Você está na página 1de 4

Anjuran Menutup Bejana

Assalamualaikum Ustadz, apa benar kalau air dalam bejana yang tidak ditutup akan
mengakibatkan kena penyakit, dan apakah ada anjuran menutup bejana di malam hari. Sukran

Jawaban :

Waalaikumussalam warahmatullah wabaratuh.

Alhamdulillah was sholaatu was salam ‘ala Rasulillah, waba’du.

Terdapat hadis shahih dari sahabat Jabir bin Abdillah yang menjelaskan, “Aku pernah
mendengar, kata Jabir, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫ أَ ْو ِسقَاءٍ لَي‬،‫طا ٌء‬


‫ إِالَّ نَزَ َل‬،‫ْس َعلَ ْي ِه ِوكَا ٌء‬ َ ‫ الَ يَ ُم ُّر بِإِنَاءٍ لَي‬،‫سنَ ِة لَ ْيلَةً يَ ْن ِز ُل فِي َها َوبَا ٌء‬
َ ‫ْس َعلَ ْي ِه ِغ‬ ِ ‫ َوأَ ْو ُكوا‬،‫اإلنَا َء‬
َّ َ‫ ف‬،‫السقَا َء‬
َّ ‫إن فِي ال‬ ُّ ‫َغ‬
ِ ‫طوا‬
‫اء‬ ْ
ِ َ‫فِي ِه ِم ْن ذلِكَ ال َوب‬

“Tutuplah bejana-bejana dan wadah-wadah air. Karena ada satu malam dalam satu tahun
waba’/penyakit turun di pada malam itu. Tidaklah penyakit itu melewati bejana yang tidak
tertutup, atau wadah air yang tidak ada tutupnya melainkan penyakit tersebut akan masuk ke
dalamnya. (HR Muslim)

Dalam redaksi hadis yang lain dinyatakan,

ْ‫ِف ِإنَا ًء فَإِ ْن لَ ْم يَ ِجد‬


ُ ‫طانَ َال يَ ُح ُّل ِسقَا ًء َو َال يَ ْفتَ ُح بَابًا َو َال يَ ْكش‬
َ ‫ش ْي‬ ْ َ ‫اب َوأ‬
َّ ‫ط ِفئُوا الس َِرا َج فَإِ َّن ال‬ َ َ‫السقَا َء َوأ َ ْغ ِلقُوا ْالب‬
ِ ‫اإلنَا َء َوأ َ ْو ُكوا‬ ُّ ‫َغ‬
ِ ْ ‫طوا‬
ْ‫َّللاِ فَ ْليَ ْفعَل‬ ُ ْ
َّ ‫ض َعلى إِنَائِ ِه عُودًا َويَذك َر اس َْم‬ َ ْ َ َّ ُ
َ ‫أ َحدُك ْم إِال أن يَ ْع ُر‬ َ

“Tutuplah bejana-bejana dan tempat-tempat minuman, tutup pintu-pintu, dan matikanlah lampu,
karena setan tidak dapat membuka tutup tempat minum, pintu, dan bejana. Jika kalian tidak
dapat menutupnya kecuali dengan membentangkan sepotong ranting di atasnya dan menyebut
nama Allah (bismillah), maka lakukanlah. (HR. Muslim).

Apa Hikmahnya?

Ibadah-ibadah dalam Islam, ada yang dapat kita ketahui hikmahnya dan ada yang tidak; meski
pada prinsipnya, tentu saja sudah pasti semua perintah dalam agama ini terkandung hikmah,
hanya terkadang akal tidak dapat menjangkaunya.

Untuk ibadah yang dapat ditangkap oleh akal hikmahnya, ada yang melalui jalur wahyu, ada
yang melalui jalur ijtihad para ulama. Diantara hikmah ibadah yang dapat kita ketahui melalui
jalur wahyu adalah, hikmah yang terkandung dalam perintah menutup bejana dan pintu-pintu
rumah (termasuk juga jendela) di malam hari.

Imam Nawawi menjelaskan setidaknya ada empat hikmah, dua diantaranya yang telah
disinggung dalam dua hadis di atas :
Pertama, menjaga diri dan keluarga dari kezaliman setan melalui bejana atau pintu-pintu yang
tidak tertutup. Karena setan tidak mampu membuka tutupan bejana atau membuka pintu.

Kedua, menghindari bala’/penyakit, yang Allah turunkan pada salahsatu malam dalam satu
tahun.

Ketiga, menghindari najis dan benda-benda menjijikan yang mengenai makanan atau minuman
kita yang tidak ditutup.

Keempat, menjaga makanan kita hewan atau serangga, yang bisa saja masuk ke makanan kita,
lalu termakan tanpa sadar.

(Syarah Muslim 13/265, dikutip dari Islamqa).

Ibnu Daqiq Al ‘Ied mengungkapkan alasannya dengan bahasa yang menarik,

‫ ( فإن الشيطان ال يفتح بابا مغلقا ) فإشارة إلى أن األمر باإلغالق لمصلحة إبعاد الشيطان عن االختالط‬: ‫وأما قوله‬
‫باإلنسان وخصه بالتعليل تنبيها على ما يخفى مما ال يطلع عليه إال من جانب النبوة‬

“Sesungguhnya setan tidak dapat membukan pintu yang tertutup.”

