 4. Menurunkan kerja jantung,
Kolaborasi memudahkan homeostasis
1. Awasi elektrolit, khususnya sirkulasi
natrium. 5. Bila pengumpulan cairan
2. Berikan cairan IV (garam faal terkumpul dari area ekstraseluler
hipertonik) sesuai kebutuhan. natrium dapat mengikuti
perpindahan, menyebabkan
hiponatremia.
6. Menggantikan kehilangan
cairandan natrium untuk
mencegahatau memperbaiki
hipovolemia.
d) Ketakutan / ansietas

Dapat dihubungkan dengan


 Perubahan status kesehatan, kemungkinan prosdur bedah /
malignansi
 Malu/ hilang martabat sehubungan dengan pemajanan genital
sebelum selama, dan sesudah tindakan. Masalah tentang
kemampuan seksualitas.

Ditandai dengan :
 Peningktatan tegangan kekuatan, kakuatiran.

Keperawatan Medikal Bedah 1 15


 Mengekspresikanmasalah tentang adanya perubahan.
 Ketakutan akan konsekuensi tak spesifik.

Kriteria hasil
 Tampak rileks,
 Menyatakan penegtahuan yang akurat tentang situasi.
 Menunjukkan rentang tepat tentang perasaan
danpenurunan rasa takut.
 Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang
dapat ditangani.

Tindakan/ intervensi Rasional


Mandiri
1. Selalu ada untuk pasien. Buat a) Menunjukkan perhatian dan
hubungan saling percaya dengan keinginan untuk membantu.
pasien/ orang terdekat. Membantu dalam diskusi tentang
2. Berikan informasi tentang subyeksensitif.
prosedur dan tes khusus dan apa b) Membantu pasienmemehami
yang akan terjadi. Contoh kateter, tujuan dari apa yang dilakukan
urin bedarah, iritasi kandung danmengurangi masalah karena
kemih. Ketahui seberapa banyak ketidaktahuan termasuk ketautan
informasi yang diinginkan pasien. akan kanker. Namun
3. Pertahankan perilaku nyata dalam kelebihaninformasi tidak
melakukan prosedur/ menerima membantu dan dapat meingkatkan
pasien. Lindungi privasi pasien. ansietas.
4. Dorong pasien / orang terdekat c) Menyatakan penerimaan dan
untuk menyatakan masalah / menghilangkanrasa malu pasien.
perasaan. Beri penguatan d) Mendefinsikan masalah ,
informasi pasien yang telah memberika kesempatan untuk
diberikan sebelumnya. menjawab pertanyaan,
memperjelas kesalahan konsep,
solusi pemecahan masalah.
e) Memungkinkan pasienutnk
menerima kenyatan dan
menguatkan kepercayaan pada
pemberi perawatan dan pemberi
informasi.
e) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi prognosis dan
kebutuhan pengobatan.

Dihubungkan dengan :
 Kurang terpajan/ mengingat, salah interpretasi informasi.
 Tidak mengenal sumber informasi.
 Masalah tentang area sensitif.

kemungkinan di buktikan oleh :


 Pertanyaan , meminta informasi
 Menyatakan masalah/ indikator non verbal.
 Tidak akurat mengikuti instruktur, terjadinya komplikasi yang dapat
dicegah.

Kriteria hasil :
 Menyatakan pemahaman proses penyakit prognosis.
 Mengidetifikasi hubungan, tanda/ gejala proses penyakit.

Keperawatan Medikal Bedah 1 16


 Melakukan perubahan pola hidup/ perilaku yang perlu.
 Berpatisipasi dalam program pengobatan.

Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji ulang proses penyakit, 1. Memberikan dasar pengetahuan
pengalaman pasien. dimana pasien dapat membuat
2. Dorong menyatakan rasa takut/ pilihan informasi terapi.
perasaan dan perhatian . 2. Membantu pasien mengalami
3. Berikan informasi bahwa kondisi perasaan dapat merupakan
tidak ditularkan secara seksual. rehabilitasi vital.
4. Anjurkan menghiindari makanan 3. Mungkin merupakan ketakutan
berbumbu, kopi, alkohol, yang tak dibicarakan.
mengemudikan mobil lama, 4. Dapat menyebabkan iritasi prostat
pemasukkan cairan cepat dengan masalah kongesti.
(terutama alkohol). Peningkatan tiba-tiba pada aliran
5. Bicarakan masalah seksual, urin dapat menyebabkan distensi
contoh bahwa selama episode kandung kemih dan kehilangan
akut prostatitis, koitus dihindari, tonus kandung kemih,
tetapi mungkin membantu dalam mengakibatkan episode retensi
pengobatan kondisi kronis. urinaria akut.
6. Berikan informasi tentang 5. Aktifitas seksual dapat
anatomi dasar seksual. Dorong meningkatkan nyeri selama
pertanyaan dan tingkatan dialog episode akut, tetapi dapat
tentang masalah. memberikan suatu masase pada
7. Kaji ulang tanda gejala yang adanya penyakit kronis.
memerlukan evaluasi medik, 6. Memiliki informasi tentang
contoh urin keruh, berbau ; anatomi membantu pasien
penurunan haluaran urin, memahami implikasi tindakan
ketidakmampuan untuk berkemih, lanjut, sesuai dengan afek
adanya demam/ menggigil. penampilan seksual.
8. Diskusikan perlunya 7. Intervensi cepat dapat mencegah
pemberitahuan pada perawat komplikasi lebih serius.
kesehatan lain tentang diagnosa. 8. Menurunkan resiko terapi tak
9. Beri penguatan pentingnya tetap , contoh penggunaan
evaluasi medik untuk sedikitnya 6 dekongestan, antikolinergik, dan
bulan 1 tahun, termasuk antidperesan, meningkatkan
pemeriksaan rektal, urinalisa. retensi urin dan dapat
mencetuskan episode akut.
9. Hipertrofi berulang dan atau
infeksi (disebabkan oleh
organismme yang sama atau
berbeda) tidak umum dan akan
memerlukan perubahan terapi
untuk mencegah komplikasi
serius.

II. Sesudah operasi


a. Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi
sekunder pada TUR-P
TUJUAN INTERVENSI RAIONAL
Nyeri berkurang 1. J 1. Klien dapat

Keperawatan Medikal Bedah 1 17


atau hilang. elaskan pada klien mendeteksi gajala
tentang gejala dini dini spasmus
Kriteria hasil : spasmus kandung kandung kemih.
 Klien mengatakan kemih.
nyeri berkurang / 2. P 2. Menentukan
hilang. emantauan klien terdapatnya
 Ekspresi wajah pada interval yang spasmus sehingga
klien tenang. teratur selama 48 obat – obatan bisa
 Klien akan jam, untuk diberikan
menunjukkan mengenal gejala –
ketrampilan gejala dini dari
relaksasi. spasmus kandung
 Klien akan tidur / kemih. 3. Memberitahu klien
istirahat dengan 3. J bahwa
tepat. elaskan pada klien ketidaknyamanan
 Tanda – tanda bahwa intensitas hanya temporer.
vital dalam batas dan frekuensi akan
normal. berkurang dalam
24 sampai 48 jam. 4. Mengurang
4. B kemungkinan
eri penyuluhan spasmus.
pada klien agar
tidak berkemih ke 5. Mengurangi
seputar kateter. tekanan pada luka
5. A insisi
njurkan pada klien
untuk tidak duduk
dalam waktu yang
lama sesudah 6. Menurunkan
tindakan TUR-P. tegangan otot,
6. A memfokuskan
jarkan penggunaan kembali perhatian
teknik relaksasi, dan dapat
termasuk latihan meningkatkan
nafas dalam, kemampuan
visualisasi. koping.
7. Sumbatan pada
selang kateter oleh
bekuan darah dapat
7. J menyebabkan
agalah selang distensi kandung
drainase urine kemih dengan
tetap aman dipaha peningkatan
untuk mencegah spasme.
peningkatan
tekanan pada
kandung kemih. 8. Mengetahui
Irigasi kateter jika perkembangan
terlihat bekuan lebih lanjut.
pada selang.
8. O 9. Menghilangkan
bservasi tanda – nyeri dan mencegah
tanda vital spasmus kandung
kemih.