Potongan hadis ini menunjukkan, bahwa perintah menutup pintu adalah untuk tujuan
menjauhkan setan dari bercampurbaur dengan manusia. Kemudian pada hadis hanya disebut
alasan ini saja, karena hal ini tidak dapat diketahui kecuali melalui jalur kenabian.

(Dinukil oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 11/90)

Hukum Menutup Bejana

Mayoritas ulama (jumhur) menghukuminya sunah. Berbeda dengan Ibnu Hazm dalam buku
beliau al Muhalla menyimpulkan bahwa perintah menutup bejana adalah wajib. Namun yang
tepat dalam hal ini adalah pendapat jumhur ulama.

Dalam salah satu Fatwa Lajnah Da-imah (Komite riset islam dan fatwa Kerajaan Arab Saudi)
dinyatakan,

Seluruh hadis terkait perintah ini dimaknai anjuran/sunah menurut mayoritas Ulama.
Sebagaimana telah ditegaskan oleh sejumlah ulama diantaranya Ibnu Muflih dalam kitab Al
Furu’ (1/132), Al Hafidh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (11/87), wallahua’lam.

(Fatawa Lajnah Da-imah nomor 21349)

Apakah Juga di Siang Hari?

Bila kita perhatikan redaksi hadis di atas, menunjukkan bahwa perintah menutup bejana dan
pintu hanya berlaku di malam hari saja.
Kita lihat pada redaksi hadis di atas terdapat keterangan,

‫سنَ ِة لَ ْيلَةً يَ ْن ِز ُل فِي َها َوبَاء‬ َّ َ‫ ف‬،


َّ ‫إن فِي ال‬

“Karena ada satu malam dalam satu tahun Al-Waba’/Penyakit turun di pada malam itu…”

Terlebih terdapat hadis yang menguatkan kesimpulan ini,

َ ‫ش ْي‬
‫طانَ يَ ْنتَش ُِر ِحينَئِ ٍذ‬ َ ‫ِإذَا َكانَ ُج ْن ُح اللَّ ْي ِل أ َ ْو أَ ْم‬
ِ ‫س ْيت ُ ْم فَ ُكفُّوا‬
َّ ‫ فَإ ِ َّن ال‬، ‫ص ْبيَانَ ُك ْم‬

Bila telah tiba waktu malam atau sore hari (awal malam/waktu maghrib), tahanlah anak-anak
kalian, karena setan pada saat itu sedang berkeliaran…(HR. Bukhori dan Muslim).

Inilah diantaranya yang menjadi alasan Ibnul Arobi (salah seorang ulama tersohor dalam mazhab
Maliki) dalam pernyataan beliau,

‫ وإنما هو مقيد بالليل ؛ وكأن اختصاص الليل بذلك ألن‬، ‫ وليس كذلك‬، ‫ظن قوم أن األمر بغلق األبواب عام في األوقات كلها‬
‫النهار غالبا محل التيقظ بخالف الليل‬

Sebagian orang menyangka bahwa perintah menutup pintu berlaku umum di semua waktu.
Padahal tidak demikian. Yang benar perintah tersebut hanya dibatasi di malam hari. Dikhususkan
malam hari karena siang hari umumnya adalah waktu siaga, berbeda dengan malam hari. (Fathul
Bari 6/411).

Makanan pada Bejana yang Tidak Ditutup Haruskah Dibuang?

Jawabannya ada dalam hadis dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhu. Pada hadis
tersebut diceritakan bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam disuguhi bejana berisi minuman
nabidz yang tidak ditutup. Maka Nabi kemudian mengatakan,

‫أال خمرته ولو تعرض عليه عودا‬

Tidakkah sepatutnya anda tutupi, walau sekedar menggunakan sepotong ranting?!

Sahabat Jabir melanjutkan,

‫…فشرب‬

Lalu Nabipun meminumnya..

(HR. Bukhori, Muslim dan Ahmad)

Dari sini jelas bahwa makanan atau minuman pada bejana yang tidak tertutup tidak harus
dibuang. Bahkan bila dibuang padahal masih layak konsumsi, dikhawatirkan terterjang larangan
lain yaitu menghambur-hambur harta (idho’ah al mal).
Imam Qurtubi menjelaskan,

‫دليل أن ما بات غير مخمر وال مغطى أنه ال يحرم شربه وال يكره‬

Hadis di atas adalah dalil bahwa minuman (atau makanan) yang dibairkan terbuka di malam hari,
tidaklah haram dikonsumsi dan tidak pula dimakruhkan.. (Al-Mufhim 5/284)

Sehingga ketika mendapati makanan atau minuman yang lupa ditutup di malam hari, tidak
mengapa dimakan, tentu saja seyogyanya disertai rasa harapan dan tawakkal kepada Allah agar
dihindarkan dari segala penyakit dan marabahaya.

Demikian…

Wallahua’lam bis showab.

Dijawab oleh Ustadz Ahmad Anshori, Lc (Pengasuh PP. Hamalatul Quran, DIY)

Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk Android.
Download Sekarang !!

Você também pode gostar