Keperawatan Medikal Bedah 1 18


9. K
olaborasi dengan
dokter untuk
memberi obat –
obatan (analgesik
atau anti
spasmodik )

b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama


pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Klien tidak 1. Pertahankan 1.
menunjukkan tanda – sistem kateter Mencegah pemasukan
tanda infeksi . steril, berikan bakteri dan infeksi
perawatan kateter
Kriteria hasil: dengan steril.
 Klien tidak 2. Anjurkan intake 2.
mengalami infeksi. cairan yang cukup Meningkatkan output
 Dapat mencapai ( 2500 – 3000 ) urine sehingga resiko
waktu sehingga dapat terjadi ISK dikurangi
penyembuhan. menurunkan dan mempertahankan
 Tanda – tanda vital potensial infeksi. fungsi ginjal.
dalam batas normal
dan tidak ada 3. Pertahankan posisi
tanda-tanda shock. urobag dibawah. 3.
Menghindari refleks
balik urine yang
dapat memasukkan
4. Observasi tanda – bakteri ke kandung
tanda vital, kemih.
laporkan tanda – 4.
tanda shock dan Mencegah sebelum
demam. terjadi shock.
5. Observasi urine:
warna, jumlah,
bau.
6. Kolaborasi dengan 5.
dokter untuk Mengidentifikasi adanya
memberi obat infeksi.
antibiotik.
6.
Untuk mencegah infeksi
dan membantu proses
penyembuhan.
7.

c. Resiko tinggi cidera: perdarahan berhubungan dengan tindakan


pembedahan .
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Tidak terjadi 1. Jelaskan pada 1. Menurunkan
perdarahan. klien tentang sebab kecemasan klien

Keperawatan Medikal Bedah 1 19


terjadi perdarahan dan mengetahui
Kriteria hasil: setelah tanda – tanda
 Klien tidak pembedahan dan perdarahan
menunjukkan tanda – tanda
tanda – tanda perdarahan .
perdarahan . 2. Irigasi aliran 2. Gumpalan dapat
 Tanda – tanda kateter jika menyumbat kateter,
vital dalam batas terdeteksi menyebabkan
normal . gumpalan dalm peregangan dan
 Urine lancar lewat saluran kateter perdarahan
kateter . kandung kemih
3. Dengan
3. Sediakan diet peningkatan
makanan tinggi tekanan pada fosa
serat dan memberi prostatik yang akan
obat untuk mengendapkan
memudahkan perdarahan .
defekasi
4. Dapat
4. Mencegah menimbulkan
pemakaian perdarahan prostat .
termometer rektal,
pemeriksaan rektal
atau huknah, untuk
sekurang –
kurangnya satu
minggu . 5. Traksi kateter
5. Pantau traksi menyebabkan
kateter: catat pengembangan
waktu traksi di balon ke sisi fosa
pasang dan kapan prostatik,
traksi dilepas . menurunkan
perdarahan.
Umumnya dilepas
3 – 6 jam setelah
pembedahan .
6. Deteksi awal
6. Observasi: Tanda – terhadap
tanda vital tiap 4 komplikasi, dengan
jam,masukan dan intervensi yang
haluaran dan tepat mencegah
warna urine kerusakan jaringan
yang permanen .

d. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan


impoten akibat dari TUR-P.

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Fungsi seksual dapat 1. Beri kesempatan 1. Untuk mengetahui
dipertahankan pada klien untuk masalah klien .
memperbincangkan
Kriteria hasil: tentang pengaruh
 Klien tampak rileks TUR – P terhadap
dan melaporkan seksual .
kecemasan 2. Jelaskan tentang : 2. Kurang

Keperawatan Medikal Bedah 1 20


menurun kemungkinan pengetahuan dapat
 Klien menyatakan kembali ketingkat membangkitkan
pemahaman situasi tinggi seperti cemas dan
individual . semula dan berdampak
 Klien kejadian ejakulasi disfungsi seksual
menunjukkan retrograd (air
keterampilan kemih seperti susu)
pemecahan 3. Mencegah 3. Bisa terjadi
masalah hubungan seksual perdarahan dan
 Klien mengerti 3-4 minggu setelah ketidaknyamanan
tentang pengaruh operasi .
TUR – P pada 4. Dorong klien untuk 4. Untuk
seksual. menanyakan mengklarifikasi
kedokter salama di kekhatiran dan
rawat di rumah memberikan akses
sakit dan kepada penjelasan
kunjungan yang spesifik.
lanjutan .

e. Kurang pengetahuan: tentang TUR-P berhubungan dengan kurang


informasi
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Klien dapat 1. Beri penjelasan 1. Dapat
menguraikan untuk mencegah menimbulkan
pantangan kegiatan aktifitas berat perdarahan
serta kebutuhan selama 3-4
berobat lanjutan . minggu .
2. Beri penjelasan 2. Mengedan bisa
Kriteria hasil: untuk mencegah menimbulkan
 Klien akan mengedan waktu perdarahan,
melakukan BAB selama 4-6 pelunak tinja bisa
perubahan minggu; dan mengurangi
perilaku. memakai kebutuhan
 Klien pelumas tinja mengedan pada
berpartisipasi untuk laksatif waktu BAB
dalam program sesuai kebutuhan.
pengobatan. 3. Pemasukan 3. Mengurangi
 Klien akan cairan sekurang– potensial infeksi
mengatakan kurangnya 2500- dan gumpalan
pemahaman 3000 ml/hari. darah .
pada pantangan 4. Anjurkan untuk 4. Untuk menjamin
kegiatan dan berobat lanjutan tidak ada
kebutuhan pada dokter. komplikasi .
berobat 5. Kosongkan 5. Untuk membantu
lanjutan . kandung kemih proses
apabila kandung penyembuhan .
kemih sudah
penuh .

f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri / efek pembedahan


TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Kebutuhan tidur dan 1. Jelaskan pada klien 1. Meningkatkan
istirahat terpenuhi. dan keluarga pengetahuan klien
penyebab gangguan sehingga mau
Kriteria hasil: tidur dan kooperatif dalam

Keperawatan Medikal Bedah 1 21


 Klien mampu kemungkinan cara tindakan perawatan .
beristirahat / tidur untuk menghindari.
dalam waktu yang 2. Ciptakan suasana 2. Suasana tenang akan
cukup. yang mendukung, mendukung istirahat
 Klien suasana tenang
mengungkapan dengan mengurangi
sudah bisa tidur . kebisingan .
 Klien mampu 3. Beri kesempatan 3. Menentukan rencana
menjelaskan faktor klien untuk mengatasi gangguan
penghambat tidur . mengungkapkan
penyebab gangguan
tidur.
4. Kolaborasi dengan 4. Mengurangi nyeri
dokter untuk sehingga klien bisa
pemberian obat istirahat dengan
yang dapat cukup
mengurangi nyeri
( analgesik ).

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas
Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.

Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press.


Surabaya

Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.

Dari : http://asuhankeperawatans.blogspot.com/2010/10/asuhan-
keperawatan-benigna-prostat.html

Keperawatan Medikal Bedah 1 22

Você também pode gostar